Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: KEMENAKERTRANS,
001 MPOW
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Parsudi Suparlan, 1938-2007
"In this article, the author brings forth the need for a cultural perspective in examining and handling the problem of transmigration. He concentrates on transmigrants and their settlements, and emphasizes the importance of transmigration settlement planning that accord with the culture of the future transmigrant, along with settlement planning that takes into account its future as a center of social and economic growth and social integration in the area. Drawing from his experience with transmigration in Irian Jaya, the author shows how the transmigrants of the village of Jambal and most of the local ethnic groups show varying, sometimes opposing, characteristics. He points out that transmigrants from Java are oriented toward their urban centers, but are then placed at relatively isolated areas. Thus it should come as no surprise if these transmigrants tend to abandon their new settlement for the city. The author suggests that the transmigration program can be said to be successful if it can be shown that the settlers are in fact faring better in their new area. Here, transmigration settlements cannot be regarded as mere settlement, but as arenas for the improvement of their habitants' prosperity. They must be viewed as part of the region's development and administrative system. The author completes the article with a model of transmigration for Irian Jaya that rests on a pluralistic model of society rather than a model of assimilation."
1998
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Alika
"Pada tahun 1980, penduduk etnis Jawa melakukan transmigrasi di Kecamatan SiakKecil, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Adanya transmigrasi ini menimbulkankontak bahasa antara penduduk asli dan penduduk pendatang. Peningkatan mutusarana dan prasarana dapat menambah peluang terjadinya kontak bahasa antara sukuMelayu dan Jawa. Kontak bahasa yang terjadi pada dua etnis menimbulkan variasibahasa di Kecamatan Siak Kecil.
Berdasarkan situasi tersebut, tulisan inimemaparkan variasi bahasa antardesa di Kecamatan Siak Kecil dengan menggunakanmetode dialektologi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Metode kuantitatifdalam penelitian ini menggunakan penghitungan dialektometri. Sementara itu,metode kualitatif digunakan untuk memaparkan situasi kebahasaan yang terdapat diSiak Kecil. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan penggunaan bahasa Jawa danMelayu di Kecamatan Siak Kecil berdasarkan kosakata dasar Swadesh dan sistemkekerabatan.
Hasil penelitian menujukkan kontak bahasa yang terjadi di Siak Kecilmemengaruhi kosakata yang digunakan oleh penuturnya. Pemakaian bahasa Jawamenunjukkan adanya peminjaman bahasa dengan kosakata bahasa Melayu. Peminjaman bahasa juga terjadi pada penutur bahasa Melayu yang tinggal di daerahdominan bahasa Jawa. Sementara itu, penutur di daerah ibukota menggunakan bahasaIndonesia dalam tuturan sehari-hari.

In 1980, some Javanese migrated to Siak Kecil Subdistrict, Bengkalis Regency, Riau Province. Therefore, transmigration affected language contact between local people and migrants. In addition, improvement on infrastructures and facilities quality may increase the chances of language contact between Malay and Javanese people. Language contact that occurs between two ethnics may cause language varieties inSiak Kecil.
Based on these issues, this thesis elaborates language varieties among villages in Siak Kecil Subdistrict using dialectology method, in both quantitative and qualitative analysis. The quantitative method using dialectometric calculation. Meanwhile, the qualitative method is used to describe language situation in Siak Kecil. This research aims to map the use of Javanese and Malay language in Siak Kecil Subdistrict based on Swadesh and kinship system list.
The result shows language contact in Siak Kecil affects vocabulary which used by the speakers. The usage of the Javanese vocabulary shows language borrowing with Malay vocabulary. Language borrowing also occurs in Malay speakers who live in Javanese language dominant area. Meanwhile, speakers who live in capital city use Indonesian language in everyday speech.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S70195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsya Ramadhani
"Penelitian ini membahas mengenai transmigrasi Corps Tjadangan Nasional (CTN) dari Jawa ke Keresidenan Lampung pada tahun 1950-1954. Tujuannya adalah untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan transmigrasi ini dengan menggunakan metode sejarah. Perang kemerdekaan telah meningkatkan jumlah anggota angkatan perang Indonesia, tetapi tidak diimbangi dengan kualitas serta anggaran pembiayaannya. Hal ini kemudian memicu dilaksanakannya rasionalisasi para tentara dalam organisasi angkatan perang Indonesia pada masa kabinet Hatta melalui program Reorganisasi dan Rasionalisasi (RERA). Pelaksanaan rasionalisasi ini kemudian mendorong untuk dilakukannya demobilisasi. Agar demobilisasi dapat dilaksanakan dengan terstruktur, pemerintah kemudian membentuk wadah untuk menampung para tentara yang dirasionalisasi, yaitu Corps Tjadangan Nasional (CTN). Kemudian dibentuk pula sebuah instansi di bawah Kementerian Pertahanan, yang bertugas untuk mengurusi masalah demobilisasi melalui, yaitu Biro Penampungan Bekas Anggota Tentara (BPBAT). Dalam penelitian ini, para anggota CTN yang ditransmigrasikan ke Lampung merupakan para eks tentara asal Jawa Timur. Melalui penelitian ini terlihat bahwa pelaksanaan demobilisasi melalui transmigrasi masih banyak sekali kekurangan, sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali. Meskipun demikian, transmigrasi ini telah menjadi jalan keluar pemerintah dalam usahanya menyejahterakan para eks tentara.

