Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia Febiastuti
"Disfagia adalah kondisi medis yang berkaitan dengan kesulitan menelan. Pasien dengan disfagia tidak bisa minum cairan normal dikarenakan cairan biasa dapat masuk ke paru paru dan menyebabkan pneumonia aspirasi. Penggunaan cairan kental adalah pengobatan yang paling umum. Di bawah pedoman Australia cairan kental dibagi menjadi tiga tingkatan tingkat 150 agak tebal tingkat 400 cukup tebal dan tingkat 900 sangat tebal. Cairan mengental tersedia dalam dua bentuk sias dikonsumsi pre thickened minuman atau sebagai bubuk pengental yang dapat ditambahkan ke dalam minuman apapun hand thickened. Masalah utama dengan cairan kental adalah inkonsistensi dalam viskositas mereka antara cairan dan jenis pengental yang berbeda Juga pedoman untuk pengukuran viskositas fluida menebal sangat subjektif. Oleh karena itu tujuan pengukuran rheologi dilakukan untuk menentukan viskositas air dan susu pre thickened air dan susu menebal menggunakan bubuk pengental membandingkan viskositas thickened water dan thickened milk baik dalam bentuk pre thickened dan hand thickened Selain itu perbandingan viskositas antara bentuk juga diselidiki. Reologi dari seluruh sampel dianalisis menggunakan Rheoscope. Ditemukan bahwa thickened milk memiliki viskositas lebih tinggi dari pada thickened water yang menunjukkan bahwa kandungan cairan memiliki efek pada viskositas. Selanjutnya cairan pre thickened ditemukan memiliki viskositas lebih tinggi dari hand thickened.
Dysphagia is a medical condition related to difficulties with swallowing. Patients with dysphagia cannot drink normal fluids because thin fluids could enters their lungs and cause aspiration pneumonia. Use of thickened fluids are the most common treatment for dysphagia. Under Australian guidelines thickened fluids are divided into three levels level 150 mildly thick level 400 moderately thick and level 900 extremely thick. Thickened fluids are available in two forms ready to serve pre thickened drinks or as powder thickener that can be added into any drink hand thickened. The main issue with thickened fluids is the inconsistency in their viscosity between different fluids and type of thickener. Also the guidelines for measurement of thickened fluid viscosity is very subjective. Therefore objective rheological measurement is performed to determine the viscosity of pre thickened water and milk and water and milk thickened using powder thickener compare the viscosity of thickened water and thickened milk in both pre thickened and hand thickened forms Moreover the comparison of viscosity between forms was also investigated. Rheology of all samples were analysed using Rheoscope. It was found that thickened milk had a higher viscosity than thickened water which indicates that the content of a fluid have an effect on viscosity. Furthermore pre thickened fluids were found to have a higher viscosity than hand thickened fluids. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Raka Divananda
"Penlitian ini membahas tentang eliminasi componen metallic dan saturasi componen olefin bersama dengan eliminasi componen lain yang juga tidak di inginkan yang akan mempengaruhi laju reaksi dan kualitas produk. Solusi dari masalah ini adalah dengan mendesain sebuah trickle bed reactor berisikan Cobalt Molybdenum sebagai katalis yang dilengkapi dengan pelindung alumina dan mengandung HCL anhidrat. Reaktor ini mempunyai tinggi 3.33 m dan lebar diameter 1.5 berisikan 3080 kg katalis. Reactor yang mempunyai volume 5.874 m3 ini di desain untuk memproses 1 kg/s naphtha yang mengandung 0.03wt% sulfur, 40 ppb lead, dan 2vol% olefin.

This research discusses on removal of metallic compound and saturation of olefin with addition to other impurities removal from selected naphtha composition since it affects overall reaction rate and product quality. The solution is to design a trickle bed reactor loaded with Cobalt Molybdenum catalyst supported with alumina guard and potentially impregnated with anhydrous HCL. The reactor dimension is found to be 3.33 m in height and 1.5 in diameter packed with 3080 kg of catalyst. This 5.874 m3 reactor is designed to treat 1 kg/s naphtha which contains 0.03wt% sulphur, 40 ppb of lead and 2vol% of olefin.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lovina Putri Srisantoso
"ABSTRACT
The purpose of this study is to enhance the mechanical and thermal properties of cellulose nanowhiskers nanosilica epoxy hybrid nanocomposites. This research project mainly focusing the addition of nano silica as filler and altering the filler composition by adding cellulose nano whisker which resulted from biodegradable material. In this work, halloysite nanotubes HNTs as new types of nanosilica is used to reinforced epoxy resin due to its hollow nanotubular structure. Epoxy hybrid nanocomposites reinforced with cellulose nano whisker CNWs and halloysite nanotube HNTs have been fabricated and characterized.The researcher suggests that the combination of cellulose nano whisker and halloysite nanotube enhance the mechanical and thermal properties at low filler content.

