Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Fakhri
"Kecamatan Buleleng merupakan salah satu akses para pedagang dari luar Bali pada masa lampau1. Hal tersebut memicu adanya kontak bahasa oleh masyarakat lokal dengan para pedagang luar sehingga memengaruhi situasi kebahasaan di sana. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana variasi bahasa di Kecamatan Buleleng. Kajian dari rumusan masalah dilakukan menggunakan penelitian dialektologi. Penelitian ini menggunakan metode pupuan lapangan dengan dibantu beberapa daftar tanyaan, yaitu 200 kosakata dasar Swadesh, 29 kosakata ganti, sapaan, dan acuan, 25 kosakata sistem kekerabatan, dan 28 kosakata pakaian dan perhiasan. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam peta bahasa, yang kemudian dihitung menggunakan dialektometri dan jaring laba-laba. Hasil tersebut menggambarkan situasi kebahasaan di Kecamatan Buleleng dan memperlihatkan variasi bahasa di sana.

Buleleng Sub-District is one of the access of traders from outside Bali in the past1. It triggers the existence of language contacts by the local community with outside merchants influencing the linguistic situation there. The formulation of the problem in this research is how the varieties of the language in Buleleng Sub-District. The study of the problem formulation was carried out using dialectological research. This study uses field-based methods with the help of several questionnaires, namely 200 Swadesh's basic vocabularies, 29 change vocabulary, greetings, and references, 25 vocabularies kinship systems, and 28 vocabularies of clothing and jewelry. The data obtained is inserted into language map, which is then calculated using dialectometry and spider webs. These results illustrate the linguistic situation in Buleleng District and show the varieties of the language there."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syalita, auhtor
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas perbedaan penggunaan ungkapan serapah laki-laki dan
perempuan dalam bahasa gaul pada novel populer tahun 2000-an. Perbedaan
tersebut ditinjau dari beberapa hal, yaitu sumber (rujukan) ungkapan serapah,
perubahan fungsi, dan perubahan fonotaktik. Penelitian ini bertujuan menjelaskan
bentuk dan jenis penggunaan ungkapan serapah laki-laki dan perempuan dalam
bahasa gaul yang dikaitkan dengan stereotipe gender dalam masyarakat mengenai
cara berbahasa laki-laki dan perempuan. Sebagai upaya pendokumentasian
ungkapan serapah, penelitian ini juga mengklasifikasikan ungkapan serapah
berdasarkan kelas kata dan perubahan makna. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori kelas kata, teori makian, teori perubahan makna,
fonotaktik, dan teori gender.

ABSTRACT
This study discusses the different uses of the curse phrases of men and women in
slang argot in popular novels of the year 2000s. These differences are reviewed
from the source (reference) of the curse expressions, functions and phonotactic
changes. This study aims to describe the shape and type of curse expressions used
by men and women in the slang associated with gender stereotypes in society
about how men and women speak. In an effort to document the curse phrases, this
study also classifies them based on the word level and the change of its meanings.
Theories used in this study is the word level theory, the theory of insults, the
change of meaning theory, phonotactic, and gender theory.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43800
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chacuk Tri Sasongko
"Sumber karya sastra Jawa kuno, khususnya cerita-cerita Panji, memuat nama-nama karakter yang berasal dari nama binatang seperti Kuda Narawangsa, Kebo Kanigara, and Kidang Walangka. Fenomena penamaan semacam ini rupanya juga ditemui dalam sumber epigrafi masa Jawa kuno. Permasalahan penelitian meliputi motivasi penamaan dan hubungan antara nama diri dengan jabatan dan status sosial penyandangnya. Seluruh permasalahan tersebut dijawab melalui studi pustaka yang melibatkan metode pengumpulan data, analisis, dan intepretasi. Hasilnya menunjukkan bahwa fenomena penamaan tersebut secara umum dilatarbelakangi oleh apresiasi terhadap binatang-binatang tertentu yang memiliki tempat dan peran penting dalam kebudayaan masyarakat sehingga dianggap penting dan istimewa. Secara garis besar terdapat kecenderungan perkembangan fenomena pada masa Mataram kuno (Abad ke-9-11 M) dan Kadiri-Majapahit (Abad ke-12-16 M). Periode Mataram kuno didominasi oleh nama diri tunggal yang tidak terkait dengan jabatan tertentu kecuali status sosial kelas bawah, sedangkan periode Kadiri-Majapahit terdapat hubungan nama diri dengan jabatan ketentaraan (makasirkasir) dan status kasta ksatria yang sangat mungkin ditandai oleh pemakaian nama binatang di awal nama diri.

