Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Editha Renesteen
"Sukrosafosforilase (SPase) adalah suatu enzim yang mengkatalisis sejumlah reaksi pemindahan gugus glukosil ke sejumlah molekul aseptor. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh SPase rekombinan dari E. coli BL-21 StarTM dalam skala besar, memperoleh karakter enzim berdasarkan bobot molekul dan aktivitas, dan mengetahui aktivitas transglikosilasi terhadap asam askorbat dan asam benzoat.
Berdasarkan hasil SDS PAGE, bobot molekul SPase rekombinan adalah antara 45 dan 66 kDa. Aktivitas SPase diukur dengan menggunakan sukrosa sebagai substrat dan produk akhir diukur sebagai NADPH pada 340 nm, dengan hasil aktivitas relatif 98,52% terhadap SPase standar. Aktivitas transglukosilasi menggunakan asam benzoat sebagai substrat menunjukkan produk pada KLT, sedangkan asam askorbat tidak menunjukkan terbentuknya produk pada KLT dan KCKT.

Sucrosephosphorylase (SPase) is an enzyme that catalyzes glucosyl transfer reaction to the amount of acceptor molecules. The objective of this study was to obtain the recombinant SPase from E. coli BL-21 StarTM in a large scale, to characterize the recombinant SPase by its molecular weight and activity, and to determine the transglucosylation activity using ascorbic acid and benzoic acid as substrate.
SDS PAGE result showed that molecular weight of recombinant SPase between 45 and 66 kDa. SPase activity was measured by using sucrose as substrate, and the end product was measured as NADPH at 340 nm; this resulting relative activity 98.52% to standard SPase. Its transglucosylation activity using benzoic acid as substrate showed a product by performing TLC while as using ascorbic acid did not by performing TLC and HPLC.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42759
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Fauziah Hilman
"ABSTRAK
Laporan magang ini bertujuan untuk mempelajari proses evaluasi penerapan pengendalian internal atas pelaporan keuangan/ICFR pada pengendalian tingkat entitas dan transaksi di FFH Ltd., sebuah perusahaan migas, khususnya yang dilakukan oleh pihak audit internal. Fokus pembahasan terletak pada analisis perbandingan antara proses evaluasi ICFR dengan standar/panduan yang berlaku. Berdasarkan hasil analisis tersebut, prosedur evaluasi penerapan pengendalian internal pada pengendalian tingkat entitas dan transaksi yang dijalankan oleh Departemen Internal Audit FFH Ltd. secara umum telah sesuai dengan poin-poin pada standar/panduan yang berlaku.

ABSTRACT
The internship report is aimed to analyze the evaluation of internal control over financial reporting (ICFR) implementation on entity-level (ELC) and transaction-level control (TLC) in FFH Ltd, an oil and gas company, especially which is performed by internal audit function. The focus of the report lies on comparative analysis between evaluation processes with related standard/guidance. Base on the analysis results, the ICFR evaluation procedures, in general, have complied with the standard/guidelines."
2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Amalina Putri Joni
"Jamu merupakan obat tradisional Indonesia yang telah dimanfaatkan masyarakat sejak dahulu. Beberapa orang menyalahgunakan jamu dengan cara menambahkan bahan kimia obat untuk meningkatkan efek terapi. Penggunaan bahan kimia obat pada jamu melanggar hukum yang ada serta berbahaya bagi masyarakat. Salah satu jamu yang sering ditambahkan bahan kimia obat adalah jamu rematik, dengan penambahan obat golongan anti inflamasi. Pada penelitian ini dilakukan validasi metode analisis dari Metampiron, Asam Mefenamat, dan Parasetamol di dalam jamu rematik menggunakan KLT Densitometri. Jamu yang telah diekstraksi dengan etanol dianalisis menggunakan KLT Densitometri dengan fase gerak toluen-etanol 6:4 . Batas deteksi dan kuantitasi metampiron, asam mefenamat, dan parasetamol berturut-turut 46,39 g/mL, 154,66 g/mL; 43,29 g/mL, 144,29 g/mL; dan 30,92 g/mL, 103,08 g/mL. Dari sepuluh sampel yang diperiksa, lima diantaranya positif mengandung parasetamol dengan kadar sampel WT 4,96 ,GS 3,98 , AK 5,95 , KJ 4,62 , dan MN 27,91.

