Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silaban, Johannes
"

Formasi Bayah merupakan salah satu formasi yang terdapat pada daerah penelitian di kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dengan litologi batuan seperti batubara, batulempung dan batupasir. Metode penelitian menggunakan analisis maseral dan analisis polen untuk dapat menentukan umur batuan, sejarah geologi dan lingkungan pengendapan dari batuan tersebut. Analisis maseral merupakan analisis melalui kandungan organik seperti vitrinit, liptinit dan inertinit yang terdapat pada batubara sedangkan analisis polen merupakan analisis melalui jenis dan morfologi polen berdasarkan deskripsi yang dapat diamati melalui mikroskop. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lingkungan pengendapan terbentuknya batubara Pada analisis tersebut digunakan 2 sampel batubara dalam analisis maseral dan 1 sampel batubara serta 2 sampel batulempung digunakan dalam analisis polen. Pengambilan sampel batubara tersebut dilakukan melalui pemetaan geologi serta pengamatan langsung di lapangan yang ditemukan di Desa Sukajadi, Desa Bukitsanggo dan Desa Pasirakmin melalui singkapan yang terdapat di area penelitian. Melalui sampel tersebut, dapat diketahui hasil analisis yang dilakukan adalah pada analisis maseral sampel batubara KP-01 dan KP-02 maka ditemukan maseral vitrinit lebih dominan yaitu 93,4%Vol KP-01 dan 88%Vol KP-02 dibandingkan maseral lain. Berdasarkan analisis maseral, Lingkungan pengendapan dari KP-01 yaitu telmatik, KP-02 yaitu marsh sedangkan analisis polen menunjukkan KP-03 memiliki lingkungan pengendapan yaitu lower delta plain.


Bayah Formation is one of the formations found in the research area in Panggarangan sub- district, Lebak Regency, Banten Province with rock lithology such as coal, claystone, and sandstone. The research method uses the analysis of maceral and pollen analysis to determine the age of the rock, the geological history and the depositional environment of the rock. Maceral analysis is an analysis through organic content such as vitrinite, liptinite and inertinite contained in coal while pollen analysis is an analysis through the type and morphology of pollen based on the description that can be observed through a microscope. The purpose of this research is to determine of coal depositional environment. In this analysis, two samples of coal were used in the maceral analysis, one sample of coal and two samples of clay were used in pollen analysis. The coal sampling was carried out through geological mapping and direct observation in the field found in Sukajadi Village, Bukitsanggo Village and Pasirakmin Village through outcrops in the research area. Through this sample, it can be seen that the results of the analysis carried out on the maceral analysis of coal samples KP-01 and KP-02 then found that vitrinite is more dominant, that is 93,4% Vol KP-01 and 86% Vol KP-02 compared to other macerals. Based on maceral analysis, the depositional environment of sample KP-01 is meander river, KP-02 is marsh while pollen analysis show KP-03 has a depositional environment that is lower delta plain.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Octaviyani
"Prospek hidrokarbon di Cekungan Jawa Barat Selatan masih dipertanyakan dan perlu identifikasi lebih detail. Lokasi penelitian ini tepatnya berada di Anggota Konglomerat Formasi Bayah (Teb). Formasi ini di dominasi oleh konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung, tuf, dan batu bara. Di Formasi Bayah, salah satunya, sungai cidahu dan cipanadogan ditemukan batuan serpih dengan indikasi rembesan minyak yang sudah mengering di sela-sela batuan. Rembesan minyak yang berada di batuan ini belum diketahui karakteristik lingkungan pengendapan dan kematangannya. Selain memiliki struktur yang kompleks, Formasi Bayah memiliki pemaparan litologi yang luas, salah satunya adalah batu bara. Batu bara yang berada di daerah penelitian memiliki luas ± 100 m yang tersebar di Sungai Cidahu, Cipanadogan, Cimandiri, dan Pantai Cibobos. Karakteristik batu bara Formasi Bayah pada daerah penelitian masih belum diketahui. Oleh karena itu, hal ini perlu diidentifikasi lebih lanjut dengan melakukan analisis pada penelitian ini agar dapat mengetahui kualitas batuan induk dan karakterisasi batu bara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas batuan induk dan karakterisasi batu bara di Cekungan Jawa Barat Selatan di wilayah Formasi Bayah menggunakan analisis kromatografi gas, analisis kromatografi gas-spektropi massa, dan petrografi maseral. Empat sampel batuan serpih dan lima sampel batu bara dari daerah penelitian telah dikumpulkan dan dianalisis. Analisis kromatografi gas dan kromatografi gas-spektropi massa menunjukkan CDH 05, SHALE 01, dan SHALE 04 berada pada lingkungan pengendapan delta (terrigeneous) sedangkan, CP 04 berada pada lingkungan pengendapan transisi antara laut dan darat. Berdasarkan kematangan termalnya conto CDH 05, CP 04, SHALE 01, dan SHALE 04 berada pada tingkat kematangan awal (early mature), sehingga menunjukkan kualitas batuan induk yang cukup baik. Analisis petrografi maseral menunjukkan CDH 09, dan CMN 01 berada di lingkungan pengendapan hutan rawa basah, sedangkan CP 04, CP 07, PCBB berada pada hutan rawa yang sedikit dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga kualitas batu bara buruk. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas batuan induk memiliki kualitas yang cukup baik dan batu bara memiliki kualitas yang buruk.

