Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 551 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitria Hidayanti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39733
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Suryadi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Partuti
"Ekstraksi nikel limonit untuk mendapatkan kondisi optimum ekstraksi dan pemanggangan residu hasil ekstraksi dengan variasi temperatur telah dilakukan. Bijih nikel limonit Buli merupakan deposit jenis oksida. Unsur nikel ditemukan bergabung dengan magnesium silikat. Pengujian dengan XRD dan GSAS menunjukkan bahwa bijih nikel limonit Buli mengandung 92,33 wt % fasa goethite [FeO(OH)] dan 7,67 wt % fasa liebenbergite [Ni1,16Mg0,84SiO4]. Ekstraksi dengan asam sulfat dilakukan pada temperatur 60°C selama 4 jam. Ukuran partikel -100 mesh merupakan ukuran terbaik untuk mengekstraksi nikel sebesar 0,030 % (data AAS). Dengan konsentrasi asam sulfat 30 vol % berhasil mengekstraksi nikel hingga 0,063 % (data AAS). Penggunaan asam sulfat sebanyak 200 mL berhasil mengekstraksi nikel hingga 18,64 % (data XRF). Konsentrasi nikel terbaik (0,042 %) diperoleh pada pH filtrat 2 (data AAS).
Hasil pengujian XRD dan GSAS menunjukkan bahwa residu hasil ekstraksi mengandung 59,84 wt % fasa goethite [FeO(OH)], 22,99 wt % fasa melanterite [FeSO4(H2O)7] dan 17,17 wt % fasa kuarsa [SiO2]. Pemanggangan residu hasil ekstraksi dengan penambahan batubara sebanyak 20 % dari berat residu selama 1 jam pada temperatur 600 - 800°C menghasilkan fasa besi oksida. Pada temperatur 600 oC dihasilkan 84,60 wt % fasa hematite [Fe2O3] dan 15,40 wt % fasa magnetite [Fe3O4]. Pemanggangan pada temperatur 700°C menghasilkan 87,06 wt % fasa hematite dan 12,94 wt % fasa magnetite. Pemanggangan pada temperatur 800 oC menghasilkan 94,96 wt % fasa hematite dan 5,04 wt % fasa magnetite.

Extracting nickel limonite ore to achieve an optimum extraction condition and roasting the residue resulted from extraction at varying temperatures were conducted. Nickel limonite ore originated from Buli was an oxide type deposit. Nickel was found fractionate into magnesium silicate. Observations using XRD and GSAS showed that nickel limonite ore originated from Buli containing 92,33 wt % goethite [FeO(OH)] phase and 7,67 wt % liebenbergite [Ni1,16Mg0,84SiO4] phase. Extraction process was conducted using sulfuric acid at temperature 60 oC for 4 hours. Particle size of -100 mesh is the most suitable size for extracting nickel as high as 0,030 % (AAS data). Using sulfuric acid with concentration of 30 vol % can achieve nickel extraction as high as 0,063 % (AAS data). Using sulfuric acid in the amount of 200 mL successfully extracts nickel as high as 18,64 % (XRF data). The best nickel concentration (0,042 %) is obtained when the pH value of the solution is 2 (AAS data).
XRD and GSAS results showed that the residue of extraction process consisted of 59,84 wt % goethite [FeO(OH)] phase, 22,99 wt % melanterite [FeSO4(H2O)7] phase, and 17,17 wt % quartz [SiO2] phase. Roasting the residue of extraction process by adding coal in the amount of 20 % of the residue weight at 600 - 800°C resulted with iron oxide phase. At temperature 600°C resulted with 84,60 wt % hematite [Fe2O3] phase and 15,40 wt % magnetite [Fe3O4] phase. Roasting at temperature 700 oC resulted with 87,06 wt % hematite phase and 12,94 wt % magnetite phase. Roasting at temperature 800 oC resulted with 94,96 % wt hematite phase and 5,04 wt % magnetite phase.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwan Yulianto
"Penelitian yang dilakukan terhadap baja 5X dengan komposisi C1 , C2 dan C3 yang di Normalizing dengan temperature 950°C dan di Quenching dengan temperature 968ºC dan didinginkan dengan berbagai media pendinigin yaitu oli, air, air garam dan air dengan temperature 15°C, diteruskan dengan proses Tempering, dengan tempature 540ºC, kemudian dilakukan penelitian terhadap mechanical properties dari masing masing sample.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai kekerasan setelah proses Quenching , pada komposisi C1, dimulai dari yang paling lunak adalah, sample yang dicelupkan dengan Oli, diikuti air, air garam dan air dingin (15ºC), hal yang hampir sama terjadi pada sample C3, hal ini dikarenakan kandungan Alloy nya hampir sama, tapi pada sample C2 ,perubahan nilai kekerasan yang terjadi setelah beberapa proses Quenching relatif tidak kelihatan, kecuali kekerasan sample yang dicelupkan kedalam Oli, hal ini dikarenakan kandungan Alloy yang cukup banyak, terutama penambahan Molybdenum dan Nickel pada sample C2 sehingga menggeser nose kearah kanan, akibatnya pada sample C2 ini lebih mudah menjadi martensite, hal ini dapat dilihat dengan jelas pada kondisi normalizing dengan pendinginan udara mikrostrukture yang terjadi adalah bainite.
Dilihat dari nilai kekerasan, Yield strength, Tensile dan Impact, komposisi C2 mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan komposisi C1 dan C3, hal ini terjadi karena penambahan unsure Molybdenum dan Nickel pada komposisiC2.
Penambahan Niobium pada sample C3 ini menyebabkan Grain size pada sample C3 ini lebih kecil dibandingkan dibandingkan pada sample C1, yaitu Grain size pada sample C3 adalah 8.35 dan pada sample C1 adalah 7.82.
Dari hasil pengujian dengan XRD, kemudian dilanjutkan dengan analisa memakai program GSAS didapatkan bahwa penambahan Molybdenum dan Nickel pada sample C2 dan penambahan Niobium pada sample C3 tidak mempengaruhi pola difraksi dari material tersebut.

