Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aisyah Nisrina Ayu Sugiharto
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan penelitian mengenai penggunaan pelanggaran maksim
percakapan sebagai strategi dalam menghasilkan humor verbal dalam sketsa komedi
Little Britain. Dengan menampilkan parodi dari orang-orang dari berbagai lapisan
masyarakat di Britania, serta mengambil latar belakang sejumlah wilayah di Britania,
sketsa komedi ini menghadirkan serangkaian kelucuan lewat komunikasi verbal
maupun non verbal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitaif
dengan menggunakan gabungan dua teori yakni antara teori linguistik, yakni teori
pragmatik maksim percakapan dan implikatur percakapan, serta teori psikologi
humor berupa teori keganjilan-resolusi (the incongruity-resolution theory). Tujuan
penulisan skripsi ini untuk menunjukkan bahwa dalam humor, khususnya humor
verbal, pelanggaran kaidah berbahasa, yakni berupa pelanggaran maksim percakapan,
berakibat pada keganjilan yang pada akhirnya dapat menghasilkan efek humor dalam
humor verbal. Namun, tidak berarti bahwa keganjilan yang dihasilkan oleh
pelanggaran maksim percakapan tersebut membuat humor tersebut tidak memiliki
makna, sebaliknya, kita dapat menangkap makna dari keganjilan dalam humor verbal
tersebut seraya menikmatinya dengan suka cita. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam kajian humor dengan melihat bagaimana maksim
percakapan menjadi strategi dalam menghasilkan humor verbal.

Abstract
This study is conducted to highlight the use of violating conversational maxims as
a strategy in generating verbal humor in Little Britain, a British character-based
comedy sketch.Through featuring a parody of British people and taking the
background of some areas in Britain, this comedy sketch presents humour through
both verbal and non-verbal forms of communication. This study used qualitative
and quantitative methods using pragmatics theory, namely conversational maxim
and implicature, as the main theory and incongruity-resolution theory as the
supporting theory. The purpose of this study is to show that the violation of
conversational maxims in a verbal interaction could cause an incongruity and thus
result in humor effect through verbal interaction. However, it does
not mean that the humor itself does not convey any message. The message can be
received as well as we enjoy this comedy sketch. This study is expected to be a
contribution in seeing how violating the conversational maxim can be a strategy to
generate verbal humor."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43609
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Syahama Bachri
"Kekerasan verbal merupakan salah satu bentuk perundungan yang sering terjadi di lingkungan sekolah di Korea Selatan. Isu ini telah diangkat ke dalam berbagai karya. Namun penelitian yang fokus membahas tentang kekerasan verbal dalam web drama masih terbilang minim. Penelitian ini membahas tentang bentuk kekerasan verbal, khususnya yang digunakan untuk menghina bentuk tubuh di lingkungan sekolah menengah atas dalam web drama Tungtunghan Yeonae. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan jenis-jenis kekerasan verbal yang terjadi pada tokoh-tokoh di dalam web drama ini. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif. Penelitian ini menganalisis kalimat dalam tuturan yang menunjukkan penghinaan bentuk tubuh di dalam web drama ini. Korpus yang digunakan dalam penelitian ini adalah web drama Tungtunghan Yeonae 1 dan 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan verbal yang terjadi di dalam web drama tersebut adalah name calling (pemberian julukan), judging and criticizing (kritik dan tuturan yang merendahkan seseorang), undermining (tuturan yang merusak percaya diri), discounting (tuturan yang mengabaikan pencapaian), dan verbal abuse disguised as jokes (tuturan yang menghina seseorang dengan candaan). Kekerasan verbal sebagai media penghinaan bentuk tubuh di sekolah dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan.

