Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dzakiyyah Fauziyah Rif'At
"Di era modern ini, berbagai pertentangan mengenai hukum dan kebiasaan kuno berkaitan isu-isu yang dihadapi perempuan di dunia muslim telah memantik berbagai perdebatan di kalangan cendekiawan muslim terutama berkaitan dengan kesetaraan bagi perempuan muslim. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk membahas mengenai masalah tersebut adalah melalui diskusi tasawuf modern yang mengajarkan manusia bagaimana memposisikan diri dalam situasi di mana urusan duniawi bersinggungan dengan ukhrawi. Diantara perkembangan tersebut, tokoh Hamka dipandang sebagai pendiri dan juru bicara tasawuf modern karena dua karyanya tentang evolusi dan kemurnian tasawuf yang banyak digunakan sebagai acuan oleh masyarakat Indonesia. Tasawuf modern Hamka menunjukkan bahwa tasawuf tidak dapat dipisahkan dari Islam dan ia juga berbicara tentang laki-laki, perempuan, dan masalah rumah tangga. Dengan dasar tersebut, muncul ketertarikan bagi peneliti untuk mengkaji lebih jauh terkait pemikiran Hamka mengenai emansipasi perempuan. Dengan menerapkan metode penelitian kualitatif dan pendekatan hermeneutika terhadap karya-karya Hamka, diketahui jika Hamka berpendapat bahwa perempuan dan laki-laki dalam sebuah masyarakat haruslah bekerja sama agar bisa menjadi masyarakat yang sempurna dan adil. Perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki sebagaimana mereka juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Dalam Islam sendiri, seseorang dilihat dari ketakwaannya bukan dari apakah ia laki-laki atau perempuan. Sementara itu, hasil analisis skema AGIL menunjukkan bahwa proses adaptasi terhadap penanaman nilai-nilai ajaran agama Islam yang mendukung tercapainya emansipasi perempuan dapat dilakukan melalui pendidikan dan pembiasaan yang tepat. Hal ini berkaitan dengan tujuan emansipasi perempuan yakni untuk mendefinisikan, membangun, dan melindungi hak-hak politik, ekonomi, dan sosial perempuan yang setara. Sementara itu, proses integrasi di masyarakat berkaitan dengan tujuan emansipasi perempuan masih belum sepenuhnya berlangsung. Masih ada sejumlah aspek yang memerlukan peningkatan integrasi yang lebih baik demi tercapainya tujuan emansipasi. Kedepannya, dapat dilakukan upaya untuk mendorong tercapainya tujuan tersebut melalui pendidikan keagamaan yang tepat dan mengacu pada pedoman agama seperti Al-Quran dan Hadits yang diinternalisasikan bagi generasi muda sehingga nilai tersebut akan tertanam dan menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat.

In this modern era, various conflicts regarding ancient laws and customs related to issues faced by women in the Muslim world have sparked various debates among Muslim scholars, especially with regard to equality for Muslim women. One of many approaches that can be used to discuss this problem is through the approach of modern Sufism which teaches humans how to position themselves in situations where worldly affairs intersect with ukhrawi. Among these developments, Hamka is seen as the founder and spokesperson of modern Sufism because of his two works on the evolution and purity of Sufism that are widely used as a reference by the Indonesian people.  Modern Sufism Hamka shows that Sufism is inseparable from Islam and he also talks about men, women, and domestic issues. On this basis, there is an interest for researchers to study further Hamka's thoughts on the emancipation of women. By applying qualitative research methods and hermeneutic approaches to Hamka's works, it is known that Hamka argues that women and men in a society must work together to become a perfect and just society. Women have the same potential as men as they also have the same rights and obligations as men. In Islam itself, a person is seen from his piety not from whether he is male or female.  