Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mahzan Arshad
"In the article the concept of semiotic mediation, appropriation, internalization,
Zone of Proximal Development (ZPD) and scaffolding in particular were
reviewed to provide understanding of the process. Under the concept of
semiotic mediation, the issue of how children learn through imitating adults was
examined with inputs from second language acquisition theories. Vygotsky?s
concept of appropriation provides the springboard for a discussion on how
children may appropriate the psychological tool of language through modeling
and text meditation in the context of second language learning. It is hoped
that the understanding of these concepts could lead to more insights in order
to understand the various changes observable in children at early age as they
nudge to achieve their potential in their literacy development. The information
gathered in the paper may be used by parents or teachers in preschool as the
foundation to help children acquire literacy skills at early age."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Waworuntu, Adrianus Laurens Gerung
"This article is a further discussion of previous research which is a pilot project to observe patterns of cultural interaction within the Chinese community in Indonesia as a part of a project to understand the phenomenon of the multicultural society during the New Order Era. The specific target of this research is to study the socio cultural interactions within the Chinese community in Manado during the Reform Era (2000 to 2014). This research aims to study the strategic adaptation of the Chinese in Manado, by analyzing the obstacles and opportunities in their socio cultural interaction with the locals. Using data from field research and literature studies, this qualitative research applies an ethnographic approach by observing various actions in their socio cultural interactions. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
909 UI-WACANA 18:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nilda Elfemi
"Pelaksanaan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Sourtcurse) dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis sudah dilaksanakan semenjak tahun 1995. Strategi ini merupakan strategi yang paling cost-effective dengan pencapaian kesembuhan yang tinggi (beberapa hasil penelitian menunjukkan pencapaian kesembuhan diatas 90%). Dalam pelaksanaan strategi DOTS ini, puskesmas ditetapkan sebagai ujung tombak program dengan target pencapaian cakupan pelayanan penderita secara nasional pada tahun 2000 adalah 70%. Permasalahannya adalah bahwa sampai saat ini (saat penelitian dilakukan) cakupan pelayanan penderita yang berhasil dicapai sangat rendah (secara nasional hanya 10%, dan di daerah penelitian adalah 30%). Berdasarkan kondisi tersebut, maka pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: bila tingkat kesembuhan yang dapat dicapai dengan strategi DOTS ini sangat tinggi, mengapa cakupan pelayanan tuberkulosis di puskesmas sangat rendah, faktor apa saja yang mempengaruhi cakupan pelayanan penderita tuberkulosis di puskesmas, dan aspek sosial kultural apa saja yang mempengaruhi perawatan kesehatan penderita tuberkulosis.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang berbentuk deskriptif interpretif, yang didasarkan pada data kualitatif dan data kuantitatif. Analisa dan penyajian data dilakukan secara kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi, dengan memanfaatkan pedoman wawancara mendalam sebagai alat pengumpulan data.
Untuk ketajaman analisa, penelitian menggunakan dua kerangka berpikir. Pertama, kerangka berpikir yang dikemukakan oleh Foster (1986:50), terutama digunakan untuk memahami konsepsi masyarakat di daerah penelitian berkenaan dengan sehat dan sakit serta keputusan perawatan kesehatannya. Kedua, kerangka berpikir yang dikemukakan oleh Nico S. Kalangie (1994:5), terutama digunakan untuk memahami berbagai faktor yang mempengaruhi masyarakat (penderita tuberkulosis) dalam perawatan kesehatannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah penelitian terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perawatan kesehatan penderita tuberkulosis yaitu :
1. Pengetahuan, terutama pengetahuan yang berkaitan dengan penyebab penyakit tuberkulosis. Beragamnya pengetahuan tentang penyebab penyakit tuberkulosis ini ternyata telah mengakibatkan terjadinya berbagai bentuk tindakan perawatan kesehatan dan pilihan tempat berobat.
2. Persepsi. Adanya bahwa penyakit tuberkulosis bukanlah penyakit berbahaya (terutama pada gejala awal), mengakibatkan sebagian besar masyarakat tidak melakukan perawatan secara serius.
3. Masih adanya kepercayaan di masyarakat bahwa penyakit tuberkkulosis tidak bisa disembuhkan, sehingga tidak mempunyai semangat untuk berobat.
