Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Galih Prasetiyo
"Hidrogel semi-IPN merupakan suatu jaringan polimer yang memiliki kemampuan menyerap air yang besar dan cenderung mempertahankan strukturnya. Sintesis hidrogel kitosan-polistirena dengan metode semi-IPN dilakukan dengan dua tahap. Pada tahap pertama dibentuk jaringan kitosan terikat silang dengan menggunakan variasi agen pengikat silang yaitu, asetaldehida, formaldehida, dan glutaraldehida. Pada tahap kedua dilakukan polimerisasi polistirena di dalam jaringan kitosan terikat silang. Kondisi optimum dalam sintesis hidrogel kitosan-polistirena semi-IPN diperoleh dengan waktu reaksi polimerisasi polistirena selama 4 jam, komposisi kitosan dan stirena sebesar 80:20, dan agen pengikat silang asetaldehida. Pada kondisi optimum, hidrogel kitosan-polistirena semi-IPN memiliki sifat mekanik yang lebih baik dibandingkan dengan hidrogel kitosan dan mampu mempertahankan kemampuan swelling yang baik. Nilai rasio swelling dan derajat ikat silang hidrogel kitosan-polistirena semi-IPN pada kondisi optimum sebesar 751,2% dan 24,1% secara berurutan. Karakterisasi hidrogel kitosan-polistirena semi-IPN dilakukan dengan spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR), Differential Scanning Calorimetry (DSC), dan Scanning Electron Microscope (SEM).

Semi-IPN hydrogel is a polymer network that has a great ability to absorb water and tend to maintain its structure. Synthesis of hydrogel chitosan -polystyrene by semi-IPN method performed by two steps. First step, chitosan crosslinked network formed by using a variety of crosslinking agents, namely acetaldehyde, formaldehyde, and glutaraldehyde. In the second step, polymerization polystyrene in chitosan crosslinked network. The optimum conditions in synthesis of chitosan hydrogel-polystyrene semi-IPN is obtained with a reaction time of polymerization of polystyrene for 4 hours, composition of chitosan and styrene is 80:20, and the crosslinking agent is acetaldehyde. At the optimum conditions, hydrogel chitosan- polystyrene semi-IPN has better mechanical properties compared with the chitosan hydrogel and able to maintain good swelling capability. The value of swelling ratio and the degree of crosslinking of hydrogel chitosan-polystyrene semi-IPN in optimum condition are 751.2% and 24.1%. Characterization of hydrogel chitosan-polystyrene semi-IPN has been done by Spectrophotometer Fourier Transform Infrared (FTIR), Differential Scanning Calorimetry (DSC), and Scanning Electron Microscope (SEM)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulqi Hilaliyah Fadhilah
"Keberadaan obat di lambung tidak dapat bertahan lama dikarenakan terpengaruh oleh proses pengosongan lambung. Salah satu sistem yang dapat digunakan untuk menahan obat berada dalam lambung dalam waktu yang cukup lama yaitu dengan menggunakan floating drug delivery system (FDDS). Pada penelitian ini obat amoxicillin trihidrat digunakan untuk menguji hidrogel kitosan-cangkok-poli(N-vinil kaprolaktam) sebagai sediaan pengantar obat sistem mengapung yang dipengaruhi oleh efek agen pembentuk pori. Enkapsulasi obat amoxicillin trihidrat ke dalam sediaan mengapung menggunakan metode in situ loading. Komposisi hidrogel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 0,2 g kitosan, 0,8 g monomer NVCL, 0,02 g inisiator APS, 0,012 g agen pengikat silang MBA. Selain itu juga ditambahkan variasi konsentrasi dari agen pengikat silang CaCO3 dan NaHCO3, yaitu 0; 5; 7.5; 10 dan 15%.
Penelitian ini dikaji berdasarkan jenis pembentuk pori, konsentrasi pembentuk pori, jenis kualitas obat, dan jenis hidrogel. Uji pelepasan obat dilakukan di dalam larutan pH 1,2. Karakterisasi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR) untuk melihat gugus fungsi yang ada pada hidrogel, dan Mikroskop Stereo Optik untuk melihat morfologi permukaan hidrogel. Dari hasil penelitian didapatkan hasil optimum pada matriks hidrogel kitosan-cangkok-poli(N-vinil kaprolaktam) dengan agen pembentuk pori NaHCO3 pada konsentrasi 15%.