Jamu is a traditional medicine in Indonesia that has been used for centuries to maintain a good health. Some people add chemical drug into jamu to improve the therapeutic effect. This is a violation of the law and maybe harmful to health. Jamu for rheumatoid arthritis are often found contain added anti inflamatory drug. This study aims to validate analytical method of Methampyrone, Mefenamic Acid, and Paracetamol in jamu for rheumatoid arthritis by TLC Densitometry. The sample jamu was extracted ethanol is analyzed with TLC densitometry using toluene ethanol 6 4 as the mobile phase. This method was fulfilled the validation with limit of detection and limit of quantitation respectively for methampyrone, mefenamic acid, and paracetamol are 46.39 g mL, 154.66 g mL 43.29 g mL, 144.29 g mL and 30.92 g mL 103.08 g mL. Out of ten samples analyzed, five of them contained paracetamol at a concentration of WT 4.96 ,GS 3.98 , AK 5.95 , KJ 4.62 , and MN 27.91."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrial Hikmah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S716
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Priantia
"Peperomia pellucida (L.) Kunth (Piperaceae) adalah tumbuhan herba yang berguna dalam mengobati hipertensi, rematik, asam urat, sakit kepala dan sakit perut. Kandungan senyawa utama adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tannin. Metode ekstraksi Microwave Assisted Extraction (MAE) yang akan digunakan untuk memperoleh kadar flavonoid total, profil flavonoid menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) densitometri dan uji aktivitas antioksidan menggunakan DPPH yang optimum dari herba Peperomia pellucida (L.) Kunth. Faktor efisiensi MAE yang digunakan meliputi, konsentrasi pelarut, waktu ekstraksi ratio sampel terhadap pelarut, dan daya alat MAE yang dianalisis menggunakan Response Surface Mathodology (RSM).
Hasil analisis, kondisi optimum yang diperoleh untuk kadar flavonoid total (36, 91 mg kuersetin ekuivalen / g ekstrak) adalah konsentrasi pelarut 80 %, ratio sampel terhadap pelarut 1:12, waktu ekstraksi 2 menit, dan daya alat mae 70 %. Uji aktivitas penghambatan radikal bebas antioksidan menggunakan metode DPPH (28,85 %) dengan konsentrasi pelarut 65 %, ratio sampel terhadap pelarut 1:10, waktu ekstraksi 3 menit dan daya alat MAE 50 %. Profil KLT densitometri menunjukkan adanya senyawa flavonoid yang terkandung dalam herba Peperomia pellucida (L.) Kunth. Analisis hubungan menunjukkan tidak ada korelasi antara kadar flavonoid total dengan aktivitas antioksidan.

Peperomia pellucida (L.) Kunth known as ? Suruhan? is one of the potential medical plants that used for the treatment of rheumatism, gout, headache and abdominal pain. Chemical constituens contained in this plant are alkaloids, flavonoid, sapponins tannins. The extraction method Microwave Assisted Extraction (MAE) which will be used to obtain the total flavonoid content, flavonoid profiles using thin layer chromatography (TLC) densitometry and test the antioxidant activity using DPPH optimum of Peperomia pellucida (L.) Kunth herb. This study to obtain optimum conditions MAE covering, solvent concentration, extraction time, solid-liquid ratio, and MAE power using RSM.