4. Masih terdapat sikap kurang peduli dari sebagian besar masyarakat terhadap penyakit tuberkulosis terutama pada gejala awal penyakit tersebut.
5. Berkaitan dengan faktor ekonomi adalah harga obat yang dianggap mahal oleh sebagian besar penderita tuberkulosis, terutama bila penderita penyakit tersebut harus mendapat perawatan di rumah sakit.
6. Faktor aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan (puskesmas) relatif tidak terkait dengan kondisi geografis, melainkan dengan mahalnya biaya transportasi untuk mencapai pelayanan kesehatan yang harus menggunakan "ojek motor" khususnya ke puskesmas.
7. Permasalahan yang dirasakan oleh mayarakat khususnya penderita penyakit tuberkulosis berkaitan dengan kualitas pelayanan adalah bahwa hasil pemeriksaan dahak di laboratorium yang tidak dapat langsung dilihat pada hari pertama kunjungan, tetapi harus menunggu 1-2 hari berikutnya. Kondisi ini bagi pihak penderita tuberkulosis jelas akan menjadi biaya tambahan (ongkos ojek) yang memberatkan mengingat tingkat ekonominya yang relatif rendah.
Faktor-faktor sebagaimana tersebut di atas pada kenyataannya sangat berdampak pada rendahnya cakupan pelayanan kesehatan penderita tuberkulosis di daerah penelitian. Faktor lainnya adalah karena di daerah penelitian tersedia banyak tempat untuk memperoleh perawatan kesehatan atau pengobatan, sehingga masyarakat akan memilih tempat perawatan yang sesuai dengan kemampuan dan kepercayaannya. Dalam kasus penyakit tuberkulosis di daerah penelitian, ternyata selain puskesmas, mantri kesehatan merupakan tempat yang disenangi dan banyak dipilih sebagai tempat berobat. Kondisi ini juga didukung oleh strategi pencarian penderita secara pasif.
Berdasarkan temuan penelitian tersebut, dan untuk meningkatkan pelayanan di masa datang maka perlu dilakukan penyuluhan secara rutin dan berkala, pencarian penderita secara aktif, serta ketersediaan tenaga penyuluh yang memiliki kemampuan komunikasi dan pengetahuan sosial kultural masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matondang, Saiful Anwar
"ABSTRAK
The rise of gender as a category of analysis in the humanities since early 1980's strikes a system of domination in which men as a group has a hegemony power over women. It reacts to the men's oppression over women in a patriarchal system. Refers to an idea that reveals 'Gender is not a biological fact but a cultural formation', this study treats the characters' behaviour on The Root of All Evil and Parallel Forces as a socio-cultural formation. This research applies the focalization method to find out the cultural background that influences gender problems which hide inside those two novels. Focalization method is a way of tracing an ideological viewpoint of narrative's focalizer. Focalizer, (he or she) as an agent of orientations, mediates events, places, and persons.
The focalizer of The Root of All Evil, a migrant from Indonesia that has been in Melbourne for about nine years, sees the highly dependence of middle class women in Jakarta from her internalized - Australian "egalitarism" and "fair go" concepts. She confronts those ideas to refined, submissive, and domestic oriented of an early 1980's women situation in Jakarta. She compares her new situation Jakarta with Australian perception of women's roles. She can not understand the position of women, and political system of Indonesia. She tries to do her idea in her home town. She fails and she is up set.
The second novel, Parallel Forces has two focalizers. A cultural hibridity that makes a very individual behaviour in a cosmopolitan environment becomes the central focus of this text. More various characters and cultural transactions happen in this novel. The twins , Amyrra and Amyrta were born in Singapore have a permissive - French mother, Claudine and a traditional Javanesse (Priyayi) father, Hardoyo.
The twins' parents come from two different culture (s). They also grew up in Melbourne. Amyrra lives in a very ambigious situation. She both believes in Catholic and Reincarnation of Ken Dedes. She is sure that she is caught by "Myth of the old Javanesse Queen Ken Dedes? Reincarnation". But She is a believer anyway. Claudine as a model for Amyrra and Amyrta. She is very successful in surviving in two worlds. As a good mother, Claudine in the long run makes Western's progress and Eastern's tolerance harmonized as the best way of life. She stresses it to her twins daughters.
