Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Wilda Khairani
"Metafora pada umumnya digunakan untuk membantu memahami suatu konsep melalui konsep lain yang lebih mudah dipahami. Namun, metafora seksualitas justru cenderung menyamarkan satu konsep di balik konsep lain. Penggunaan metafora seksualitas sering ditemukan di akun Instagram pemengaruh perempuan, terutama yang menampilkan eksposur tubuh. Strategi tersebut mengundang ujaran berpotensi melecehkan karena UU TPKS yang mengatur tindak pidana terhadap pelecehan seksual telah disahkan. Penelitian ini menggabungkan perspektif semantik, pragmatik, dan analisis wacana kritis yang tergabung dalam teori analisis metafora kritis oleh Charteris-Black (2004) dan mengimplementasikan metode penelitian kualitatif. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana pemetaan konseptual antara ranah sumber dan ranah sasaran metafora seksualitas di Instagram perempuan, (2) apa jenis-jenis metafora seksualitas yang ditemukan, dan (3) apa faktor sosial pemicu metafora. Hasil penelitian menunjukkan bahwa organ payudara perempuan paling banyak menjadi ranah sasaran. Ranah sumber pada umumnya merupakan objek konkret yang dipilih berdasarkan persamaan bentuk dan ukuran dengan payudara perempuan. Jenis metafora yang ditemukan adalah metafora struktural, orientasional, ontologis, nonontologis, dan metaftonimi. Faktor pemicu pemilihan metafora adalah fenomena sosial terkini, budaya populer, citra pemengaruh, pandangan objektivikasi, dan identitas gender.

Metaphors are for the most part utilized as a method for building an idea in a human's mind by utilizing another idea that is more clear. Nevertheless, the metaphor of sexuality in general mask one idea with another. It is every now and again found in the remark part of female influencers' Instagram, particularly those who address themselves with body exposure. This technique triggers potential verbal sexual harassment since UU TPKS is agreed upon. This study consolidated the semantic, pragmatic, and critical discourse analysis viewpoints in critical metaphor analysis (Charteris-Black, 2004) and implemented qualitative methods. The research questions are: (1) how is the conceptual mapping between the source and target domain of sexuality metaphors, (2) what types of metaphors are found, and (3) what social factors that trigger the production of metaphors. Examination showed that the representation of sexuality for the most part denotes the female breasts as a target domain. The source domain is dominated by substantial objects that are picked based on the likeness in shape and size to the female breasts. The types of metaphors found are structural, orientational, ontological, non-ontological, and metaphtonymy. Metaphor of sexuality is influenced by recent social phenomenon, pop culture, image of influencers, objectification views, and gender identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stenisia
"Kehadiran perempuan dalam dunia periklanan tidak hanya terbatas pada iklan-iklan produk kosmetik perempuan tetapi juga kosmetik laki-laki. Perempuan cenderung tampil di iklan-iklan produk yang sesungguhnya tidak ditargetkan untuk perempuan melainkan laki-laki. Iklan produk kosmetik laki-laki menunjukkan posisi dan karakter perempuan melalui penggunaan bahasa verbal dan nonverbal seperti dalam iklan cetak produk Axe Effect. Penelitian ini menggunakan empat belas iklan cetak Axe Effect untuk menyelidiki bahasa verbal dan nonverbal yang mengkonstruksi posisi perempuan dan membangun karakter perempuan. Keempat belas iklan cetak memaparkan bahasa verbal perempuan melalui fitur-fitur linguistik berdasarkan stilistika feminis. Gambar tubuh perempuan sebagai bagian dari bahasa nonverbal memperlihatkan interaksi antara perempuan dengan pembaca sesuai dengan teori semiotika visual. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kehadiran perempuan dalam iklan cetak Axe Effect melalui bahasa verbal dan nonverbal menunjukkan bukti-bukti yang berbeda dari posisi dan karakter perempuan dalam konstruksi patriarki.

Women existence has widely spread either in women's or men's grooming products advertisement. Even women mostly appear in product which is not targeted for themselves unless for men. Men's grooming product portrays women's position and character through verbal and nonverbal languages in Axe Effect printed ads. This research has selected fourteen samples of Axe Effect printed ads to investigate verbal and nonverbal languages which construct women's position and build women's character. These fourteen printed ads have been analyzed women's verbal language through linguistic features based on stylistic theories. Moreover, women body images as nonverbal languages show women-reader interaction based on visual semiotics theory. This research concludes that women existence in Axe Effect printed ads through verbal language and nonverbal language give contrary evidence to women's position and character under patriarchal construction."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43345
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Siti Nurhayati Anastasia Diliani
"Penelitian ini dilakukan dengan metode pengamatan (observasi), dengan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Kompetensi komunikasi guru taman kanak-kanak dalam memotivasi pengungkapan diri murid merupakan objek atau kasus yang diteliti dalam tulisan ini. Analisis data dilakukan pada makna yang terdapat dalam gaya bahasa dan gaya mengajar guru terhadap murid.
