Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudya Alif Ridhoni Prakusya
"Kabupaten Banyumas adalah salah satu kabupaten yang memiliki potensi yang baik dalam sektor pertanian. Kabupaten Banyumas sendiri sejak 2011 melakukan pengembangan Kawasan Agropolitan yang tercantum dalam RTRW Kabupaten Banyumas. Namun, pada kenyataannya kebijakan ini belum dapat berjalan, baik secara sistem maupun keruangan. Oleh karena itu, pada penelitian ini mencoba menilai bagaimana pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Banyumas kedepannya. Dengan menggunakan dua basis komoditas yakni padi dan kelapa untuk dikembangkan, penelitian ini menilai dimana lokasi yang sesuai untuk wilayah usaha tani, sentra produksi, dan juga pasar serta pusat perkotaan pada Kawasan Agropolitan Kabupaten Banyumas. Dengan analisis kesesuaian lokasi desa, yakni kesesuaian lahan untuk wilayah usaha tani dan indeks komposit dengan z score dapat ditentukan wilayah mana saja yang sesuai dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Banyumas. Dengan juga melihat karakteristik dan aksesibilitas, dinilai juga bagaimana keterhubungan antar wilayah fungsional dalam Kawasan Agropolitan Kabupaten Banyumas. Hasilnya, dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa untuk wilayah usaha tani, secara keseluruhan Kawasan Agropolitan Kabupaten Banyumas sesuai untuk dikembangkan padi dan kelapa. Selanjutnya pun terdapat 11 desa yang sangat sesuai untuk dikembangkan sebagai lokasi sentra produksi, sementara terdapat empat desa yang sangat sesuai untuk lokasi pasar dan perkotaan Kawasan Agropolitan Kabupaten Banyumas. Karakteristik yang ada juga menunjukan adanya potensi untuk dikembangkan Kawasan Agropolitan Kabupaten Banyumas yang juga telah memiliki keterhubungan baik ini.

Banyumas Regency is one of the districts that has good potential in the agricultural sector. Banyumas Regency itself since 2011 has been developing the Agropolitan Area listed in the RTRW of Banyumas Regency. However, in reality this policy has not been able to work, both systemically and spatially. Therefore, this study tries to assess how the development of the Banyumas Regency Agropolitan Area will be in the future. By using two commodity bases namely rice and coconut to be developed, this study assesses which locations are suitable for farming areas, production centers, as well as markets and urban centers in the Agropolitan Area of ​​Banyumas Regency. By analyzing the suitability of the village location, namely the suitability of land for farming areas and a composite index with a z score, it can be determined which areas are suitable for the development of the Banyumas Regency Agropolitan Area. By also looking at the characteristics and accessibility, it is also assessed how the connectivity between functional areas in the Agropolitan Area of ​​Banyumas Regency is assessed. As a result, in this study it can be seen that for the farming area, the overall Agropolitan area of ​​Banyumas Regency is suitable for rice and coconut development. Furthermore, there are 11 villages that are very suitable to be developed as production center locations, while there are four villages that are very suitable for market and urban locations in the Agropolitan Area of ​​Banyumas Regency. The existing characteristics also show the potential for developing the Banyumas Regency Agropolitan Area which also has this good connection."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pina Maulidina Hidayat
"Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi pengembangan pariwisata yaitu desa wisata dengan multi-purpose. Kondisi Pandemi COVID-19 memberikan dampak bagi kegiatan pariwisata, termasuk kegiatan di Desa Wisata. Penelitian ini membahas terkait adaptasi Desa Wisata di masa Pandemi COVID-19. Wilayah penelitian berlokasi di Desa Wisata Lebakmuncang dan Desa Wisata Alamendah, Kabupaten Bandung. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi lapangan. Data-data pada penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif mengenai dampak pandemi, komponen spasial pembentuk pariwisata, dan adaptasi desa wisata di masa pandemi COVID-19. Hasilnya menunjukan bahwa pandemi COVID-19 berdampak pada penurunan jumlah wisatawan yang berbanding lurus dengan penurunan pendapatan desa wisata. Kondisi ini membuat Desa Wisata mengalami hibernasi sehingga perlu beradaptasi dengan new tourism economy yang mengedepankan hygiene, less-crowd, low-touch, dan low mobility. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua desa wisata memiliki skenario adaptasi berupa perumusan dan perencanaan, pemeliharaan aset, peningkatan promosi media sosial, penerapan protokol kesehatan, inovasi atraksi wisata, dan peningkatan kapasitas serta kualitas Sumber Daya Manusia. Desa wisata dengan aksesibilitas tinggi memiliki inovasi atraksi wisata digital dengan membuat virtual tour, pada tahap new normal sebanyak 70% atraksi wisatanya dapat beradaptasi pada kondisi neutral. Sedangkan Desa wisata dengan aksesibilitas sedang tidak memiliki inovasi atraksi wisata digital, pada tahap new normal sebanyak 50% atraksi wisatanya dapat beradaptasi pada kondisi neutral.