Both novels still exposure the patriarchal system that makes man dominate all social relations. Social practice of patriarchal system are found in all sectors. Only in a limited space women can participate. Women still need more struggles to live in justice atmosphere.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Hayati Tobri
"Kematian perinatal masih merupakan masalah bagi negara berkembang termasuk didalamnya negara Indonesia. Walaupun dari tahun ketahun selalu menunjukkan adanya penurunan, tetapi penyebarannya pada tiap daerah tidak sama. Ada daerah-daerah yang mempunyai angka kematian bayi tinggi termasuk kematian perinatal dan juga ada daerah yang mempuyai angka kematian rendah.
Dari studi studi yang dilakukan serta dari hasil penelitian yang diadakan dirumah sakit menunjukkan bahwa angka kematian perinatal masih tinggi, dan dibeberapa daerah di Indonesia masih terlihat adanya peranan yang besar dari pengaruh sosial budaya yang melatar belakangi kehamilan, kelahiran serta kematian perinatal yang terjadi. Begitu juga halnya dengan yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta Timur , dibagian kebidanan terjadi kematian bayi termasuk didalamnya kematian perinatal. Jumlah kematian yang terjadi cukup besar, sehingga mendorong untuk dilakukan penelitian.
Adapun tujuan penelitian ini ialah berusaha mempelajari faktor-faktor sosial budaya yang melatar belakangi kematian perinatal tersebut, faktor sosial meliputi identitas informan, pendapatan keluarga yang penggunaannya untuk menghidupi keluarga, hubungan suami - istri dan faktor budaya meliputi kebiasaan dalam pemeliharaan kesehatan ibu selama hamil, kepercayaan serta pantangan yang diketahui serta dikerjakan oleh ibu selama hamil, persepsi tentang kelahiran, kematian yang dialami serta pembuatan keputusan dalam usaha mencari pertolongan persalinan.
Untuk memperoleh data, metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kwalitatif dengan penarikan sampel secara purposiflbertujuan. Untuk itu diambil 7 orang ibu yang melahirkan bayi mati (kematian perinatal) di RSUD Pasar Rebo, 2 orang bidan dari RSUD Pasar Rebo dan 2 bidan yang praktek diluar RSUD Pasar Rebo yang merujuk informan ke RSUD Pasar Rebo. Adapun alat yang digunakan dalam pengumpulan data ialah pedoman wawancara mendalam, pedoman observasi untuk pengumpulan data primer. Untuk pengumpulan data sekunder dipelajari laporan rumah sakit dan catatan medis.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keadaan tingkat sosial keluarga sebagian besar merupakan keluarga lapisan sosial menengah kebawah dengan tingkat pendidikan anggotanya Sekolah Dasar tidak tamat , SMP tamat, SMU tidak tamat dan seorang informan mencapai tingkat perguruan tinggi semester 4.
Mengenai pengetahuan tentang tanda-tanda kehamilan semua informan mengetahui adanya tanda-tanda kehamilan dengan perubahan yang dirasakan seperti mual-mual dan berhentinya menstruasi. Untuk periksa hamil, semua informan memeriksakan kehamilannya pada pelayanan kesehatan ibu hamil terutama pada bidan dan dalam menghadapi situasi yang kurang baik setelah bidan tidak bersedia meneruskan pemeriksannya serta menganjurkan informan untuk memeriksakan kehamilannya pada dokter, barulah informan memeriksakan kehamilannya ke dokter di RSUD Pasar Rebo. Mengenai kepercayaan/pantangan bagi ibu hamil semua informan mengetahuinya, tetapi yang menjalankannya hanya sebagian saja sedang sebagian lagi tidak melakukannya. Walaupun informan berasal dari berbagai suku yang berbeda yaitu dari Jakarta, Jawa, Sunda tetapi kepercayaan dan pantangan yang diketahui tidak berbeda jauh.
Akhirnya disarankan agar diupayakan peningkatan program penyuluhan bagi kesehatan ibu hamil yang telah ada baik pada tingkat pelayanan di Bidan (yang paling banyak dikunjungi oleh informan), pada tingkat Rumah Sakit maupun pada tingkat layanan masyarakat yang lebih luas.