Hasil penelitian menunjukkan, proses atau strategi komunikasi yang dilakukan para guru berbeda-beda, dan pada akhirnya menunjukkan adanya perbedaan prilaku pada murid terhadap guru. Hal ini disebabkan oleh kompetensi guru yang berlainan dalam hal penggunaan strategi komunikasi serta latar belakang sekolah serta murid yang ada. Dua ke empat guru yang diteliti, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pada tingkat gaya bahasa (komumkasi verbal), guru pada umumnya menggunakan bahasa yang menampilkan adanya percakapan baik itu tujuannya untuk membuka pelajaran maupun dalam situasi babas. Gaya bahasa yang dipilih merupakan pilihan kata yang terasa akrab terdengar oleh anak-anak sehingga dengan gaya bahasa seperti ini guru dapat membuat murid memahami maksud dan tujuan yang disampaikan guru ketika memberi tugas. Guru lebih dominan menggunakan kalimat pertanyaan dan pemyataan.
Pada tingkat gaya mengajar (komunikasi non verbal), guru menggunakan gestures, bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerak mats, sentuhan dan paralangua vokalisasi. Dengan penggunaan komunikasi non verbal yang berbeda, menjadikan prilaku pada masing-masing murid yang diajar berbeda.
Dan hasil penelitian ini direkomendasikan untuk mengadakan penelitian lanjutan tentang kompetensi komunikasi pengajar ditingkat/jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir atau tingkat Universitas, dilihat dari hasil prestasi belajar yang diperoleh para siswa.

Kindergarten teacher's communication competency - Teacher's communication strategy for motivating students self disclosure.
Using qualitative descriptive case study method does this research. The object of this research is Kindergarten Teacher's Communication Competency for motivating students self disclosure. The teacher's language (vocabulary and structure) and teaching (non verbal communication) style for the student was the subject of analysis.
The result of this research shows that in the process of communication strategy, each teachers using different styles, and showing a different student's behavior to their teacher. It was influenced by its school condition and differences of teacher's competency to apply the communication strategy. From all the language format and teaching style of four teachers, it can be concluded as follow:
On the level language style, the teachers using a conversation language (informal) with question and statement sentences dominated. Words and sentences that teachers used familiar with the student so the children can perceive the meaning and the aim of what teachers said, well.
On the level teaching style, teacher's gestures, facial expression, eye behavior, touch and paralanguage was a non-verbal communication that children used. With different capability on each teacher of non-verbal communication, it makes the behavior of the student also different.
The result of this research, it is recommended to do the continuation of the research about teacher communication competency, by using different category or level of education, such as elementary school, Junior High School, Senior High School or University, based on student grade."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumi Yustiningsih
"Tujuan: Mengetahui pengurangan dosis induksi propofol pada kelompok yang diberikan koinduksi ketamin 0,3 mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok yang diberikan koinduksi midazolam 0,03 mg/kgBB.
Metode: Uji Klinik Tersamar Ganda. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSCM pada hulan November sampai dengan Desember 2006, dengan jumlah sampel 46 pasien dewasa yang menjalani operasi berencana dan anestesia umum. Pasien dibagi secara acak ke dalam 2 kelompok; 23 pasien mendapatkan koinduksi ketamin 0,3 mg/kgBB dan 23 pasien Iainnya mendapatkan midazolam 0,03 mg/kgBB 2 menit sebelum induksi propofol. Induksi propofol dilakukan secara titrasi 30 mg/i0 detik. Dilakukan pencatatan dosis induksi propofol pada end point hilangnya respon verbal dan hilangnya respon terhadap jaw thrust serta respon hemodinamik 1 menit setelah induksi. Analisa statistik untuk melihat perbedaan rerata antara kedua periakuan menggunakan uji-t, sedangkan perbedaan pada dua kelompok data kategori diuji dengan uji chi-square dengan nilai signilikansi p<0,05 dengan interval kepercayaan 93%.
Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara kedua kelompok perlakuan dalarn hal pengurangan dosis induksi propofol dan penurunan tekanan darah 1 manic setelah induksi propofol. Dosis induksi propofol pada kelompok ketamin 0,3 mg/kgBB lebih sedikit dibandingkan dengan midazolam 0,03 mg/kgBB. Ketamin 0,3 mg/kgBB lebih sedikit dalam efek penurunan tekanan darah akibat induksi propofol dibandingkan dengan midazolam 0,03 mg/kgBB.

Objective:
To observe the reduction of propofol induction dose in ketamin co induction 0,3 Mg/Kg BB compare with midazolam coinduction 0,03 mg/kgBB
Methods:
Double blinded randomized clinical trial. The study was conducted at Cipto Mangunkusuma Hospital Central-Surgery Room from November until December 2006 to 46 adult patients who went to elective surgery and general anesthesia Patients were divided randomly into two groups: The group consist of twenty-three patients give co induction ketamin 0,3 mg/kgBW The other twenty-three patients was given with 0,03 mg/kgBW of midazolam coinduction two minutes before the induction propofol. The records doses propofol induction using loss of response to verbal commands and loss. of response to jaw thrust stimulation as end point of induction. This study also observed the homodynamic response one minute after induction. T-test method was performed to identfy the mean difference between the two groups, while Chi Square method was performed to identify the frequency difference (categorical data) between the two groups. A 'p' value of <0.05 was considered statistically significant: with 95% confidence interval.
Conclusion:
There were .significant statistical differences between the two groups in a matter of reducing propofol induction doses and hemodynamic effects one minute after propofol induction. Propofol induction dose was less at ketamine group. Hemodynamic elects one minute after propofol induction, Ketamine 0,3 mg/kgBW was less in reducing blood pressure compared with midazolam 0,03 mg/kgBW.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aries Yulianto
"Salah satu tes kemampuan nonverbal yang banyak digunakan adalah Progressive Matrices Test (tes PM). Tes PM yang tersedia saat ini berbentuk PPT dan disusun dengan pendekatan teeri pengukuran klasik. Di lain pihak, kebutuhan untuk mendapatkan hasil tes secara cepat dan akurat mendorong penggunaan komputer untuk mengetes individu. Pada awalnya, item-item dipindahkan ke dalam komputer untuk ditampilkan kepada penempuh tes pada layar komputer dengan jumlah dan urutan yang sama dengan yang ada pada administrasi paper pencil test (PPT), yang disebut Computerized Testing (CT). Dengan penerapan pendekatan item response theory (IRT), komputer dapat digunakan untuk mengatur pemberian item yang diberikan kepada penempuh subyek yang disesuaikan dengan kemampuannya, yang disebut dengan Computerized Adaptive Testing (CAT).
Penggunaan komputer untuk pengetesan menarik untuk diteliti, baik administrasi konvesional maupun administrasi adaptif. Meskipun di luar negeri sudah banyak dilakukan penelitian seperti ini sejak awal tahun 1980-an, di Indonesia sendiri masih sedikit penelitian yang dilakukan. Selain bentuk administrasi tes melalui komputer, yang menarik diteliti adalah batas waktu pengerjaan tes akan diberikan kepada penempuh tes, apakah sama dengan administrasi PPT ataukah lebih lama.
Penelitian pada 120 orang mahasiswa menunjukkan skor tes dengan administrasi CAT tidak berbeda dengan administrasi PPT, sedangkan skor administrasi PPT berbeda dengan skor administrasi CT. Kelompok subyek dengan administrasi CT memiliki skor yang berbeda dengan kelompok subyek yang diadministrasikan CAT. Diantara ketiga batas waktu pengerjaan yang digunakan tidak rnenunjukkan perbedaan skor yang signifikan, karena sebelum 25 menit sebagian besar subyek telah menyelesaikan tes. Tidak ditemukan pengaruh interaksi antara bentuk administrasi tes dan batas waktu pengerjaan tes terhadap performa tes APM. Jumlah item yang diadministrasikan meIalui CAT lebih kecil (rata-rata 12 item) dibandingkan melalui CT (rata-rata 34 item). Namun karena penetapan S.E. yang besar, yaitu 0,40 untuk pemberhentian tes, keakuratan CAT lebih kecil dibandingkan administrasi CT dan PPT."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18533
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karsono Hardjosaputro
"Teks Panji Angreni (PA) merupakan salah satu versi korpus cerita Panji. PA KBG 185 koleksi Perpustakaan Nasional, yang menjadi data penelitian ini karena alasan ""keutuhan"" dan kemandiriannya, merupakan salah satu redaksi korpus teks PA.
