Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasbullah
Abstrak :
This thesis deals with the ideal facts in a work of George Sand, a French female-writer from 19th century. Sand believes that writing novel needs the touch of idealization. Idealization here is restricted to social aspect, especially the social values, which prevail in societies depicted in La Mare au Diable. To explore the object systematically, the structural method is chosen to observe the poetic aspect of the novel. As preliminary stage of discussion, this first step shows a sintagmatic axis of the story which concentrates merely on two characters, namely Germain and Marie. It also reveals that the intrigue of the story is basically simple, consisting only of a chronological set of simple events. The characters represent several social groups. It comes out that among societies of three villages, that's to say, Belair, Onueaux, and Farouche, all observations end up in privileging Belairian characters more than those of the two others. Positive characters and features belong totally to Belair. Good old generation, good young generation, tolerant men and intelligent women are those of Belair. On the contrary, the people of the two other villages have the opposite qualities. To put it briefly, Belair has the good characters. It is then justified with values prevailing and binding the individuals within the society. Originality in tradition, harmonious relationship, freedom from religious obligations, respectful status of women and the dominance of agricultural profession, are distinctive features which characterize Belair. On the contrary, Ormeaux and Farouche people show pragmatism, individualism, materialism, and exploitation. These facts are completed with the description of space and time which clearly confirms the fore-mentioned statement about Belair's excellent position. The result of the analysis mentioned-above is then compared to real rustic life in 19th century social history of France documented by social historians. There are a lot of contrasts resulting from this comparison. History reveals that societies in French villages were individualistic in nature, despite the fact that they were religious people. Besides, there was no equality of respect and opportunity for women. Social life was characterized by resolute segregation stemming from strict social classes. Moreover, typical villagers regarded other people in a fully suspicious stance so that no possible interaction could be put into reality, particularly with the urban society. From this comparison we can conclude that Belairian society is an idealized one which can be found in a noel. It typically represents all literary works in romantic tradition which expresses people's longing for the natural beauty. Such artistic trend reflects the basic concept in art, known as back to nature, whose origin can be traced back to the French philosopher, lean Jacques Rousseau. Sand can be classified as the writer who tries to create an ideal world to materialize her dreams and aspirations. In brief, La Mare au Diable accommodates Sand's obsession of perfect people who live in simple but happy life.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T2956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dade Mahzuni
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perlawanan nelayan, dalam konteks hubungan nelayan-Bok serta menganalisis kondisi-kondisi yang memicu munculnya perlawanan nelayan tersebut. Untuk tujuan tersebut, dalam penelitian digunakan metode pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Dalam tesis ini Bok diartikan sebagai pemilik modal yang memberikan bantuan-bantuan kepada nelayan, juga sekaligus berperan sebagai pedagang pengumpul hasil laut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa memburuknya perimbangan pertukaran, dalam konteks hubungan kerjasama nelayan-Bok, dibarengi dengan semakin sulitnya kehidupan ekonomi nelayan sebagai akibat dari kelangkaan sumberdaya laut (ikan) serta meningkatnya biaya kebutuhan hidup, mendorong munculnya perlawanan nelayan terhadap Bok. Perlawanan nelayan tersebut juga dipicu karena keterbatasan alternatif-alternatif lainnya yang dapat diakses nelayan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan ekonominya.

Memburuknya perimbangan pertukaran, dari perspektif nelayan, dapat dilihat dari kondisi-kondisi: pertama, semakin berkurangnya atau bahkan hilangnya bantuan-bantuan yang biasa diberikan Bok kepada nelayan, terutama bantuan yang tergolong "non-marketing services", sehingga Bok tidak bisa lagi diandalkan sebagai jaminan hidup nelayan; kedua, hilangnya praktik-praktik keagamaan yang lazimnya dilakukan Bok seperti ritual yang berhubungan dengan usaha atau kehidupan kenelayanan yang dapat mempererat solidaritas, memberikan ketenangan dalam usaha serta dapat memberikan tambahan makanan kepada nelayan yang pada umumnya miskin; ketiga, terjadinya kecurangan-kecurangan yang dilakukan Bok terutama dalam proses penimbangan hasil tangkapan nelayan sebagai upaya menekan kerugian akibat terjadinya kelangkaan ikan dan meningkatnya biaya kebutuhan hidup serta sebagai upaya Bok untuk memperoleh keuntungan yang besar; dan keempat, penggunaan perahu jaring gardan (sejenis trawl) yang dilakukan Bok telah merusak ekosistem laut dan menyebabkan menurunnya hasil tangkapan serta merusak alat tangkap nelayan.

