Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 252 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syahrudin M.
"ABSTRAK
This study is aimed at (1) investigating the types of translation errors in abstracts of students final assignments of accounting study program Politeknik Negeri Medan of 2016 until 2017 academic year, and (2) finding out the dominant types of translation errors in the abstracts of students final assignments. The dominants type of grammatical errors was caused by the confusion of verb groups in dealing with the English grammar systems. The dominant type of lexical errors was caused by the failure in choosing appropriate words."
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2019
338 PLMD 22:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rezqya Ramadhinda
"Beberapa kesalahan masih dapat ditemukan dalam hasil terjemahan mesin, meskipun mesin penerjemahan didesain untuk menyetarai kemampuan penerjemah profesional. Dengan peluang penggunaan mesin penerjemahan yang besar dalam bidang pariwisata, turis dapat memilih mesin penerjemah berbasis tulisan maupun gambar. Penelitian ini bertujuan menentukan yang mana yang lebih baik di antara mesin penerjemah berbasis tulisan, Google Translate dan berbasis gambar, Google Lens Translate untuk teks pariwisata. Dengan menerapkan metode kualitatif, kajian ini didasari oleh konsep kesalahan penerjemahan Koponen (2010) dan konsep metode penerjemahan Newmark (1988) untuk menyelidiki kualitas akurasi mesin penerjemah melalui tingkat keberterimaan makna dinilai dari cara mesin menerjemahkan dan kecenderungan jenis kesalahan. Berdasarkan analisis, ditemukan bahwa Google Translate lebih akurat dan lebih aman untuk pariwisata atas dominasi hasil terjemahan dengan metode penerjemahan setia (faithful). Sejalan dengan Newmark (1988), penerapan metode penerjemahan tersebut menghasilkan terjemahan yang lebih berterima dari segi semantik khususnya dalam hal konteks. Sementara itu, kerumitan proses bahasa ilmiah penerjemahan Google Lens Translate yang berbasis gambar mengurangi akurasinya jika dibandingkan dengan Google Translate yang berbasis tulisan.

Some errors can still be found in Machine Translation results, even though Machine Translation is designed to match the capabilities of professional translators. With great opportunities for use of machine translation in the tourism sector, tourists can select text- based or image-based Machine Translation. This study aims to determine which one is better between the text-based Machine Translation (Google Translate) and the image- based one (Google Lens Translate) for tourism purposes. Applying a qualitative method, this study is based on Koponen's (2010) concept of translation errors and the Newmark's (1988) translation method concept to investigate the quality of machine translation accuracy through the level of translation acceptability assessed from the way the machine translates and the types of errors. Based on the analysis, it was found that Google Translate is more accurate and appropriate for tourism, shown from the majority of translation results using faithful translation methods. In line with Newmark (1988), the application of the translation method results in a translation that is more acceptable from a semantic perspective, especially in terms of context. Meanwhile, the complexity of the image-based Google Lens Translate's natural language process reduces its accuracy when compared to text-based Google Translate."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hawari Ibadillah
"Ketepatan transfer makna dalam penerjemahan teks hukum sangatlah penting. Karya tulis ini bertujuan untuk menganalisis penerjemahan teks hukum berdasarkan teori Koponen (2010). Metode penelitian ini merupakan metode kualitatif dengan membandingkan terjemahan teks hukum dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia yang dilakukan oleh 2 mesin penerjemah dan 1 model bahasa kecerdasan buatan dengan arsitektur GPT (Generative Pre-Trained Transformer) dengan terjemahan manusia sebagai pembanding. Hasil terjemahan dianalisis berdasarkan klasifikasi kesalahan penerjemahan mesin Maarit Koponen, dengan fokus pada aspek kebahasaan dan kontekstual. Klasifikasi kesalahan yang paling banyak ditemukan adalah konsep yang salah diterjemahkan (55,3%) disusul dengan penggantian konsep (30,3%). Kesalahan-kesalahan yang terjadi disebabkan oleh kompleksitas transfer makna, terutama yang menuntut ketelitian ekstra dalam proses penerjemahan. Temuan ini menegaskan pentingnya peran manusia dalam proses penerjemahan, terutama penerjemahan teks yang memerlukan ketelitian dan pemahaman mendalam terhadap terminologi dan konteks khusus, di antaranya teks hukum.