The prospect of hydrocarbons in the South West Java Basin is still questionable and needs more detailed identification. The exact location of this research in the Members of the Bayah (Teb) Formation Conglomerate. This formation is dominated by conglomerates, quartz sandstone, claystone, tuff, and coal. In the Bayah Formation, one of which, the Cidahu and Cipanadogan rivers are found with shale rocks with an indication of oil seepage that has dried up between the rocks. Oil seeps in these rocks are not yet known characteristics of the depositional environment and its maturity. Besides having a complex structure, the Bayah Formation has extensive lithological exposure, one of which is coal. Coal in the study area has an area of ± 100 m spread over the Cidahu River, Cipanadogan, Cimandiri, and Cibobos Beach. The characteristics of the Bayah Formation coal in the study area are still unknown. Therefore, this needs to be further identified by analyzing this study in order to find out the quality of source rock and coal characterization. This study aims to determine the quality of the source rock and the characterization of coal in the South West Java Basin in the Bayah Formation region using gas chromatography analysis, gas chromatography-mass spectrophy analysis, and mass petrography. Four shale rock samples and five coal samples from the study area were collected and analyzed. Analysis of gas chromatography and gas chromatography-mass spectrophy show that CDH 05, SHALE 01, and SHALE 04 are in the terrigeneous deltaic environment whereas, CP 04 in the transitional depositional environment between marine and land. Based on the thermal maturity, the samples of CDH 05, CP 04, SHALE 01, and SHALE 04 are early mature level, show that the quality of the source rock has quite good. Mass petrographic analysis shows CDH 09, and CMN 01 are in the sedimentation environment of wet forest swamp, while CP 04, CP 07, PCBB are in forest swamp which is slightly affected by tidal water, so that of coal has a poor quality. From these results, it can be concluded that the quality of source rock has a fairly good quality and coal has a poor quality."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusriady
"

 

ABSTRAK

 

Nama              : Muhammad Yusriady

Program Studi : S1 Geologi

Judul               : Analisis Lingkungan Pengendapan dan Pola Sedimentasi Mengggunakan Fosil Polen dan Spora pada Formasi Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Pembimbing    : Rezky Aditiyo M.T

Dedy Kurniadi S.Si., M.T

Penelitian ini dilakukan pada Formasi Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan lingkungan pengendapan dan pola sedimentasi berdasarkan data palinologi dan data pengukuran penampang stratigrafi. Sebanyak dua belas sampel singkapan dengan litofasies berupa batuserpih hitam, batulempung, dan batu bara digunakan untuk analisis polen dan spora. Hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk menentukan jenis lingkungan pengendapan pada Formasi Bayah yang didasarkan dari asosiasi fosil berupa Proxapertites operculatus, Verrucatosporites usmensis, Floschuetzia trilobata, Palmaepollenites kitchensis, dan Dicopopollis sp. Fosil tersebut dapat menjelaskan lingkungan pengendapan berupa rawa air tawar. Analisis polen dan spora juga digunakan untuk menentukan umur dari Formasi Bayah dengan fosil indeks berupa Proxapertites operculatus dan Verrucatosporites usmensis. Selanjutnya berdasarkan karakteristik litofasies dan asosiasi fasies terdapat lima asosiasi fasies yang ditemukan pada daerah penelitian diantaranya berupa sungai, overbank, rawa, tepi pantai, dan lepas pantai transisi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Formasi Bayah memiliki lingkungan pengendapan berupa sungai, delta, dan laut dengan umur berupa Eosen Tengah hingga Eosen Akhir.