The existence of the drug in the stomach can not last long due to be affected by the process of gastric emptying. One of the systems can be used to retain the drug in the stomach in a long time by using floating drug delivery system (FDDS). In this study, the drug amoxicillin trihydrate was used to test the hydrogel chitosan-graft-poly (N-vinyl caprolactam) as a floating drug delivery systems which is influenced by the effects of pore-forming agent. Amoxilin trihydrate was encapsulated in matrix using in situ loading. Hydrogel composition used in this study was 0.2 grams of chitosan, 0.8 g NVCL monomer, 0.02 g initiator APS, and 0,012 g MBA crosslinking agent. It also added varying concentrations of crosslinking agent CaCO3 and NaHCO3, which is 0; 5; 7.5; 10 and 15%.
This study assessed based on the type of forming the pores, pore-forming concentration, the type of drug quality, and type of hydrogel. Drug release test was conducted in a solution of pH 1.2. The characterization was conducted by using Fourier Transform Infrared (FTIR) spectrofotometry to see the existing functional groups on the hydrogel, and Stereo Optical Microscope to the hydrogel surface morphology. Obtainable from the optimum results of observe matrix hydrogel chitosan-graft-poly (N-vinyl caprolactam) with a pore-forming agent NaHCO3 at a concentration of 15%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Rahayu
"Sintesis nanokomposit dari nanoselulosa sekam padi dan zat anorganik telah dibuat. Digunakan TiO2 sebagai zat anorganik sehubungan dengan sifatnya yang green chemistry. Selulosa di isolasi dari sekam padi dengan tahapan maserasi lemak dengan toluena : etanol(2:1). Penghilangan hemiselulosa dan lignin dengan menggunakan NaClO2 1,4% pH asam. Rendemen selulosa yang diperoleh adalah 46,169 % untuk metode I dan 31,178 % untuk metode II. Spektrum FTIR selulosa menunjukkan hilangnya lignin pada bilangan gelombang 1750 cm-1 untuk selulosa metode I sedangkan selulosa metode II masih terdapat lignin. Indeks kristalinitas dari selulosa diperoleh dari analisis XRD sebesar 60,265% untuk selulosa I sedangkan selulosa II 53,78%. Rendemen nanoselulosa yang disintesis dari selulosa sekam padi menurun dengan meningkatnya konsentrasi asam sulfat. Indeks Kristalin dari nanoselulosa yang diperoleh dari analisis XRD sebesar 80% untuk konsentrasi asam sulfat 60%. Analisis dengan SEM menunjukkan morfologi permukaan nanoselulosa yang halus merata. Analisis dengan TEM menunjukkan ukuran partikel yang cukup baik dengan naiknya konsentrasi asam sulfat. Ukuran yang terbaik di peroleh dengan menggunakan asam sulfat 60% yaitu 100 x 30 nm. Nanokomposit dapat diperoleh dengan impregnasi zat anorganik TiO2 pada nanoselulosa, hal ini ditunjukkan dengan FTIR dan TEM.

Synthesis of cellulose rice husk nanocomposite and inorganic substances have been made. TiO2 is used as inorganic substance with respect to the nature of green chemistry. Cellulose in isolation from rice husk with maceration stage fat with toluene:ethanol (2:1). The elimination of hemicellulose and lignin by using NaClO2 1.4% acidic pH. The yield of cellulose obtained was 46.169% to of the methods I and 31.178% to the method II. FTIR spectra at wave number 1750 cm-1 showed a loss of lignin cellulose for method I while the cellulose method II still contained lignin. Crystallinity index of cellulose obtained from XRD analysis of 60.265% for the first cellulose while the cellulose II 53,78%. The yield synthesized nanocellulose from rice husk cellulose decreased with increasing concentrations of sulfuric acid. Crystalline index of nanocellulose obtained from XRD analysis of 80% to 60% concentration sulfuric acid. Analysis by SEM showed a smooth surface morphology nanoselulosa evenly. Analysis by TEM showed the particle size is pretty good with the increasing concentration of sulfuric acid. The best size is obtained by using sulfuric acid 60%, 100 x 30 nm. Nanocomposite can be obtained by impregnating an inorganic substance TiO2 on nanocellulose, as shown by FTIR and TEM."