Kata kunci: epigrafi, antroponomastika, nama diri, binatang, makasirkasir


Old Javanese literary works, especially panji tales, contain many character names derived from animal names such as Kuda Narawangsa, Kebo Kanigara, and Kidang Walangka. This naming phenomenon also appears to be found in the old Javanese inscriptions. The research problems of this study include motivation for naming and correlation between the personal names, social status, and official position of the users. This research uses archaeological method involving data collection, analysis, and interpretation. The results show that the naming phenomenon was generally motivated by the appreciation towards certain animals that had a place and roles in the culture of society so that they were perceived as being important and special. Broadly speaking, there was a different development trend in the ancient Mataram period (9th-11th Century AD) and Kadiri-Majapahit period (12th-16th Century AD). The ancient Mataram period was dominated by a single personal name that was not related to any particular position. During the Kadiri-Majapahit period, there was a correlation between the personal names and the official position of the army (makasirkasir) and kshatriya caste which was very likely to be marked by the use of the name of the animal at the beginning of the personal name.

Keywords: epigraphy, anthroponomastics, personal name, animal, makasirkasir

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nouran Ali Alfashtakie
"Studi yang dilakukan adalah tentang sikap bahasa di komunitas Suriah. Hal ini dirancang untuk mengeksplorasi sikap yang dimiliki orang Suriah terhadap dialek mereka dan dialek lainnya terkait bahasa yang digunakan dalam memengaruhi penilaian orang lain. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui dialek apa yang dianggap orang Suriah paling bergengsi di antara tujuh dialek yang termasuk dalam penelitian ini. Hal ini didasarkan pada Lambert’s matched guise technique (1960) untuk menguji sikap yang dimiliki oleh orang Suriah terhadap penutur berbagai dialek di negara tersebut. Data dalam penelitian ini diambil dari kuesioner dan skor yang dikumpulkan dari tujuh (7) rekaman dialek di Suriah (Damaskus, Aleppian, Homsi, Hourani, Diriyah, Saheliah/Pesisir, dan As-Suwayda) untuk mengetahui sikap orang Suriah terhadap dialek tersebut. Pembicara yang terekam dalam cerita “Little Red Riding Hood” adalah 3 laki-laki dengan dua puluh delapan (28) pendengar yang terdiri dari perempuan dan laki-laki dalam jumlah sama. Temuan ini mengungkapkan bahwa Suriah didorong oleh stereotip dan ide-ide yang dibangun secara sosial dalam reaksi mereka terhadap dialek Suriah lainnya dan terbukti bahwa dialek yang dianggap prestise (bergengsi) berbeda dari setiap pendengar.

The study at hand is about language attitudes in the Syrian community. It is designed to explore the attitudes Syrians have to their dialect and other Syrian dialects and whether the language we use affects the judgment people make about us. The study as well aims to know what dialect Syrians consider the prestige one among the seven dialects included in this study. It is based on Lambert’s matched guise technique (1960) to test the attitudes held by Syrians towards speakers of various dialects there. The data in this research are taken from a questionnaire and are scores collected from recordings of seven dialects in Syria (Damascene, Aleppian, Homsi, Hourani, Diriyah, Saheliah/ Coastal, and As-Suwayda) to know the Syrians’ attitudes towards these dialects. Speakers who recorded the text of “Little Red Riding Hood” are 3 males and listeners were 28; both females and males equally. Findings revealed that Syrians are driven by the stereotyped and socially-constructed ideas in their reactions to other Syrian dialects and that the prestige dialect differs according to listeners."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tomi Santoso
"Penelitian ini berisi tentang identifikasi adanya bahasa Jawa dialek Ngapak pada variasi bahasa di Kabupaten Pekalongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persebaran bahasa Jawa dialek Ngapak yang ada di Kabupaten Pekalongan serta mengidentifikasi variasi bahasa Jawa dialek Ngapak yang ada di Kabupaten Pekalongan. Metode yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah metode pupuan lapangan dengan menggunakan 236 daftar tanyaan yang terdiri dari 200 kosakata dasar Morish Swadesh; 10 kosakata acuan, sapaan, dan kata ganti; dan 25 kosakata sistem kekerabatan. Titik pengamatan dalam penelitian ini adalah seluruh kecamatan di Kabupaten Pekalongan yang berjumlah 19; dan setiap kecamatan diwakili oleh satu orang informan. Data hasil wawancara divisualisasikan ke dalam peta lambang. Kemudian, peta tersebut diolah menjadi peta berkas isoglos dan dihitung dalam dialektometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggapan adanya dialek Ngapak di Kabupaten Pekalongan terbukti kurang tepat. Tidak ada perbedaan dialek yang ditemukan, tetapi perbedaan wicaralah yang ditemukan pada variasi bahasa di Kabupaten Pekalongan. Adanya variasi fonologis berupa kontras variasi bunyi /o/ dengan /a/ dan /ˀ/ dengan /k/ dan variasi leksikal berupa penyerapan kosakata dari dialek Banyumasan merupakan pengaruh dari dialek Ngapak yang menyebabkan adanya perbedaan wicara pada variasi bahasa di Kabupaten Pekalongan.