As an agricultural country, Indonesia has the potential for tourism development, namely a multi-purpose tourist village. The COVID-19 pandemic has had an impact on tourism activities, including activities in Tourism Villages. This study discusses the adaptation of Tourism Villages during the COVID-19 Pandemic. The research area is located in Lebakmuncang Tourism Village and Alamendah Tourism Village, Bandung Regency. The method used in this study is a qualitative method with data collection through in-depth interviews and field observations. The data in this study were analyzed descriptively qualitatively regarding the impact of the pandemic, the spatial components that make up tourism, and the adaptation of tourist villages during the COVID-19 pandemic. The results show that the COVID-19 pandemic has had an impact on the decline in the number of tourists, which is directly proportional to the decline in tourism village income. This condition makes the Tourism Village experience hibernation so that it needs to adapt to the new tourism economy that prioritizes hygiene, less-crowd, low-touch, and low mobility. The results show that the two tourist villages have adaptation scenarios in the form of formulation and planning, asset maintenance, increased social media promotion, application of health protocols, innovation of tourist attractions, and capacity building and quality of Human Resources. Tourist villages with high accessibility have innovative digital tourist attractions by creating virtual tours, at the new normal stage as many as 70% of tourist attractions can adapt to neutral conditions. While tourist villages with moderate accessibility do not have digital tourist attraction innovations, at the new normal stage as many as 50% of their tourist attractions can adapt to neutral conditions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrizqy Nadya Khairunissa Yulianto
"Pusat perbelanjaan mal kini sudah menjadi lebih dari sekadar tempat berbelanja, melainkan juga menjadi sebuah ruang publik. Mal sebagai ruang publik berperan menjadi tempat untuk berkumpul dan beraktivitas tanpa memandang latar belakang pengunjungnya. DKI Jakarta dikenal sebagai provinsi yang memiliki pusat perbelanjaan kedua terbanyak di Indonesia, khususnya Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Berdasarkan Kementerian Perdagangan Repubik Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang pesat di Jakarta mendorong perkembangan sektor ritel, terutama dalam sektor pusat perbelanjaan mal. Dengan adanya perkembangan tersebut, hal ini juga berdampak pada semakin tingginya tingkat persaingan antar mal. Di sisi lain, Generasi Z menjadi mayoritas pengunjung di pusat perbelanjaan mal dan diperkirakan akan terus meningkat, sebagaimana menurut BPS lebih dari 20% dari penduduk Jakarta didominasi oleh Generasi Z. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara daya tarik mal-mal di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat dan persepsi pengunjung Generasi Z yang kemudian membentuk aktivitas yang dilakukan. Adapun daya tarik mal sebagai ruang publik dalam penelitian ini dilihat dengan pendekatan placemaking menurut Project for Public Spaces. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan pendekatan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan daya tarik mal akan mendorong pengunjung Generasi Z untuk memiliki kecenderungan persepsi dan aktivitas tertentu. Mal daya tarik tinggi dan mal daya tarik sedang memiliki kesesuaian persepsi lebih tinggi dibandingkan dengan mal daya tarik rendah sebagaimana hal ini ditunjukkan dengan penggunaan aktivitas lebih tinggi yang diiringi oleh tingkat persepsi lebih memenuhi bagi pengunjung Generasi Z.