Adapun bentuk-bentuk perlawanan nelayan terhadap Bok adalah: pertama, bentuk-bentuk perlawanan sebagai upaya merusak nama baik Bok yaitu berupa penyebaran gosip dan pemberian julukan yang buruk; kedua, bentuk-bentuk perlawanan sebagai upaya menghalang-halangi beroperasinya perahu jaring gardan milik Bok, yaitu berupa teguran, pertengkaran mulut, sampai penenggelaman jaring gardan; ketiga, bentuk-bentuk perlawanan sebagai upaya menghadapi kecurangan-kecurangan yang dilakukan pihak Bok terutama dalam penimbangan hasil tangkapan yaitu berupa protes langsung, tidak menerima uang penjualan ikan dan mogok kerja; dan keempat, bentuk perlawanan sebagai upaya dalam memperoleh harga penjualan ikan yang lebih tinggi yaitu berupa penjualan ikan (sebagian) kepada pihak lain.

Bentuk-bentuk perlawanan nelayan tersebut di atas, yang umumnya dilakukan secara personal dan ada kalanya secara sembunyi-sembunyi, merupakan protes terhadap ketidakadilan Bok dan untuk menuntut Bok melakukan apa yang menurut anggapan nelayan merupakan kewajibannya, serta sebagai upaya nelayan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Agus Subekti
Abstrak :
Studi tentang zakat di Indonesia sejauh yang penulis amati kebanyakan berkutat pada manajemen pengelolaan zakat serta yang terkait dengan tinjauan keagamaan. Sedikit yang mengkaji zakat sudut pandang tinjauan sosial, kalaupun ada masih membatasi pada kegunaan zakat bagi kepentingan sosial. Sementara penelitian yang mengkaji tentang bagaimana aktivitas berzakat dan model pengelolaan yang dilakukan masyarakat serta bagaimana espektasi mereka terhadap bentuk pengelolaan zakat masih minim. Padahal zakat adalah aktivitas keagamaan yang melibatkan jumlah uang cukup banyak. Untuk itu penulis mencoba membuat gambaran aktivitas berzakat warga serta bagaimana mekanisme pengelolaan zakat yang sesuai menurut mereka. Zakat adalah sebuah ibadah wajib keagamaan kongkrit yang agak unik. Dikatakan unik karena mengandung alasan penjelasan yang sangat rasional dan berhubungan dengan status sosial dan ekonomi umat serta kesulitan hidup umat yang lain. Dengan keunikannya tersebut zakat menyimpan potensi berupa jumlah nominal uang yang akan bergantung dengan jumlah wajib zakat pada suatu wilayah negara. Dengan jumlah penduduk mayoritas muslim, potensi zakat di Indonesia sangat besar. Tapi sayangnya potensi ini sejauh ini masih dibiarkan menjadi sekedar potensi yang tidak terkelola dengan baik. Konsep yang menjiwai penelitian ini adalah zakat memiliki fungsi yang cukup signifikan bagi kehidupan masyarakat, bukan sekedar fungsi keagamaan apabila bisa dikelola dengan benar. Bagaimana aktivitas berzakat di RW 02 Keluarahan Tebet Barat, serta bentuk pengelola zakat seperti apa yang warga inginkan yang diteliti. Ada dua tujuan dari penelitian ini, pertama mencoba mengetahui bagaimana aktivitas berzakat dijalankan warga, sedang tujuan dengan menggunakan metode pengumpulan data survey terhadap 32 responden di 9 RT pada RW 02 Kelurahah Tebet Barat Jakarta Selatan, dibantu dengan wawancara mendalam serta studi literatur. Studi ini menggunakan analisa statistik SPSS dengan menggunakan tabel frekwuensi untuk menggambarkan secara rinci aktivitas berzakat yang dijalankan warga. Selanjutnya dengan menggunakan data survey dicoba dicari model Badan Amil Zakat seperti apa yang diinginkan masyarakat. Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas berzakat yang dilakukan warga menunjukan bahwa zakat baru memiliki fungsi keagamaan semata. Penjelasan Al'Quran yang mewajibkan umat muslim yang memiliki kekayaan lebih dari cukup untuk membayar zakat dengan harapan bisa menciptakan keseimbanagn dibidang perekonomian tidak meresap dalam benak wajib zakat. Wajib zakat hanya sekedar menjalankan kewajiban dalam berzakat. Zakat sebagai tindakan sosial muncul sebagai konsekwensi dari pilihan seseorang terhadap agama Islam. Zakat yang memiliki potensi untuk menjaga sistem sosial masyarakat agar tetap dalam keseimbangannya ternyata fungsinya terdomestikan oleh penghayatan ritual keagamaan. Dalam tradisi Fungsionalisme zakat hanya berfungsi menjaga tetap utuhnya sistem keagamaan, harapan Islam agar zakat mampu juga menjaga sistem sosial masyarakat tidak terpenuhi. Hal itu terjadi karena pesan zakat sudah tereduksi ditingkat pemahaman umat. Sementara menurut konsep tindakan rasionalnya Weber aktivitas berzakat umat muslim merupakan tindakan rasional yang berorintasi nilai. Dalam tipe tindakan Weber, bentuk tindakan semacam itu menunjukan bahwa aktivitas berzakat warga belum menunjukan tipe tindakan dari masyarakat yang sudah modern. Dimana masyarakat modern ditandai dengan tipe tindakan mayoritas berorientasi pada pencapaian tujuan. Badan Amil Zakat yang sanggup memberikan jaminan akuntabilitas dan kepercayaan menjadi pilihan bagi Badan Amil Zakat yang dipercaya mengelola dana zakat. Karena belum ada yang dianggap memenuhi standar tersebut wajib zakat masih memilih membayarkan zakatnya langsung ke penerima maupun ke masjid. Kebijakan perzakatan harus diarahkan pada upaya untuk membangun kesadaran tentang makna dari esensi zakat, sekaligus untuk memberikan jaminan kepercayaan kepada wajib zakat. Dengan jumlah warga muslim mayoritas kalau dana zakat bisa dimanfaatkan demi kepentingan kaum miskin, paling tidak ada satu meknisme yang bisa digunakan untuk mengatasi kemiskinan umat.
2003
T7065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Jimmy
Abstrak :
ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota Jakarta secara langsung berdampak terhadap tata kota, penataan dan perencanaan yang meliputi sarana dan prasarana umum. Salah satu penyedia sarana dan prasana bagi penduduk adalah penyediaan pasar dan fasilitas perpasaran. PD Pasar Jaya sebagai salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemda DKI Jakarta diharapkan dapat memberikan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain itu PD Pasar Jaya di samping berfungsi sebagai pelaku dan pendorong perekonomian daerah sekaligus membawa misi sosial.

