Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Aziz Wahyudin
Abstrak :
Air merupakan bagian penting bagi kehidupan seseorang. Ketika tubuh kekurangan cairan efek yang ditimbulkan adalah tubuh mengalami dehidrasi. Dehidrasi yang terjadi pada mahasiswa program profesi ners dapat menyebabkan penurunan performa selama melaksanakan praktik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status hidrasi mahasiswa program profesi ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2018/2019 berdasarkan peminatan stase KKMP. Penelitian ini dilakukan pada responden usia dewasa dengan usia minumum m 21 tahun dan usia maksimum 33 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukan 17,2 % mahasiswa program profesi ners mengalami dehidrasi selama melaksanakan praktik. Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan status dehidrasi antara lain adalah usia (p-value : 0,015) dan asupan air (p-value : 0,023). Sedangkan variabel yang tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan status dehidrasi adalah peminatan stase KKMP (p-value : 0,434), jenis kelamin (p-value : 0,691), suhu tubuh (p-value : 0,667) dan status gizi (IMT) (p-value : 0,322). ......Water is essential for the health of one's body. The lack of fluids will result in dehydration. Dehydration that occurs in nursing profession students can cause a decrease in performance during the practicum. This study aims to determine the factors related to hydration status of professional phase undergraduate nursing student in Faculty of Nursing Universitas Indonesia, 2018/2019, based on KKMP stase specialization. Using cross-sectional design, this study investigates 64 respondent of adult male and female with a minimum age of 21 years and a maximum age of 33 years. The findings disclose that 17.2% respondents was dehydrated while carrying out the practicum. Variables that have a significant association with dehydration status include age (p-value: 0.015) and water intake (p-value: 0.023). Meanwhile, variables that did not have a significant association with dehydration status are specialization of KKMP stase (p-value: 0.434), gender (p-value: 0.691), body temperature (p-value: 0.667) and nutritional status (BMI) (p-value: 0.322).
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Aziz Wahyudin
Abstrak :
SOL Intrakranial menjadi salah satu masalah kesehatan pada bagian kepala (otak) yang dapat menyebabkan kematian, disfungsi neurologis, dan disabilitas.  Salah satu masalah yang dialami pasien SOL intracranial adalah gangguan menelan akibat dampak dari disfungsi neurologis. Pengkajian fungsi menelan menjadi hal yang penting pada pasien dengan gangguan neurologis untuk menghindari dampak lebih lanjut seperti risiko aspirasi dan penurunan asupan nutrisi. Karya Ilmiah Akhir Ners ini berbentuk studi kasus, bertujuan untuk menyajikan hasil analisis penerapan asuhan keperawatan pada pasien SOL Intrakranial dengan menerapkan skrining menelan. Adapun penerapan skrining yang direkomendasikan berdasar pada kajian praktik berbasis bukti meliputi penggunaan bedside swallowing screen yang diantaranya adalah the Massey Bedside Swallowing Screen  (MBSS) dengan spesifitas dan sensitivitas 100% dan The Royal Adelaide Prognostic Index Dhysphagia Stroke (RAPIDS) dengan spesifitas 92% dan sensisitivitas 90% diharapkan dapat diaplikasikan oleh perawat neuroscience khususnya pada pasien yang diduga mengalami masalah gangguan menelan. Hasil penerapan skrining menelan pada kasus ini didapatkan pasien mengalami gangguan menelan (dispagia). Setelah mendapatkan hasil skrining yang sesuai, perawat dapat melaporkan hasil temuannya dengan melakukan intervensi kolaborasi dengan ahli patologi bicara, dokter, serta ahli gizi untuk melakukan intervensi lanjutan yang sesuai.


Intracranial SOL is a health problem in the brain that can cause death, neurological dysfunction, and disability. One of the problems experienced by intracranial SOL patients is swallowing problems due to neurological dysfunction. Assessment of swallowing function is important in patients with neurological disorders to avoid further effects such as the risk of aspiration and decreased nutritional intake. This case study aims to present the results of an analysis of the implementation of nursing care to Intracranial SOL patients by applying swallowing screening. The recommended screening application is based on evidence-based practice studies including the use of bedside swallowing screens, which include the Massey Bedside Swallowing Screen (MBSS) with 100% specificity and sensitivity and The Royal Adelaide Prognostic Index Dhysphagia Stroke (RAPIDS) with 92% specificity and sensitivity 90% is expected to be applied by neuroscience nurses, especially in patients who are suspected of having swallowing problems. The results showed that the patient experienced swallowing disorders (dyspagia). After obtaining the appropriate screening results, nurses can report their findings by conducting collaborative interventions with pathologists, physicians, and nutritionists to carry out appropriate follow-up interventions.

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library