Shopping malls have now become more than just places for shopping; they have evolved into public spaces. Malls, as public spaces, serve as gathering spots and activity hubs regardless of the visitors' backgrounds. DKI Jakarta is known as a province with the second-highest number of shopping centers in Indonesia, particularly in South Jakarta and Central Jakarta. According to the Ministry of Trade of the Republic of Indonesia, rapid economic growth in Jakarta has propelled the development of the retail sector, especially in the mall sector. With this growth, there is a consequent increase in competition among malls. On the other hand, Generation Z constitutes the majority of visitors to shopping malls and is expected to continue growing. According to BPS, more than 20% of Jakarta's population is dominated by Generation Z. This research aims to analyze the relationship between the attractiveness of malls in South Jakarta and Central Jakarta and the perceptions of Generation Z visitors, which then shape their activities. The attractiveness of malls as public spaces in this study is viewed through the placemaking approach by Project for Public Spaces. The method used is quantitative descriptive analysis with a spatial approach. The research results indicate that the differences in mall attractiveness will influence Generation Z visitors to have tendencies in specific perceptions and activities. Shopping malls with high and moderate attractiveness have a higher alignment of perception compared to malls with low attractiveness, as indicated by a greater engagement in activities accompanied by a higher level of satisfaction for Generation Z visitors."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifqi
"Industri pariwisata memainkan peran utama yang memicu pertumbuhan ekonomi dan merangsang pengembangan sektor lain di suatu wilayah. Kunjungan wisatawan di dalamnya menjadi penentu keberhasilan pariwisata suatu daerah, dan Kota Bogor mencatatkan prestasi tinggi dalam jumlah kunjungan. Potensi Kota Bogor dalam pariwisata didukung oleh berbagai objek wisata yang memainkan peran kunci dalam menarik wisatawan dan memicu motivasi untuk melakukan perjalanan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis preferensi objek wisata Kota Bogor berdasarkan karakteristik demografi wisatawan. Metode penelitian yang digunakan melibatkan analisis statistik deskriptif dan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wisatawan satu objek didominasi wisatawan usia 24 - 30 tahun, jenis kelamin laki-laki, dan pekerjaan pegawai swasta. Wisatawan dua objek wisata didominasi wisatawan usia 17 - 23 tahun, 30 - 40 tahun, dan lebih dari 40 tahun, jenis kelamin perempuan, dan pekerjaan pegawai swasta. Wisatawan tiga objek wisata didominasi wisatawan usia 17 - 23 tahun, 30 - 40 tahun, dan lebih dari 40 tahun, jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dan pekerjaan pegawai swasta. Motivasi dominan untuk wisatawan satu objek wisata, wisatawan dua objek wisata, dan wisatawan tiga objek wisata adalah adalah restorasi.