Kata kunci: Polen, Spora, Palinologi, Pola Sedimentasi, Asosiasi Fasies, Formasi Bayah

 


ABSTRACT

 

Name              : Muhammad Yusriady

Study program : Bachelor Degree of Geology

Title                : Analysis of Depositional Environment and Sedimentation Patterns Using Pollen and Spore Fossils in Bayah Formation, Lebak Regency, Banten Province

Consellor        : Rezky Aditiyo M.T

Dedy Kurniadi S.Si., M.T

This research was conducted in the Bayah Formation, Lebak Regency, Banten Province. The purpose of this study is to determine the depositional environment and sedimentation patterns based on palynological data and stratigraphic cross-section measurement data. Twelve outcrop samples with lithofacies of black shale, claystone, and coal were used for pollen and spore analysis.The results of this analysis can be used to determine the type of depositional environment in the Bayah Formation based on fossil associations such as Proxapertites operculatus, Verrucatosporites usmensis, Floschuetzia trilobata, Palmaepollenites kitchensis, and Dicopopollis sp. These fossils can explain the depositional environment include freshwater swamps. Pollen and spore analysis are also used to determine the age of the Bayah Formation with index fossils contain Proxapertites operculatus and Verrucatosporites usmensis. Furthermore, based on the characteristics of lithofacies and facies associations, there are five facies associations found in the study area including rivers, over banks, swamps, coastal areas, and offshore transitions. So it can be concluded that the Bayah Formation has a depositional environment consists of rivers, deltas, and marines with ages ranging from Middle Eocene to Late Eocene.

Keywords: Pollen, Spore, Palynology, Sedimentation Pattern, Facies Association, Bayah Formation

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Sulaiman Abdullah
"Pembelajaran mesin merupakan ilmu yang mempelajari cara membuat komputer dapat melakukan pembelajaran secara mandiri tanpa dilakukan pemrograman secara eksplisit. Proses identifikasi batuan melalui klasifikasi dan klasterisasi dapat dilakukan menggunakan pembelajaran mesin. Daerah penelitian dilakukan pada wilayah Manjimup, Australia Bagian Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan klasifikasi dan klasterisasi mineral batuan menggunakan pembelajaran mesin. berdasarkan data spektral yaitu Short-Wavelength Infrared (SWIR), dan Mid or Thermal Infrared (TIR) yang berasal dari pengukuran spektrum elektromagnetik untuk mengidentifikasi fitur-fitur mineral batuan. Klasifikasi dilakukan menggunakan pembelajaran mesin tersupervisi untuk menentukan akurasi terbaik dengan lima jenis metode, antara lain K-Nearest Neighbors (K-NN), Support Vector Machine (SVM), Decision Tree (DT), Random Forest (RF), dan Multi-layer Perceptron (MLP). Metode SVM menjadi akurasi terbaik pada data SWIR dan metode MLP menjadi akurasi terbaik pada data TIR untuk klasifikasi mineral batuan. Klasterisasi dilakukan menggunakan pembelajaran mesin tidak tersupervisi metode K-Means untuk menentukan kelompok batuan teroptimal berdasarkan informasi geologi yang dimiliki. Tiga kelompok batuan menjadi jumlah kelompok batuan teroptimal berdasarkan informasi geologi yang dimiliki.

