Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aliah Lestari Sayuti
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1560
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mumpuni Hadi Rahayujati
"Perang Dunia II (PD II) di Belanda ditandai dengan adanya pendudukan Nazi Jerman dan persekusi orang Yahudi. Selama pendudukan Nazi, orang Belanda tidak merdeka sepenuhnya dan orang Yahudi harus mengalami kekerasan karena ideologi Nazi yang anti semitik. Penggambaran masyarakat Belanda selama PD II di Belanda terlihat dalam film Oorlogsgeheimen karya Dennis Bots. Film ini bercerita tentang dinamika persahabatan antara tiga tokoh utama yaitu Tuur, Lambert, dan Maartje. Persahabatan mereka harus melalui berbagai macam rintangan karena situasi perang dan perbedaan politik keluarga mereka. Rahasia Maartje sebagai orang Yahudi juga menambah tantangan dalam hubungan tiga tokoh utama di film Oorlogsgeheimen. Selain jalan cerita tentang persahabatan, film ini juga memberi gambaran kenyataan tentang kehidupan semasa PD II di Belanda. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana orang Belanda dan Yahudi digambarkan dalam film Oorlogsgeheimen?. Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika Roland Barthes dan pendekatan sosiologi sastra Sapardi Djoko Damono. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggambaran orang Belanda dan Yahudi dalam film Oorlogsgeheimen. Hasil dari penelitian ini adalah makna dan tanda semiotika dalam film Oorlogsgeheimen. Makna dan tanda semiotika tersebut lalu dikaitkan dan dijelaskan dengan fakta sejarah yang terjadi selama PD II. Penelitian ini antara lain menyimpulkan bahwa representasi orang Belanda dan Yahudi dalam film Oorlogsgeheimen sejalan dengan keadaan sebenarnya semasa PD II.

World War II (WWII) in the Netherlands was marked by the Nazi occupation and the persecution of Jewish people. During the Nazi occupation, the Dutch people were not completely free and the Jews had experienced violence because of the Nazi‟s anti-semitic ideology. The depiction of Dutch society during World War II in the Netherlands will be shown in the film Oorlogsgeheimen by Dennis Bots. This film tells the story of friendship between the three main characters, namely Tuur, Lambert, and Maartje. Their friendship had to go through various obstacles due to the war condition and their family's political differences. Maartje's secret as a Jewish person also adds to the challenges in their friendship. In addition to the main storyline about their friendship, this film also provides a realistic description of society during World War II in the Netherlands. The problem in this research is how are the Dutch and Jewish people portrayed during World War II?. The main theories used in this research are Roland Barthes' semiotic theory and Sapardi Djoko Damono's literary sociology approach. The purpose of this research is to describe the representation of Dutch and Jewish people in the film Oorlogsgeheimen. The results of this research are semiotic meanings and signs in the Oorlogsgeheimen film. These semiotic meanings and signs are then connected and described with historical facts that occurred during World War II. The results of this research conclude that the portrayal of the Dutch and Jewish people in this film is in line with the actual situation during World War II."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Brigitta Jessie Amelia
"Penelitian ini mengkaji tentang isu antisemitisme dan humor Yahudi yang ditampilkan dalam film. Humor Yahudi terbagi menjadi humor dari perspektif Yahudi dan non-Yahudi yang dibedakan oleh subjek penyampainya; humor dari perspektif Yahudi jika disampaikan oleh orang Yahudi, humor dari perspektif non-Yahudi jika disampaikan oleh orang non-Yahudi. Penelitian ini akan menujukkan kekayaan yang dimiliki oleh film Masel Tov Cocktail berupa gabungan kedua humor tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif kajian pustaka dan teori Humor Arthur Asa Berger. Film ini menggambarkan bahwa humor dari perspektif Yahudi ditunjukan oleh tokoh Dima, ayah, ibu, dan kakek Dima. Sementara itu, humor dari perspektif non-Yahudi direpresentasikan oleh tokoh Tobi, Masel, sekelompok remaja, Frau Jachthüber, Frau Pütner, dan orang partai. Hasil analisa menunjukkan perlawanan terhadap antisemitisme, yang dibuktikan dengan keseimbangan jumlah humor dari perspektif Yahudi dan non-Yahudi. Meskipun humor dari perspektif Yahudi hanya diucapkan oleh tiga tokoh, jumlahnya tetap seimbang karena tokoh Dima menggambarkan tiga humor dari perspektif Yahudi. Hal ini menggambarkan setiap bentuk antisemitisme yang disampaikan dengan humor dari perspektif non-Yahudi, selalu mendapat perlawanan humor dari perspektif Yahudi. Teknik yang paling dominan digunakan dalam menyampaikan humor adalah kategori bahasa. Hal ini mungkin bertujuan agar penyampaian pesan melawan antisemitisme lebih jelas dan mudah dipahami melalui percakapan yang ada.