The tourism industry plays a primary role in triggering economic growth and stimulating the development of other sectors in a region. Tourist visits are a decisive factor for the success of tourism in an area, and the city of Bogor has achieved high performance in terms of visitor numbers. The tourism potential of Bogor is supported by various tourist attractions that play a key role in attracting visitors and motivating them to travel. This research aims to analyze the preferences for tourist attractions in Bogor based on the demographic characteristics of tourists. The research methodology involves descriptive statistical analysis and spatial analysis. The research findings indicate that visitors to the first tourist attraction are predominantly in the age group of 24 to 30 years, male, and employed in the private sector. Visitors to the second tourist attraction are dominated by individuals aged 17 to 23 years, 30 to 40 years, and over 40 years, female, and employed in the private sector. Visitors to the third tourist attraction are predominantly in the age groups of 17 to 23 years, 30 to 40 years, and over 40 years, both male and female, and employed in the private sector. The dominant motivation for tourists with one tourist attraction, tourists with two tourist attractions, and tourists with three tourist attractions is restoration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Nur Annisa
"Sarana pendidikan merupakan perlengkapan sekaligus penopang yang menjadi bagian penting dalam kemajuan dunia pendidikan. Terbatasnya ketersediaan lahan dalam pendirian sekolah di perkotaan, disebabkan oleh pesatnya pembangunan pada berbagai sektor sehingga menyebabkan kondisi lingkungan sekolah yang beragam dan terjadi di SMA Negeri di kota Bogor. Beberapa lokasi SMA Negeri di kota Bogor berada pada lokasi yang kurang sesuai sebagai area yang semestinya dapat memberikan suasana kondusif yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran dan berpotensi menimbulkan kebisingan. Penelitian ini dilakukan di 10 lokasi SMA Negeri di kota Bogor dengan variabel penelitian yakni sebaran sekolah, jarak dengan jalan raya dan fasilitas, kepadatan penduduk dan tingkat kepemilikan kendaraan di sekitar lokasi sekolah. Hasil pengukuran tingkat kebisingan di lingkungan sekolah digunakan dalam menganalisis dampak kebisingan tersebut terhadap siswa sekolah, dengan banyaknya responden pada setiap sekolah sebanyak 64 siswa menggunakan teknik kuesioner skala likert yang berisi pengetahuan siswa terhadap kebisingan, gangguan komunikasi, gangguan emosional, dan gangguan konsentrasi, dan hasilnya tingkat kebisingan tertinggi berada pada sekolah di lingkungan pusat kota dan area terbangun, yaitu SMA Negeri 1 kota Bogor, SMA Negeri 3 kota Bogor dan SMA Negeri 9 kota Bogor, adapun siswa yang teridentifikasi mengalami dampak kebisingan tertinggi berupa gangguan komunikasi dan gangguan emosional dirasakan oleh siswa SMA Negeri 1 kota Bogor, dan gangguan konsentrasi tertinggi dirasakan oleh siswa SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 9 kota Bogor.

Educational facilities serve as essential equipment and support that play a crucial role in the advancement of the education sector. Limited land availability for school establishment in urban areas is a result of rapid development across various sectors. This leads to diverse environmental conditions in schools, particularly in State High Schools located in the city of Bogor. Several public high school locations in Bogor are situated in areas that are unsuitable for providing a conducive learning atmosphere due to potential noise disturbances. This study was conducted across 10 public high school locations in Bogor, focusing on variables such as school distribution, proximity to roads and facilities, population density, and surrounding vehicle ownership levels. The study aims to analyze noise levels in school environments and their impact on students. The research involved 64 students from each school, using a Likert scale questionnaire to assess students' awareness of noise, communication disruptions, emotional disturbances, and concentration disorders.The findings reveal that the highest noise levels are observed in schools located in central and densely populated areas, namely SMA Negeri 1 Bogor City, SMA Negeri 3 Bogor City, and SMA Negeri 9 Bogor City. High school students from SMA Negeri 1 Bogor City reported experiencing the highest impact of noise in terms of communication disruptions and emotional disturbances. Additionally, students from SMA Negeri 5 and SMA Negeri 9 Bogor City reported the highest levels of concentration disturbances."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiffa Yuki Dewanti