Accuracy in meaning transfer in legal text translation is crucial. This paper aims to analyze the translation of legal texts based on Koponen's (2010) theory. The research method is qualitative, comparing translations of legal texts from Dutch to Indonesian performed by 2 translation machines and 1 artificial intelligence language model with a Generative Pre-Trained Transformer (GPT) architecture, using human translation as a benchmark. The translations are analyzed based on Maarit Koponen's machine translation error classification, focusing on linguistic and contextual aspects. The most frequently found error classification is mistranslation of concepts (55.3%), followed by concept substitution (30.3%). The errors occur due to the complexity of meaning transfer, particularly requiring extra precision in the translation process. These findings emphasize the important role of humans in the translation process, especially for texts that require meticulousness and deep understanding of specific terminology and context, including legal texts.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Metti Zakaria Wanagiri
"Mesin Penerjemah (MP) adalah sebuah sub-bagian dari computational linguistics yang menggunakan komputer untuk menerjemahkan teks dari sebuah bahasa ke bahasa yang lain. Sementara Mesin Penerjemah Statistik (MPS) adalah sebuah pendekatan MP dimana hasil terjemahan dihasilkan atas dasar model statistik yang parameter-parameternya diambil dari hasil analisis korpus teks dwibahasa (yang paralel). Pada tugas akhir ini, penerjemahan teks Indonesia-Inggris dilakukan dengan menggunakan MPS berdasarkan frase dimana penerjemahan dilakukan dengan menggunakan prinsip penerjemahan berdasarkan frase. Korpus dwibahasa Indonesia-Inggris yang digunakan terdiri dari kategori berita, kitab suci, novel dan percakapan. Jumlah korpus pelatihan yang digunakan adalah 40779 kalimat, yaitu 704 berita, 4025 percakapan, 16050 novel dan 20000 kitab suci. Sementara korpus pengujian yang digunakan adalah 20300 kalimat, yaitu 300 berita, 2000 percakapan, 8000 novel dan 10000 kitab suci. Percobaan penerjemahan ini dilakukan, dievaluasi dan dianalisis dari dua aspek yaitu penggunaan perangkat bahasa tambahan (yang meliputi Part-of-Speech Tagging dan lema) dan n-gram yang digunakan dalam membentuk model bahasa. Hasil percobaan yang didapat adalah nilai akurasi tertinggi dicapai oleh penerjemahan korpus dwibahasa biasa (tidak menggunakan Part-of-Speech Tagging maupun lema) pada kategori novel dengan menggunakan model bahasa 5-gram, yaitu 0,2696.

Machine Translation (MT) is a sub-field of computational linguistics that uses a computer to translate text or speech from one natural language to another. Meanwhile Statistical Machine Translation (SMT) is a paradigm of MT where translations are generated on the basis of statistical models whose parameters are derived from the analysis of bilingual text corpora (parallel). The Indonesian-English text translation is done using a phrase-based SMT in which the translation is carried out using phrase-based Translation. We use Indonesian and English bilingual corpora which consists of news, holy writings, fiction and daily conversation categories. We use training corpus of 40779 sentences which are 704 for news, 4025 for conversation, 16050 for fiction and 20000 for holy writings. Meanwhile the testing corpus consists of 20300 sentences which are 300 for news, 2000 for conversation, 8000 for fiction and 10000 for holy writings. Experiments have been done, evaluated and analyzed regarding two aspects, namely the use of factored-models (Part-of-Speech Tagging and lemma) and number of n-gram for generating the language model. In this thesis, we found that the translations of default bilingual corpora (without Part-of-Speech Tagging and lemma) for fiction category using 5-gram language model yield the highest accuracy of 0.2696."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ismaya Sakti Amanda
"Terjemahan beranotasi adalah terjemahan yang disertai anotasi berisi pertanggungjawaban penerjemah atas padanan yang dipilihnya Novel Modelland merupakan teks ekspresif yang berjenis petualangan fantastik Metode penerjemahan yang digunakan adalah metode semantis dan komunikatif Berbagai unsur bermasalah yang ditemui selama proses penerjemahan digolongkan menjadi enam kategori yaitu nama diri istilah fesyen idiom kata budaya istilah penulis dan onomatope Penerapan pelbagai prosedur merupakan cara saya menyelesaikan permasalahan itu Selanjutnya dalam melakukan anotasi saya merujuk pada pelbagai kamus mengunjungi laman Internet dan melakukan diskusi dengan narasumber Anotasi terutama dilakukan pada tataran kata frasa dan kalimat Dapat disimpulkan bahwa menerjemahkan membutuhkan penguasaan bahasa budaya dan topik yang melatari suatu teks oleh penerjemah agar menghasilkan terjemahan yang baik Selain itu kepekaan penerjemah dalam menangkap ide ide implisit dan nuansa serta gaya bahasa yang melatari teks sumber harus dipertajam dalam menerjemahkan novel fantastis

