Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Fachri
"ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Modalitas radiografi toraks merupakan pemeriksaan
rutin dan tersedia di hampir setiap rumah sakit. Pengukuran secara kuantitatif
berupa vascular pedicle width (VPW), cardiothoracic ratio (CTR) maupun
vascular pedicle-thoracic ratio (VPTR) melalui radiografi toraks dapat membantu
dalam membedakan jenis edema paru dengan mengetahui titik potong rerata
VPTR berdasarkan kombinasi VPW dan CTR.
Metode: Penelitian dilakukan retrospektif dengan descriptive cross sectional pada
100 pasien dengan klinis edema paru yang telah melakukan radiografi toraks di
ICU Rumah Sakit CiptoMangunkusumo (RSCM) dalam rentang waktu Januari
2013 ? Desember 2015. Subjek dibagi menjadi edema kardiogenik dan non
kardiogenik berdasarkan kombinasi pengukuran VPW dan CTR. Kemudian
dilakukan pengukuran VPTR dan ditentukan titik potong rerata VPTR, sensitivitas
dan spesifisitas berdasarkan kombinasi VPW dan CTR dalam membedakan edema
paru.
Hasil: Dari total 100 subjek penelitian di ICU RSCM dengan metode Receiver
Operating Curve (ROC) didapatkan titik potong VPTR sebesar 25,1% dengan
sentivitas 90,5% dan spesifisitas 86,1% dalam membedakan edema paru
kardiogenik dan non kardiogenik. Selain itu diperoleh juga proporsi edema paru
kardiogenik sebesar 21%, sedangkan edema paru non kardiogenik sebesar 79%.
Kesimpulan: Titik potong VPTR berdasarkan kombinasi VPW dan CTR memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi dalam membedakan edema paru
kardiogenik dan non kardiogenik.

ABSTRACT
Background and purpose: Pulmonary edema in critically ill patient were
challenging in intensive care unit (ICU). Radiography of thorax is routine
examination and widely available in almost every hospital. Measurement
quantitatively of vascular pedicle width (VPW), cardiothoracic ratio (CTR) and
vascular pedicle-thoracic ratio in thorax radiography can help in differentiating
the type of pulmonary edema through the cut off of VPTR based on combination
VPW and CTR.
Methods: Descriptive cross sectional restrospective in 100 patients with clinically
pulmonary edema which have examined by thorax radiography at ICU RSCM in
January 2013 to Desember 2015. Subject divided to cardiogenic and non
cardiogenic pulmonary edema based on combination VPW and CTR. Then,
VPTR were measured and the cut off of VPTR determined based on combination
VPW and CTR in differentiaiting pulmonary edema.
Results: From total 100 subject study at ICU RSCM using Receiver Operating
Curve (ROC) metode, the cut off of VPTR is 25,1% with sensitivity 90,5% and
specificity 86,1% in differentiating cardiogenic and non cardiogenic pulmonary
edema. Beside that, the prevalence of cardiogenik pulmonary edema is 21% and
non cardiogenic pulmonary edema is 79%.
Conclusion : The cut off of VPTR based on combination VPW and CTR have
significant sensitivity and specificity in differentiating cardiogenic and non
cardiogenic pulmonary edema."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fachri
"Pendahuluan: Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan penyakit yang muncul sejak perkembangan teknologi diabad ke-21 dengan tingkat prevalensi kejadian secara global sebesar 60 juta dan kerugian Rp192 trilliun setiap tahunnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor individu, lingkungan dan komputer serta faktor risiko dominan dengan kejadian CVS pada staf POLRES Metro Jakarta Pusat tahun 2020. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi potong lintang dengan jumlah sampel 92 staf kepolisian yang bertugas di markas besar POLRES Metro Jakarta Pusat dan waktu penelitian pada bulan Juni 2020. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen kuesioner dan pengukuran lingkungan langsung menggunakan lux meter dan RH index. Analisis deskriptif dengan melihat frekuensi serta proporsi, uji kai kuadrat memunculkan nilai odd ratio dan uji regresi logistik ganda. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan pada semua variabel dari faktor individu, lingkungan dan komputer dengan kejadian CVS. Walaupun begitu, terdapat empat variabel yang menjadi faktor risiko dengan kejadian CVS diantaranya kelainan refraksi (OR=1,65), perilaku merokok (OR=1,89), kelembaban (OR=2,5) dan jenis monitor (OR=1,11). Analisis multivariat menunjukkan kelembaban ruang kerja memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian CVS (p=0,04) dan merupakan faktor risiko dominan (OR=2,5). Kesimpulan: Terdapat empat faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian CVS pada staf POLRES Metro Jakarta Pusat. Saran: Pengendalian faktor risiko kejadian CVS perlu dilakukan oleh pihak POLRES Metro Jakarta Pusat melalui berbagai program promosi kesehatan dan kebijakan terkait kesehatan dan keselamatan kerja

Introduction: Computer Vision Syndrome (CVS) is one of the emerging diseases in the 21st century because of advanced technology with the global prevalence around 60 million from various population characteristics and could cause an economic burden equivalent to 192 trillion rupiah. Objective: This study aims to determine the relationship of individual, environmental, and computer factors as well as the dominant risk factor with the occurrence of CVS in the Central Jakarta Metropolitan Police Officers in 2020. Method: This study uses a cross-sectional study approach with a sample of 92 police officers who are serving at the headquarters with the research time along June 2020. Data were collected through questionnaire and direct environmental measurements using lux meter and RH Index. Descriptive statistics (chi square) and binary logistic regression were carried out to compute frequencies, proportion, relevant associations and dominant risk factors. Results: The results showed there was no significant relationship on all variables from individual, environment, and computer factors with the occurrence of CVS. Nevertheless, there are four variables that are risk factors for CVS such as refractive errors (OR=1.65), smoking behavior (OR=1.89), humidity (OR=2.50), and computer monitor type (OR=1.11). Multivariate analysis showed that humidity had a significant relationship with CVS (p=0,04) and a dominant risk factor (OR=2.5). Conclusion: There are four risk factors that can cause CVS occurrence in the police officers at the Central Jakarta Metropolitan Police Headquarters. Suggestion: Risk factors for CVS at the Central Jakarta Metropolitan Police Headquarters need to be done through various health promotion programs and policies related to occupational health, environmental, and safety."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library