This study examined the issue of antisemitism and Jewish humor shown in the movie. There are two types of Jewish comedy: Jewish and non-Jewish perspectives, defined by the speaker: Jewish humor conveyed by a Jew and non-Jewish humor conveyed by a non-Jew. This study showed the uniqueness of Masel Tov Cocktail by combining both types of humor. This study used the qualitative method of literature review and Arthur Asa Berger's Humor theory. The film showed that the characters Dima, Dima's father, mother, and grandfather demonstrated Jewish perspective humor. Meanwhile, Tobi, Masel, a group of youths, Frau Jachthüber, Frau Pütner, and members of the political party demonstrated non-Jewish perspective humor. The study's result showed antisemitism resistance, as evidenced by the balance amount of humor from both perspectives of Jews and non-Jews. Although only three characters demonstrated Jewish humor, the numbers remain balanced since Dima described three parts of Jewish humor. This proved that non-Jewish humor was used to show antisemitism, while Jewish humor did the opposite. The language category was the most prevalent technique used in delivering humor. The purpose was most likely to make the message against antisemitism more evident and understandable through the conversation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
sitanggang, Tota Jordan
"Penelitian ini membahas representasi kelompok etnis yang ada dalam film “Alleen Maar
Nette Mensen”. Kelompok etnis tersebut adalah kelompok etnis Yahudi, Suriname, dan
Maroko. Dalam melakukan analisis, peneliti menggunakan metode kualitatif dan didukung
oleh teori identitas budaya, pendekatan etnisitas, dan stereotip. Penelitian ini menunjukan
bahwa pada film “ Alleen Maar Nette Mensen” , kelompok masyarakat Yahudi digambarkan
dengan stereotip kelompok kaya, mapan, dan intelek. kelompok masyarakat Suriname
digambarkan sebagai kelompok miskin, kaum lelaki dari kelompok Suriname digambarkan
dengan stereotip tidak bertanggung jawab dan egois. Perempuan kelompok etnis Suriname
memiliki stereotip materialistis dan kasar. Kelompok masyarakat Maroko digambarkan
sebagai kelompok kriminal. Stereotip kelompok etnis dalam film “Alleen Maar Nette
Mensen” digambarkan melalui sifat konsumtif, gaya hidup, tempat tinggal, dan tanggapan
tokoh dalam film. Dari analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa stereotip kelompok
etnis yang ada di dalam film ini sesuai dengan pandangan masyarakat pada umumnya.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irhamsyah
"ABSTRAK
Chants merupakan lagu dengan durasi singkat yang dinyanyikan oleh kelompok suporter klub sepakbola sebagai bentuk dukungan terhadap klub favorit mereka. Chants yang diciptakan oleh sebuah kelompok suporter memiliki simbol-simbol di dalamnya. Suporter klub sepakbola Ajax Amsterdam memiliki chants yang berbeda, dengan menyisipkan simbol-simbol Yahudi sebagai bentuk rasa bangga mereka menjadi keturunan Yahudi

ABSTRACT
Chants is a short duration song used by supporters of a football club as a form of their support for their favourite club. These chants have symbols inside the lyrics. The football supporters of Ajax Amsterdam has different chants with other club supporters. They inserted Jewish symbols in their chants as a form of pride of being jews."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Setiawan
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Triatmojo Turangga Jaya Sena
"ABSTRAK Film merupakan salah satu media perkembangan fotografi tingkat tinggi, perkembangannya yang pesat mengubah fungsi film itu sendiri. Film kini tidak lagi menjadi produk industri untuk mendapatkan keuntungan bagi instansi tertentu, melainkan telah menjadi salah satu media untuk menyampaikan pesan atau kritik tersirat terhadap isu-isu budaya yang terjadi pada masa itu. Fungsi film tersebut kemudian digunakan oleh Joseph Goebbels sebagai alat propaganda pada saat NAZI berkuasa. Setelah berakhirnya Perang Dunia II banyak sutradara film yang ingin membuat reka ulang peristiwa holocaust dari berbagai sudut pandang. Namun Aaron Kerner (2011:2) menyatakan film-film yang bertemakan sejarah harus direpresentasikan secara akurat dengan menggunakan pendekatan retorikal yang tersedia pada pemain dan pembuat film, dengan tujuan agar tidak terjadi kritik terhadap film. Quentin Tarantino membuat film berjudul Inglourious Basterds, film dengan cerita sejarah alternatif dengan latar belakang perburuan Yahudi saat Perang Dunia II. Film ini menceritakan perlawanan sekelompok Yahudi bernama The Basterds yang memiliki misi untuk membunuh seluruh anggota Nazi dan menghentikan Perang Dunia II. Selama melakukan rencana itu, film ini memperlihatkan bagaimana cara The Basterds membunuh setiap anggota NAZI yang mereka temui dengan cara yang kejam menggunakan tongkat baseball, menguliti kulit kepalanya, hingga ditembak secara membabi buta dalam satu ruangan. Penelitian ini akan melihat bagaimana kemenangan yang diraih oleh Yahudi dalam fim Inglourious Basterds berdasarkan narasi cerita yang disampaikan dengan cara satir. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis film sebagai teks dengan pendekatan semiotik. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pihak minoritas berupaya menjadi pihak yang berdaya terhadap pihak mayoritas tanpa bantuan pihak eksternal untuk meraih kemenangan.