Machine Learning gives computers the ability to learn without being explicitly programmed. Classification and clustering method used in machine learning able to identifying rocks. The study area is located in the Manjimup region, Western Australia. This study aims to determine the classification and clustering of rock minerals using machine learning. based on spectral data namely Short-Wavelength Infrared (SWIR), and Mid or Thermal Infrared (TIR) collected from electromagnetic spectrum measurements to identify rock mineral features. Classification method used in supervised machine learning able to determine the best accuracy from five types of methods, which are K-Nearest Neighbors (K-NN), Support Vector Machine (SVM), Decision Tree (DT), Random Forest (RF), and Multi-layer Perceptron (MLP). SVM method becomes the best accuracy on SWIR data and the MLP method becomes the best accuracy on TIR data for rock mineral classification. Clustering method used in unsupervised machine learning which is the K-means algorithm able to determine optimal rock clusters based on geological information they have. Three rock clusters become the most optimal number of rock clusters based on the geological information."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Savira
"Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, salah satunya merupakan deposit uranium. Keterdapatan uranium di Indonesia masih merupakan hal yang jarang dijumpai sehingga dapat menjadi topik yang sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe deposit serta keterbentukan dari uranium yang terdapat di Desa Takandeang, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Penelitian dimulai dengan pemetaan geologi permukaan dan radiometri dengan bantuan alat gamma surveyor (model RS 125) yang kemudian dilanjutkan dengan analisis petrologi dan petrografi, serta analisis geokimia. Berdasarkan hasil dari penelitian, diketahui bahwa batuan penyusun lapangan penelitian terdiri atas autobreksi leusitit, breksi epiklastik, lava phonolitik foidit, batupasir tufaan, dan batugamping terumbu. Data radiometri dan geokimia XRF menunjukan anomali uranium tertinggi terdapat pada autobreksi leusitit. Anomali yang terjadi pada daerah penelitian berupa rekonsentrasi unsur uranium pada batuan autobreksi yang disebabkan oleh aktivitas hidrotermal yang juga didukung tipe magma dan kontrol struktur pada daerah penelitian.

Indonesia is rich in natural resources, one of which is a uranium deposit. In Indonesia, uranium‟s occurrence is still rarely found so it can be a very interesting topic for further study. This study aims to determine the type of deposit and the formation of uranium contained in Takandeang Village, Tapalang District, Mamuju Regency, West Sulawesi. The study began with surface geology and radiometry mapping with the help of a gamma surveyor (RS 125 model) which was continued with petrological and petrographic analysis, and geochemical analysis. Based on the results of the study, it is known that the constituent rock of the research field consists of leucitite autobreccias, epiclastic breccias, phonolytic lava phoidolytic, tuffaceous sandstones, and reef limestones. Radiometric data and XRF geochemistry show that the highest uranium anomaly is found in leucitite autobreccias. The anomaly that occurred in the study area was in the form of reconcentration of uranium elements in autobrection rocks caused by hydrothermal activity which was also supported by magma type and structural control in the study area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifa Setya Mahafira
"Air bersih menjadi kebutuhan mendasar bagi seluruh manusia. Analisis kualitas air tanah khususnya di wilayah Kota Jakarta Timur dan sekitarnya dianggap penting mengingat wilayah ini di dominasi oleh pemukiman, industri, pergudangan dimana air tanah masih digunakan untuk keperluan sehari hari. Berdasarkan kondisi geologinya, wilayah penelitian tersusun atas sedimen klastik dan tuf yang dikelompokan menjadi dua tipe endapan, yaitu endapan aluvium dan endapan kipas aluvium. Akuifer berada di kedalaman 9-40 m dimana bagian selatan merupakan wilayah imbuhan, dan utara adalah wilayah luahan. Status mutu air pada pada akuifer bebas wilayah Jakarta Timur dan sekitarnya sekitar 4,5% kategori baik sekali-memenuhi baku mutu, 59% kategori baik-cemar ringan, dan 36,5% kategori sedang-cemar sedang. Nilai pH yang rendah di bagian selatan wilayah penelitian berasal dari limbah domestik yang mengandung konsentrasi ion H+ (hidrogen) lebih tinggi, sedangkan pada bagian utara, nilai pH yang tinggi menandakan pencemar berasal dari limbah industri/pergudangan yang mengandung kosentrasi ion OH- (hidroksil) lebih tinggi. Berdasarkan kandungan NO3- (nitrat), Kecamatan Ciracas bagian selatan menjadi titik dengan konsentrasi nitrat tertinggi yang disebabkan oleh penggunaan urea yang tinggi.