This study contains an identification of Javanese Ngapak dialect in the language variation in Pekalongan District. The purpose of this study is to determine the distribution of Javanese Ngapak dialect in Pekalongan District and to identify Javanese Ngapak dialect in Pekalongan District. The method used for data collection in this study is field survey method, using 236 questionnaires consisting of 200 basic vocabulary of Morish Swadesh; 10 reference vocabulary, greetings, and pronouns; and 25 kinship system vocabularies. The observation points in this study were all 19 sub-districts in Pekalongan District, and each sub-district was represented by one informant. Data from the interviews were visualized into a symbol map. Then, the map was processed into an isogloss file map and calculated in dialectometry. The results show that the presumption of Ngapak dialect in Pekalongan District is proved to be inappropriate. No dialect differences are found, but differences in speech exist in language variations in Pekalongan District. The phonological variations in the form of contrasting sound variations / o / with / a / and / ˀ / with / k / and lexical variations in the form of vocabulary absorption from the Banyumasan dialect are the influence of the Ngapak dialect which causes differences in speech in language variation in Pekalongan District."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Henning Ayunda Putri Hapsari
"Dalam kehidupan sehari-hari, laki-laki senantiasa ingin mengadopsi sifat-sifat maskulin. Oleh karena itu, laki-laki cenderung memiliki gengsi untuk terlihat feminin. Gengsi yang dimiliki oleh laki-laki terkait gender dan stereotipe ini kemudian melahirkan istilah maskulinitas beracun, yaitu istilah yang merujuk pada maskulinitas yang dapat membahayakan laki-laki maupun perempuan. Penelitian ini membahas bentuk-bentuk maskulinitas beracun yang terdapat dalam novel The Name of the Game karya Adelina Ayu serta pengaruhnya pada tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Bentuk-bentuk maskulinitas beracun yang terdapat dalam novel ini meliputi stigmatisasi terhadap laki-laki yang menunjukkan karakteristik feminin, yaitu merawat diri, menunjukkan kesedihan dan kekecewaan, dan tidak melakukan kegiatan maskulin. Selain itu, maskulinitas beracun dalam novel ini juga ditunjukkan lewat kesiapan untuk menggunakan kekerasan. Pengaruh maskulinitas beracun terhadap tokoh-tokoh dalam novel ini adalah ketakutan untuk menjadi diri sendiri. Rasa takut untuk menjadi diri sendiri tersebut dipicu oleh keinginan mereka untuk dinilai sebagai laki-laki sejati.

In daily life, men always want to adopt masculine traits. Therefore, men tend to have prestige to look feminine. This prestige owned by men related to gender and stereotype then give birth to the term toxic masculinity, which is a term that refers to masculinity that can harm both men and women. This study discusses the forms of toxic masculinity depicted in 'The Name of the Game' novel by Adelina Ayu and their effects on the novel characters. This study is a qualitative study with descriptive analysis method. The forms of toxic masculinity depicted in this novel include stigmatizations of men who exhibit feminine characteristics, which are taking care of themselves, showing sadness and worries, and don’t do masculine activities. Beside that, this novel also shows toxic masculinity through the readiness to resort to violence. The effects of toxic masculinity on the novel characters is a fear to be themselves. This fear is triggered by their desire to be valued as real men."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Don Reyvo Rendondo
"Penelitian ini dilakukan untuk menelusuri rekam jejak persoalan kejiwaan tokoh yang terdapat dalam novel Bisikan karya V. Lestari melalui analisis psikologi sastra. Karya sastra yang dijadikan subjek penelitian adalah novel Bisikan karya V. Lestari. Novel Bisikan mengisahkan keluarga Hayono, seseorang yang sudah mati, tetapi arwahnya masih penasaran karena ia tidak mau meninggalkan anak kesayangan, Marisa. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Selanjutnya, metode analisisnya adalah metode analisis kualitatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa respons karakter terhadap konflik dipengaruhi oleh id, ego, dan superego mereka dan perilaku mereka berubah saat mereka menghadapi situasi yang berbeda. Hayono dan Marisa bertindak impulsif karena dorongan id, Andre bertindak realistis sebagai fungsi ego, dan Emma membatasi perilaku dengan nilai-nilai moral dan etika yang diwakili oleh superego. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor kejiwaan para tokoh memainkan peran penting dalam membentuk dan memengaruhi respons karakter terhadap konflik, serta mencerminkan kompleksitas manusia dalam menghadapi situasi kehidupan.