PD Pasar Jaya Memiliki aset 152 pasar yang masing-masing dikepalai oleh seorang kepala pasar. Kualitas sumber daya manusia merupakan masalah bagi kinerja PD Pasar Jaya dalam berkiprah mengingat pegawai yang ada dengan pendidikan formal pada jenjang tingkat SLTP dan SLTA 25,1%, tidak lulus dan tamat SD 71,2%, sedangkan pada tingkat akademik hanya 3,7%. Dengan demikian dapat dikatakan 71,2% dari seluruh karyawan PD Pasar Jaya berada pada tingkat kualitas sangat rendah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksplanatif. Selain itu penelitian ini juga menggunakan dua alat analisis statistik kualitatif, yaitu : teknik analisis uji tanda dan analisis korelasi Rank's Spearman. Dari metode penelitian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Secara umum kondisi variabel kinerja pegawai (Y) dan kondisi variabel (berikut indikannya) pengembangan SDM yang ditunjukkan kondisi manajemen karir (X1), pendidikan dan pelatihan (X2) dan sistem kompensasi (X3) diterapkan di PD Pasar Jaya cenderung masih negatif dan perlu dibenahi. 2. Terdapat hubungan korelasi yang sangat nyata antara kinerja pegawai PD Pasar Jaya (Y) dengan kondisi variabel X1, X2 dan X3. Hasil ini menunjukkan bahwa rendahnya kondisi kinerja pegawai (Y) berkorelasi langsung dengan rendahnya kondisi ketiga variabel pengembangan SDM-nya (X1, X2 dan X3). 3. Faktor-faktor yang dominan untuk diupayakan perbaikannya adalah meliputi seluruh indikan yang dianalisis, kecuali Kecukupan Gaji(X31) dan Kesetaraan Gaji dan Jabatan (X35) yang relatif masih dapat diterima oleh Pegawai PD Pasar Jaya meskipun tidak sepenuhnya memuaskan.

Dengan demikian atas kondisi-kondisi ini manajemen PD Pasar Jaya harus melakukan upaya pembenahan dan sekaligus upaya pembaharuan manajemen yang terkait dengan manajemen pegawainya agar kinerja pegawai PD Pasar Jaya meningkat dan berdaya saing tinggi.

Selanjutnya dilaksanakan pembenahan organisasi yang mengarah pada business oriented untuk mendukung tuntutan perkembangan jaman dan peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan dengan metode yang dapat langsung diterima serta diaplikasikan karyawan PD Pasar Jaya mulai dari level bawah sampai dengan level menengah.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Keberhasilan pembangungan di Indonesia, khususnya dibidang kesehatan dan keluarga berencana ditandai dengan terjadinya penurunan angka kelahiran dan meningkatnya usia harapan hidup. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur penduduk. Jumlah penduduk usia lanjut (60 tahun ke atas) akan terus meningkat yaitu dari 11,3 juta di tahun 1990 menjadi 17,8 juta di tahun 2005 dan terus meningkat menjadi 28,8 juta di tahun 2020.
Penduduk usia lanjut tentunya berbeda dengan penduduk usia muda. Para penduduk usia lanjut telah mengalami kemunduran fisik dan mental. Walaupun demikian di Indonesia pada umumnya penduduk usia lanjut masih dapat melakukan berbagai aktivitas dan masih banyak berperan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Bahkan penduduk usia lanjut di Indonesia masih banyak yang bekerja. Tampaknya kebutuhan ekonomi dan kondisi kesehatan menjadi alasan mengapa penduduk usia lanjut bekerja, disamping karakteristik sosialnya.

Penelitian ini menggunakan data SAKERTI 1993, yang mendefinisikan penduduk usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun ke atas. Selain mempelajari karakteristik sosial-ekonomi dan demografi penduduk usia lanjut (jenis kelamin, hubungan dengan kepala rumah tangga, status perkawinan, pendidikan, daerah tempat tinggal, pengeluaran dan kesehatan), dicari faktor penentu (faktor yang "mempengaruhi") bekerja diantara penduduk usia lanjut.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. Andang Prasetya A.