Clean water is a basic need for all humans. Analysis of groundwater quality, especially in East Jakarta City and surrounding areas is considered important given the region is dominated by settlements, industry, warehousing where ground water is still used for daily needs. Based on geological conditions, the study area is composed of clastic and tuff sediments which are grouped into two types of deposits, namely alluvium deposits and alluvium fan deposits. The aquifer is at a depth of 9-40 m where the southern part is the recharge area, and the north is the discharge area. The status of water quality in the free aquifer of East Jakarta and surrounding areas is around 4.5% in the excellent category-fulfilling the quality standard, 59% in the good-light polluted category, and 36.5% in the medium-moderate polluted category. The low pH value in the southern part of the study area comes from domestic wastes containing higher concentrations of H+ (hydrogen) ions, whereas in the north, high pH values indicate pollutants originating from industrial/warehousing waste containing higher concentrations of OH- (hydroxyl) ions. Based on the NO3- content (nitrate), Ciracas Subdistrict in south became the point with the highest nitrate concentration caused by the high use of urea."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emir Rakhim
"Gunung Kapur merupakan bukit karbonat yang bersifat soliter berumur Miosen yang masuk ke dalam Anggota Batugamping Formasi Bojongmanik dengan litologi penyusun berupa batugamping. Gunung Kapur berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Studi diagenesis dilakukan di lokasi ini dengan tujuan untuk mengetahui rezim diagenesis dan proses-proses diagenesis yang bekerja pada batuan beserta korelasinya terhadap porositas batuan. Hal yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah pemetaan geologi, pengambilan sampel batugamping, analisis megaskopis batuan, dan analisis petrografi. Pada hasil kegiatan lapangan didapatkan 10 sampel yang dianalisis lebih lanjut menggunakan metode petrografi. Proses-proses diagenesis di daerah penelitian yang menambah porositas adalah disolusi, alterasi biogenik, dan kompaksi sedangkan yang mengurangi nilai porositas adalah sementasi, kompaksi, dan neomorfisme. Tipe-tipe porositas yang terbentuk adalah burrow, intrapartikel, interpartikel, interkristalin, fracture, channel, vuggy, dan moldic. Adapun nilai porositas yang didapatkan dari sampel adalah 1,71% hingga 18,38% berdasarkan perhitungan point counting sehingga disimpulkan bahwa kualitas porositas di daerah penelitian yaitu negligible sampai good. Berdasarkan bukti proses diagenesis yang ditemukan, rezim diagenesis di daerah penelitian adalah rezim laut, rezim bawah permukaan, dan rezim meteorik freatik.

Gunung Kapur is a solitary carbonate hill of Miocene age which included in the Anggota Batugamping Formasi Bojongmanik with the lithology consisting of limestone. Gunung Kapur located in Ciampea District, Bogor Regency. Diagenesis studies were carried out at this location to know the diagenesis regime and the diagenesis process's impact on rocks and their correlation to rock porosity. Research activities that will be used in this research are geological mapping, limestone sampling, rock megascopic analysis, and petrographic analysis. The results from field activities, 10 samples were obtained which were further analyzed using the petrographic method. Diagenesis processes in the research area that increase porosity are dissolution, biogenic alteration, and compaction, while those that reduce porosity are cementation, compaction, and neomorphism. The types of porosity formed are burrow, intraparticle, interparticle, intercrystalline, fracture, channel, vuggy, and moldic. The porosity values obtained from the samples are 1.71% to 18.38% based on point counting calculations so it can be concluded that the porosity quality in the research area is negligible to good. Based on diagenesis processes evidence, the diagenesis regime in study area are marine regime, burial regime, and meteoric phreatic regim"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Gusti Cahyaningrum
"Sungai Cipamingkis termasuk ke dalam Formasi Jatiluhur yang memiliki umur Miosen Tengah-Miosen Akhir, serta memiliki litologi batuan sedimen campuran silisiklastik dan karbonat dengan kandungan foraminifera besar. Pemahaman mengenai distribusi dan karakteristik foraminifera besar pada batuan sedimen campuran silisiklastik dan karbonat dapat membantu menginterpretasikan lingkungan pengendapan dan sedimentasi pada suatu daerah. Pada studi ini, dilakukan metode stratigrafi terukur dan analisis petrografi dari menghasilkan empat fasies batuan sedimen karbonat yaitu Foraminiferal Packestone, Foraminiferal Rudstone, Foraminiferal Bivalvia Rudstone, dan Coral Foraminiferal Bindstone dan fasies batuan sedimen campuran silisiklastik dan karbonat, yaitu Foraminiferal Algae Sandy Allochem Limestone, Quartz Muddy Sandstone, Foraminiferal Algae Allochem Sandstone, Foraminiferal Bivalvia Sandy Allochem Limestone. Berdasarkan kandungannya, terdapat lima genus foraminifera besar, yaitu Heterostegina (Ht), Operculina (Op), Lepidocyclina (Le), Amphistegina (Amp), dan Cycloclypeus (Cy) yang menunjukan lingkungan laut dangkal dengan salinitas normal. Pengendapan pada daerah penelitian dibagi menjadi empat fase yang berhubungan dengan naik dan turunnya muka air laut, sehingga terjadinya pencampuran berupa punctuated mixing dan facies mixing. Lingkungan pengendapan daerah penelitian masuk ke dalam lingkungan laut zona foreslope hingga open shelf.