Prenatal Mortality is still a problem for developing countries including Indonesia. In spite of the fact that there is always a decline from year to year, its distribution in each area is not the same. There are areas which show high infant mortality rate including prenatal mortality and there are areas which indicate low infant mortality rate.
Studies and research in different hospitals have shown a high rate of prenatal mortality, and in some areas of Indonesia socio-cultural factors seemed to have a major influence relating to pregnancy, birth and prenatal mortality. Such cases also happened in Pasar Rebo Public Hospital where infant mortality including prenatal mortality frequently took place in the Department of Obstetric and Gynecology . The number of prenatal mortality cases was so high that it was worthwhile to conduct this research.
The purpose of this research was to study the socio-cultural factors relating to prenatal mortality such as informant's identity, income for the survival of the family, husband-wife relationship and other cultural factors including the habit, beliefs and taboos relating to health care for pregnant women, In addition, it also looked into the perception of pregnancy and prenatal mortality among them.
To collect data, the qualitative method was used. A number of 11 informants and key informants were purposively selected for this study. The following criteria was used to select the informant i.e. the time of the prenatal death and the interview was at least 40 days. The instruments used to collect data were the guide of in depth interview and observation guide line. To collect secondary data a study on hospital reports and selected medical records was carried out.
From this research a conclusion can be made that most informants came from middle and lower levels of social strata with their educational levels, Elementary School dropouts, Junior High School dropouts, Senior High School dropouts and one of the informants reaching semester four in college.
Most informants were familiar with pregnancy sign such as nausea and cessation of menstruation. All informants had their pregnancy examined by private midwives and due to unfavorable conditions all cases were referred to the Pasar Rebo Public Hospital. All informants were aware with taboos and beliefs of pregnant women, but only few of them put them into practice. Despite the informants different ethnic groups such as Sundanese, Javanese or Betawinese, their beliefs and taboos are about the same.
Finally, it was suggested that health education and counseling programs for pregnant women should be strengthened at all service levels especially private midwives , hospitals and public health centers. In addition in implementing intervention to reduce prenatal mortality, medical intervention should be combined with social cultural intervention.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Siswanti E
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor sosial budaya dan fertilitas, dimana didalam faktor tersebut terdapat aspek sentralitas kekerabatan. Dalam sentralitas kekerabatan ini dapat dilihat dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat di Indonesia pada umumnya terdapat perbedaan yang menyolok antara kota dan pedesaan, sehingga sering dikatakan bahwa masyarakat kota sebagai masyarakat yang bercorak patembayan dan masyarakat pedesaan bercorak paguyuban. Dua corak masyarakat yang berbeda ini tentunya akan mempunyai dampak yang berbeda pula dalam perilaku fertilitas. Akan tetapi perilaku fertilitas tidak sepenuhnya tergantung pada sifat kekerabatan, faktor individu seperti umur, pendidikan, umur kawin pertama dan pemakaian alat juga mempengaruhi fertilitas. Penelitian ini bersumber kepada data SPI 1987, dan dipilih Propinsi Sawa Timur sebagai daerah penelitian. Responden penelitian ini adalah wanita yang berstatus kawin (currently married women) berusia antara 15 - 49 tahun berjumlah 1581 responden. Untuk menggali informasi lebih mendalam, dilakukan wawancara dengan responden yang telah menikah dan juga para orang tua serta para pimpinan tidak formal dalam masyarakat.
Teori yang menjadi dasar analisis dalam penelitian ini adalah analisa yang diajukan oleh Davis dan Blake yang dikembangkan oleh Freedman. Teori ini cenderung berpangkal pada tingkat fertilitas yang terjadi pada suatu saat, kemudian diteliti faktor-faktor yang melatar belakangi kehidupan individu dan masyarakat. Model tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang kuat antara lingkungan dan struktur sosial dan ekonomi. Struktur sosial ekonomi saling berpengaruh melalui norma mengenai besarnya keluarga dan norma mengenai peubah antara yang pada gilirannya mempengaruhi fertilitas melalui peubah antara. Sebaliknya fertilitas mempengaruhi struktur sosial ekonomi dan tingkat mortalitas melalui peubah - peubah tersebut. Dari model ini juga dapat dilihat bagaimana norma-norma social dan organisasi bekerja mempengaruhi fertilitas melalui peubah antara.