in the novel Bisikan by V. Lestari through the analysis of literary psychology. The subject of this study is the novel Bisikan by V. Lestari. The novel tells the story of the Hayono family, where Hayono, who is deceased, refuses to leave his beloved daughter Marisa and his spirit remains restless. The research method employed is descriptive research. Furthermore, the analysis method used is qualitative analysis. The study concludes that the characters' responses to conflicts are influenced by their id, ego, and superego and their behaviors change when they face different situations. Hayono and Marisa act impulsively due to the drives of the id, Andre acts realistically as the function of the ego, and Emma limits her behavior based on moral values and ethics represented by the superego.The results of the study indicate that the psychological factors of the characters play a significant role in shaping and influencing the characters responses to conflicts, as well as reflecting the complexity of human beings in facing life situations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya , 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Triyani
"Indonesia merupakan negara yang kaya dengan bahasa daerah. Banyaknya jumlah bahasa di Indonesia terlihat dari jumlah bahasa yang dikemukakan oleh Badan Pusat Data dan Statistik dan Glottolog. Menurut Badan Pusat Data dan Statistik, bahasa yang ada di Indonesia berjumlah 750 bahasa. Sementara itu, menurut Glottolog, bahasa yang ada di Indonesia berjumlah sebanyak 763 bahasa. Namun, dari banyaknya bahasa yang ada di Indonesia masih belum banyak dilakukan pemetaan bahasa untuk mengetahui berbagai variasi bahasa di setiap daerah seperti di Kotamadya Sukabumi. Oleh karena itu, penelitian mengenai variasi bahasa yang ada di Kotamadya Sukabumi perlu untuk dilakukan. Dalam proses pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode pupuan lapangan, sedangkan dalam proses pengolahan data digunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Adapun dalam penelitian ini, data penelitian diambil dari hasil wawancara kepada tujuh orang informan di setiap kecamatan yang ada di Kotamadya Sukabumi. Data tersebut terdiri atas 200 kosakata Morris Swadesh, 11 kosakata bidang ganti, sapaan, dan acuan, dan 25 kosakata kekerabatan. Kemudian, data tersebut divisualisasikan dengan peta lambing dan diberikan garis isogloss dan isofon guna mengatahui jarak bahasa antartitik penelitian. Garis isogloss tersebut kemudian disatukan dalam berkas isoglos berdasarkan dengan kelompok kosakatanya. Selanjutnya, dilakukan penghitungan dialektometri dan hasil penghitungannya diubah menjadi jaring laba-laba. Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa Sunda di Kotamadya Sukabumi adalah bahasa Sunda Loma. Tidak ditemukan bahasa lain selain bahasa Sunda di Kotamadya Sukabumi. Selain itu, tidak ditemukan perbedaan penggunaan bahasa Sunda antara laki-laki dan perempuan di Kotamadya Sukabumi.