The Cipamingkis River is included in the Jatiluhur Formation which has a Middle Miocene-Late Miocene age, and has a sedimentary rock lithology of mixed of siliciclastic and carbonate with large foraminifera content. An understanding of the distribution and the characteristics of large foraminifera in a mixed siliciclastic and carbonate sedimentary rocks can help interpreting the depositional and sedimentary environment of an area. In this study, measured stratigraphic methods and petrographic analysis were carried out to produce four carbonate sedimentary rock facies, namely Packestone Foraminiferal, Rudstone Foraminiferal, Bivalvia Rudstone Foraminiferal, and Bindstone Coral Foraminiferal and a mixed siliciclastic and carbonate sedimentary rock facies, namely Algae Sandy Quartz Foraminiferal, Foraminiferal Muddy Sandstone, Foraminiferal Algae Allochem Sandstone, Foraminiferal Bivalvia Sandy Allochem Limestone. Based on the content, there are five larger foraminifera genera, namely Heterostegina (Ht), Operculina (Op), Lepidocyclina (Le), Amphistegina (Amp), and Cycloclypeus (Cy) which show a shallow marine environment with normal salinity. Sedimentation in the study area is divided into four phases associated with the rising and the falling of sea levels, resulting in a mixing in the form of punctuated mixing and facies mixing. The depositional environment of the study area falls into the marine environment, from the foreslope zone to the open shelf."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Luthfiyyah
"Penelitian ini merupakan langkah awal yang terbilang baru di Formasi Jatiluhur, Sungai Cibeet untuk menganalisis proses diagenesis, mengidentifikasi fitur diagenesis dan sejarahnya. Daerah penelitian tersusun oleh batuan silisiklastik berupa batupasir, batulanau, batulempung, terdapat pula batuan bersifat karbonatan. Sebanyak sepuluh sampel dilakukan analisis petrografi untuk menentukan karakterisasi tekstur dan mineralogi batuan. Selain analisis petrografi, analisis SEM dan XRD sebanyak masing-masing tiga sampel dapat digunakan untuk studi diagenesis. Beberapa proses diagenesis seperti kompaksi, sementasi, disolusi, dan penggantian mineral dapat memengaruhi keterbentukan batuan Formasi Jatiluhur. Proses kompaksi menghasilkan kontak antarbutir berupa point, long, concavo-convex, dan sutured serta semen yang ditemukan berupa semen kalsit dan mineral lempung seperti albit, ilit, kaolinit, dan smektit. Mineral kuarsa, mika, dan feldspar mengalami penggantian. Proses-proses diagenesis tersebut mengakibatkan perubahan porositas dari batuan. Tipe-tipe porositas didominasi oleh tipe intergranular dan intrapartikel dengan persentase antara 5-30%. Sejarah diagenesis pada daerah penelitian diawali oleh tahap eogenesis, mesogenesis, dan telogenesis. Dengan adanya pelaksanakan studi diagenesis, maka kualitas reservoar (misalnya) dapat ditentukan. Penelitian ini menunjukan bahwa proses diagenesis mengakibatkan adanya heterogenitas batuan Formasi Jatiluhur di sekitar aliran Sungai Cibeet.