Analisa data dilakukan dengan cara analisa deskriptip yaitu menyajikan data dalam bentuk tabulasi silang untuk membahas masing-masing hubungan dari model yang dibuat. Sedangkan untuk melihat peubah bebas dalam satu model secara bersama-sama mempunyai hubungan dengan peubah tak bebas dilakukan dengan analisa regresi ganda. Langkah-langkah dalam analisa ini dibagi menjadi tiga model. Model pertama membahas hubungan antara peubah antara dengan jumlah anak yang dilahirkan, model ke-dua hubungan antara peubah sosial budaya dengan jumlah anak yang dilahirkan, sedangkan model ke-tiga, hubungan antara peubah antara dan peubah sosial budaya secara bersama-sama terhadap jumlah anak yang dilahirkan. Hasil yang diperoleh sebagai berikut:
Model pertama, Umur kawin pertama menunjukkan hubungan yang negatif dengan jumlah anak yang dilahirkan baik di kota maupun di pedesaan. Semakin muda usia pada waktu kawin maka jumlah anak yang dilahirkan ada kecendurangan lebih banyak. Sedangkan wanita yang pernah pakai alat kontrasepsi menunjukkan hubungan yang negatif terhadap jumlah anak yang dilahirkan baik di kota maupun di pedesaan. Wanita yang pernah pakai alat kontrasepsi mempunyai anak lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak pernah pakai alat kontrasepsi. Interaksi umur dan pemakaian alat kontrasepsi menunjukkan hubungan positif baik di kota maupun pedesaan. Ini berarti wanita yang tinggal di kota dan pedesaan memakai alat kontrasepsi hanya untuk tujuan "stopping". Sedangkan wanita yang, berumur muda masih dalam masa pembentukan keluarga, sehingga masih enggan untuk memakai alat kontrasepsi. Interaksi umur kawin pertama dan pemakaian alat kontrasepsi untuk daerah kota menunjukkan hubungan yang negatif. Artinya wanita yang kawin pada umur muda mempunyai kecenderungan tidak menggunakan alat kontrasepsi, mengingat masa awal suatu perkawinan bertujuan untuk pembentukan keluarga. Wanita yang tinggal di kota meskipun sudah relatif modern ternyata belum banyak memakai alat kontrasepsi. Berarti perilaku masyarakat kota masih mempunyai nilai-nilai yang berlaku pada umumnya, yaitu bertujuan untuk mempunyai anak lebih dahulu sampai mempunyai anak berikutnya.
Model ke-dua, wanita yang pernah tinggal dengan orang tua setelah nikah di pedesaan mempunyai anak lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak pernah tinggal dengan orang tua setelah nikah. Wanita yang pernah tinggal dengan orang tua setelah nikah diduga dipengaruhi saran-saran dari orang tua yang dapat mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan. Masyarakat pedesaan yang mempunyai corak paguyuban dan struktur masyarakat yang bersifat mekanis mempunyai nilai-nilai tradisionil yang masih layak untuk ditaati, antara lain masih adanya pengaruh dari orang tua terutama aturan-aturan terhadap jumlah anak yang dilahirkan dan di satu sisi masih ada pengaruh dari orang tua dikarenakan masih percaya adanya mitos yaitu masih percaya adanya pemeo-pemeo seperti sendang kapit pancuran. Di kota tidak ada perbedaan antara wanita yang pernah tinggal dengan orang tua setelah nikah dengan yang pernah tinggal dengan orang tua setelah nikah terhadap jumlah anak yang dilahirkan. Suatu hal yang wajar kalau kita simak bagaimana ciri kota di Indonesia yang bercorak patembayan dengan struktur masyarakat yang bersifat organis, kota mempunyai lingkungan budaya yang sering dipandang banyak menerima medernisasi menyebabkan ikatan sosial masyarakat yang ada terutama dalam keluarga inti semakin "longgar", sehingga dapat diartikan bahwa pengaruh lingkungan masyarakat lebih dominan daripada lingkungan keluarga terhadap jumlah anak yang dilahirkan. Sedangkan wanita yang tidak tamat SD mempunyai anak lebih banyak dari yang tidak pernah sekolah baik di kota maupun di pedesaan.