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan sifat mekanik dan termal nanokhosalin nanoplasikel nanosilika nanokulum selulosa. Proyek penelitian ini terutama memfokuskan penambahan nano silika sebagai pengisi dan mengubah komposisi pengisi dengan menambahkan selulosa nano kumis yang dihasilkan dari bahan biodegradable. Dalam karya ini, nanotube halloysite HNT sebagai tipe baru nanosilika digunakan untuk memperkuat resin epoksi karena struktur nanotubular berongga. Nanokomposit hibrida Epoxy diperkuat dengan CNWs selulosa nano dan HNTs nanotube halloysite telah dibuat dan dikarakterisasi. Peneliti menyarankan bahwa kombinasi kumul nano selulosa dan nanotube halloysite meningkatkan sifat mekanik dan termal pada kandungan filler rendah."
2016
S66902
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Listyani Saputri
"
ABSTRAK
Kegiatan eksploitasi bijih besi secara besar-besaran untuk memenuhi permintaan pasar dunia yang terus meningkat telah menyebabkan penipisan cadangan bijih besi dengan kualitas tinggi secara signifikan. Hal tersebut mengakibatkan pada naiknya cadangan bijih besi dengan kualitas rendah, yang memerlukan teknologi benefisiasi tingkat tinggi untuk meningkatkan kandungan besi dan menurunkan kandungan silika. Bijih besi dengan kualitas rendah tersebut pada umumnya mempunyai komposisi mineral yang kompleks dan kandungan mineral yang tidak berharga atau disebut gangue. Flotasi adalah solusi yang ekonomis, efektif dan umum digunakan untuk menaikkan kadar konsentrat bijih besi yang berkualitas rendah, terkhusus pada partikel besi yang halus dan sangat halus. Performa flotasi tersebut, yang dilambangkan dengan kadar besi dan silika pada konsentrat bijih besi, dipengaruhi oleh ukuran partikel besi, jenis dan dosis bahan pereaksi kimia yang digunakan. Studi ini akan mengidentifikasi pengaruh dari ukuran partikel besi, dosis kolektor dan depresan terhadap performa flotasi, yang akan dilambangkan dengan rasio massa besi terhadap silika. Eksperimen dilakukan pada sel flotasi dengan kapasitas 140 ml dengan menggunakan desain eksperimen central composite rotatable design CCRD . Melalui analisa statistik, ditemukan bahwa hanya dosis kolektor dan depresan yang berpengaruh secara signifikan terhadap rasio massa besi terhadap silika pada konsentrat bijih besi.

ABSTRAK
High grade iron ore reserves are being significantly depleted due to massive exploitation, as the global iron demand is continuously increasing over time. This issue has led to significant gain of lower grade iron reserves that require advanced beneficiation technologies to increase the iron content and decrease silica content. Lower grade iron ores commonly have complex mineral composition and high content of gangue minerals. Flotation is an economical, effective and extensively used beneficiation solution to concentrate lower grade iron ores, especially for fine and ultrafine particles. The performance of flotation, i.e. iron grade and silica content in the concentrate, is influenced by particle size, reagent type and dosage. This project investigated the effects of particle size, collector and depressant dosages on the flotation separation performance represented by an integrated parameter, the mass ratio of iron to silica. The project was conducted in a 140 ml flotation cell via central composite rotatable experimental design CCRD . By using statistical analysis, it was found that only collector and depressant dosage would significantly affect the iron silica ratio. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abi Rafdi Insani
"ABSTRAK
Sel elektrokimia dengan elektroda udara saat ini mengalami peningkatan penelitian karena potensi aplikasi dalam sektor energi seperti water splitting dan baterai logam-udara. Namun, diketahui bahwa reaksi lamban dari Reaksi Evolusi Oksigen REO atau OER dalam bahasa inggris memperlambat komersialisasi dari teknologi tersebut. Oleh karena itu, banyak waktu diluangkan untuk penelitian elektrokatalis termukhtahir untuk REO. Perovskite Oksida merupakan salah satu kandidat yang meyakinkan untuk elektrokatalis REO karena harga murah dan konduktivitas bercampur. La Ni,Fe O3-?, merupakan sebuah perovskite menawarkan harapan dalam aktivitas REO karena sifat logam dari LaNiO3 dan permukaan stabil Ni III oleh Fe. Penelitian lain melaporkan bahwa memasukkan Sr ke dalam situs-A Perovskite itu sangat baik untuk katalisis REO dengan mempromosikan situs aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengevaluasi La1-xSrx Ni,Fe O3-? sebagai elektrokatalis untuk REO, dan mempelajari efek aktivitas REO seperti struktur Kristal dan sifat elektrokimia. Dari karakterisasi yang dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa 100 mol doping SNF menghasilkan performa REO yang terbaik dengan nilai overpotential 0.350 0.005 V untuk mencapai 10mA cm-2 densitas arus yang disimpulkan lebih baik dari katalis patokan RuO2.