Verbal abuse is a form of bullying that often occurs in the school environment in South Korea. Research regarding the issue of verbal abuse have been made, but there is not much research that focuses on verbal abuse in web drama. The focus of this study is the types of verbal abuse that is normally used, especially at high school as a media for body shaming in the web drama Tungtunghan Yeonae. The purpose of this study is to discuss and classify types of verbal abuse that occur in the web drama and used towards characters in this web drama. The research method the writer used is analysis descriptive. This study analyzes sentences in speech that shows body shaming in the web drama. The corpus used in this research is the web drama Tungtunghan Yeonae 1 and 2. The results of the research show that the verbal that occurs in the web drama is name calling, judging and criticizing, undermining, discounting, and verbal abuse disguised as a joke. Verbal abuse as a media for body shaming can happen to boys and girls."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hadyan Fadhlika
"Dalam game perang multipemain, terdapat situasi yang dapat terjadi secara spontan. Hal tersebut dapat memicu respons reaktif, seperti penggunaan kata-kata vulgar. Contohnya dapat ditemukan pada video yang diunggah oleh Milyhya di YouTube. Penggunaan kata-kata vulgar dapat dianalisis berdasarkan makna dan emosi dengan menggunakan pendekatan semantik dan psikolinguistik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menganalisis pola-pola dari data yang ditemukan. Penelitian ini menemukan 16 data kosakata vulgar, sembilan di antaranya dianalisis lebih lanjut. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) medan set terbagi atas makian dan sapaan; (2) kosakata vulgar dapat mengacu ke binatang, aktivitas, keadaan/sifat, profesi, atau anggota tubuh; (3) seluruh kosakata vulgar memiliki konotasi negatif; (4) terdapat lima emosi yang dapat diekspresikan (marah, sedih, jengkel, terkejut, nikmat), masing-masing dengan pola dan latar belakangnya; (5) kata 'anjing' dapat mengekspresikan empat emosi, dan; (6) emosi jengkel dapatdiekspresikan dengan enam kosakata vulgar.

In multiplayer first-person shooter games, there are situations that can happen spontaneously. This can cause reactive responses, such as the use of harsh words. The examples can be found in videos uploaded by Milyhya on YouTube. The use of harsh words can be analyzed by its meaning and emotional state by using semantic and psycholinguistic approach. This research usedqualitative descriptive method to analyze patterns from the data found. This research found out that there are 16 different forms of harsh words used in the video, nine of which were analyzed further. The results were: (1) the set field can be divided to curse and greeting; (2) the harsh words can refer to animal, activity, condition/state, profession, or body parts; (3) all the harsh words have negative connotation; (4) there are five emotions that can be expressed from the use of harsh words (anger, sadness, irritated, surprised, joy), each emotions have its patterns and situational backgrounds; (5) the word 'anjing' can be used to express four emotions, and; (6) irritated can be expressed by six different harsh words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Triana
"Aksionalitas merupakan salah satu makna kewaktuan yang bersifat semesta dan berkaitan dengan dua makna kewaktuan lain, yaitu aspek dan kala. Keterkaitan ketiga makna kewaktuan itu menyebabkan banyak ahli bahasa merumuskan ketiga konsep itu secara tumpang tindih. Di satu pihak, para ahli bahasa merasa tidak perlu untuk membedakan aspek dan aksionalitas sedangkan di pihak lain ketiga konsep kewaktuan itu harus dipisahkan.
Penelitian ini bertolak pada pendapat yang menyatakan bahwa konsep aksionalitas harus dibedakan dari aspek. Aksionalitas dalam penelitian ini mengacu pada tipe situasi yang ditandai oleh ciri semantis kewaktuan. Ciri semantis kewaktuan itu meliputi kedinamisan, keduratifan, ketelisan, dan kelipatan. Situasi merupakan hasil interaksi predikat verba transitif (PVt) dengan fungsi sintaktis lain (FS) yang meliputi S, 0, Pel, dan Ket. Untuk menentukan tipe situasi terlebih dulu ditentukan tipe verba berdasarkan ciri semantis kewaktuan di atas. Tipe verba itu kemudian berinteraksi dengan FS. Dari hasil interaksi itu terlihat apakah terjadi pergeseran dari tipe verba ke tipe situasi atau sebaliknya tipe verba sama dengan tipe situasi.