"Kabupaten Bandung Barat memiliki daya tarik untuk pengembangan wilayah agrowisata karena merupakan salah satu produsen hortikultura terbesar di Indonesia dengan produksi buah sebesar 583.539 dan sayuran 677.480 Kw/tahun. Letaknya yang tidak jauh dari Kota Bandung memberikan keuntungan karena sering dikunjungi wisatawan saat mengunjungi kawasan Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran spasial mengenai pola wilayah yang memiliki potensi untuk pengembangan wilayah agrowisata serta menguji hubungan signifikansi antar indikator maupun variabel. Analisis yang digunakan adalah analisis spasial dengan mengevaluasi unsur fisiogeografis dan sosiogeografis dan analisis statistik dengan bantuan alat SPSS. Hasil menunjukan bahwa pola spasial pengembangan wilayah agrowisata di wilayah penelitian yakni di Kecamatan Lembang, Kecamatan Cisarua, dan Kecamatan Cikalong Wetan memiliki 8 tipologi. Wilayah yang paling berpotensi dengan tipologi fisiogeografis dan sosiogeografis tinggi adalah Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalong Wetan seluas 6,049 Km2. Sedangkan, wilayah yang tidak berpotensi dengan tipologi fisiogeografis dan sosiogeografis rendah adalah Desa Ganjarsari dan Desa Puteran Kecamatan Cikalong Wetan masing-masing seluas 14,086 dan 10,325 Km2, Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua seluas 12,209 Km2, di Kecamatan Lembang terdapat Desa Cibogo seluas 3,12 Km2 , Desa Cikahuripan seluas 7,31 Km2, Desa Pagerwangi seluas 4,65 Km2, Desa Suntenjaya seluas 16,03 Km2, Desa Wangunharja seluas 7,85 Km2, Desa Wangunsari seluas 3,61 Km2. Analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara indikator aksesibilitas (sosiogeografis) dengan unsur fisiogeografis, maka akan lebih mudah untk mengembangkan wilayah agrowisata pada lokasi yang memiliki kriteria tersebut.

Bandung Barat District has an attraction for the development of agro-tourism areas because it is one of the largest horticulture producers in Indonesia, with fruit production is 583,539 Kw /year and vegetables is 677,480 Kw /year. This location not far from the Bandung city and provides benefits because it is often visited by tourists when visiting to around of Bandung area. The purpose of this study is to obtain a spatial picture of regional patterns that have the potential for developing agrotourism areas and evaluating significance relationships between indicators and variables each other. The analysis used is spatial analysis by evaluating physiogeographic and sociogeographic elements and used statistical analysis by SPSS tools. The results showed that the spatial pattern of the development of agrotourism areas in the study area, that is Lembang Subdistrict, Cisarua Sub- District, and Cikalong Wetan Sub-District had 8 typologies. The most potential area with a high physiogeographic and sociogeographic typology is Mandalamukti Village, Cikalong Wetan Sub-District with an area of 6.049 Km2. Whereas, the locations which have no potential area with low physiogeographic and sociogeographic typologies are Ganjarsari and Puteran Villages, Cikalong Wetan Sub-District, covering an area of 14,086 Km2 and 10,325 Km2, Pasirlangu Village, Cisarua District covering an area of 12,209 Km2, in Lembang Subdistrict, Cibogo Village covering an area of 3.12 Km2. Cikahuripan village covering an area of 7.31 Km2, Pagerwangi Village covering an area of 4.65 Km2, Suntenjaya Village with covering an area of 16.03 Km2, Wangunharja Village with covering an area of 7.85 Km2, Wangunsari Village with covering an area of 3.61 Km2. Statistical analysis shows that there is a significant relationship between accessibility indicators (sociogeographic) and physiogeographic elements, so it will be good to develop agrotourism areas in that locations which have these criteria."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah Hidayati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji intensi pulang ke Indonesia para pelajar di luar negeri pada masa pandemi COVID-19, khususnya untuk siswa yang sudah menyelesaikan studinya dan masa berlaku ijin tinggalnya berakhir pada tahun 2020. Proses pengambilan keputusan untuk pulang pada masa pandemi ini tentu saja tidak akan sama dengan kondisi normal. Berbagai pertimbangan seperti alasan kesehatan, keamanan, transportasi hingga berbagai macam pertimbangan individu migran akan akan menjadi pertimbangan. Penelitian menggunakan metode kombinasi kuantitatif-kualitatif melalui survei dengan 248 responden menggunakan accindental sampling serta dilengkapi wawancara terbuka pada 10 responden migran pelajar yang tersebar diberbagai negara. Data dikumpulkan melalui kuesioner online dan wawancara langsung melalui berbagai platform media sosial. Ekspektasi hasil penelitian ini adalah (1). Faktor situasi perkembangan COVID-19 di Indonesia menjadi pertimbangan utama dalam melakukan proses pengambilan keputusan untuk melakukan migrasi kembali. (2). Migran pelajar akan menunda kepulangannya ke Indonesia pada masa pandemi COVID-19 jika memiliki faktor pendukung yang kuat di negara tempat tinggalnya. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 46,4 persen migran pelajar memiliki intensi akan pulang ke Indonesia pada tahun 2020 ini dan alasan kepulangannya adalah sudah selesai masa studi dan berlibur mengunjungi keluarga. Namun situasi pandemi COVID-19 memengaruhi keputusan pembatalan bermigrasi kembali ke Indonesia sekitar 19,8 persen migran pelajar. Sebagian besar migran pelajar (62,1 persen) menyatakan negara tempat tinggalnya saat ini jauh lebih baik daripada tempat tinggalnya di Indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah intensi kepulangan para migran pelajar terjadi sebagian besar dikarenakan mereka telah menyelesaikan studinya. Faktor daerah asal merupakan penarik utama para migran internasional untuk kembali. Pada dasarnya migran Indonesia merupakan bi-local population, walaupun telah meninggalkan daerah asalnya masih mempunyai keterikatan dengan tempat asal. Namun pandemi COVID-19 menjadi penghalang sementara para migran untuk kembali ke Indonesia. Faktor keamanan dan kesehatan menjadi pertimbangan utama migran untuk Menunda kepulangannta ke Indonesia.

This study examines overseas students' intention to return to Indonesia during the COVID-19 pandemic, especially for students who have completed their studies and the validity period of their residence permit expires in 2020. The decision-making process to return home during this pandemic will not be the same as under normal conditions. Various considerations for health, security, and transportation to various considerations of individual migrants will be considered. This research used a combination of quantitative-qualitative methods through a survey with 248 respondents using random sampling and equipped with open interviews with ten student migrant respondents spread across various countries. Data was collected through online questionnaires and face-to-face interviews through various social media platforms. The expectations of the results of this study are (1). The situation factor of the development of COVID-19 in Indonesia is a major consideration in the decision-making process to re-migrate. (2). Migrant students will delay their return to Indonesia during the COVID-19 pandemic if they have strong supporting factors in their country of residence. The study results show that as many as 46.4 per cent of student migrants intend to return to Indonesia in 2020 and the reason for their return is that they have finished their study period and are on vacation to visit their families. However, the COVID-19 pandemic influenced the decision to cancel migrating back to Indonesia, around 19.8 per cent of student migrants. Most student migrants (62.1 per cent) stated that their current country of residence is much better than their place of residence in Indonesia. This study concludes that returning student migrants' intention is because they have completed their studies. The factor of origin is the main attraction for international migrants to return. Indonesian migrants are a bi-local population; even though they have left their area of ​​origin, they still have attachments to their place of origin. However, the COVID-19 pandemic has become a temporary barrier for migrants to return to Indonesia. Security and health factors are the main considerations for migrants to delay their return to Indonesia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aanisa Putri Solitha Rajanah
"Zaman yang terus berkembang mengakibatkan banyaknya perubahan dalam gaya hidup masyarakat, salah satunya tercermin dalam kebiasaan mengkonsumsi makanan di luar rumah, yaitu restoran. Kecamatan Babakan Madang merupakan salah satu kecamatan yang memiliki restoran terbanyak di Kabupaten Bogor dengan keterdapatan restoran formal, informal, dan spesialisasi. Masing-masing jenis restoran memiliki keunikan tersendiri yang tercermin dalam karakteristik tempat. Karakteristik tempat yang berbeda-beda dapat menarik konsumen dengan karakteristik yang berbeda pula serta mendorong terciptanya pemaknaan tempat terhadap masing-masing restoran. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemaknaan tempat yang tercipta pada restoran yang memiliki karakteristik tempat dan karakteristik konsumen yang berbeda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data primer melalui wawancara mendalam, observasi lapang, dan dokumentasi serta pengumpulan data sekunder yang didapatkan dari instansi terkait. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik tempat dan karakteristik konsumen pada setiap jenis restoran yang mengakibatkan perbedaan pemaknaan tempat bagi konsumen pada restoran. Pada karakteristik tempat, perbedaan siginifikan terlihat dari atmosfer yang dimiliki restoran, restoran formal cenderung memiliki atmosfer mewah serta ekslusif, restoran, restoran informal memiliki atmosfer nyaman dan asri, sedangkan restoran spesialisasi memiliki astmosfer tradisional dengan konsep yang unik. Berdasarkan situation-nya, ketiga jenis restoran umumnya berada pada kelas jaringan jalan lokal serta berada di sekitar kawasan pemukiman dan lahan terbuka. Restoran formal dan spesialisasi didominasi oleh konsumen berusia >30 tahun yang bekerja, sedangkan restoran informal didominasi oleh konsumen perempuan berusia 21 – 25 tahun atau mahasiswa. Secara keseluruhan, pemaknaan tempat yang terbentuk bagi konsumen pada restoran di Kecamatan Babakan Madang adalah pemaknaan secara fungsional, sosial, emosional, dan memori.

The growing era has resulted in many changes in people's lifestyles, one of which is reflected in the habit of consuming food outside the home, namely restaurants. Babakan Madang sub-district is one of the sub-districts that has the most restaurants in Bogor Regency with the presence of formal, informal, and specialty restaurants. Each type of restaurant has its own uniqueness which is reflected in the characteristics of the place. Different place characteristics can attract consumers with different characteristics and encourage the creation of place meanings for each restaurant. Based on this, this study aims to analyze the meaning of place created in restaurants that have different place characteristics and consumer characteristics. This research uses a qualitative approach with primary data collection through in-depth interviews, field observations, and documentation as well as secondary data collection obtained from related agencies. The results of this study indicate that there are differences in place characteristics and consumer characteristics in each type of restaurant which result in differences in the meaning of place for consumers in restaurants. In the characteristics of the place, significant differences can be seen from the atmosphere of the restaurant, formal restaurants tend to have a luxurious and exclusive atmosphere, restaurants, informal restaurants have a comfortable and beautiful atmosphere, while specialty restaurants have a traditional atmosphere with a unique concept. Based on the situation, the three types of restaurants are generally in the local and neighborhood road network classes and are located around residential areas and open field. Formal and specialty restaurants are dominated by consumers aged >30 years who work, while informal restaurants are dominated by female consumers aged 21-25 years or students. Overall, the meaning of place formed for consumers in restaurants in Babakan Madang District is functional, social, emotional, and memory."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggoro Tri Muldiguno
"Pembangunan rumah susun merupakan langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam usaha relokasi untuk memindahkan warga dari rumah tapak ke rumah susun. Perbedaan asal tersebut merupakan dampak dari relokasi yang mengakibatkan adanya perbedaan motivasi antar individu atau kelompok dalam berkegiatan. Kegiatan tersebut salah satunya aktivitas berkumpul. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode obervasi lapang, in-depth interview dengan metode penetapan informan dengan cara mewawancarai gate keeper terlebih dahulu, triangulasi sebagai upaya untuk memvalidasi jawaban informan melalui kajian pustaka, hasil observasi lapangan, dan jawaban informan lain mengenai topik yang sama. Hasil dari Pola organisasi spasial yang tercipta di rumah susun terjadi pada periode waktu yaitu harian, mingguan dan bulanan, dimana aktivitas formal dibentuk oleh pihak lain sedangkan aktivitas informal diciptakan sendiri oleh pelaku. Pemanfaatan ruang publik terjadi di lantai dasar rusunawa, pemanfaatan ruang semi-publik terjadi di lantai unit hunian, dan pemanfaatan ruang privat terjadi di dalam unit hunian. Teritori membantu penghuni rumah susun dalam menyatakan wilayahnya dengan cara menciptakan simbol-simbol fisik dan khayal yang mempengaruhi kekuatan dari pelaku.