Indonesia is a country that is rich in regional languages. The large number of languages in Indonesia can be seen from the number of languages stated by the Central Data and Statistics Agency and Glottologist. According to the Central Bureau of Data and Statistics, there are 750 languages in Indonesia. Meanwhile, according to Glottologist, there are 763 languages in Indonesia. However, of the many languages in Indonesia, language mapping has not been carried out to find out the various language variations in each region, such as in the Municipality of Sukabumi. Therefore, research on language variations in Sukabumi Municipality needs to be carried out. In the data collection process, this study used the field training method, while in the data processing used qualitative and quantitative methods. As for this study, the research data was taken from the results of interviews with seven informants in each sub-district in the Municipality of Sukabumi. The data consists of 200 Morris Swadesh vocabularies, 11 vocabularies of pronouns, greetings, and references, and 25 kinship vocabularies. Then, the data is visualized with a symbol map and isogloss and isophone lines are given to determine the language distance between research points. The isogloss lines are then put together in isogloss files according to the vocabulary groups. Next, dialectometric calculations are performed and the calculation results are converted into spider webs. The findings in this study indicate that Sundanese in Sukabumi Municipality is Loma Sundanese. There are no other languages other than Sundanese in Sukabumi Municipality. In addition, there was no difference in the use of Sundanese between men and women in Sukabumi Municipality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanna Valerie Immanuella
"Campur kode adalah penyisipan kode atau sebagian kecil bahasa lain ke dalam percakapan atau wacana dalam bahasa yang lebih dominan. Fenomena bahasa ini lumrah terjadi pada masyarakat multilingual, termasuk masyarakat Indonesia. Selain ditemukan dalam percakapan sehari-hari, campur kode juga ditemukan dalam karya fiksi, salah satunya novel dewasa muda berjudul Butterflies karya Ale. Penelitian ini membahas kemunculan bentuk-bentuk campur kode di dalam novel dan alasan penggunaan campur kode berdasarkan landasan teori dan bukti kutipan di dalam korpus data. Data diperoleh dengan melakukan pembacaan menyeluruh, penganotasian, dan pengelompokkan berdasarkan kategori campur kode. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil pengkajian, ditemukan bahwa bentuk campur kode yang paling banyak ditemukan adalah campur kode dengan unsur sisipan kata berkelas kata nomina (69 kali) dan campur kode dengan arah bahasa keluar (202 kali). Adapun alasan penggunaan campur kode tersebut adalah 1) latar belakang penutur; 2) penggunaan kosakata lain yang lebih populer; 3) mitra bicara; 4) topik pembicaraan; 5) pokok pembicaraan; dan 6) modus pembicaraan.

Code-mixing is the mixing of a code or a small part of another language into a conversation or discourse into a more dominant language. This language phenomenon is commonly found in multilingual societies, including Indonesian. Besides being found in everyday conversation, code-mixing is also found in works of fiction, such as Butterflies by Ale, a young adult novel. This research discusses the emergence of forms of code-mixing in the novel and the reasons for using code-mixing based on theory and evidence in the novel. The data was obtained by doing a thorough reading, annotation, and grouping based on code-mixing categories. This research uses a descriptive qualitative method. Based on the study, it was found that the most common forms of code-mixing were code-mixing with insertion elements of noun (69 times) and outer code-mixing (202 times). The reasons for using code-mixing are 1) the background of the speaker; 2) the use of other more popular vocabulary; 3) talking partner; 4) topics of conversation; 5) subject matter; and 6) talk mode."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Annisa Rizcher
"Penelitian ini mengkaji sikap bahasa mengenai penggunaan kata ganti aku dan kamu dalam komunikasi dengan teman sebaya. Penelitian ini berangkat dari sebuah pertanyaan: bagaimana pandangan mahasiswa FIB UI terhadap penggunaan kata ganti aku dan kamu dalam berkomunikasi kepada teman sebaya? Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner ke mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia yang juga menjadi subjek penelitian. Berdasarkan hasil kuesioner, ditemukan bahwa responden cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari. Namun, dalam pemilihan dan penggunaan kata ganti, responden cenderung menggunakan kata ganti gua dan lu. Dari hasil kuesioner juga didapat sikap bahasa yang diberikan oleh responden terkait pemilihan dan penggunaan kata ganti. Sikap bahasa digunakan untuk menjawab dan menganalisis pertanyaan penelitian. Hasil analisis memperlihatkan adanya sikap positif yang dihasilkan responden terkait pemilihan dan penggunaan kata ganti aku dan kamu.

This research examines the language attitudes concerning the use of the first-person pronouns “aku” and “kamu” in communication among peers. This research came from a question: How do students in FIB UI perceive the pronouns “aku” and “kamu” when they communicate with the peers? This research use the quantitative method. The data are obtained by distributing questionnaires to students of Faculty of Humanities,, Universitas Indonesia, which also became a research subject. Based on the results, the respondents are mostly use Bahasa Indonesia to daily communicate. However, in they used “gua” and “lu” pronouns. From the questionnaires, there are also attitudes related the choice and use of pronouns. Language attitudes analysis are used to answer the research question. The results shows t positive attitudes towards the choice and use of “aku” and “kamu”."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>