An annotated translation is a translation supported by annotations or translator rsquo s commentary on the equivalents chosen Modelland is an expressive text and the text rsquo s genre is fantasy adventure Translation methods applied are semantics and communicative Problems found during the translation process are categorized into six groups self identification fashion terms idioms cultural words writer rsquo s terms and onomatope The deployment of a range of translating procedures attempt to adress those problems In performing annotation referrence to various dictionaries and websites along with discussion with sources were conducted The annotation conducted for this final assignment is limited to words phrases and sentences In conclusion translator rsquo s mastery of language cultural as well as field of the text are needed in order to produce a good translation Moreover the translator has to capture the implicits ideas the nuances and the styles of the source text
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T38936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Fitariana
"Model penelitian ini berupa terjemahan beranotasi. Terjemahan beranotasi merupakan suatu bentuk pertanggung jawaban seorang penerjemah dalam memilih padanan yang tepat dengan membubuhkan catatan padahal-hal yang menantang dalam proses penerjemahan. Selama proses penerjemahan, penerjemah tersadar bahwa menerjemahkan karya sastra tidak sama dengan menerjemahkan karya lainnya. Karya sastra mengandungi bentuk emosi juga perasaan penulis.Unsur-unsur seperti itu biasanya diluapkan oleh penulis kedalam novel menggunakan majas atau bahasa kiasan atau idiom.Unsur seperti itu biasanya menimbulkan masalah dalam penerjemahan.Masalah lain lagi yang dihadapi dalam proses penerjemahan adalah mengenai aspek kebudayaan karena setiap karya sastra berakar dalam kebudayaan tertentu.
Dalam menerjemahkan penerjemah menggunakan ideology foreignisation dengan prosedurtranferensi disertai prosedur deskriptif dalam menerjemahkan kata budaya yang memiliki muatan budaya yang sangat kuat.Menimbang karya sastra merupakan jenis teks ekspresif, penerjemah menggunakan dua buah metode, yaitu semantic dan komunikatif yang ditawarkan oleh Newmark.Kedua metode ini dimaksudkan untuk memberikan hasil penerjemahan yang memiliki nilai estetis dan juga bahasa yang berterima oleh pembaca sasaran.