Research was carried out on steel 5X with C1, C2 and C3 compositions. Normalizing done to the sample on temperature of 950°C and continue with the Austenizing on temperature 968°C, then they were cooled or Quench with various cooling media such as oil, water, salt water and 15°C water. Process continued with tempering, which the temperature used in this process, was 540°C. After that mechanical properties of each work object sample were examined.
The result showed C1 as Quench hardness value, from the mildest, is quenched in quenching oil, water, salt water and water 15°C. Almost the same things happened to C3 sample which its Alloy almost the same as C1 sample. But, change of hardness of C2 sample after some quenching processes was relatively invisible except sample quench in oil, because it had a lot of alloy. Especially the additional of Molybdenum and Nickel in C2 sample, it pushed nose to the right side. As a consequence C2 sample easy to turn to martensite; it can clearly be seen in normalizing process with microstructure air-cooling that C2 sample become bainite.
Refer to hardness quality, Yield strength, Tensile and Impact, C2 composition has higher quality compare to those C1 composition and C3 composition. Such case can be happen because of the unsure additional Molybdenum and Nickel in C2 composition.
The additional of Niobium in C3 sample caused grain size in this sample smaller compare to in C1 sample. Grain Size in C3 sample was 8.35 while in C1 sample was 7.82.
After the result of XRD testing, analyzing was performed using GSAS program. And the result is that the additional Molybdenum and Nickel in C2 sample and the additional of Niobium in C3 sample did not influence diffraction pattern of that material.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20580
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romy Lesmana
"Baja tahan karat telah digunakan untuk berbagai aplikasi di industri, kimia, makanan dan rumah tangga. Dalam pembuatan produk atau peralatan dari baja tahan karat, pihak manufaktur umumnya menggunakan proses pengelasan sebagai metode penyambungan utama. Permasalahan yang sering terjadi pada pengelasan baja tahan karat adalah terbentuknya fasa karbida yang mengendap di batas butir (sensitasi) yang akan menurunkan ketahanan korosi dan kekuatan sambungan las.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh masukan panas dan perlakuan panas terhadap karakteristik mekanis dan korosi baja tahan karat AISI 304. Dalam penelitian ini digunakan material baja tahan karat AISI 304 yang dilas dengan proses GTAW dengan variasi arus pengelasan 120, 140 dan 160A sebagai variabel masukan panas. Proses pendinginan menggunakan dua metode yaitu pendinginan lambat (udara) dan pendinginan cepat (air). Sebagian sampel pendinginan lambat akan diberikan perlakuan solution annealing pada temperatur 1100°C dengan waktu tahan 30 dan 60 menit. Selanjutnya dilakukan pengujian tarik, kekerasan, lengkung, XRD dan korosi serta pengamatan makro dan mikro struktur untuk mengetahui karakteristik mekanis dan korosi hasil las baja tahan karat tersebut.
Hasil pengujian menunjukkan penurunan masukan panas akan meningkatkan kekuatan sambungan las baja tahan karat. Proses pengelasan dengan laju pendinginan lambat (udara) akan menimbulkan presipitasi karbida (sensitasi) pada batas butir material stainless steel AISI 304 sedangkan laju pendinginan cepat (air) tidak menghasilkan pembentukan karbida. Fasa karbida yang terbentuk dari hasil pengelasan adalah Cr7C3. Proses solution annealing pada temperatur 1100°C yang diikuti dengan pendinginan cepat dapat melarutkan kembali fasa karbida yang terbentuk pada batas butir. Hasil uji lengkung pada sampel as welded, solution anneal dan sampel quench yang telah menjalani uji korosi intergranular tidak memperlihatkan adanya retak pada permukaan material.

Stainless steels have been used for many industrial, chemical, food and consumer application. In the fabrication of stainless steel products or equipments, manufacturer, in general, employ welding as the principal joining method. The most frequent problems occur in welding stainless steels is carbide formation and precipitation at grain boundaries (known as sensitization) which will reduce corrosion resistance and strength of the welded joint.
The aim of this research is to learn the affect of heat input and heat treatment to mechanical and corrosion characteristics of stainless steel AISI 304. In this research, AISI 304 austenitic stainless steel was welded with GTAW process using welding currents of 120, 140 and 160 A as variable for heat input. The cooling rate use two kind methods: slow cooling (air) and rapid cooling (water). Some of slow cooling samples were treated with solution annealing at temperature 1100°C and hold for 30 and 60 minutes. Further, the samples subjected to tensile, hardness, bending, XRD and corrosion testings as well as macro and micro structure examination.
The results of the tests shows that reducing heat input has increased the strength of stainless steel welded joint. Slow cooling process resulted carbide precipitation (sensitization) in the grain boundary of AISI 304 austenitic stainless steel while rapid cooling process did not form carbide precipitation. The carbide formed in material are likely chromium carbides Cr7C3 type. Solution annealing process at 1100°C followed by quench has dissolved carbide formed in the grain boundary. Bending test performed to as welded, solution anneal and quench samples that have subjected to corrosion intergranular testing did not exhibit fissures at the surface of materials.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hafidz Saubari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Yulianus Boyke
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T39995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Simbolon, Rio B. Purba
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T39775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahamsyah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T39834
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   3 4 5 6 7 8 9 10 11 12   >>