ABSTRACT
This research discusses about the transmigration of Corps Tjadangan Nasional (CTN) from Java to Lampung Residency in 1950 until 1954. This research aim is to know the implementation and impact of transmigration by using historical methods. The independence war had increased the number of Indonesian armed forces, but without enough quality and balanced budget. Hatta cabinet decreed a rationalization policy for Indonesian Armed Force named Reorganization and Rationalization (RERA). The implementation of this rationalization encouraged soldier demobilization mainly from Java to Lampung Residency. The government then formed a forum to accommodate rationalized soldiers, Corps Tjadangan Nasional (CTN) so demobilization can be carried out structurally. The Ministry of Defense also formed an agency to deal with the problem of demobilization through transmigration, named Biro Penampungan Bekas Anggota Tentara (BPBAT). In this research, the members of CTN who were ex-soldiers from East Java. This research conducts that there was so many deficiency in the armed forces demobilization by CTN program. Therefore, the program needs to be reviwed again. Even though, this transmigration program served as governments effort to prosper its former soldier.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Indina Nurzahra
"Artikel ini mengenai transmigrasi dan integrasi bangsa dengan studi kasus masyarakat Bali di Buton 1978-2000an. Pembahasan difokuskan pada program transmigrasi yang berdampak pada masyarakat Buton melalui aspek ekonomi dan sosial budaya. Transmigrasi di Buton dilaksanakan karena adanya rencana Pemerintah Daerah untuk menghasilkan lahan persawahan. Upaya yang dilakukan yakni dengan mendatangkan masyarakat Bali ke Buton. Tujuan penelitian ini mengenai interaksi yang berdampak pada proses integrasi kedua masyarakat. Metode penelitian ini adalah metode sejarah dengan menggunakan sumber tertulis dan sumber lisan. Proses integrasi tampak pada aspek ekonomi
dan sosial budaya yang terwujud dalam temuan yang ada di penelitian ini. Hasil temuan yang ada menunjukan bahwa masyarakat Bali telah menghasilkan lahan persawahan di Kota Baubau. Hasil dari lahan persawahan tersebut juga telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan beras di Kota Baubau, sehingga dengan didatangkannya masyarakat Bali di Buton telah memenuhi rencana Pemerintah Daerah Buton dalam menghasilkan lahan persawahan. Meski berada di Buton, masyarakat Bali tetap menjalankan kepercayaan dan adat istiadat yang berbeda dengan masyarakat setempat. Namun, Adanya perbedaan agama dan adat istiadat tersebut tidak menghalangi kedua masyarakat untuk berbaur di dalam kehidupan masyarakat.