2016
S65846
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almas Mafazi
"ABSTRAK
Lawson atau 2-hydroxy-1,4-naphtaquinone adalah senyawa yang berasal dari 1,4- naphtaquinone yang dilaporkan memiliki manfaat yang baik dalam hal uji aktivitas biologis dan farmakologi seperti antimikroba, antiretik, antioksidan, dan aktivitas baik untuk penderita tuberkulosis. Dalam skala produksi senyawa Lawson dapat meningkatkan waktu dan efisiensi dalam pembentukan senyawa antioksidan dengan menggunakan katalis asam amino (L-proline). Dalam penelitian ini asam amino (L-proline) yang digunakan sebagai katalisator untuk sintesis senyawa Lawson melibatkan pereaksi benzaldehida, sinamaldehida dan 2-hidroksibenzaldehida. Karakterisasi Katalis L-prolin dan sintesis senyawa Lawson dilakukan menggunakan FT-IR, GC-MS dan UV-Vis, Kromatografi Lapis Tipis dan uji antioksidan dengan metode DPPH.
ABSTRACT
Lawson or 2-hydroxy-1,4-naphtaquinone is a compound derived from 1,4-naphtaquinone which is reported to have good benefits in terms of biological and pharmacological activity tests such as antimicrobial, antiretic, antioxidant, and good activity for tuberculosis sufferers. In the production scale of Lawson compounds, it can increase the time and efficiency in the formation of antioxidant compounds by using an amino acid catalyst (L-proline). In this study, the amino acid (L-proline) which is used as a catalyst for the synthesis of Lawson compounds involves the reagents benzaldehyde, cinamaldehyde and 2 hydroxybenzaldehyde. Characterization of L-proline catalyst and synthesis of Lawson compounds were carried out using FT-IR, GC-MS and UV-Vis, Thin Layer Chromatography and antioxidant assays using the DPPH method."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sumarsih
"Aktivitas biologi, toksisitas, disposisi dan metabolisme obat sangat berbeda untuk masing-masing enansiomer obat khiral. Banyak senyawa khiral yang aktivitas biologinya semata-mata terletak pada salah satu enansiomer, sedangkan enansiomer pasangannya bersifat kurang potensial untuk pengobatan, tidak aktif, bersifat toksik atau bahkan bereaksi berlawanan dengan efek yang diinginkan.
Penelitian ini bertujuan melakukan isolasi dan karakterisasi lipase R stolonifer UICC 137 serta aplikasinya sebagai biokatalis untuk hidrolisis (R,S)-ibuprofen metil ester.
Lipase diisolasi dari enzim kasar dengan metode pengendapan bertahap menggunakan amonium sulfat. Aktivitas lipolitik lipase ditentukan terhadap substrat minyak zaitun dengan metode titrimetrik. Resolusi (R,S)-ibuprofen metil ester dengan biokatalis lipase dilakukan dengan metode hidrolisis di dalam buffer pH 7,0 dan temperatur 40-42°C. Sebagai pembanding, dilakukan resolusi (R,S)-ibuprofen metil ester dengan biokatalis lipase Candida rugosa (Sigma). Analisis produk resolusi dilakukan dengan spektrofotometer IR, polarimeter dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) yang dilengkapi dengan kolom khiral Cyclobond I 2000.
Kondisi optimum untuk penentuan aktivitas lipolitik adalah pH 7-7,5 dan temperatur 370 C. Enzim kasar R. stolonifer UICC 137 mempunyai aktivitas spesifik 20,20 Unit/ mg protein, nilai Vmaks = 15,15 µmol/menit dan KM = 12,5 mg/ ml. Enzim kasar dapat mempertahankan aktivitas lipolitiknya sebesar 79,90 %, 68,04 % dan 52,62 % setelah diinkubasi selama 90 menit pada temperatur 40, 50 dan 600 C. Diantara 4 fraksi lipase yang diperoleh, lipase fraksi 30 - 60 % mempunyai aktivitas spesifik yang lebih tinggi yaitu 47,70 -Unit/mg protein. Resolusi (R,S)-ibuprofen metil ester dengan biokatalis lipase fraksi 30 - 60 % menghasilkan produk ibuprofen (43,1456 %) dengan kelebihan enansiomer-S (enantiomeric excess = ees) = 19,334 %.

Isolation and Characterization of Rhizopus stolonifer UICC 137 Lipase and Its Application for Resolution of (R,S)-Ibuprofen Methyl Ester The biological activity, toxicity, drug disposition and metabolism can be dramatically different for the enantiomers of a chiral drug. There are numerous chiral compounds in which the desired biological activity solely resides in one enantiomer of chiral drug, with the other isomers being less potent, inactive, toxic, or even acting with cross-purpose effect.