Penggunaan cerpen sebagai sumber data didasari oleh pemikiran bahwa cerpen merupakan salah satu bentuk narasi dan dalam narasi, unsur kewaktuan berperan penting. Sementara itu, sebagai korpus data dipergunakan kalimat berpredikat Vt karena Vt dapat mengungkapkan ciri semantis kewaktuan yang berbeda sebagai hasil interaksi dengan S, 0, Pel, dan Ket dalam kalimat.
Hasil analisis data menunjukkan tipe Vt meliputi keadaan, pencapaian, aktivitas, penyelesaian, dan seri . Kelima tipe verba itu diperoleh dari interaksi verba dasar dengan afiks meng , di-, ter-, -i, -kan, dan reduplikasi. Interaksi itu memperlihatkan prefiks meng- dan di- tidak mempengaruhi tipe verba sedangkan ter-, -i, -kan, dan reduplikasi. mempengaruhi tipe verba. Artinya, tipe verba dasar sama dengan tipe verba {meng--, di-} + verba dasar. Sebaliknya, tipe verba dasar dapat sama atau berbeda dengan tipe verba {ter-, -i, -kan, red }+ verba dasar.
Interaksi antara tipe verba dengan FS dapat menghasilkan tipe situasi yang sama atau berbeda dengan tipe verba sebelumnya bergantung pada kehadiran S, 0, Pel, Ket waktu, dan Ket tempat dan jenis N pengisi 0 dan S. Dilihat dari jenis N pengisi 0, tipe verba aktivitas yang berinteraksi dengan 0 (N tunggal, jamak terbilang, takrif) membentuk tipe situasi penyelesaian, sedangkan yang berinteraksi dengan 0 (N jamak tak terbilang, tak takrif) tetap membentuk tipe situasi aktivitas.
Kehadiran FS dapat menyebabkan perbedaan tipe situasi yang terbentuk. Verba aktivitas seperti membawa dan mengangkat membutuhkan Ket tempat sebagai titik akhir alamiah yang menandai ciri [+tel]. Kehadiran Ket tempat menyebabkan pergeseran tipe dari verba aktivitas menjadi situasi penyelesaian. Tanpa kehadiran Ket tempat, verba aktivitas membawa dan mengangkat tetap bertipe aktivitas sekalipun didampingi oleh 0 (N tunggal, jamak terbilang, takrif).

Actionality is the one of the universal temporal meanings which is related to two other temporal meanings such as aspect and tense. In view of the three temporal meanings, linguists make overlapping formulations. In one side, linguists think that it is not necessary to separate aspect from actionality but in the other side, those three temporal meaning concepts should be separated.
This research is based on the concept that actionality must be separated from aspect, it is based on the definition of actionality as follows: "a situation type is signaled by temporal semantic features". The temporal semantic features are dynamicity, durativity, telicity, and multiplicity. Situation is signaled by interaction between transitive verbal predicate and the other syntactic functions like Subject, Object, Complement, and Adverbial. Situation type can be formulated, first, by the verbal type that is signaled by those temporal semantic features. After that, the verbal types interact with the other syntactic functions to form situation type. The interaction show whether there is a shift or not from the verbal type to situation type or verbal type is the same as situation type.
The use of short stories as the source of data is based on the arguments that a short story is a kind of narration and in narration, temporal elements is important. As the corpus of data is used sentences that have transitive verbal predicates because transitive verbal predicates show the different temporal semantic features as the result of their interaction with Subject, Object, Complement, and Adverbial in the sentence.
The analysis on the data of this research shows that transitive verb can be states, achievements, activities, accomplishments, and series, The five verbal types are a result of the interaction between roots with meng , di-, ter-, -i, -kan affixes and reduplication. The interactions show that meng- and di- prefixes can not influence the verbal type butter-, -i, -kan affixes and reduplication influence the verbal type. It means that the verbal type is the same as type of (meng-, di-) affixes + root, On the contrary, the root can be the same as or different from type of {ter-, -i, -kan affixes and reduplication} + root.