This research is a relatively new to conduct in the Jatiluhur Formation, especially Cibeet River that aimed to analyse the diagenesis process and identify diagenesis features and its history. The research area is composed of siliciclastic rocks in the form of sandstone, siltstone, and claystone but there are also carbonate rocks. A total of ten samples were subjected to petrographic analysis to determine the characterisation of rock textures and mineralogy. In addition to petrographic analysis, SEM and XRD analysis of three samples each are used for diagenesis studies. Several diagenesis processes such as compaction, cementation, dissolution, and mineral replacement affected the rock formation of the Jatiluhur Formation. The compaction process produced contact between grains in the form of point, long, concavo-convex, and sutured contacts as well as cement found in the form of calcite cement and clay minerals such as albite, illite, kaolinite, and smectite. Quartz, mica, and feldspar minerals underwent mineral replacement. These diagenesis processes resulted in changes in the rock porosity. The types of porosity are dominated by intergranular and intraparticle types with the percentage between 5-30%. The history of diagenesis in the research area began with the stages of eogenesis, mesogenesis, and telogenesis. With the implementation of a diagenesis study, the quality of the reservoir (for example) can be defined. This study shows that the diagenesis process resulted in the heterogeneity of the Jatiluhur Formation rocks around the Cibeet River streams."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monique Eugenia Dinar Rawung
"Belum adanya data pendukung geologi teknik di daerah Gunung Endut membuat pengembangan proyek panas bumi di daerah tersebut terhambat, hal ini karena informasi karakteristik geologi teknik daerah Gunung Endut memiliki peran penting dalam pembangunan fasilitas-fasilitas PLTPB dari tahap eksplorasi hingga produksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik geologi teknik daerah penelitian, kondisi geomorfologi daerah penelitian, serta kesesuaian lahannya untuk pembangunan wellpad eksplorasi panas bumi. Metode yang dilakukan melibatkan pemetaan lapangan, uji lapangan untuk mengetahui kekuatan batuan menggunakan schmidt’s hammer, serta uji lab untuk mengetahui batas-batas Atterberg dan mengetahui parameter-parameter kuat geser tanah, serta menggunakan GIS. Berdasarkan hasil uji lapangan dan lab, ditemukan 7 satuan geologi teknik pada daerah penelitian yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik geoteknya, yaitu Batugamping Lapuk Sedang (BGLS), Endapan Koluvium (EK), Andesit Lapuk Rendah (ALR), Andesit Lapuk Sedang (ALS), Batupasir Lapuk Tinggi (BPLT), Tanah Pasir Gradasi Baik Mengandung Lanau Plastisitas Rendah (SW- SML), dan Tanah Pasir Gradasi Baik Mengandung Lanau Plastisitas Tinggi (SW- SMH). Berdasarkan kriteria pembangunan wellpad eksplorasi, daerah penelitian memiliki 5 lahan yang sesuai untuk menjadi lokasi pembangunan wellpad.

The absence of geotechnical data at Mount Endut area has hampered the development of geothermal projects within the area as geotechnical information plays an important role in the construction of PLTPB facilities from the exploration to production stages. The purpose of this research is to examine the geotechnical characteristics and geomorphological conditions of the research area, and to analyze the land suitability of the research area to build a geothermal wellpad. Research methods that are used include field mapping, field test to know the rock strength using Schmidt’s hammer test, and laboratory test to find the Atterberg limits and shear strength parameters of soil. Based on its geotechnical properties tests, 7 geotechnical units are determined: Moderately Weathered Limestone (MWL), Colluvium Deposits (CD), Slightly Weathered Andesite (SWA), Moderately Weathered Andesite (MWA), Highly Weathered Sandstone (HWS), Well Graded Sand With Low Plasticity Silt (SW-SML), and Well Graded Sand With High Plasticity Silt (SW-SMH). Based upon the wellpad criterion, there are 5 potential areas in the research area to build geothermal wellpad."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>