Model ke-tiga, Umur ibu tetap menunjukkan hubungan yang positif dengan jumlah anak yang dilahirkan baik di kota maupun di pedesaan. Pada umumnya semakin tinggi umur seseorang wanita maka semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan, karena peubah umur dengan jumlah anak yang dilahirkan mempunyai korelasi yang tinggi. Demikian halnya dengan umur kawin pertama yang pada model ke-tiga ini tetap menunjukkan hubungan yang negatif terhadap jumlah anak yang dilahirkan baik di kota maupun di pedesaan.
Apabila hanya memperhatikan peubah antara saja (model pertama) pemakaian alat kontrasepsi menunjukkan hubungan yang negatif terhadap jumlah anak yang dilahirkan baik di kota maupun di pedesaan. Setelah peubah sosial budaya diperhatikan (model ke﷓ dua) ternyata menunjukkan hubungan positif. Perubahan ini dikarenakan ada hubungan yang kuat dengan peubah pendidikan. Apabila dibandingkan menurut tempat tinggal, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita yang memakai alat kontrasepsi di pedesaan lebih kecil dibandingkan dengan yang tinggal di kota. Karena pada umumnya tingkat sosial ekonomi orang kota lebih tinggi dibandingkan pedesaan, diharapkan keikut sertaan wanita yang memakai KB lebih tinggi di kota. Keikut sertaan masyarakat kota dalam KB bukan karena kurang kesadaran atau tidak mampu membiayai, kemungkinan disebabkan segi pelayanan yang dirasakan tidak sesuai dengan masyarakat kota. Karena pada umumnya orang kota ingin mendapatkan pelayanan yang lebih pribadi atau ?a personalized servive" . Sedangkan di pedesaan lebih banyak dikarenakan struktur masyarakatnya yang "kolektif" sehingga datang berduyun-duyun ke Puskesmas adalah sesuatu yang wajar.
Tidak ada perbedaan antara wanita yang berpendidikan dengan yang tidak pernah sekolah terhadap jumlah anak yang dilahirkan baik di kota maupun di pedesaan. Dari hasil korelasi Pearson ternyata ada hubungan yang cukup kuat dengan peubah umur kawin pertama dan pemakaian alat kontrasepsi. "
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retnowati
"Penelitian ini merupakan penelitian Antropologi, berjudul Kethoprak sebagai identitas, dengan mengkaji kelompok kesenian tradisional kethoprak Arum Budoyo, di Juwana, Kabupaten Pati Jawa Tengah. Kethoprak sebagai salah satu pentas kesenian tradisional kerakyatan, pada dasarnya adalah sebuah gagasan budaya - dengan simbol, mitos dan upacaranya - untuk membayangkan sesuatu yang tidak terjadi pada masa kini dan di sini pada saat pementasan berlangsung. Sebagaimana cirikhas dari penelitian Antropologi, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, menggunakan metode pengamatan terlibat dan wawancara mendalam terhadap komunitas (penonton dan pemain) kethoprak pesisiran, khususnya di Pati Jawa Tengah.
Tujuan penelitian untuk memberikan pemahaman mengenai identitas sosial budaya (kebudayaan) masyarakat Jawa pesisiran melalui kethoprak. Manfaat penelitian, turut menyumbang tentang identitas sosial - budaya. Bahwa identitas sosial-budaya diperlukan seseorang atau kelompok untuk bereaksi menghadapi perubahan dan perkembangan dunia sekitarnya.