This article is about transmigration and national integration with a case study of Balinese people in Buton from 1978 to 2000. The discussion focused on the transmigration program which had an impact on the Buton community through economic and socio-cultural aspects. Transmigration in Buton was carried out because of the Regional Governments plan to produce rice fields. Efforts are made namely by bringing Balinese people to Buton. The
purpose of this study is about interactions that have an impact on the integration process of the two communities. This research method is a historical method using written sources and oral sources. The integration process appears in the economic and socio-cultural aspects that are manifested in the findings in this study. The findings show that the Balinese have produced rice fields in the City of Baubau. The results of the rice fields have also been used to meet rice needs in Baubau City. So that by bringing in Balinese people in Buton, they have fulfilled the plan of the Buton Regional Government to produce rice fields. Even though they are in Buton, Balinese people continue to carry out beliefs and customs that are different from the local community. However, the existence of differences in religion and customs does not prevent the two communities from mingling in peoples lives. This article is about transmigration and national integration with a case study of Balinese people in Buton from 1978 to 2000. The discussion focused on the transmigration program which had an impact on the Buton community through economic and socio-cultural aspects. Transmigration in Buton was carried out because of the Regional Governments plan to produce rice fields. Efforts are made namely by bringing Balinese people to Buton. The purpose of this study is about interactions that have an impact on the integration process of the two communities. This research method is a historical method using written sources and oral sources. The integration process appears in the economic and socio-cultural aspects that are manifested in the findings in this study. The findings show that the Balinese have produced rice fields in the City of Baubau. The results of the rice fields have also been used to meet rice needs in Baubau City. So that by bringing in Balinese people in Buton, they have fulfilled the plan of the Buton Regional Government to produce rice fields. Even though they are in Buton, Balinese people continue to carry out beliefs and customs that are different from the local community. However, the existence of differences in religion and customs does not prevent the two communities from mingling in peoples lives.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya Agusman
"RINGKASAN
Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Indonesia
Tesis, 2001
A. Nama
B. Judu! Tesis
Yahya Agusman
LINGKUNGAN PERMUKIMAN
TRANSMIGRASI DAN ADAPTASI
TRANSMIGRAN.
(Studi Kasus: Unit Permukiman
Transmigrasi Marabahan, Propinsi
Kalimantan Selatan).
C. Jumlah Halaman
XXVi + 169; Ilustrasi: 39 Tabel;
13 Gambar; 4 Lampiran
D Ringkasan
Program transmigrasi merupakan alternatif penting dalarn memecahkan masalah kependudukan yang dilaksanakan sebagai upaya untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan peran serta masyarakat, pemerataan pembangunan serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa melalui persebaran penduduk yang seimbang dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan serta nilai budaya dan adat-istiadat masyarakat asli.
Transmigrasi didalam pelaksanaanya banyak dijumpai permasalahan yang dimutai dari masalah lahan yang tidak produktif (marginal'), sarana dan prasarana yang tidak memadai, melimpahnya hasif pertanian yang tidak diimbangi perencanaan pemasaran, sampai dengan pendekatan konsep hunian/tempat tinggal yang berorientasi pada kuwantitas yaitu diproduksi
XX 111
secara massa! (prototype), baik untuk transmigran dari daerah asal (daerah pengirim) atau transmigran lokal yang berasal dari masyarakat asli setempat (daerah penerima), sampai pada masalan adaptasi yaitu munculnya konflik antara transmigran daerah asal dengan transmigran lokal (masyarakat asli) yang berakhir dengan larinya transmigran ketempat asalnya.
Berdasarkan isu tentang kegagalan dan keberhasilan program transmtgrasi dan pemahaman atas permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa sajakah yang perlu diperttmbangkan di dalam perencanaan lingkungan permukiman transmigrasi dan adaptasi transmigran.
Sedangkan hypotesis penelitian ini bahwa perencanaan dan
pembangunan permukiman transmigrasi yang
mempertimbangkan konsep sosial budaya masyarakat
transmigran dan lingkungan phisik maka akan mempermudah
adaptasi transmigran di daerah baru
Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive} dilokasi Unit Permukiman Transmigrasi Marabahan, Kecamatan Marabanan, Kabupaten Barito Koala, Propinsi Kalimantan Selatan, pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan : 1) Lokasi UPT Marabahan merupakan lokasi yang masih dibina (T+4) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2) Pola jenis penempatan merupakan transmigrasi umum, 3) Transmigran berasal dari Jawa (daerah pengirim) dan transmigran
lokal/masyarakat asli (daerah penerima), 4) Merupakan UPT
« yang direncanakan untuk diserahkan pembinaanya kepada
XXIV
Untuk mencapai tujuan penelitian, dibuat kerangka konsep penelitian. Yaitu dilakukan pemahaman hubungan antara aktivitas manusia dengan lingkungan buatan, hubungan ini didekati dengan teori psikolog arsitektur Irwin Altman (1975) dengan model informasi lingkungan yang terdiri dari 3 (tiga) komponen pokok ; 1) Fenomena Perilaku Lingkungan. 2) Kelompok Karakter Pernakai. 3) Tempat/ruang (spatial) dan dasar penelitian ini juga mengikuti model Adaptasi dari Bell et all (1978) yang menjelaskan bahwa :
1. Interaksi antara manusia beserta sifat-sifat (nature of) manusia dengan lingkungan beserta berbagai macam atributnya (phisik dan non phisik) akan menimbulkan rangsang (stimulus) yang kemudian muncul reaksi (respons) manusia yaitu reaksi emosional (affect) dan tindakan aktivitas perilaku ruang (spatial) yang disebut persepsi lingkungan.