The aim of this study was to isolate and characterize the crude lipase of Rhizopus stolonifer UICC 137. Characterization of lipase was focused on the specific ability of lipase to hydrolyze (R,S)-ibuprofen methyl ester.
The lipase was isolated from the crude enzyme by ammonium sulfate precipitation method. The lipolitic activity was determined by titrimetric method toward olive oil - arabic gum emulsion as a substrat. The lipase-catalyzed resolution of (R,S)-ibuprofen methyl ester were carried out at 40-42° C in phosphate buffer pH 7,0. The resolution products were analyzed by IR Spectrophotometer, polarimeter and HPLC system equipped with a chiral column of CyclobondI 2000. A resolution of (R,S)-ibuprofen methyl ester using C rugosa lipase (Sigma), was used as a reference.
The optimum condition for lipolitic activity measurement were pH of 7,5 and temperature of 37° C. The crude enzyme has a specific activity of 20,20 Unit/ mg protein, the Vmax was 15,15 µmol/min and Km was 12,5 mg/ ml. The crude enzyme retained 79,90 %, 68,04 % and 52,62 % of its lipolytic activity, when incubated for 90 minutes at temperature of 40, 50 and 60 ° C respectively. Among four lipase fraction, the 30 - 60 % lipase fraction has a higher specific activity of 47,70 Unit/ mg protein. The resolution of (R,S)-ibuprofen methyl ester by the 30 - 60 % lipase fraction produced an enantioenriched S(+)-ibuprofen with an enantiomeric excess of 19,334 %."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Winiati
"Serbuk kering talus lichen Ramalina Javanica Nyi, yang dikumpulkan dari Kebun Raya Nasional Cibodas, Jawa Barat, pertama-tama diekstraksi sinambung dengan n-heksana menggunakan soklet. Ekstraks dari hasil ekstraksi pertama kemudian dipisahkan melalui kromatografi kolom menggunakan campuran n-heksana : chloroform = 1 : I (v/v). Dan pemisahan ini dapat diisolasi 90 mg kristal murni jingga dengan titik leleh 203°C (Senyawa A).
Ampas kering dari ekstraksi pertama itu, kemudian melalui cara yang sama, diekstraksi lebih lanjut dengan aseton. Hasilnya kemudian dipisahkan melalui kromatografi lapis tipis preparatif (sebagai fasa mobil: campuran n-heksana : etil asetat = 3:2). Dan pemisahan ini dapat dihasillcan 27 mg serbuk kuning dengan titik leleh = 153°C (Senyawa B).
Berdasarkan pada sifat fisik (titik leleh dan putaran optis) dan data perbandingan spektroskopi dapat ditentukan struktur dua senyawa yang diisolasi itu. Senyawa A dikenal sebagai parietin (C16 H12 Os). Sementara senyawa B merupakan suatu senyawa baru golongan antrakuinon
Dari jenis jenis senyawa yang diketemukan di dalam lichen. Kerangka dasarnya mirip parietin, tetapi rantai sampingnya lebih panjang daripada gugus yang terdapat pada parietin, dengan satu pusat asimetrik pada C-1?. Oleh karena itu diusulkan senyawa B sebagai R- (+}- 1,8- dihidroksi -3- (1'- hidroksi -3'-butanoil) -6-metoksi antrakuinon (C19 H16 O7).
Dari hasil uji pendahuluan aktivitas antibakteri dengan menggunakan metoda Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) dan metoda difusi agar terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, menunjukkan bahwa ekstraks dari fraksi n-heksana dan aseton mempunyai aktivitas yang rendah dibandingkan dengan antibiotik ampisilin (memberikan hasil negatif).

The dried powder of thallus lichen Ramalina Javanica Nyl_ which collected from the National Botanical Garden, Cibodas, West Java, first continuously extracted with n-heksane by using sohxlet apparatus. The raw extract from the first extraction was then separated over coloumn chromatography by using mixture of n-heksane : chloroform = 1: 1 (vlv) as eluent. From this separation can be isolated 90 mg pure orange crystal with melting point = 203°C (Compound A).
The dried residu from the first extraction, was then by same way, continuously extracted with acetone. The resulted extract was then separated over preparative thin layer chromatography (mixture of n-heksane : ethyl acetate = 3 : 2 as mobile phase). From this separation can be yielded 27 mg yellow powder with melting point = 253°C (Compound B).