The analysis result of optimum condition obtained was the content of flavonoid was 36,91 mg quercetin ekuivalents / g extract the condition with solvent concentration of ethanol 80 %, solid-liquid ratio 1:12, extraction time of 2 minutes, and MAE power 70%. The result of antioxidant activity 28.85 % with solvent concentration of ethanol 65%, solid-liquid ratio 1:10, extraction time 3 minutes and MAE power 50%. TLC densitometry profile showed flavonoid compounds contained in Peperomia pellucida (L.) Kunth herb. The analysis showed no correlation between the levels of total flavonoids with antioxidant activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Yonatan Oentiono
"Pasien rawat inap banyak yang mengalami malnutrisi di rumah sakit (RS). Malnutrisi dihubungkan dengan berbagai komplikasi, seperti risiko yang lebih tinggi mengalami infeksi, memperpanjang masa rawat (length of stay), meningkatkan biaya rawat, serta meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. Variabilitas prevalensi malnutrisi masih banyak terjadi, akibat banyaknya instrumen skrining dan asesmen serta batas ambang penentuan malnutrisi. Kriteria malnutrisi terbaru menurut Global Leadership Initiative on Malnutrition (GLIM) mengusulkan model dua langkah untuk mendiagnosis malnutrisi di RS. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kesahihan kriteria diagnosis GLIM dibandingkan dengan ASPEN dalam mendiagnosis malnutrisi pada pasien rawat inap dewasa. Penelitian menggunakan desain potong lintang pada subjek dewasa yang dirawat inap di RSCM. Setiap pasien didiagnosis menggunakan kriteria GLIM dan ASPEN oleh dokter yang berbeda. Sebanyak 100 subjek penelitian dengan median usia 44,5 tahun, mayoritas perempuan, diagnosis malnutrisi menurut kriteria GLIM paling banyak didapatkan pada pasien penyakit saluran cerna, hepatobilier dan pankreas 69% (20 dari 29 subjek) yang diikuti dengan penyakit keganasan 47% (10 dari 21 subjek). Menurut kriteria ASPEN, terdapat 48% pasien malnutrisi dengan rincian 22% malnutrisi sedang dan 26% malnutrisi berat. Menurut kriteria GLIM, terdapat 63% pasien dengan malnutrisi. Kriteria malnutrisi GLIM memiliki sensitivitas 97,9%, spesifisitas 69,2%, NPP 74,6%, dan NPN 97,3%. Uji chi square menunjukkan adanya perbedaan signifikan (p = 0.000) antara GLIM dan ASPEN. Uji Cohen’s Kappa menunjukkan nilai k = 0,663 dan nilai p = 0.071 yang menunjukkan kesepakatan antara diagnosis GLIM dengan ASPEN dengan tingkat sedang (nilai k = 0,61-0,8) dan tidak signifikan. Median total lymphocyte count (TLC) adalah 1,725/mm3 dengan TLC terendah 340/mm3 dan tertinggi 15,660/mm3. Median kadar albumin adalah 3,85 g/dl dengan nilai terendah 1,1 g/dl dan tertinggi 5,4 g/dl.

Many inpatients are malnourished in the hospital (RS). Malnutrition is associated with various complications, such as a higher risk of infection, length of stay, increased hospitalization costs, and increased risk of morbidity and mortality. There is still a lot of variability in the prevalence of malnutrition, due to the large number of screening and assessment instruments and the threshold for determining malnutrition. The latest malnutrition criteria according to the Global Leadership Initiative on Malnutrition (GLIM) proposes a two-step model for diagnosing malnutrition in hospitals. This study aimed to examine the validity of the GLIM diagnostic criteria compared to ASPEN in diagnosing malnutrition in adult hospitalized patients. The study used a cross-sectional design on adult subjects who were hospitalized at RSCM. Each patient was diagnosed using the GLIM and ASPEN criteria by a different physician. A total of 100 patients with a median age of 44.5 years participated in the study, the majority were women, the diagnosis of malnutrition according to the GLIM criteria was mostly found in patients with gastrointestinal, hepatobiliary, and pancreatic diseases 69% (20 of 29 subjects) followed by malignancy 47% (10 of 21 subjects). According to ASPEN criteria, there were 48% of malnourished patients, 22% moderate malnutrition and 26% severe malnutrition, meanwhile according to the GLIM criteria, there are 63% of patients with malnutrition. The GLIM malnutrition criteria had a sensitivity of 97.9%, specificity of 69.2%, PPV 74.6%, and NPV 97.3%. The chi square test showed a significant difference (p = 0.000) between GLIM and ASPEN. Cohen's Kappa test showed a value of k = 0.663 and a value of p = 0.071 which indicated a moderate (k = 0.61-0.8) and insignificant agreement between the diagnosis of GLIM and ASPEN. The median total lymphocyte count (TLC) was 1.725/mm3 with the lowest TLC of 340/mm3 and the highest of 15,660/mm3. The median albumin level was 3.85 g/dl with the lowest value 1.1 g/dl and the highest 5.4 g/dl."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Samira Taufik