The interaction between verbal types with the other syntactic functions can result situation types that are the same as or different from formerly verbal types. It depends on the presence of Subject, Object, Complement, Adverbial of Time, Adverbial of Place, and the Nouns that fill the Object and Subject. The Nouns that till the Object caused activity verb that interacted with Object (single. count and specified plural Noun) formed the accomplishment situation type, but the activity verb that interacted with Object (uncount and unspecified plural Noun) does not change the activity situation type.
The presence of other syntactic functions formed different situation types. Activity verb like membawa and mengangkat needs the Adverbial of Place as the natural endpoint that is signaled by [+tel] feature. The presence of Adverbial of Place caused a shift of activity verb type to accomplishment situation type. Without the presence of Adverbial of Place, activity verb type membawa and mengangkat is still an activity verb type although that verbs are accompanied by Object (single, count and specified plural Noun).
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T9315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrinia Ristia Putri
"Latar belakang: Anak penyandang sindroma Down mengalami keterlambatan perkembangan, terutama kemampuan kognitifnya. Hal ini menyebabkan rendahnya pengetahuan terhadap kesehatan gigi dan mulut. Metodeedutainmentdapat digunakan sebagai pendekatan khusus dalam mengedukasi kesehatan gigi dan mulut anak penyandang sindroma Down, menggunakan alat permainan edukatif busy book. Anak penyandang sindroma Down belajar dengan baik secara visual, oleh karena itu busy bookdapat dibuat sesuai dengan kondisi anak dalam memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut
Metode: Penelitian eksperimental klinis ini terdiri dari 30 anak penyandang sindroma Down dengan rentang usia 8-13 tahun; dengan 15 anak mendapatkan edukasi kesehatan gigi dan mulut menggunakan busy book, dan 15 anak mendapatkan secara verbal konvensional. Rentang umur subjek dipilih setelah disesuaikan dengan mental anak normal usia prasekolah. Penelitian ini dilaksanakan di tujuh Sekolah Dasar Luar Biasa di DKI Jakarta dan Yayasan POTADS. Delta skor pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak penyandang sindroma Down pada kelompok busy bookdan kelompok verbal konvensional dianalisis perbedaannya menggunakan independent T-test(nilai p<0.05).
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara delta skor pengetahuan kesehatan gigi dan mulut anak penyandang sindroma Down melalui edukasi dengan busy bookdan verbal konvensional.
Kesimpulan: Alat permainan edukatif busy bookdapat menjadi media pembelajaran efektif dalam mengedukasi kesehatan gigi dan mulut anak penyandang sindroma Down.

Introduction: Children with Down Syndrome are developmentally delayed particularly in cognitive ability, and it affects their oral health knowledge. An edutainment method can be used as special approach to educate them regarding the oral health knowledge, using the busy book. Down syndrome children has strength in visual memory, therefore the busy book has been customized for Down syndrome children to help them in learning the DHE.
Methods: This experimental clinical study included 30 Down Syndrome children (aged 8-13); 15 children had DHE using busy book (experiment group) and 15 children (control group) had conventional verbal DHE. The study was conducted in 7 special primary schools in Jakarta and POTADS foundation. This age range was chosen after adjustment of mental age of children without Down Syndrome. The scores of the dental health knowledge of children in experiment and control group were analysed and their differences measured using independent T-test (with p value <0.05)
Results: There is a statistically significant difference between delta score of dental health knowledge after DHE using busy book and after conventional verbal DHE (P<.05).
