Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Adang S. Soewaeli
"Bendung Pasarbaru Irigasi Cisadaneatau Bendung Pintu Air Sepuluh berlokasi di Kelurahan Koangjaya, Kecamatan Karawaci, Tangerang. Bendung yang membentang sepanjang 110 meter di Kali Cisadane ini merupakan warisan kolonial Belanda, dibangun pada tahun 1923 dengan tujuan mengatur aliran sungai Cisadane untuk keperluan irigasi kota Tangerang. Upaya untuk monitoring kondisi aktual bendung dan sekitarnya dilakukan penqukuran Ground Penetrating Radar (CPR) atau Ceoradar untuk mengetahui kondisi dan karakteristik dibawah permukaan tanah. Pada dasarnya CPR bekerja dengan memanfaatkan pemantulan sinyal, pengolahan data dilakukan menggunakan software RADAN (RAdar Data ANalyzer) dan pada instalasi alat Georadar, digunakan antena 100 MHz. Hasil pengukuran georadar memperlihatkan anomali pada pertemuan struktur bendung dengan batas timbunan tanah aslinya. Pada lintasan arah memanjang dan melintang, variasi intensitas tidak menunjukkan kontras yang ekstrim di tubuh bendung. Tidak adanya perbedaan amplitudo menqindikasikan tidak adanya perbedaan kepadatan, artinya kondisi bawah permukaan bendung relatif homogen. Terdapat indikasi rembesan pada lintasanyang merupakan perpanjangan dari lintasan memanjang di kedalaman antara 14 m - 22 m. Anomali ini, perlu diyakinkan dengan melakukan pengujian berupa pengeboran atau pengukuran lainnya."
Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum, 2014
627 JTHID 5:2 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Adang S. Soewaeli
"DAS Waianae hulu termasuk kawasan yang mempengaruhi sistem danau Tempe. Sekitar 37% luas lahan di daerah tangkapan Danau Tempe memiliki kemiringan lereng lebih dari 45%, dan sekitar 70% lahan peka terhadap erosi tanah. Sedimentasi yang terjadi berdasarkan data debit sedimen selama 20 tahun (1976-1995) adalah 519.000 m3 per tahun, dengan 74% berasal dari Sungai Waianae. Penelitian laju sedimentasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat laju sedimentasi saat ini dan Sub DAS mana yang menjadi sumber sedimentasi terbesar. Pendekatan metode dalam penelitian ini adolah dengan melaksanakan analisis lengkung sedimen dan analisis data debit runtut waktu. Hasil analisis data debit runtut waktu menunjukkan kualitas data debit banyak yang meragukan dan tidak realistis, sedangkan validasi lengkung debit tidak dapat dilakukan. Hasil analisis lengkung sedimen menunjukkan bahwa angkutan sedimen terbesar adalah Sub DAS Walanae-Sempajeruk. Laju erosi yang terjadi di DAS Waianae dati analisis sedimentasi sungai di Walanae-Ujung Lamuru sebesar 1.189.143 mi/tahun. Laju erosi ini mengalami peningkatan hampir 309% dari hasil kajian tahun 1976-1995 dari 384.060 mi/tahun menjadi 1.189.143 mi/tahun. Mengingat DAS Waianae ini masuk dalam DAS Super Prioritas dan hasil analisis laju sedimentasi menunjukkan kecenderungan naik maka konservasi lahan sudah harus menjadi prioritas utama."
Bandung: Kementrian Pekerjaan Umum, 2014
627 JTHID 5:1 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Adang S. Soewaeli
"Dalam rangka pemanfaatan air tanah sebagai air baku untuk memenuhi kebutuhan air, di daerah Tonga dan sekitarnya yang termasuk kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara telah dilaksanakan penelitian air tanah berupa pengukuran geolistrik tahanan jenis. Maksud pengukuran geolistrik adalah untuk menduga penyebaran jenis batuan dan gejala-gejala geologi yang terjadi di bawah permukaan secara lateral dan vertikal berdasarkan sifat listrik batuan. Tujuannya adalah untuk menentukan lokasi pengeboran uji (exploration well) dalam rangka pemanfaatan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air baku. Air tanah yang berupa akuifer dari hasil pengukuran geolistrik mempunyai nilai tahanan jenis antara 0,42-15,00 di dalam endapan pasir. Di gudang logistik dilakukan pengeboran uji sampai 150 m di titik VES.1 untuk air tanah kedalaman 17,00-34,00 m dan lebih dari 70 m, sedangkan Mess di titik VES.9 untuk air tanah kedalaman antara 11,90-52,30 m dan lebih dari 60 m. Ada dua hasil interpretasi untuk nilai tahanan jenis lebih kecil daripada 5 m, bisa akuifer kualitas payau-asin atau berupa lapisan serpih. Sesudah dilakukan pengeboran uji untuk menentukan kuantitas air tanah, perlu dilakukan juga pemompaan uji sumur dan analisis kualitas airnya."
Bandung: Badan penelitian dan pengembangan Kementerian pekerjaan Umum, 2014
620 JSDA 10:1 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library