Meanwhile, the results of the analysis of the AGIL scheme show that the  process of adaptation to the cultivation of Islamic religious values that support the achievement of women's emancipation can be carried out through proper education and habituation. This relates to the purpose of women's emancipation, namely to define, establish, and protect women's equal political, economic, and social rights. Meanwhile, the process of integration in society related to the goal of women's emancipation is still not fully underway. There are still a number of aspects that require improved integration for the achievement of the goal of emancipation. In the future, efforts can be made to encourage the achievement of these goals through proper religious education and referring to religious guidelines such as the Quran and Hadith which are internalized for the younger generation so that these values will be embedded and become commonplace in people's lives."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mamiek S. Utami Chandrayani
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam perkembangan zaman yang semakin mengglobal ini, dinamika kehidupan berjalan secara antagonistik; keunggulan dunia modern yang semakin materialistik, hedonis, sekularis serta keterpurukan dunia tradisional yang serba spiritual. Sebagai akibat, maka hilanglah nilai-nilai spiritual yang pada gilirannya membuat manusia hidup pada kebingungan, hidup dengan kepura-puraan. Kekeringan batin yang diderita manusia modern tentu memerlukan upaya penyembuhan, demi kemaslahatan hidup manusia di sini saat ini dan di sana kelak. Sehubungan dengan itu, tepatlah kalau dimensi batiniah Islam (Tasawuf) ditawarkan sebagai solusi. Dalam bertasawuf yang terpenting adalah membuat dimensi spiritualitas manusia menjiwai, menerangi seluruh aspek kehidupannya, tidak terkecuali bidang sosial politik. Untuk keperluan itu, dalam dalam studi ini digunakan pendekatan historis kultural. Dengan pendekatan itu kita dapat memahami sejarah Nabi Muhammad SAW secara proporsional. Sufisme adalah bagian dari Islam bukan tradisi yang berdiri sendiri. Sufisme tetap menjadi sumber kehidupan batin manusia, yang menjiwai seluruh organisme keagamaan dalam Islam."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tasawuf sebagai cara mendekarkan diri kepada Allah Swt. Bisa menyadarkan manusia mengenai asal muasal, dasar wujud, sumber kekuatan, tempat bersandar, bergantung dan kembali. Tasawuf dapat menghubungkan manusia dengan Allah sehingga manusia bisa menjalin hubungan pribadi dengan-Nya melalui tauhid, bisa mempertemukan manusia dengan Yang Maha Kuasa sehingga manusia bisa bermitra kerja dengannya melalui taqwa, dan juga menyatukan manusia dengan Allah sehingga manusia bisa bersinergi dengan kekuatan-Nya yang tidak terbatas melalui tawakkal. Tasawuf dapat menjadi solusi krisis spiritualit bangsa Indonesia sekarang ini, krisis pengetahuan, kesadaran dan pengalaman tentang Allah, sehingga manusia merasa tidak membutuhkan Allah dan bisa hidup tanpa-Nya. Padahal dalam kenyataan manusia sepenuhnya bergantung kepa Allah dan tidak bisa hidup, bergerak dan beraktivitas kecuali dengan kekuatan-Nya."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rezqy Julian Nur Fahmi
"Tulisan ini membahas teks naskah Nadzam Ri`ayatul Himmah (selanjutnya disebut NRH), salah satu naskah Islam-Jawa produk sastra pesantren yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Naskah yang berkode KBG 485 ini tercatat dalam Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara jilid 4 Perpustakaan Republik Indonesia (1997). Sebagai naskah Islam-Jawa, teksnya ditulis dengan aksara Pegon, berbentuk nadzam, dan berbahasa Jawa. Dalam Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia informasi mengenai pencipta dan isi naskah NRH  tidak dinyatakan. Berdasarkan hal ini timbul pertanyaan, siapakah pencipta teks NRH  dan apa kandungan isinya? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini teks NRH KBG 485 dikaji dengan metode penelitian filologi. Tujuannya untuk mengungkapkan siapa pengarang naskah Nadzam Ri`ayatul Himmah dan menjelaskan kandungan isi teksnya. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pengarang teks naskah NRH adalah Ahmad Rifa`i dan isi teksnya tentang ajaran yang terdiri atas 3 unsur, yaitu Ushul, Fiqih, dan Tasawuf. Penelitian ini memberi sumbangan pengetahuan pada khazanah kesustraan Jawa khususnya sastra pesantren  yang mengungkapkan ajaran-ajaran Islam dengan cara yang estetis dan etik.