Conclusion: Busy book appears to be an effective learning tool for dental health education in Down Syndrome children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Chandra
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh
penerapan prinsip Floor Time pada anak dengan gangguan bahasa ekspresif dan
efektivitasnya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi verbal. Penelitian
dilakukan dengan menerapkan program intervensi kepada anak perempuan
berusia empat puluh bulan yang mengalami gangguan bahasa ekspresif
{expressive language disorder). Program intervensi dilakukan dalam delapan sesi dengan menerapkan prinsip
Floor Time. Tiap sesi berlangsung selama ±45 menit. Keberhasilan intervensi
dilihat dengan membandingkan persentase jumlah siklus komunikasi verbal dan
jumlah kata-kata bermakna yang berhasil ditampilkan partisipan pada sesi praintervensi
dan pasca intervensi Dari hasil intervensi dapat ditarik kesimpulan
bahwa (1) intervensi dengan menggunakan prinsip-prinsip Floor Time dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi verbal pada anak yang mengalami
gangguan bahasa ekspresif, (2) penerapan intervensi dengan menggunakan prinsip
Floor Time dapat meningkatkan kemampuan ekspresi verbal anak dengan
menggunakan kata-kata yang bermakna, dan (3) penerapan prinsip Floor Time
mempengaruhi kemampuan penguasaan kata dan meningkatkan jumlah kosakata
anak."
2008
T37822
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Yulia Harmayanthi
"Disertasi ini membahas strategi positioning multimodalitas iklan sebagai sebuah analisis wacana multimodal iklan jam tangan Bonia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan dan mendeskripsikan gambaran interaksi semiosis moda verbal dan visual yang bersifat persuasif dan dikonstruksi pada iklan jam tangan Bonia di media cetak sebagai sebuah strategi positioning. Penelitian ini merupakan penelitian gabungan exploratory sequential dengan menggunakan 73 data kualitatif berupa wacana iklan jam tangan Bonia di surat kabar Kompas sepanjang tahun 2009 hingga 2018 sebagai data utama dan 61 data responden pembaca iklan jam tangan Bonia di surat kabar harian Kompas wilayah Jakarta sebagai data kuantitatif, yaitu pedukung data utama. Hasil penelitian ini mengungkapkan 3 realitas hubungan partisipan yang terlibat dalam wacana. Masing-masing realitas mengungkapkan fungsi makna berbeda dalam interaksi semiosis moda verbal dan visual sebagai sebuah kesatuan hubungan. Ketiga hubungan secara dominan memperlihatkan, 1) aktivitas partisipan terlibat dalam proses transitivitas tipe relasional dan mental; 2) peran partisipan berada pada pertukaran memberi informasi dalam interaksi pertukaran bentuk deklaratif; dan 3) konstruksi partisipan menciptakan hubungan kepantasan berbeda pada konstruksi tematisasi topikal dan interdependensi kompleks bermuatan positif sebagai tanda baru (final interpretant). Kesatuan hubungan ketiganya menjadi hasil temuan dalam penelitian ini, yaitu positioning partisipan utama jam tangan pada tataran konotasi ditempatkan sebagai sahabat Bonia dan arloji sebagai kekasih Bonia. Keduanya memiliki ciri dan sasaran berbeda. Jam tangan fokus pada warna dan bahannya dengan sasaran dekat, sementara arloji fokus pada desain dan bagiannya dengan sasaran sangat dekat. Hasil penelitian data kuantitatif mengungkapkan lebih lanjut bahwa jarak jangkauan wacana di tingkat final interpretant belum terjangkau oleh jangkauan keterbacaan pembaca. Hal itu dikarenakan, 1) jangkauan pembaca masih berada pada arah jangkauan impression berupa kualitas moda visual desain dan warna tertampil; dan 2) daya persuasif yang melibatkan partisipan utama jam tangan, arloji, Bonia dalam proses transitivitas sebagai tanda bentuk ikon, indeks, dan simbol hanya menempatkan tanda bentuk indeks untuk tampil paling dominan. Daya persuasif hanya ditujukan untuk menjawab kebutuhan dan keinginan konsumen sesuai dengan nilai kualitas yang diharapkan, yaitu berupa nilai afeksi. Rentang penghargaan yang diberikan konsumen pada jangkauan keterbacaan terhadap produsen adalah berada di nilai tengah kelas interval jangkauan keterbacaan pembacanya. Sehubungan dengan hasil penelitian, maka penulis memberi saran bahwa positioning jam tangan dan arloji perlu melakukan ancangan dengan pendekatan ke arah jangkauan dan fokus perhatian pembaca. Moda pada teks verbal dan visual perlu ditempatkan pada center sebagai pusat perhatian dengan persentase sedikit lebih dominan pada moda dalam teks visual.