Based on the physical properties (melting point and optical rotation), spectroscophical and comperative data can be elucidated the structure both isolated compounds. Compound A was identified as (C16H12O5), meanwhile compound B was proposed as new compound at the anthraquinone's class of the lichen constituent types. Its base skeleton likes parietin, but its side chain is longer than side chain of parietin, with one assyrnetric center at the C-1'. Therefore it is proposed that compound B as R- (+) -1,8-dihidroxy -3- (1' -hidroxy -3' -butanoyl) -6-methoxy anthraquinone (C 19H16 O7).
The result of antibacterial activity pretest using concentration minimum inhibition and gel diffuse method against Staphylococcus aureus and Escherichia coli showed that raw extract from n-heksane and acetone fraction has low activity compared with amphicylin antibiotic (given negative result)."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Nining
"Mimba atau Azadirachla indica A. Juss (Meliaceae) merupakan tanaman yang memiliki aktivitas biologis insektisida. Metabolit sekunder utama yang mempunyai aktivitas insektisida, terutama terdapat dalam biji adalah senyawa azadirachtin. Salah satu upaya untuk mengembangkan tanaman mimba sebagai pestisida alami adalah melalui kultur jaringan yang salah satunya dengan kultur kalus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya kandungan azadirachtin dalam kalus dibandingkan dengan tanaman mimba. Tahapan penelitian meliputi pembuatan kultur kalus, ekstraksi azadirachtin dari kalus dan tanaman mimba, identifikasi azadirachtin dan uji bioaktivitas insektisida.
Untuk mendapatkan kalus, telah dicoba menanam berbagai eksplan (daun, tangkai daun, batang) pada media Murashige and Skoog (MS) yang mengandung kombinasi zat pengatur tumbuh bensil amino purin (BAP) dan asam indol butirat (IBA) dengan konsentrasi sukrosa 2 % dan serangkaian media yang mengandung kombinasi BAP dan asam indol asetat (IAA) dengan konsentrasi sukrosa 3% dan 5%. Ekstraksi azadirachtin dilakukan terhadap contoh daun dan biji mimba serta 18 contoh kalus mimba dari berbagai eksplan yang ditanam pada beberapa media. Ekstraksi azadirachtin dari daun dan biji dilakukan dengan pelarut etanol, setelah terlebih dahulu diekstraksi dengan n-heksana, sedangkan dari kalus dilakukan langsung dengan pelarut etanol. Untuk ekstrak etanol yang mengandung azadirachtin kemudian dipartisi dengan pelarut petroleum benzena-metanol, dipartisi dengan etilasetat-air dan difiltrasi melalui kolom silikagel. Identifikasi azadirachtin dilakukan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) terhadap seluruh ekstrak fraksi etanol dan 5 ekstrak fraksi etilasetat. Pengujian bioaktivitas insektisida dilakukan terhadap seluruh ekstrak fraksi etanol dengan menggunakan larva ulat grayak (Spodoftera litura) instar tiga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media A, yaitu media MS yang mengandung kombinasi zat pengatur tumbuh BAP 1,0 dan IBA 4,0 mglL dengan konsentrasi sukrosa 2 % merupakan media terbaik untuk pertumbuhan kalus eksplan mimba. Ekspian daun yang ditanam pada media A memberikan pertumbuhan kalus terbaik daripada tangkai daun dan batang. Pengujian azadirachtin dengan metode KLT menunjukkan, bahwa fraksi etanol dan etilasetat dari biji, fraksi etilasetat dari daun dan 3 contoh kalus mimba mengandung azadirachtin. Hasil pengujian azadirachtin dengan metode KCKT menunjukkan, bahwa fraksi etanol dan etilasetat dari biji, fraksi etanol dan etilasetat dari daun dan fraksi etanol dan etilasetat dari 3 contoh kalus mengandung azadirachtin. Kandungan azadirachtin dalam biji lebih besar daripada daun dan kalus. Kalus yang mengandung azadirachtin adalah kalus-kalus yang berasal dari eksplan yang ditanam dan atau disubkultur pada media A. Hasil pengujian bioaktivitas insektisida menunjukkan bahwa aktivitas ekstrak etanol dari biji lebih besar daripada daun dan kalus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yatmani
"Suatu senyawa antioksidan telah diisolasi dari minyak kulit biji jambu mete (CNSL) An acardium occidentale, yang kemudian diteliti aktivitas antioksidannya dan dibandingkan dengan aktivitas antioksidan lain yang telah dikenal yaitu BHT ; BHA ; tokoferol dan asam askorbat.