ABSTRACT
Research in electrochemical cells with air electrode is in the rise due to their potential energy applications such as water splitting and metal air batteries. However, it is known that the sluggish kinetic mechanism of Oxygen Evolution Reaction OER hinders the commercialisation of these technologies. As a result, many researches have been dedicated to developing novel electrocatalysts for OER. Perovskite oxides are one of the promising candidates for OER catalysis because of low cost and mixed conductivities. La Ni,Fe O3 , a perovskite, offers a promise in OER activity due to the metallic properties of LaNiO3 and stabilised surface Ni III by Fe. Other research also reported that incorporating Sr into A site of perovskite is advantageous for OER catalysis by promoting active sites. This research attempt to develop and evaluate La1 xSrx Ni,Fe O3 as catalysts for OER, and study the effects on OER related activities such as crystal structure and electrochemical properties. From the characterastion we conclude that 100 mol doped SNF demonstrated the best OER performance with overpotential of 0.350 0.005 V to achieve 10mA cm 2 which is superior to the benchmark RuO2 catalysts."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tambunan, Antonio Frederick
"ABSTRACT
The phase equilibria study of the Cu-Fe-O-Si-Ca system in equilibrium with metallic copper and iron aimed to determine the limit of removal of copper from copper smelting slag (Slag cleaning process). A literature review on information of phase equilibria of related systems at high temperature has been conducted and it is important basis for determining expected phase in the system and for the copper slag cleaning process.The experimental methodology used in the present study involves high temperature equilibration, rapid cooling of the samples, and microanalysis on the chemical compositions of all phases using Electron Probe X-ray Microanalysis (EPMA). The influence of temperature, Fe/SiO2 ration in slag, and CaO additive on the phase equilibria have been experimentally investigated. The selected experimental parameters are expected to influence the liquidus composition, major elements distributions between phases, and the activity of residual metal in the slag. All of these will influence the overall removal of metal from the slag phase. The experimental data are compared with the prediction results from the FactSage thermochemical software with public database. The slag system investigated in the present study is highly important for high-temperature copper smelting, converting and recycling processes.   

ABSTRAK
Studi kesetimbangan fase sistem Cu-Fe-O-Si-Ca dalam kesetimbangan dengan logam tembaga dan besi bertujuan untuk menentukan batas pembersihan tembaga dari slag peleburan tembaga (proses pembersihan slag). Tinjauan literatur tentang informasi kesetimbangan fasa sistem terkait pada suhu tinggi telah dilakukan dan merupakan dasar penting untuk menentukan fase yang diharapkan dalam sistem dan untuk proses pembersihan slag tembaga. Metodologi eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan kesetimbangan suhu tinggi, pendinginan sampel yang cepat, dan analisis mikro pada komposisi kimia dari semua fase menggunakan Analisis Elektron X-ray Mikroanalisis (EPMA). Pengaruh suhu, rasio Fe/SiO2 dalam slag, dan aditif CaO pada kesetimbangan fase telah diteliti secara eksperimental. Parameter eksperimental yang dipilih diharapkan untuk mempengaruhi komposisi liquidus, distribusi elemen utama antara fase, dan aktivitas logam sisa dalam slag. Semua ini akan mempengaruhi penghapusan logam secara keseluruhan dari fase slag. Data eksperimental dibandingkan dengan hasil prediksi dari perangkat lunak termokimia FactSage dengan database publik. Sistem slag yang diselidiki dalam penelitian ini sangat penting untuk proses peleburan, konversi, dan daur ulang tembaga suhu tinggi. "
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Putri Indriani
"Laju angkat busa Foam lift adalah suatu metode alternatif yang digunakan untuk mengangkat cairan dewatering pada sumur Coal Seam Gas CSG. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi kapasitas angkat dari foam dengan konsentrasi garam dan partikel yang berbeda-beda untuk mengangkat cairan air, pada suatu kondisi dimana ada atau tidak adanya surfaktan. Sebagai pilot proyek sebuah kolom berskala panjang 4,3 meter dengan diameter 5 cm digunakan untuk menstimulasi sumur CSG. Contoh foam dibuat sebanyak 2 Liter L dengan berbagai komposisi yang terdiri dari 0.05-0.3 M garam sebagian besar NaCl dan 7-35 g/L partikel sebagian besar lempung dengan laju alir gas yang bervariasi dari 30-65 Liter per menit. Kapasitas angkat foam terhadap cairan sangat berkaitan dengan kemampuan untuk membentuk foam foamability, dengan kata lain semakin tinggi foamability, maka semakin besar kapasitas daya angkatnya. Surfaktan mempunyai kapasitas angkat yang lebih tinggi daripada air. Penambahan NaCL dengan rentang konsentrasi tertentu transisi konsentrasi dari 0.05-0.1 M dapat meningkatkan daya angkat. Adanya partikel dapat sedikit meningkatkan kapasitas angkat, tetapi, dapat menurunkan konsentrasi tertentu. Kestabilan foam dapat mengangkat partikel sampai ke permukaan sumur, yang mana juga memperbaiki waktu pakai dari pompa down hole pump yang digunakan untuk proses dewatering. Secara keseluruhan, kombinasi yang sesuai antara surfaktan, garam dan partikel dapat secara nyata meningkatkan daya angkat cairan, yang dapat menunjukkan potensi dari pemakaian atau aplikasi foam dalam industri CSG.