Faktor-faktor yang dapat menjadi pertimbangan persepsi ini meliputi faktor latar belakang, faktor fisik, faktor spasial/ruang dan faktor psikologi lingkungan/budaya.
2. Apabila reaksi (respons) yang terjadi masih dalam batas optimal (terkendali) maka manusia tersebut berada dalam keadaan seimbang (homeostatis), yaitu suatu keadaan yang diharapkan, sedangkan sebaliknya apabila reaksi (respons) diluar batas optimal (tidak terkendali) maka akan terjadi stress yang selanjutnya diikuti dengan perilaku penyesuaian (coping) dan apabila penyesuaian berhasil maka akan terjadi adaptast/adjustment, sebaliknya apabila tidak berhasil akan terjadi stress
h^rlanii it-
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Henriko
"Transmigrasi adalah program pembangunan yang memiliki beberapa dimensi baik dimensi demografi, sosial ekonomi dan politik sekaligus. Program ini diharapkan tidak hanya mampu mengatasi permasalahan distribusi penduduk namun juga mampu mengatasi permaslahan kesejahteraan, ketimpangan pembangunan serta persatuan dan kesatuan bangsa. Namun hingga kini program transmigrasi masih menuai perdebatan apakah program ini dapat dikategorikan berhasil atau malah sebaliknya.
Ukuran yang paling sederhana dalam melihat keberhasilan atau ketidak berhasilan program ini adalah dengan melihat keberadaan unit-unit permukiman transmigrasi yang ada apakah mereka mampu mecapai target dan sasarannya atau malah menjadi beban pembangunan itu sendiri.
Berdasarkan data terdapat lebih kurang 383 UPT yang masih harus dibina dimana 60 persen diantaranya masa pembinaannya sudah lebih dari lima tahun. Pembinaan diatas lima tahun mengindikasikan bahwa terdapat permasalahan yang belum terselesaikan sehingga UPT tersebut masih belum bisa mandiri atau dapat dikategorikan sebagai UPT tertinggal. Salah satunya dan juga menjadi objek penelitian ini adalah UPT Gajah Mati SP.6. UPT ini berlokasi di Kec. Pematang Panggang, Kab. Ogan Komering Ilir, Prov. Sumatera Selatan dengan masa pembinaan lebih dari lima tahun.
Tujuan dari penulisan ini adalah mencoba menghadirkan solusi bagi penanganan permasalahan UPT tersebut melalui pencarian akar masalah sebagai dasar dalam penentuan skala prioritas penyelesaian masalah dengan menggunakan alat bantu Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode AHP ini dipergunakan karena kemampuan metode ini dalam hal pemilihan prioritas dan pemilihan kebijakan khususnya dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang kompleks dan tidak terstruktur. Berdasarkan hasil penelitian upaya penanganan permasalahan air bersih menjadi prioritas utama dalam penanganan permasalahan yang terjadi di lokasi ini.

Transmigration is a development program that has several dimensions such us demographic, socioeconomic and political as well. This program is expected, not only be able to overcome the problems of population distribution, but also the problems of welfare, inequality of development and national unity. However, the transmigration program is still reaping the debate until now whether the program can be categorized as successful or even vice versa.
The simplest measure in view of the success or lack of success of this program is to see the existing condition of the unit of transmigration settlements (UPT), whether they are able to reach the target or even become a burden of development itself.
Based on the data, approximately 383 UPT remains to be fostered, where 60 percent of the time built it was more than five years. Fostered by over five years indicates that there are unresolved issues that UPT is still not able to be independent or may be categorized as under developed UPT. One of them, and also becomes the object of this study is the UPT Gajah Mati SP.6. Unit is located in the district of Pematang Panggang, Ogan Komering Ilir regency in South Sumatra Province with the guidance of more than five years.
The purpose of this paper is trying to present a solution for handling problems of UPT through searching the root problem as the basis for determining priorities in solving the problem using the tools Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP method was used because of the ability of this method in the selection of priorities and policies, especially in solving a complex and unstructured problems. Based on this research, efforts to address clean water issues become a top priority in handling problems that occur at this location."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T29509
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1983
304.8 PEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1957
D1858
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>