Abstrak :
Tesis ini adalah hasil dari penelitian yang dilakukan selama lebih kurang satu tahun. Titik berat penelitian ada pada perubahan fisik tata ruang dan tanggapan-tanggapan terhadap perubahan itu dalam konteks sejarah dan sosial politik yang sangat dinamis, dengan harapan dapat mengungkap wujud fisik perubahan tata ruang tersebut dari masa ke masa, faktor-faktor perubahan dan peran masing-masing golongan serta bagaimana perubahan terjadi dalam beragam tanggapan itu. Fokus penelitian ada pada perubahan wujud fisik suatu tata ruang dalam kaitannya dengan tanggapan masyarakat terhadap perubahan tersebut; membawa penelitian ke arah produksi dan konstruksi suatu tata ruang secara sosial. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menempuh jalur sebagaimana yang dilakukan Setha Low (1999) yaitu dengan melakukan pelacakan sejarah tata ruang dan memperhatikan dialektika antara konsep tata ruang (representation of space) yang mengejawantah dalam wujud fisik tata ruang dan wujud fsik yang digunakan atau dihidupi (representational space) oleh golongan-golongan dalam masyarakat, dalam konteks praktek-praktek keruangan. Metode yang digunakan dalam kerangka teori ini adalah metode kualitatif yang lebih menekankan pada pengamatan gejala-gejala sosial, praktekpraktek keruangan, dan wawancara mendalam terhadap informan. Dari penelitian yang dilakukan ini terungkap bahwa terdapat berbagai tanggapan dalam masyarakat berkaitan dengan kepentingan masing-masing golongan. Fator-faktor perubahan yang paling utama adalah dinamika kehidupan sosial politik yang melingkupi masyarakat, kecenderungan pertumbuhan ekonomi, dan peran pelaku-pelaku dalam masing-masing golongan. Dalam praktek keruangan dengan beragam tanggapan diungkapkan bagaimana perubahan itu dapat terjadi. Di satu sisi terdapat kekuasaan yang menentukan dominasi dan digunakannya suatu konsepsi mengenai ruang, di sisi lain terdapat konsepsi yang berkembang sebagai hasil dari penggunaan suatu ruang. Keduanya saling mempengaruhi satu sama lain, hanya mekanisme kontestasi keduanya sepenuhnya dipengaruhi konteks sosial-politik yang sedang berlangsung. Selain itu karakter tata ruang yang liat, dapat diubah dan berubah sewaktu-waktu bersama dengan citra yang diemban kawasan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Los Angeles: Sage, 2018
302.23 DIN g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Presilia Prihastuti
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai ragam banmal yang dikenal sebagai ragam nonhonorifik di dalam bahasa Korea. Secara spesifik, skripsi ini membahas tentang penggunaannya di kalangan mahasiswa dengan mengambil studi kasus mahasiswa junior. Penggunaan ragam banmal itu sendiri merupakan penggunaan ragam banmal dari mahasiswa junior kepada mahasiswa senior dan kepada teman satu angkatannya. Penelitian ini adalah penelitian sosiolinguistik yang menghubungkan penggunaan ragam bahasa banmal dengan faktor-faktor nonlinguistik yang terbagi menjadi faktor sosial dan faktor situasional.
ABSTRACT
The focus of this study is about banmal which is known as a non-honorific speech in Korean language. The aim of this study is to explain about the using of banmal among Korean students especially by taking the case study on students in lower grade. The using of banmal itself describe the using from junior students to senior and other students in same year. This is a sociolinguistic study which is relating the using of banmal to non-linguistic aspects which consisted of social aspect and situasional aspect.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1796
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gustavo De Santis, editor
Abstrak :
This book presents how to set up a resilient pay-as-you-go pension system, whether the current balance between expenses and revenues in social expenditure is viable in the future, and, if not, what changes need to be introduced, whether the relative well-being of the current and future cohorts of the old will be preserved, and how their standards of living compare to those experienced by the old in the recent past.
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20401012
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Muzaffer Uysal
Abstrak :
This handbook covers is divided into two parts, research relating to travelers/tourists, and research relating to the residents of host communities. It is the only state-of-the-art reference book in its field and will prove invaluable to academics interested in QOL research, as well as tourism practitioners interested in applying the science of QOL in the tourism industry.
Dordrecht, Netherlands: Springer Science, 2012
e20400127
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 >>