Penelitian ini bertolak dari kesimpulan Poerbatjaraka bahwa teks PA KBG 185 ""ditulis"" oleh tiga orang yang berbeda sehingga menimbulkan masalah ""apakah teks tersebut sebagai wacana sastra merupakan satu kesatuan?"". Untuk menjawab permasalahan tersebut sudah barang tentu harus lebih dahulu dilihat aspek-aspek yang membangunnya.
Analisis berdasarkan teori strukturalisme sebagaimana dikemukakan oleh Todorov (1985) menunjukkan bahwa teks PA KBG 185 dibangun dengan aspek-aspek kesastraan tradisional Jawa, meliputi aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek verbal. Berdasarkan analisis ketiga aspek tersebut, terutama hubungan logis dan terra, teks PA KBG 185 tersebut--yang walaupun memang dapat dibagi ke dalam tiga bagian--tetap merupakan kesatuan yang utuh.
Beberapa di antara aspek kesastraan tradisional tersebut memiliki kesamaan dengan aspek pergelaran wayang kulit Jawa."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Octaviany
"ABSTRAK
Program Pascasarjana Magister Profesi Psikologi Kekhususan Klinis Anak
Menurunkan Kemunculan Ekolalia pada Anak dengan Teknik Dgjizrential
Reinforcement of Oiher Behavior
Ekolalia, pengulaugan kata-kata atau kalimat yang diucapkan oleh orang lain,
yang sering ditemukan pada anak autisme dan retardasi mental, merupakan suatu
keadaan yang dianggap patologis dan perlu ditangani dengan tepat. Ekolalia dapat
mengganggu interaksi sosial, mcnghilanglcan stimulasi sosial dari orang lain, dan
menghambat proses belajar anak di kelas sehingga ekolalia dapat menyebabkan
keterlambatan dalam perkembangan akadernjk dan penilalcu sosial(Schre1bman &
Carr, 1978).
Teknik yang sudah cukup luas digunal-can unruk menurunkan kemlmculan ekolalia
adalah dengan d1j%ren!IaI reinforcement ofbehcrvior (DRO) dimana perilaku
target diturunkan dan diganti dengan kernunculan perilaku Iain yang dianggap
Iebih scsuai (Sarafino, 1996). Teknik dalam intervensi ini juga mengintegrasikan
melode cues-pause-point (Mc Morrow & Foxx, 1996) agar seseorang dapat
mclakukan respon verbal yang tepat.
Imervensi dilakukan terhadap seorang anal: autisme bemsia sepuluh tahun dan
setelah 12 scsi hasil program dapat dikatakan cukup berhasil. Tingkat kemunculan
ekolalia pada anak menumn dan tingkat kemunculan respon verbal yang tepat
pada anak rneningkat. Untuk memonitor ketetapan basil, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ulang pada anak senelahjangka waktu tertentu.

ABSTRACT
Echolalia, a repetitive verbal response echoing previously heard messages which
often found in children with autism and/ or mental retardation is a kind of
psychopathology that needs to be addressed properly. It may impaired social
interaction, extinguish social response! overtures from others, but also hinder
learning process in classroom situation (Schreibman & Carr, 1978). Thus, it poses
problems to both academic and social development.
A widely used technique to decrease echolalic response is di&`erential
reinforcement of other behavior (DRO) in which, target behavior is decreased and
replaced by the occurance of other suitable response (Santino, 1996). This
technique integrates the cues-pause-point method (Mclvlorrow & Foxx, 1986) for
a person to verbalise the correct response.
Implemented to a ten years-old autistic child, this technique shared a quite
promising effect in 12 sessions. The echolalic speech significantly decreased
while the correct verbal response increased. Follow up should be made to monitor
the persistence of this result.

"
2007
T34025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Octaviany
"ABSTRAK
Ekolalia, pengulangan kata-kata atau kalimat yang diucapkan oleh orang lain,
yang sering ditemukan pada anak autisme dan retardasi mental, merupakan suatu
keadaan yang dianggap patologis dan perlu ditangani dengan tepat. Ekolalia dapat
mengganggu interaksi sosial, menghilangkan stimulasi sosial dari orang lain, dan
menghambat proses belajar anak di kelas sehingga ekolalia dapat menyebabkan
keterlambatan dalam perkembangan akademik dan perilaku sosial (Schreibman &
Carr, 1978).