"Vitamin C diketahui mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dan antikerut. Perkembangan di dunia formulasi kosmetika memperkenalkan sediaan serum, yaitu sediaan dengan komponen bioaktif berupa peptida yang lebih banyak. Tembaga-Glisil-L-Histidil-L-Lisin (Cu-GHK) adalah salah satu peptida yang mampu memberikan efek antikerut dan menghidrasi kulit. Karena kemampuan hidrasinya, kemungkinan peptida Cu-GHK juga mampu memberi efek peningkat daya penetrasi komponen lain dalam satu sediaan. Maka dibuat penelitian untuk mengetahui pengaruh peptida Cu-GHK terhadap penetrasi vitamin C dalam sediaan serum dan pengaruh peptida tersebut terhadap stabilitas fisik dan kimia serum. Dibuat dua sediaan, yaitu serum vitamin C yang mengandung peptida Cu-GHK dan gel vitamin C tanpa peptida, kemudian dibandingkan daya penetrasinya secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus. Jumlah kumulatif vitamin C yang terpenetrasi melalui kulit tikus dari serum vitamin C adalah 17329 ± 865,55μg/cm2 dan dari gel vitamin C adalah 17869 ± 606,94 μg/cm2. Presentase jumlah kumulatif vitamin C yang terpenetrasi dari serum vitamin C adalah 49,98±2,06% dan dari gel vitamin C adalah 54,6±1,44%. Fluks vitamin C dari serum adalah 1250,40±43,58 μg/cm2.jam dan dari gel adalah 1285,53±89,09 μg/cm2.jam. Dari uji stabilitas fisik, suhu dingin didapatkan paling stabil, sedangkan uji stabilitas kimia menunjukkan terjadi penguraian Vitamin C pada semua kondisi penyimpanan.

Vitamin C still has antioxidant and antiwrinkle activities. The cosmeceutical formulation introduced serum, dossage form which contain a plenty of bioactive peptide compound. Copper-Glysin-L-Histidil-L-Lysin (Cu-GHK) is one of peptide well- known by its antiwrinkle and skin hydration activity. Beacuse of its hydration effect, Cu-GHK might enhance penetration of the other compound in a preparation. Therefore, were made a research to understand the effect of Cu-GHK peptide on vitamin C penetration in serum preparation, and effect of those peptide on its physical and chemical stability. Two kinds of preparation were made, i.e. serum vitamin C with Cu-GHK and gel vitamin C without Cu-GHK. Penetration ability through skin was examined by in vitro Franz diffusion cell test using rat abdomen skin. Total cumulative penetration of vitamin C from serum and gel were 17329 ± 865.55 μg/cm2 and 17869 ± 606.94 μg/cm2 , respectively. The percentage of penetrated vitamin C from serum and gel were 49.98±2.06 % and 54.6±1.44%, respectively. Flux of vitamin C from serum and gel were 1250.40±43.58 μg/cm2.jam and 1285.53±89.09 μg/cm2.hour, respectively. From physical test, cold temperature condition shown the most stable form, while chemical stability test using TLC densitometer revealed vitamin C degradation at all temperature condition.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43293
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Rimayanti
"Penelitian eksperimental untuk menguji kekhususan mangsa siput Phyllidia elegans telah dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sampel dikarantina secara in-situ dengan spons Axinyssa spp. selama 28 hari. Analisis pemangsaan dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis (KLT) dengan membandingkan titik yang muncul pada ekstrak bebas garam siput P. elegans dan spons Axinyssa spp.
Hasil analisis KLT menunjukkan bahwa siput P. elegans tidak memangsa spons Axinyssa spp. dalam kondisi kekurangan pangan. Hasil KLT juga menunjukkan bahwa siput P. elegans secara konsisten mengandung amfilekten isosianida yang didapatkan dari spons mangsanya di alam, Dragmacidon sp.

Field experiment was conducted in order to examine prey specificity of nudibranch Phyllidia elegans in Pramuka Island waters, Seribu Islands, DKI Jakarta. Samples were quarantined by in-situ method with sponges Axinyssa spp. for 28 days. Feeding analysis was done using thin layer chromatography technique by comparing spots between salt-free extract of P. elegans and Axinyssa spp.