Foam lift is an alternative way used for liquid unloading dewatering in Coal Seam Gas CSG wells. This study aims to evaluate liquid lifting capacity of foams at different concentrations of salt and particles, in the absence and presence of surfactant. A pilot scale column of 4.3 m long and 5 cm in diameter was used to simulate a CSG well. 2 L of samples of different compositions were prepared with 0.05 ndash 0.3 M of salt mainly NaCl and 7 35 g L of particles mainly clays and gas flow rates varied from 30 to 65 L min. The liquid lifting capacity of foam can be interrelated to foamability, in the sense that the higher the foam formation, the greater the lifting capacity. The surfactant solutions provided significantly higher lifting capacity compared to water. Addition of NaCl improved lifting capacity at a particular range of concentration transition concentration from 0.05 to 0.1M. Particles were found to slightly improve the lifting capacity, however, lowered it above a particular concentration. Stable foams can lift the particles up to the surface, which improves the runtime of down hole pumps used for well dewatering. Overall, the appropriate combination of surfactant, salt, and particles can significantly improve liquid lifting, demonstrating the potential application of foams in CSG industry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katami Nasarasiddi
"Produksi industri logam tembaga sering melibatkan dua proses yang berbeda; hidrometalurgi dan pirometalurgi. Pekerjaan sebelumnya yang diusulkan adalah proses sinergis antara hidro dan pirometalurgi. Tembaga sulfat mengalami proses pengendapan menggunakan kapur sebagai bahan pengendapan karena energi dan efisiensi biaya. Proses ini kemudian diikuti oleh pemisahan fisik dari pengendapan endapan. Skripsi ini menginvestigasi kondisi proses yang optimal dalam hal pengendapan produk dan dampak pemberian flokulan anionik / kationik pada proses pengendapan. Varietas berikut diterapkan untuk mencapai tujuan penyelidikan: • Waktu tinggal yang berbeda dalam reaktor; 10, 15, dan 30 menit • Perbedaan rasio kapur dengan tembaga sulfat; 100%, 95%, dan 105% dengan standar waktu tinggal 15 menit • Penggunaan flokulan yang berbeda dari anionik, kationik, dan tanpa penambahan flokulan. • Perbedaan dosis flokulan yang digunakan Serangkaian variasi di atas didasarkan pada kelayakan praktik dan diharapkan untuk mencapai kondisi terbaik dalam mengoptimalkan proses pengendapan brochantite. Hasil penelitian menemukan; waktu tinggal selama 15 menit menghasilkan tembaga yang lebih tinggi namun dengan laju pengendapan rendah. Peningkatan rasio antara kapur dan tembaga sulfat menghasilkan hasil yang sama. Hasil pengendapan yang tinggi dengan laju pengendapan yang rendah ini dioptimisasi dengan adanya penambahan flokulan untuk mempercepat laju pengendapan. Ditemukan bahwa anionik dengan dosis 10 mL mempengaruhi laju pengendapan lebih baik daripada kationik terhadap endapan tembaga karena permukaannya bermuatan positif. Kata Kunci: anionik, flokulan, kapur, kationik, optimisasi, proses tersinergi, pengendapan, tembaga, tembaga sulfat.