This dissertation discusses the multimodality of positioning strategy on advertising. It is as a Bonia’s watch analysis on advertising multimodal discourse. The purposes of this study is to reveal and describe an overview of the semiotic interaction between verbal and visual modes in persuasive function that constructed to Bonia’s watch advertisement in printed media as a positioning strategy. This research is a combined sequential exploratory study using 73 qualitative data of Bonia’s watch advertising discourse in Kompas daily newspaper from 2009 to 2018 as the main data. It is also supported by 61 data of respondents who read Bonia’s watch ads in Kompas daily newspaper at Jakarta area as quantitative data. The results of this study revealed 3 realities of the relationship between participants that involved in discourse. Each reality expresses a different meaning function in the semiotic interaction of verbal and visual modes as a unified relationship. The three relationships dominantly show, 1) participants’ activities are involved in the transitivity process of relational and mental types; 2) the role of participants is in the exchange of providing information in the interaction’s declarative forms; and 3) construction of participant creates a different appropriateness relationship that constructed to topical thematization and complex interdependence with positive charge as a new sign (final interpretant). The unity of those relationships result the findings in this study as the positioning of the main participants which related to watch as product. There are the connotation level being placed the main participant jam tangan as Bonia’s friend and arloji as a Bonia's lover. Both of them have the different characteristics and purposes. jam tangan focus on colors and materials at the close range, while arloji focus on design and its parts at the close range. The results on quantitative data research revealed that the range of discourse as the final interpretant level has not been reached by the readability of readers. This is because, 1) the direction of readers’ readability are still in the ‘impression’ range which focus on the quality of visual design and the display of colour modes; and 2) persuasive power that involved by main participants jam tangan, arloji, Bonia in the transitivity process have signs’ forms as icons, indexes, and symbols where only index forms appearing the most dominant position. Persuasive power is only intended to answer the customers’ needs that accordance to the expected quality value as ‘affective value’. The customers given awards to the readability range of producers is in the middle value of the readers’ readability range. In connection with the results, the author suggests that the positioning of jam tangan and arloji needs to be designed with a strategy that towards to achieving reaches in focus on the aspects of reader's readability. Modes in verbal and visual texts need to be placed in the center as focusing on attention with a slightly more dominant percentage to modes in visual texts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafida Azis
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai teknik-teknik penyampaian humor dalam stand-up comedy jepang (manzai) baik secara verbal maupun nonverbal. Berdasarkan pengamatan awal, tampaknya terdapat teknik lain selain yang digagas oleh Takahashi Hiroyuki (2008). Teknik-teknik yang digunakan boke menjadi fokus dalam penelitian ini. Sumber data dalam penelitian ini adalah video pertunjukan manzai dari perlombaan manzai 'M1 Guranpuri' yang diambil dari situs Youtube. Video ditranskripsikan menggunakan program ELAN (EUDICO Linguistic Annotator). Berdasarkan hasil analisis, terhadap 9 video ditemukan 9 teknik boke baru, yang dikategorikan kedalam 3 tipe, yaitu verbal, nonverbal dan kombinasi verbal-nonverbal. Teknik boke verbal terdiri dari (i) Menyalahkan (ii) Pura-Pura Setuju, (iii) Sangkalan, (iv) Salah Tebak, (v) Perbandingan Tidak sepadan. Teknik bokenonverbal dapat dilakukan dengan (i) menampar bagian kepala, dan (ii) mengabaikan. Kemudian teknik boke kombinasi verbal-nonverbal yaitu (i) Kesungguhan yang Tidak Masuk Akal dan, (ii) Reaksi yang Tidak Seharusnya.