ABSTRACT
Film is one of the media for the development of high-level photography, its rapid development changes the function of the film itself. Film is now no longer an industrial product to gain profits for certain agencies, but has become one of the media to convey implied messages or criticism of cultural issues that occurred at that time. The function of the film was later used by Joseph Goebbels as a propaganda tool during Nazi rule. After the end of World War II many film directors wanted to re-create the holocaust from various perspectives. But Aaron Kerner (2011: 2) states films with historical themes must be represented accurately by using rhetorical approaches available to players and filmmakers, with the aim of avoiding criticism of the film. Quentin Tarantino made a film called Inglourious Basterds, a film with alternative historical stories against the background of hunting Jews during World War II. The film tells the resistance of a group of Jews named The Basterds who have a mission to kill all Nazi members and stop World War II. During the plan, the film shows how the Basterds killed every NAZI member they met in a cruel way using a baseball bat, skinned his scalp, and shot blindly in one room. This study will look at how the victory achieved by Jews in the Inglourious Basterds program is based on story narratives delivered in a satirical way. The research method used is film analysis as a text with a semiotic approach. Based on this research, it can be concluded that the minority party seeks to be a powerful party towards the majority without the help of external parties to achieve victory.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Zakky
"Tesis ini membahas keinginan untuk kembali ke Yerusalem dalam novel The Yiddish Policemen?s Union karya Michael Chabon. Dengan menggunakan teori memori kolektif dari Maurice Halbwachs dan didukung dengan teori diaspora, analisis penelitian menunjukkan bahwa memori kolektif hadir dalam masyarakat yang berdiaspora. Memori kolektif hadir pada orang-orang Yahudi yang berdiaspora di Alaska. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa tokoh yang menganggap memori kolektif sebagai jalan keluar dari keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh orang Yahudi di Alaska. Melalui representasi tersebut, Chabon mencoba untuk menghadirkan memori kolektif yang berupa kepercayaan akan datangnya mesiah dan kembali ke Yerusalem sebagai jalan keluar bagi orangorang Yahudi yang hidup berdiaspora di Alaska.

This thesis discusses a theme, returning to Jerusalem in The Yiddish Policemen?s Union, a novel by Michael Chabon. By applying Maurice Halbwachs? theory of collective memory and Stuart Hall?s theory of diaspora, its analysis shows that the collective memory presents in diasporic society. The Jews who live in diaspora in Alaska consider collective memory as a solution for uncertain condition. Chabon highlights the concept of messianism and returning to Jerusalem as a collective memory, and those things become a solution for Jews who live in diaspora in Alaska."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28345
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Linda
"Analisis Makna Leksikal dan Kontekstual Kata Konzentratlonslager Dikaitkan dari Pengalaman Hidup Orang Yahudi. (Di bawah bimbingan Sally Pattinasarany, M.A) Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000. Setiap kata memiliki makna leksikal, makna yang dapat dimengerti dan dipahami oleh setiap orang secara umum. Namun, jika suatu kata dipergunakan dalam konteks tertentu, kata tersebut akan memiliki makna yang sesuai dengan konteksnya. Konteks memfilter makna suatu kata. Makna seperti ini disebut makna kontekstual. Makna kontekstual suatu kata tidak terlepas dari pengaruh beberapa faktor, antara lain typisserte Vorstellungen. Typisierte Vorstellungen terbentuk dari pengalaman hidup setiap individu. Penelitian makna kontekstual kata Konzentratlonslager saya lakukan terhadap enam cerita pengalaman hidup orang Yahudi dalam buku Davidstern and Weichnachtsbaum - Erinnerungen van Uberlebende . Tujuan penelitian ini adalah mencari perbedaan antara makna leksikal dan makna kontekstual kata Konzentratlonslager. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kata Konzentratlonslager mengalami perluasan makna. Perluasan makna tersebut sangat dipengaruhi oleh konteks pengalaman pahit orang Yahudi dalam kamp konsentrasi dan konteks sejarah Jerman tahun 1933 - 1945, khususnya pada saat Judenverfolgung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S14727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5   >>