Isolasi dilakukan dengan mengekstrak kulit biji jambu mete yang telah dihaluskan menggunakan pelarut karbon tetra klorida, hasil ekstrak difraksinasi dengan kolom khromatografi dengan pelarut campuran Khloroform : Etil Asetat : Metanol ( 95:5:2 v/v/v), fraksi pertama yaitu fraksi A yang diperoleh diuji aktivitas antioksidannya menggunakan metoda tiosinat dan TBA.
Penentuan struktur molekul fraksi A ditentukan dengan spektroskopi Infra Red ; Massa ; 1H NMR dan 13C NMR. Dari data menunjukkan bahwa fraksi A adalah suatu senyawa asam anakardat dengan nama asam , 6-[ 8 (z),11 (z) -pentadekadienil | salisilat.
Hasil pengujian aktivitas antioksidan ternyata asam anakardat mempunyai kemampuan aktivitas antioksidan yang baik."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaenudin
"Senyawa Zn-dialkilditiofosfat banyak digunakan sebagai aditif minyak lumas. Permasalahannya adalah tidak diketahui dengan jelas jenis gugus alkil yang terdapat dalam aditif yang digunakan. Dalam penelitian ini disintesis sejenis dialkilditiofosfat, yang diperkirakan merupakan salah satu aditif pada minyak lumas otomotif, yaitu dengan jenis gugus alkilnya adalah isobutil. Bahan dasar yang digunakan adalah fosfor pentasulfida, isobutanol dan Zn-asetat.
Cara yang dilakukan adalah melalui reaksi langsung, tanpa pembentukan garam amonium dan tanpa pemurnian asam terlebih dahulu. Sintesis dilakukan dengan dua tahap reaksi, yaitu reaksi pembentukan asam dan reaksi pembentukan Zn-diisobutilditiofosfat, dalam atmosfer nitrogen, yang dibuat dengan pengaliran gas nitrogen terus menerus, pada suhu sekitar ± 700
Pemurnian dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan kloroform sebagai pelarut dan rekristalisasi pada pelarut n-heksana. Senyawa yang terbentuk berupa kristal putih bening, dengan titik leleh 106-108° C dan mempunyai Mr 548.
Berdasarkan anailsis dengan menggunakan FT-1R, GC-MS, MS, UV-Vis,dan analisis unsur, dapat diperkirakan senyawa itu mempunyai struktur
Senyawa mempunyai kelarutan yang kecil pada minyak lumas dasar yaitu kurang dari 5 % berat minyak lumas dasar, jenis minyak lumas HVI 160'S, dengan pemanasan pada suhu f 500 C.
Pengujian kinerja dengan mesin Four Ball, menunjukkan bahwa penambahan Zn-ddf menyebabkan adanya peningkatan pada kinerja minyak lumas dalam hal Seizure Load, Weld Point dan Load Wear index dibandingkan dengan minyak lumas dasar tanpa Zn-ddf. Akan tetapi perbedaan jumlah penambahan Zn-ddf kurang menunjukkan peningkatan yang berarti pada kinerja minyak lumas tersebut.

Lot of Zn-diallcylditiophosphate compounds are used as lubricant additive. The problem is, the type of alkyl group found in the additive used is not clearly known. In this research a kind of diallcylditiophosphate, which is considered to be one of additive in automotive lubricant, is synthesized with its alkyl group type, that is isobutyl. The raw materials used are phospor pentasulfide, isobutanol, and Zn-acetate.
The metod used is through direct reaction, without ammonium salt formation and without prior acid purification. The syntheses are conducted in two phases of reactions, those are acid formation reaction and Zn-diisobutylditiophosphate formation reaction, under nitrogen atmosphere, which is made by continuously flowing nitrogen gas, at temperature of ± 70° C.
The purification is conducted by extraction method using chloroform as the solvent and recrystallization in n-hexane solvent. The formed compound is a clear white crystal, with melting point of 106 - 108° C and it has Mr 548.
Based on analysis using FT-IR, GC-MS, MS, UV-Vis, and element analysis, it can be estimated that the compound has a structure
The compound has a little solubility in base lubricant, that is less than 5% weight of base lubricant, the lubricant type is HVI 160'S, with the heating at temperature of± 50° C.
Performance test using Four Ball machine, indicates that the addition of Zn-ddf causes the increase of the performance with regard to Seizure Load, Weld Point, and Load Wear Index of the lubricant compared to base lubricant without Zn-ddf. However the difference in amount of Zn-ddf addition does not sufficiently indicate a significant increase in the performance of the lubricant.
Reference 27 (1978 - 1996)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>