The construction of flats is a step taken by the DKI Jakarta Provincial Government in an effort to relocate residents from the house to the apartment. The origin difference is the impact of relocation which results in differences in motivation between individuals or groups in activities. One of the activities is gathering activities. This research is a qualitative research Data collection techniques carried out in this study using the field observation method, in-depth interviews with informant determination methods by interviewing the gatekeeper first, triangulation as an attempt to validate the answers of informants through literature review, field observations, and answers to other informants on the same topic. Results from spatial organizational patterns created in flats occur in a period of time, namely daily, weekly and monthly, where formal activities are formed by other parties while informal activities are created by the perpetrators themselves. The use of public space occurs on the ground floor of a flat, the use of semi-public space occurs on the floor of the residential unit, and the use of private space occurs within the residential unit. Territories help residents of flats to declare their territory by creating physical and imaginary symbols that affect the strength of the perpetrator."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
La Rose Zata Dini
"ABSTRAK
Industri pariwisata di Pulau Bali telah berhasil menarik wisatawan mancanegara dalam jumlah besar, sehingga menjadi kegiatan ekonomi utama. Kegiatan pariwisata berkaitan erat dengan kondisi internal di Pulau Bali, salah satu diantaranya adalah kondisi cuaca/iklim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola kenyamanan iklim sehubungan dengan jumlah kunjungan wisatawan asing. Berbasis pada data unsur iklim tahun 1986 ndash; 2016 di 4 lokasi, tingkat kenyamanan iklim ditentukan dengan menerapkan Tourism Climate Index TCI , yang divalidasi melalui survey lapang dan wawancara dengan wisatawan asing yang penentuannya dilakukan dengan teknik quota sampling. Analisis spasial dengan metode overlay peta dilakukan untuk mengetahui pola kenyamanan iklim menurut ketinggian, yang dikaitkan dengan jumlah kunjungan wisatawan asing menurut obyek wisata dan kawasan asal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenyamanan iklim di Pulau Bali 9 obyek wisata tergolong nyaman pada bulan Juni ndash; September, terutama obyek wisata yang berada di wilayah pegunungan. Besarnya jumlah kunjungan wisatawan pada obyek wisata di Pulau Bali bersamaan waktunya dengan tingginya tingkat kenyamanan iklim. Wisatawan merasa lebih nyaman ketika berada di obyek wisata yang tingkat kenyamanannya lebih tinggi.

ABSTRACT
The tourism industry in Bali has attracted large numbers of foreign tourists, making it the main economic activity. Tourism activities are closely related to internal conditions in Bali, one of which is weather climate conditions. This study aims to analyze the climate comfort pattern with the number of foreign tourists visits. Based on climate data from 1986 to 2016 in 4 locations, the climate comfort level was determined by applying the Tourism Climate Index TCI , which was validated through field surveys and interviews with foreign tourists who were determined by quota sampling techniques. Spatial analysis with map overlay method is used to find the climate comfort pattern according to height, which is associated by the number of tourist visits based on tourist attractions and the region of the tourists rsquo origin. The results showed that the comfort level in Bali of 9 attractions are relatively comfortable in June September, especially attractions in higher places. The large number of tourist visits is coincided with the optimal level of climate comfort. Tourists feel more comfortable while in the attractions with a higher level of climate comfort. "
2017
S67895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>