This paper discusses the text of the manuscript Nadzam Ri`ayatul Himmah (hereinafter referred to as NRH), one of the Javanese-Islamic texts of Islamic boarding school literature stored in the National Library of the Republic of Indonesia. The manuscripts coded in KBG 485 are recorded in the Master Catalog of Archipelago Manuscripts volume 4 of the Republic of Indonesia Library (1997). As a Javanese-Islamic script, the text is written in Pegon script, in the form of nadzam, and in Javanese. In the Master Catalog of Archipelago Manuscripts volume 4 of the National Library of the Republic of Indonesia information about the creator and the contents of the NRH manuscript was not stated. Based on this the question arises, who is the creator of the NRH text and what does it contain? To answer these questions the text of the NRH KBG 485 was assessed using a philological research method. The aim is to reveal who the author of the text Nadzam Ri'ayatul Himmah is and explain the contents of the text. The results of this study can be seen that the author of the NRH text is Ahmad Rifa'i and the contents of the text are about teachings which consist of 3 elements, namely Usul, Fiqh, and Sufism. This research contributes knowledge to Javanese literature, especially pesantren literature that expresses Islamic teachings in aesthetic and ethical ways."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Mario Excel Elfando
"Perempuan merupakan salah satu elemen penting dalam tasawuf. Tasawuf merupakan aspek esoteris Islam yang mengandung tradisi kearifan dan tradisi suci, termasuk yang berkaitan dengan perempuan. Tarekat Alawiyah, sebuah ordo sufi dari Hadramaut yang berpengaruh di Indonesia, sebagai bagian dari tasawuf juga memiliki tradisi tersebut. Salah satu tradisi perempuan yang khas dalam tarekat ini adalah memelihara sifat ḥayā’, suatu tradisi yang dalam sudut pandang feminisme modern kerap dianggap sebagai pemarginalan dan menyebabkan inferioritas perempuan. Padahal, di balik ketertutupannya, perempuan Alawiyah memiliki peran yang tidak dapat diabaikan. Penelitian ini membahas bagaimana transformasi dan kesinambungan tarekat Alawiyah di Hadramaut dan di Indonesia, ajaran tarekat Alawiyah terkait dengan kedudukan dan peran perempuan serta kontekstualisasinya pada masa kontemporer, dan pandangan para ulama tarekat Alawiyah tentang gagasan kesetaraan gender. Penelitian ini menggunakan metode etnografi serta teori ekofeminisme dan feminisme multikultural. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa keterbukaan praktik spiritual tarekat Alawiyah untuk kaum perempuan terus berkesinambungan. Perempuan dalam tarekat Alawiyah memiliki kedudukan yang setara dengan laki-laki dalam keilmuan dan spiritualitas. Di samping peran utamanya sebagai sumber inspirasi religius pertama bagi para sufi, perempuan Alawiyah juga memiliki peran sebagai otoritas keagamaan, sastrawan sufi, cultural broker, dan filantropis. Ditemukan pula tokoh-tokoh perempuan yang secara sadar memilih peran publik sebagai peran utamanya. Modernisasi mendorong peningkatan peran perempuan dalam memegang otoritas keagamaan dan kontekstualisasi prinsip ḥayā’. Meskipun demikian, di Kota Tarim, tempat asal tarekat ini, prinsip ḥayā’ dan peran gender masih direalisasikan secara tradisional sesuai dengan karakter dan kondisi spiritual penduduk kota tersebut. Sifat ḥayā’ dan pembagian peran gender dalam tarekat ini merupakan bagian dari femininitas positif yang memiliki signifikansi dalam perkembangan spiritual dan menjadi jalan menuju terwujudnya kesetaraan transendental antara laki-laki dan perempuan. Pemikiran ulama tarekat Alawiyah mengenai gender terklasifikasi menjadi dua kecenderungan, yaitu tradisionalisme dan neotradisionalisme.