This research is in a form of an annotated translation model. An annotated translation is a form of accountability of a translator in selecting a suitable equivalence and making annotation on things that are challenging during the translation process.During the process of translation, the translator realized that translating aliterary work is not the same as translating another work. It is because literary contains the feelings and emotionsof the author. Those elements usually embedded in the workthrough the use of figures of speech or figurative language or idioms. Such elements often caused problems for the translator. Another obstacle arouse fromcultural aspects.
The translator translated the cultural aspects using foreignisation ideology andtranferensiand descriptive procedures. Those are used when dealing with a very strong cultural words. Considering literature is a kind of expressive text, the translator used two methods, namely the semantic and communicative methods offered by Newmark. Both of these methods are used to render the aesthetic value as well as to deliver the message from the source language to target audiences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T43686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janis Ramadhanti Saputri
"Komik adalah media yang dapat dinikmati semua orang segala usia, dan meskipun beberapa komik memiliki batasan usia, Kisah Hidup Paman Gober adalah komik dengan target pembaca tua dan muda. Karena komik tersebut berkisah tentang perjalanan kesuksesan Gober Bebek, komik tersebut menampilkan agresivitas baik secara fisik melalui kekerasan dan ekspresi wajah dan juga secara verbal melalui penggunaan bahasa yang kasar. Tujuan dari studi ini adalah (1) untuk menganalisa prosedur penerjemahan yang digunakan dalam komik Kisah Hidup Paman Gober dan (2) hubungannya dengan aspek visual komik tersebut. Studi ini menggunakan teori prosedur penerjemahan Vinay dan Darbelnet (1958/1998) dengan basis teori yang diajukan Ljung (2011) dan Ford (2016) mengenai penggunaan bahasa kasar. Studi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dan data bahasa kasar yang digunakan dibatasi berdasarkan ekspresi wajah karakter saat menggunakan bahasa kasar tersebut. Dari studi ini, dapat disimpulkan bahwa penerjemah menggunakan berbagai prosedur penerjemahan untuk menerjemahkan bahasa yang kasar, terutama prosedur penghilangan. Studi ini juga menunjukkan bahwa prosedur penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan bahasa kasar digunakan juga untuk mengurangi elemen agresivitas verbal, akan tetapi prosedur tersebut tidak mengubah niat di balik pengucapan bahasa kasar tersebut karena agresivitas yang sudah ditunjukkan melalui visual komik.

Comics are media that people of all ages can enjoy, and The Life and Times of Scrooge McDuck is a comic that targets both young and old readers. However, it depicts aggressiveness not only physically through violence and facial expression but also verbally through the usage of harsh language. The objective of this research is to analyze (1) the translation procedures that are used in the comic The Life and Times of Scrooge McDuck and (2) their correlation with the visual elements of the comic. This research uses Vinay and Darbelnet (1958/1998) theories on translation procedures by basing the utterance of harsh language on theories proposed by Ljung (2011) and Ford (2016). This research uses the qualitative descriptive method, and the data were taken by setting the limitation on the character’s facial expression at the time of the utterance of harsh language. From this research, it can be concluded that the translator utilizes many translation procedures to translate the harsh language, in particular the reduction procedure. This research also shows that translation procedures are utilized to reduce the element of verbal aggressiveness, yet the procedures that are used do not influence the intention behind the utterance as the aggressiveness is shown by the visuals."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hazrina Sabila Rifdah
"Translating works of fiction involves a complex task as the translators have to deal with not only the textual transference between two languages but also the mediation between two cultures. The study aims to examine the type of cultural words found in the novel Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children and discuss the kind of translation ideology employed by the translator in translating the novel into Indonesian while also looking at the translation procedures used in translating the cultural words along with the translation method applied by the translator. The method used in conducting this study is a mixed-method between quantitative and descriptive qualitative methods with a focus on Chapters 6 and 7 of the novel. The study finds that cultural equivalent is the most used procedure in translating the identified cultural words. Moreover, the dominant translation method of the novel is the communicative translation method, and the dominant ideology employed by the translator is domestication. It can be concluded that the translator attempted to produce an acceptable and easy to understand translation text for the target readers by translating the source text close to the target language and its culture.