Industrial production of copper metal often involves two different processes; hydrometallurgical and pyrometallurgical. Previous work proposed is a synergistic process of hydro- and pyrometallurgical route. Copper sulphate undergoes a precipitation process of using lime as precipitation agent due to energy and cost efficiency. The process is then followed by physical separation of settling the precipitate. This research investigates the optimal condition of the process in terms of the settling of the product and the impact of dosing anionic/cationic flocculant on settling. The following varieties were applied to achieve the objectives of investigation: • Different residence time in the reactor of 10, 15 and 30 minutes • Different lime to copper sulphate ratio of 100%, 95% and 105% with a standard of 15 minutes residence time • Different flocculant usage of anionic, cationic and no addition of flocculant • Different dosage of flocculant used A series of variety above was based on the feasibility of practice and was expected to achieve the best condition in optimising settling of brochantite. The results of the investigation found were; intermediate residence time in the reactor of 15 minutes recovered higher copper with a cause of low settling rate. The increase in ratio of lime to copper sulphate produces similar result of having higher copper recovering with a drawback of settling rate. These optimum precipitation extent and low settling rate are maximised by introducing flocculant towards the settling process to improve settling rate. It was found that anionic with a dosage of 10 mL affects settling rate better than cationic towards copper precipitate due to their positively charged surface. Keywords: anionic, cationic, copper, copper sulphate, flocculant, lime, optimising, settling, synergistic process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trizi Afrianza Rachman
"Pembengkakan pada tanah liat adalah salah satu masalah yang sering dijumpai dalam reservoir gas lapisan batubara. Aktivitas ini dapat mengakibatkan beberapa kesalahan seperti kegagalan pompa, penghentian produksi dan penurunan permeabilitas lapisan batubara. Pengendapan Mg(OH)2 dalam struktur tanah liat telah di evaluasi dengan menggunakan bentonite clay sebagai model tanah liat dalam penelitian. Efek konsentrasi dari MgCl2.6H2O dan NaOH dalam membentuk pengendapan pada tanah liat yang dapat membengkak, telah di pelajari dan dijelaskan dalam skripsi ini. Kesimpulan menunjukan adanya penurunan indeks pembengkakan ketika konsentrasi MgCl2.6H2O ditambahkan dari 2wt% to 10wt%. Namun, terjadi penurunan yang signifikan pada angka indeks pembengkakan ketika konsentrasi diantara 4wt% dan 6wt%. Demikian, penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui karateristik tanah liat dengan melihat konsentrasi MgCl2.6H2O, yaitu 4.5wt%, 5wt% and 5.5wt%. Indeks pembengkakan menunjukan hasil yang serupa dengan penelitian sebelumnya, sesuai dengan perhitungan ketidakpastian. Penelitian lain telah dilakukan, dengan memvariasikan konsentrasi NaOH dan menetapkan konsentrasi garam Magnesium pada 6wt%. Hasil ini menunjukan penurunan angka indeks pembengkakan ketika konsentrasi NaOH ditambahkan. Namun, angka indeks pembengkakan menjadi lebih tinggi ketika jumlah MgCl2.6H2O digunakan lebih banyak daripada konsentrasi NaOH. Fenomena ini dapat terjadi dikarenakan jumlah OH- yang digunakan lebih sedikit yang bisa berinteraksi dengan ion Mg2+. Sedangkan ion natrium dilarutkan karena lebih banyak ion khlorida dalam larutan yang digunakan.

Clay swelling is one of the biggest issue in coal seam gas reservoir. This leads to several problems like pump failure, production shutdown and reduction in permeability. In this report, precipitation of Mg(OH)2 on clay structure has been evaluated by utilising bentonite as model clay. The effect of MgCl2.6H2O and NaOH concentrations on the precipitation and swelling index have been studied and reported in this work. The conclusion showed a gradually decreased in swelling index when increasing MgCl2.6H2O concentration from 2wt% to 10wt%. However, there was a significant decreased of swelling index value when the concentration is between 4wt% and 6wt%. Thus, advance experiment was done to identify this behaviour by performing 4.5wt%, 5wt% and 5.5wt% Mg salt (MgCl2.6H2O) concentration. The swelling indexes indicated similar behaviour to previous experiment, based on uncertainty measurement. Another experiment with varying NaOH concentration while maintaining concentration of 6wt% Mg salt was also undertaken. These results showed decreasing behaviour in swelling index as the amount of NaOH concentration was increased. However, higher swelling index was achieved when amount of MgCl2.6H2O was higher than NaOH concentration. This might occur due to less amount of OH- to be coordinated by Mg2+, while sodium ions were dissolved since more chlorite ion presence in the solution."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>