Women are an important element in Sufism. Sufism is an esoteric aspect of Islam that contains sapiental and sacred tradition, including those relating to women. The Tariqa Alawiya, a Sufi order from Hadramaut which is influential in Indonesia, as part of Sufism also has these traditions. One of the unique traditions of women in this order is maintaining the nature of ḥayā’ (high modesty), a tradition which from the perspective of modern feminism is often seen as marginalising and causing women's inferiority. In fact, behind their concealment, Alawiya women have roles that cannot be ignored. This research discusses the continuity and change of the Alawiyah order in Hadramaut and in Indonesia, the teachings of the Alawiyah order related to the position and role of women and their contextualisation in contemporary times, and the views of the Alawiya order clerics regarding the idea of gender equality. This research uses ethnographic methods and the theories of ecofeminism and multicultural feminism. The findings of this research indicate that the openness of the spiritual practices of the Alawiya order to women continues to be sustainable. Women in the Alawiya order have an equal position with men in knowledge and spirituality. Apart from their main role as the first source of religious inspiration for Sufis, Alawiya women also have roles as religious authorities, sufi poets, cultural brokers, and philanthropists. It was also found that some female figures consciously chose a public role as their main role. Modernisation encourages an increase in the role of women in holding religious authority and the contextualisation of ḥayā’ principle. However, in Tarim City, the place of origin of this order, the principle of ḥayā’ and gender roles are still realised traditionally in accordance with the character and spiritual condition of the city's residents. The nature of ḥayā’ and the division of gender roles in this order are part of positive femininity which has significance in spiritual development and is a path towards realizing transcendental equality between men and women. The thoughts of Alawiya religious scholars regarding gender is classified into two tendencies, namely traditionalism and neotraditionalism."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Anggraeni Dewi
Jakarta: Hikmah, 2007
144 RAN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"What might be the relevant approach to study tasawuf? to fully understand sufism,shoulds the scholars experience mystical practices or is it enough to simply study it? if the scho;ars simply learn sufism as a science,what might be the adequate approach to understand the statements and explanations contained in sufism literature?....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Hardiyanti Putri
"ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan dan mendeskripsikan tentang sejarah, ajaran dan berkembangnya Majelis Taklim Hidup Dibalik Hidup (HDH) di Desa Sigong, Kecamatan Lemahabang, Cirebon. HDH sebagai sebuah organisasi keagamaan menggunakan terjemahan Al-quran Departemen Agama dalam mengamalkan ajaran agama Islam, dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. Riset ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengungkapkan inti dari ajaran, tokoh pendiri, serta prinsip ajaran Hidup Dibalik Hidup. Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan observasi dan wawancara. Ajaran ini meyakini bahwa akhirat adalah akhir dari kehidupan yang sekarang, bahwa di balik hidup ini ada lagi hidup kekal yakni hidup akhirat. Penelitian ini mengajukan argumentasi bahwa ajaran Majelis Taklim HDH mengklaim bahwa kelompok pengajiannya menerapkan Tasawuf Objektif karena ingin membuktikan bahwa ajaran tasawuf bukanlah ajaran yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, tetapi dapat dipahami dengan sederhana oleh masyarakat awam.

ABSTRACT
This research explain and describe about history, development and teachings of Hidup dibalik Hidup (HDH) Majelis Taklim in Sigong Village, Lemahabang District, Cirebon. HDH is an religious organization uses the interpretation of Quran in applying Islamic teachings, and uses them as life guide. The objective of this research is to explain and explore the principle teachings of HDH, and its founder. The method uses field research through observation and interviews. The teachings of HDH believes that akhirat (the hereafter) is the end of life, which is eternal. This research argues that Majelis Taklim HDH applies Objective Tasawuf to prove that tasawuf teachings are not beyond human s rational, but can be understood simply by common people.