Hasil penelitian menunjukkan, komunitas kethoprak pesisiran nampaknya melakukan sebuah dekonstruksi terhadap modernisasi (dengan melakukan aksi "mimikri") dan globalisasi (menghasilkan perekonomian yang terasa ironis dan parodis terhadap cara produksi kapitalistik). Kethoprak menciptakan solidaritas sosial dan sebuah "bahasa bersama", tidak adiluhung yang menghasilkan nasionalisme. Dalam kethoprak pesisiran ditunjukkan bahwa budaya kerakyatan dan demokratisasi tetap bernyala dan masih ditengarai dan dihargai masyarakat kecil. Kethoprak telah memberi pemahaman bahwa sejarah seharusnya memberi ruang pada keseharian, kemanusiaan dan sesuatu yang terpinggirkan, dan bagaimana seharusnya menghadirkan sisi kemanusiaan dalam sejarah. Dengan demikian kethoprak juga memberi pemahaman yang berlainan dengan anggapan sempit bahwa people without history dan bahkan "history without people".

Kethoprak as an Identity is an Anthropological study conducted in a kethoprak traditional art group of Arum Budoyo in Juwana, Pati regency, Central Java. Kethoprak as one of the people`s traditional art performances is basically a cultural insight - with semiotic symbols, myths and ceremonies - to fantasize something which is not currently happening here and then during the performance. As characteristic of any Anthropological study, this research is a qualitative case study, using participant observation and indepth interview methods to approach spectators and actors of northern coastal area kethoprak, in Pati region of Central Java, in particular.
The study aims at elevating socio-cultural identity awareness among the coastal area Javanese through kethoprak which is necessary for individuals or groups to cope with the changing and developing world around them.
The result of the study shows that coastal area kethoprak communities have deconstructed modernization (by means of "mimicry" acts) and globalization (which results in an irony and a parody of economic attitudes towards capitalization means of production). Kethoprak does create social solidarity and a "common language", and not adiluhung which results in nationalism. Northern coastal area kethoprak shows that people`s culture and democratization are still upheld and respected by the community of ordinary people. Kethoprak reveals the understanding that history should give room to daily life, humanity and the marginalized to grow and how humanity should be presented. Thus kethoprak can expose a much different understanding than the narrow assumption of "people without history" and even "history without people"."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
D980
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febiana Malini
"ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis unsur sosial_budaya masyarakat Yordania di dalam fenomena crimesofhonor.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor_faktor penyebab dan pendukung crimesofhonorterjadi dan memberikan pemahaman yang benar tentang fenomena ini. Dari penelitian ini diperoleh unsur sosial_budaya yang mempengaruhi crimesofhonor,yaitu sistem patriarkat dan faktor_faktor pendukungnya, yaitu pendidikan dan Kode Penal Yordania. Selain itu, dari penelitian ini diketahui bahwa fenomena ini tidak terkait dengan agama monoteis, seperti Islam. Kesimpulan dari analisis penelitian ini adalah unsur sosial_budaya, yakni sistem patriarkat dalam masyarakat Yordania yang didominasi oleh masyarakat Arab melahirkan crimesofhonorsebagai bentuk pengendalian sosial masyarakat dalam hal kehormatan.

Abstract
This undergraduate thesis analyzes the socio_cultural elements in the Jordanian society in the phenomenon of honor crimes. The purpose of this research was to determine the factors that cause and support crimes of honor occur and to provide a correct understanding of this phenomenon. The result that the socio_cultural elements that affect the crimes of honor is patriarchal system and its supporting factors are education and the Jordanian Penal Code. In addition, this research found that this phenomenon is not related to the monotheistic religions, like Islam. The conclusion of this research analysis is the socio_cultural elements which is patriarchal systems in Jordanian society that dominated by Arab societies gave birth to crimes of honor as a form of social control in terms of the honor society."
2010
S13138
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Ferina
"ABSTRAK
Bojack Horseman adalah program animasi TV dewasa yang bercerita seputar sebuah kuda antropomorfis bernama Bojack. Serial ini berhasil menggambarkan tentang perjuangan Bojack untuk mengembalikan karirnya sebagai mantan aktor sitkom pada tahun 1990-an. Bojack Horseman boleh dibilang adalah sebuah sumber pembelajaran yang berguna untuk mempelajari lebih lanjut berbagai macam subjek seperti: eksistensial, feminisme, gender dan seksualitas serta budaya selebriti dan maslaah psikologis yang ditimbulkan. Sudah banyak pelajar yang mendiskusikan tentang serial ini dari perspektif psikologis, namun masih banyak yang belum mencoba untuk menganalisa dari sudut pandang budaya selebriti. Artikel ini akan berusaha mengidentifikasi efek dari budaya selebriti yang berhubungan dengan gagasan tentang penyakit mental menggunakan cuplikan artikel dari musim pertama dan kedua. Melalui penggunaan aspek animasi, termasuk atribusi hewan, dialog, dan elemen visual, penelitian ini diharapkan dapat menemukan kompleksitas karakter dari penyakit mental yang dialami oleh Bojack lebih jauh. Dengan menggunakan analisis yang menyeluruh, penelitian ini akan mencoba untuk menjelaskan bagaimana tekanan besar dari media dapat mengakibatkan depresi di cerita tersebut.