Teknik yang sudah cukup luas digunakan untuk menurunkan kemunculan ekolalia
adalah dengan differential reinforcement o f behavior (DRO) dimana perilaku
target diturunkan dan diganti dengan kemunculan perilaku lain yang dianggap
lebih sesuai (Sarafino, 1996). Teknik dalam intervensi ini juga mengintegrasikan
metode cues-pause-point (Mc Morrow & Foxx, 1996) agar seseorang dapat
melakukan respon verbal yang tepat.
Intervensi dilakukan terhadap seorang anak autisme berusia sepuluh tahun dan
setelah 12 sesi hasil program dapat dikatakan cukup berhasil. Tingkat kemunculan
ekolalia pada anak menurun dan tingkat kemunculan respon verbal yang tepat
pada anak meningkat. Untuk memonitor ketetapan hasil, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ulang pada anak setelah jangka waktu tertentu.

ABSTRACT
Echolalia, a repetitive verbal response echoing previously heard messages which
often found in children with autism and/ or mental retardation is a kind of
psychopathology that needs to be addressed properly. It may impaired social
interaction, extinguish social response/ overtures from others, but also hinder
learning process in classroom situation (Schreibman & Carr, 1978). Thus, it poses
problems to both academic and social development.
A widely used technique to decrease echolalic response is differential
reinforcement of other behavior (DRO) in which, target behavior is decreased and
replaced by the occurance of other suitable response (Sarafino, 1996). This
technique integrates the cues-pause-point method (McMorrow & Foxx, 1986) for
a person to verbalise the correct response.
Implemented to a ten years-old autistic child, this technique shared a quite
promising effect in 12 sessions. The echolalic speech significantly decreased
while the correct verbal response increased. Follow up should be made to monitor
the persistence of this result."
2007
T37935
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine Anggriani
"Notaris dalam menjalankan jabatan harus mengetahui batasan tanggung jawab serta wewenang agar terlindungi semua hak dan kewajiban serta kepentingan notaris dan para pihak. Dalam kasus, penghadap datang menghadap Notaris dengan keterangan telah diberi kuasa secara lisan, yang pada kenyataannya kuasa tersebut tidak pernah diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tanggung jawab notaris terhadap akta yang dibuat berdasarkan kuasa lisan, menganalisis unsur-unsur perbuatan melawan hukum atas ketiadaan pemberian kuasa dan mendeskripsikan sikap yang dapat dilakukan oleh Notaris atas penggunaan kuasa lisan oleh penghadap. Notaris tidak bertindak seksama akan kedudukan serta kewenangan bertindak dari si penghadap serta tidak memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta, yang akibat kelalaian tersebut penghadap dan Notaris dituntut di muka pengadilan atas dasar perbuatan melawan hukum dan akta yang diterbitkan menjadi batal dan/atau batal demi hukum. Bentuk tanggung jawab dapat diterapkan dalam tiga aspek yaitu tanggung gugat perdata, tanggung jawab administratif dan tanggung jawab pidana. Unsur yang harus dipenuhi dalam perbuatan melawan hukum ialah adanya perbuatan yang melawan hukum, kerugian, hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian. Sikap Notaris di kemudian hari terhadap penggunaan kuasa lisan oleh penghadap ialah menolak atau meminta klien untuk melengkapi dokumen yang diperlukan. Penolakan tersebut haruslah dilakukan dengan memberikan penyuluhan hukum.

Notary in running his position must know about the limitation of his responsibility and authority in carrying out the position to be protected all rights and obligations and interests of notaries and parties. In the case, the confronts comes to the Notary with the evidence has been verbally authorized, which in fact the power is never given. This research aims to identify the responsibily of a notary to make a deed based on verbal, to analyze the elements of act against the law in the absence of authorization and to describe the attitude of the Notary towards the use of verbal authority by the confronts. Notary doesn rsquo t act carefully about the rank and authority to act from the confronts and does not provide legal counselling, due to negligence the confronts and the notary was prosecuted in court based on act against the law and the published deed becomes void and or annulled by law. The forms of responsibility can be applied in three aspects civil liability, administrative responsibility and criminal responsibility. Elements that must be regarded as an act against the law is the unlawful act, the loss, the causal relationship between acts and losses. The attitude that may be performed by a Notary in the future towards the use of verbal authority is to refuse or ask the client to complete the required document. The rejection should be done by providing legal counseling."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
T49698
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   5 6 7 8 9 10 11 12   >>