"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Nanda Vitera
"ABSTRAK
Tarekat merupakan aktivitas islamis yang menyebar di berbagai wilayah di dunia. Dalam catatan sejarah, tarekat di Indonesia memiliki kontribusi besar dalam perkembangan Islam dan dalam kemerdekaan Indonesia dari penjajah. Tarekat Khalwatiyah merupakan nama sebuah aliran tarekat yang berkembang di Mesir setelah dibawa oleh Musthafa al-Bakri; penyair sufi asal Damaskus, Suriah. Pada umumnya, nama tarekat diambil dari nama pendirinya, seperti Tarekat Naqsabandiyah dari Baha Uddin Naqsyaband. Namun, Tarekat Khalwatiyah diambil dari kosakata Arab khalwat yang berarti menyendiri (untuk merenung). Secara nasab, Tarekat Khalwatiyah merupakan cabang dari Tarekat az-Zahidiyah, Tarekat al-Abhariyah dan Tarekat as-Suhrawardiyah. Di Madinah, Muhammad al-Samman melakukan perkembangan dari Tarekat Khalwatiyah. Revisionisme yang dilakukan Samman melahirkan suatu aliran tarekat baru yakni Tarekat Khalwatiyah Samman. Pada 1825, tarekat tersebut kemudian sampai ke Nusantara (Sulawesi Selatan) oleh Abdullah al-Munir. Upaya penyebaran yang lebih luas Tarekat Khalwatiyah Samman dilakukan oleh generasi penerus al-Munir, yaitu putranya, cucunya dan Abdur Razaq, serta keturunan-keturunannya. Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai ajaran dan kiprah Tarekat Khalwatiyah Samman di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan studi pustaka. Hingga saat ini, Tarekat Khalwatiyah Samman masih kokoh berdiri di Sulawesi Selatan. Bahkan, tarekat ini menjadi satu-satunya golongan tarekat yang memiliki perwakilan di DPRD tingkat provinsi sejak masa Orde Baru. Pergerakan Tarekat Khalwatiyah Samman yang dinamis serta upaya-upaya yang dilakukan para pengikutnya agar tarekat ini tidak tergerus zaman layak dijadikan representasi tasawuf kontemporer di Indonesia.

ABSTRACT
Tarekat is an Islamic activity that spreads in various regions of the world. In historical records, tarekat in Indonesia have a major contribution to the development of Islam and Indonesian independence from colonialism. Tarekat Khalwatiyah is the name of tarekat which developed in Egypt after being brought by Mustafa al-Bakri; Sufi poet from Damascus, Syria. In general, the name of tarekat usually taken from the name of its founder, such as the Tarekat Naqshabandiyah from Baha Uddin Naqshaband. However, Tarekat Khalwatiyah is derived from the Arabic vocabulary khalwat which means to be alone (to reflect). In nasab, Tarekat Khalwatiyah is a branch of Tarekat az-Zahidiyah, Tarekat al-Abhariyah and Tarekat as-Suhrawardiyah. In Medina, Muhammad al-Samman developed Tarekat Khalwatiyah. Samman s revisionism resulted the new tarekat namely Tarekat Khalwatiyah Samman. In 1825, Tarekat Khalwatiyah Samman arrived in Nusantara (South Sulawesi) by Abdullah al-Munir. Then, Tarekat Khalwatiyah Samman were carried out by the next generation of al-Munir, his son, grandson and Abdur Razaq, and their descendants. The purpose of this writing is to describe the doctrines and progress of Tarekat Khalwatiyah Samman in Indonesia. The research method used is qualitative with literature study. Until now, Tarekat Khalwatiyah Samman still stands firm in South Sulawesi. In fact, this tarekat has become the only group of tarekat that has representation in the provincial DPRD since New Order era. The dynamic movement of the Tarekat Khalwatiyah Samman and the efforts of its followers so that this tarekat is not eroded by the times make this tarekat is worthy of being a representation of contemporary Sufism in Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>