ABSTRACT
Bojack Horseman is an adult animated TV program which revolves around the story of an anthropomorphic horse named Bojack. The series manages to bring out Bojack rsquo;s struggle to regain back his career as an ex-sitcom actor in the year of 1990s. Bojack Horseman is arguably a useful source of study to learn further about many subjects: from existential, feminism, gender and sexuality, and even celebrity culture and psychological setbacks it has affected. There have been scholars who have discussed the series rsquo; from its psychological perspective, but not many have tried to analyse it from the perspective of celebrity culture. This paper will try to identify the effect of American celebrity culture that is related to the notion of mental illness using the excerpts from the first and the second season. Through the use of animation rsquo;s aspects, including its animal attributions, dialogues, and visual element, this research is also expected to discover further about Bojack rsquo;s character complexity of mental illness. By having a thorough analysis, this research will try to explain how the massive pressure of media eventually could result in a depression in the story. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiyah Sulistiorini
"DKI Jakarta sebagai pusat perekonomian negara merupakan salah satu kota yang merepresentasi kondisi perekomonian Indonesia dengan harapan dapat menyediakan pekerjaan layak serta pertumbuhan ekonomi yang pesat melalui peningkatan investasi. Penelitian ini bertujuan untuk optimalisasi faktor-faktor eksternal dilihat dari perkembangan investasi dan ketenagakerjaan di DKI Jakarta serta pengaruh variabel kemudahan berusaha, indikator tata kelola pemerintahan, faktor ekonomi, dan sosial budaya terhadap minat investasi kembali di DKI Jakarta. Metodologi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan permodelan Structural Equation Model (SEM), dengan menerapkan aplikasi Smart PLS berdasarkan data primer melalui penyebaran kuesioner pada sejumlah investor di DKI Jakarta dan data sekunder dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2012-2021 serta literatur terkait lainnya. Hasil dari penelitian ini antara lain penanaman modal asing lebih mendominasi dibanding penanaman modal dalam negeri, investasi menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada ketersediaan lapangan pekerjaan di DKI Jakarta, tenaga kerja di DKI Jakarta secara umum didominasi oleh kelulusan SMA/SMK, serta faktor yang mempengaruhi minat investasi yaitu tatakelola pemerintahan, kemudahan berusaha, dn faktor ekonomi. Sedangkan faktor ekonomi dengan indikator ketenagakerjaan, teknologi, sumber daya alam, dan sumber daya manusia tidak berpengaruh pada minat investor untuk berinvestasi kembali di DKI Jakarta.

DKI Jakarta as the center of the country's economy is one of the cities that represents Indonesia's economic conditions with the hope of providing decent work and rapid economic growth through increased investment. This study aims to optimize external factors seen from the development of investment and employment in DKI Jakarta as well as the influence of variables of ease of doing business, governance indicators, economic factors, and socio-cultural factors on interest in reinvestment in DKI Jakarta. The methodology applied in this study is quantitative using Structural Equation Model (SEM) modeling, by applying the Smart PLS application based on primary data through the distribution of questionnaires to a number of investors in DKI Jakarta and secondary data from the 2012-2021 National Labor Force Survey (Sakernas) and other related literature. The results of this study include foreign investment dominating more than domestic investment, investment is one of the factors that influence the availability of jobs in DKI Jakarta, the workforce in DKI Jakarta is generally dominated by high school / vocational graduates, and factors that influence investment interest, namely governance, ease of doing business, and economic factors. Meanwhile, economic factors with indicators of employment, technology, natural resources, and human resources have no effect on investor interest in reinvesting in DKI Jakarta."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>