TLC analysis showed that P. elegans did not feed on Axinyssa spp. under lack-of-food condition. Results of TLC also showed that P. elegans consistently containing amphilectene isocyanide which sequestered from its natural sponge prey, Dragmacidon sp.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1322
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Purnomo
"Retrorsin N-oksida dan allantoin merupakan senyawa yang terkandung dalam daun komfrey. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan parameter kondisi optimum ionic liquidultrasound assisted extraction (IL-UAE) daun komfrey terhadap kadar retrorsin N-oksida dan allantoin dengan KLT-densitometri, serta uji anti-inflamasi secara in vitro dari ekstrak daun komfrey yang optimum. Daun komfrey diekstraksi dengan 8 jenis IL dengan ultrasound assisted extraction (UAE) dan dilakukan skrining terhadap kadar fenol total, retrorsin Noksida dan allantoin. Ionic liquid terbaik dari hasil skrining dilakukan optimasi respon surface methodology (RSM) dengan desain Box-Behnken terhadap tiga faktor dan tiga level untuk menentukan kondisi ekstraksi yang optimum terhadap kadar retrorsin N-oksida dan allantoin. Hasil optimasi terbaik dari ionic liquid kemudian dilakukan uji aktivitas antiinflamasi in-vitro dengan Bovine Serum Albumin (BSA). Hasil dari skrining IL, diperoleh [HMIM]Cl sebagai ionic liquid terbaik dengan nilai rata-rata kadar fenol total 8,037 µg/g serbuk, retrorsin N-oksida 36,539 µg/g serbuk dan allantoin 663,98 µg/g serbuk. Hasil optimasi ekstraksi dari [HMIM]Cl diperoleh kadar retrorsin N-oksida tertinggi pada run ke12, yaitu 11,9007 µg/g serbuk dan kadar allantoin tertinggi pada run ke 6 yaitu 306,396 µg/g serbuk. Hasil optimasi ekstraksi dari [HMIM]Cl memberikan kondisi optimum pada rasio pelarut dengan serbuk 17,65 mL/g, konsentrasi [HMIM]Cl 1,09 mol/L, waktu ekstraksi 31,9 menit, didapatkan kadar retrorsin N-oksida serta allantoin masing masing sebesar 4,85 µg/g serbuk dan 161,987 µg/g serbuk. Efisiensi ekstraksi IL-UAE sedikit lebih rendah dibandingkan dengan metode konvensional maserasi dan UAE dengan pelarut metanol dalam menarik senyawa fenol dan allantoin. Aktivitas anti-inflamasi didapatkan IC50 masing – masing untuk ekstrak metanol UAE, maserasi, [HMIM]Cl dan residu sebesar 127,661 μg/mL, 137,061 μg/mL, 129,667 μg/mL dan 171,066 μg/mL.

Retrorsin N-oxide and allantoin are compounds contained in comfrey leaves. The aim of this study was to obtain the optimum condition parameters for ionic liquid-ultrasound assisted extraction (IL-UAE) of comfrey leaves against retrorsin N-oxide and allantoin levels by TLC-densitometry, as well as an in vitro anti-inflammatory test of optimum comfrey leaf extract. Comfrey leaves were extracted with 8 ionic liquids by ultrasound assisted extraction (UAE) and screened for total phenol, retrorsin N-oxide and allantoin levels. The best ionic liquid from the screening was carried out by optimizing the response surface methodology (RSM) with the Box-Behnken design against three factors and three levels to determine the optimum extraction conditions for retrorsin N-oxide and allantoin levels. The best optimization results from the ionic liquid were then tested for anti-inflammatory activity in vitro with Bovine Serum Albumin (BSA). The results of the screening of ionic liquids, obtained [HMIM]Cl is the best ionic liquid with total phenol content with an average value of total phenol content of 8,037 g/g powder, retrorsin N-oxide 36,539 g/g powder and allantoin 663,98 g/g powder. The results of optimization of extraction from ionic liquid [HMIM]Cl obtained the highest levels of retrorsin N-oxide in the 12th run, namely 11.9007 g/g powder and the highest allantoin content in the 6th run, which was 306.396 g/g powder. The results of the optimization of the extraction of the ionic liquid [HMIM]Cl gave optimum conditions at the ratio of solvent to powder 17,65 mL/g, concentration of [HMIM]Cl 1,09 mol/L, extraction time 31,9 minutes, the concentration of retrorsin N-oxide was obtained. and allantoin respectively 4,85 g/g powder and 161,987 g/g powder. The extraction efficiency of IL-UAE is slightly lower than conventional maceration and UAE methods with methanol as a solvent to extract phenolic and allantoin compounds. Anti-inflammatory activity obtained IC50 for UAE methanol extract, maceration, [HMIM]Cl and residue 127,661 g"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 >>