This study aims to elucidate humor delivery techniques in Japanese stand-up comedy (manzai) verbally and nonverbally. Based on initial observation there are other techniques in manzai other than the one proposed by Takahashi Hiroyuki (2008). This study focuses on the verbal-nonverbal techniques of boke in manzai. The sources used in this study are videos from manzai contest called 'M1 Guranpuri' collected from Youtube. The videos were transcribed using ELAN ( EUDICO Linguistic Annotator). Based on analysis on 9 videos found that there are new boke techniques. This new techniques were categorized into 3 types, verbal, nonverbal, and combination of verbal-nonverbal boke techniques. For verbal techniques, namely (i) blaming, (ii) pretend to agree, (iii) denying (iv) miss guessing, and (v) unproportional comparison. For nonverbal techniques are (i) slapping boke’s head (ii) ignoring. As for the combination of verbal-nonverbal techniques are (i) serious statement which makes no sense (ii) wrong reaction"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nittrasatri Handayani
"Modifikator verbal merupakan suatu unsur di dalam frasa yang berfungsi untuk mendeskripsikan unsur inti, oleh karenanya modifikator tidak memiliki fungsi otonom di dalam tataran gramatikal. Analisis semantis modifikator verbal bahasa Indonesia menunjukkan bahwa modifikator verbal dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok besar, yaitu: (1) modifikator sebagai penanda aspek; (2) modifikator sebagai penanda modalitas; (3) modifikator sebagai penanda kuantitas; dan (4) modifikator sebagai penanda derajat. Analisis sintaktis modifikator verbal, khususnya dengan mendasarkan diri pada verba sebagai titik pusat, menunjukkan bahwa modifikator verbal dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok, yaitu: (1) modifikator yang hanya dapat menduduki posisi mendahului verba; (2) modifikator yang hanya mampu menduduki posisi mengikuti verba;. serta (3) modifikator yang memiliki kebebasan. untuk menempati posisi mendahului maupun mengikuti verba. Analisis tentang jumlah kata yang membentuk suatu rangkaian modifikator verbal, memungkinkan untuk membuat analisis lebih jauh tentang pola urutan rangkaian modifikator verbal tersebut. Pola urutan di dalam rangkaian modifikator verbal tersebut akan didasarkan pada jumlah modifikator bebas yang terdapat di dalam posisi mendahului verba, dengan pertimbangan, hanya dalam posisi demikianlah, rangkaian modifikator verbal tersebut dapat ditemukan. Deskripsi pola urutan dalam rangkaian modifikator verbal menghasilkan empat kelompok besar pola urutan, yaitu: (1) pola urutan yang hanya memiliki satu modifikator bebas di kiri verba; (2) pola urutan yang memiliki dua modifikator bebas di kiri verba; (3) pola urutan yang memiliki tiga modifikator bebas di kiri verba; dan (4) pola urutan yang memiliki empat modifikator bebas di kiri verba. Pengertian modifikator bebas adalah modifikator yang memiliki kemampuan untuk memodifikasi verba secara langsung. Pola urutan rangkaian modifikator verbal di dalam bahasa Indonesia tidak mantap. Ketidakmantapan tersebut disebabkan karena timbulnya kemungkinan suatu urutan yang ambigu, sehingga suatu rangkaian modifikator verbal dapat dideskripsikan ke dalam dua atau tiga kemungkinan nola urutan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Nuryanti R.S.
"Penelitian mengenai Perbandingan Struktur Frasa Verbal pada tiga bahasa daerah. Tujuannya adalah mendeskripsikan struktur frasa verbal pada bahasa Minangkabau, bahasa Jawa, dan bahasa Lamalera. Selain itu, dari penelitian ini dapat dilihat persamaan dan perbedaan struktur dari ketiga bahasa daerah tersebut. Pengumpulan data diperoleh dari data kepustakaan dan data lapangan. Data lapangan dikumpulkan melalui wawancara informan, dengan menggunakan daftar pertanyaan, kemudian dilakukan pengklasifikasian data, dan data tersebut dianalisis. Hasilnya diperoleh seperangkat struktur frasa verbal pada bahasa Minangkabau, bahasa Jawa, dan bahasa Lamalera."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>