Menerjemahkan karya fiksi melibatkan proses yang kompleks karena penerjemah tidak hanya harus berurusan dengan transferensi tekstual antara dua bahasa tetapi juga dengan mediasi antara dua budaya. Studi ini bertujuan untuk menelaah tipe kata-kata budaya yang ditemukan di dalam novel Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children dan mendiskusikan mengenai ideologi penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan novel ini ke dalam bahasa Indonesia sekaligus melihat prosedur penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan kata-kata budaya tersebut beserta metode penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah. Metode yang digunakan dalam melakukan studi ini adalah metode gabungan antara kuantitatif dan deskriptif kualitatif dengan fokus pada Bab 6 dan 7 dari novel. Berdasarkan studi ini, padanan kultural merupakan prosedur yang paling sering digunakan dalam menerjemahkan kata-kata budaya yang ditemukan. Selain itu, metode penerjemahan dominan dari novel ini adalah metode penerjemahan komunikatif, dan ideologi penerjemahan yang dominan diterapkan oleh penerjemah adalah domestikasi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sang penerjemah berusaha untuk menghasilkan teks terjemahan yang dapat diterima dan mudah untuk dipahami oleh pembaca target dengan menerjemahkan teks sumber secara dekat ke bahasa target serta budayanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Afriani
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pertanggungjawaban atas terjemahan yang dipilih dalam menerjemahkan sebuah teks, dalam hal ini adalah novel anak. Metode penerjemahan yang digunakan adalah metode semantis, komunikatif, dan idiomatis. Ketiganya dipilih agar terjemahan yang dihasilkan memiliki estetika dan pesan yang disampaikan ke pembaca TSa terasa wajar dan berterima. Permasalahan yang muncul dalam proses penerjemahan novel anak adalah berkaitan dengan unsur kebudayaan. Berbagai prosedur penerjemahan digunakan sebagai upaya menyelesaikan permasalahan itu. Kemudian, anotasi dilakukan pada tataran kata, frasa, dan kalimat, berbekal penelusuran dokumen, pengacuan pada kamus, dan survei kecil. Dapat dikatakan bahwa ketiga metode penerjemahan itu merupakan solusi bagi penerjemahan novel anak ini.

The research aims to give annotation for the chosen equivalence in translating children novel. The semantic, communicative and idiomatic methods are applied. Those methods are chosen in order to render source text?s aesthetics as well as message, accepted in the target text. Many problems rise in the translation process are related with cultural differences. In order to address those problems, I deploy several translating procedures. Thus, annotations were conducted at the level of words, phrases, and sentences, by referring to various dictionaries, documents and small-scale survey. In conclusion, it is justified that those methods of translation are the ways to translate A Little Princess into bahasa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Miracellia Bo
"ABSTRAK
Saat ini, para pemerhati isu-isu sosial dan budaya memilih untuk mengekspresikan kepedulian mereka melalui berbagai produk audiovisual, seperti video, film pendek, dan film dokumenter. Sayangnya, perbedaan bahasa sering kali membatasi kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan jumlah penonton yang lebih besar. Di sinilah peran penerjemah dan subtitle yang berkualitas diperlukan. Terjemahan beranotasi ini disusun untuk 1 memperlihatkan berbagai masalah yang muncul dalam proses menerjemahkan dialog video, dan 2 menjelaskan strategi pengalihan pesan yang tepat agar tercapai terjemahan yang berkualitas. Hasil penelitian menunjukkan adanya dua masalah utama yang muncul dalam proses penerjemahan yang dilakukan. Masalah pertama terkait aspek kebahasaan, seperti ekspresi idiom, metaforis, istilah slang, kata umpatan, kata budaya, dan kata-kata berkonotasi seksual. Masalah kedua terkait aspek nonlinguistik, seperti keterbatasan waktu dan karakter, keselarasan subtitle dengan visual, serta ketepatan pemahaman pragmatis. Masalah-masalah tersebut diselesaikan dengan menerapkan metode dan prosedur penerjemahan yang relevan, serta dengan merujuk pada teori-teori penerjemahan audiovisual.

ABSTRACT
Nowadays, social cultural activists prefer to express their concerns through a variety of audiovisual products, such as video, short movie, and documentary. Unfortunately, the language barrier often hinders their ability to interact with audience in larger number. This is where a good translator places an important role, and a good subtitle is required. This article aims to 1 show various issues in subtitling, and 2 give plausible solutions to the issues. The finding revealed two main issues that arose in the subtitling process. The first issue is related to linguistic aspects, such as idiomatic and metaphorical expressions, slang terms, swearing terms, cultural terms, and terms that have sexual connotations. The second issue is related to nonlinguistic aspects, such as the limitation of time and space, the congruence between subtitle and visual image, and the accuracy of pragmatic understanding. Those problems were solved by applying relevant theories of English Indonesian language, translation, and subtitling."
2016
T47442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12 13   >>