Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 231 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Des Anggraeni Runiasiwi
Abstrak :
Gangguan integritas kulit merupakan masalah yang umum ditemukan pada lansia sebagai akibat dari proses penuaan yang menurunkan fungsi fisiologis. Salah satu masalah kulit yang banyak dialami lansia adalah xerosis atau kulit kering. Faktor risiko yang berpengaruh terjadinya xerosis pada lansia, di antaranya faktor usia, jenis kelamin perempuan, asupan cairan, dan faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan paparan sinar matahari. Lansia dengan keluhan xerosis perlu mendapatkan intervensi perawatan kulit untuk mengatasai kulit kering dan mencegah perburukan lebih lanjut. Skin cleansing dan emollient therapy adalah penerapan dari intervensi keperawatan perawatan kulit menggunakan agen topikal. Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan intervensi skin cleansing dan emollient therapy dalam mengatasi masalah gangguan integritas kulit pada lansia dengan xerosis. Hasil analisis menunjukkan setelah dilakukan intervensi selama 10 hari terdapat penurunan skala Overall Dry Skin Score (ODSS) dari 3 (parah) menjadi 1 (ringan). Kesimpulannya, intervensi skin cleansing dan emollient therapy dapat menjadi salah satu perawatan dasar untuk gangguan integritas kulit terutama dalam mengatasi masalah xerosis pada lansia. Intervensi ini akan lebih optimal apabila diterapkan dengan konsisten setiap hari berturut-turut dengan didampingi asupan cairan yang adekuat, menghindari paparan sinar matahari, menggunakan tabir surya, dan modifikasi lingkungan. ......Impaired skin integrity is a common problem among the elderly caused by the aging process that leads to the declines of physiological functions. One of the common skin problems experienced by the elderly is xerosis or dry skin. The risk factors associated with xerosis in the elderly are age, female gender, fluid intake, and environmental factors, such as temperature, humidity, and sun damage. Elderly with xerosis symptoms need to get skin care interventions to overcome dry skin and prevent further worsening. Skin cleansing and emollient therapy are the implementation of nursing interventions for skin care using topical treatments. This case study aims to explain the implementation of skin cleansing and emollient therapy interventions to overcome the problem of impaired skin integrity among the elderly with xerosis. The result of the analysis shows that after the intervention for 10 days there was a decrease in the Overall Dry Skin Score (ODSS) from 3 (severe) to 1 (mild). In conclusion, the intervention of skin cleansing and emollient therapy can be one of the basic treatments for impaired skin integrity, especially in overcoming xerosis in the elderly. This intervention can be better optimized if implemented consistently for every consecutive day and done along with adequate fluid intake, avoiding sun exposure, using sunscreen, and environmental modification.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jackson, Scott M.
Abstrak :
When faced with a challenging dermatologic problem, physicians are often required to perform a time-consuming search through large dermatologic texts in order to find information that will assist in the necessary differential diagnosis. This comprehensive and concise handbook is designed to simplify this process dramatically, permitting rapid identification of the correct diagnosis. Hundreds of dermatologic diagnoses, morphologic features, drug-induced disorders, extracutaneous manifestations, histologic findings, and random other findings are listed in alphabetical order and in a homogeneous, reader-friendly structure. The differential diagnoses are shown under each main diagnosis, sorted according to similarity with that diagnosis. Since the first edition, approaching 50 new diagnoses have been added, and many new images included.
Berlin : Springer, 2012
e20425889
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
M Wildan Abiyyi
Abstrak :
Kulit sensitif merupakan salah satu tipe kulit yang dapat didiagnosis secara subjektif melalui Indikator tipe kulit Baumann (BSTS). Orang dengan tipe kulit sensitif memiliki potensi yang tinggi untuk dapat mengalami gangguan kulit yang mempengaruhi kualitas hidupnya. Meskipun Mikrobioma kulit telah terbukti memiliki korelasi terhadap beberapa penyakit dan kelainan kulit, namun hubungannya dengan tipe kulit sensitif belum banyak dilaporkan. Sehingga, pada penelitian ini bertujuan untuk Melakukan analisis metagenomik pada kulit wajah dan korelasinya dengan kondisi kulit sensitif dengan metode 16S rRNA. Sampel pulasan kulit wajah diambil dari 144 responden yang terdiri dari 54 orang dengan tipe kulit sensitif dan 90 orang dengan tipe kulit normal. Dari 144 sampel yang dikumpulkan kemudian dilakukan analisis metagenomik berdasarkan hasil sekuensing amplikon 16S rRNA. Didapatkan hasil bahwa analisis diversitas alfa menggunakan indeks Chao1 dan Shanon menujukkan kelimpahan Mikrobioma lebih rendah secara signifikan (P-value = 0,04008) pada kelompok dengan tipe kulit sensitif. Analisis korelasi dengan Uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi kelimpahan Mikrobioma kulit wajah dengan kondisi tipe kulit sensitif dimana kelimpahan Mikrobioma dengan genus Corynebacterium lebih rendah secara signifikan pada kelompok dengan tipe kulit sensitif (P-value = 0,04462) yang diiringi dengan kelimpahan genus Staphylococcus (P-value = 0,01235) dan Streptococcus (P-value = 0,02184) yang lebih tinggi secara signifikan pada kelompok ini. Pada tingkat spesies, bakteri Propionibacterium humerusii memiliki kelimpahan yang lebih tinggi secara signifikan pada kelompok dengan tipe kulit sensitif (P-value = 0,04967). Dengan demikian, kelimpahan Mikrobioma kulit memiliki korelasi dengan kondisi tipe kulit sensitif khususnya pada kasus yang ditemukan di Indonesia. Hal ini dapat dijadikan Pustaka dalam pengembangan produk perawatan kulit yang spesifik untuk kondisi kulit sensitif. Namun adanya analisis lebih lanjut yang dapat mengetahui kelimpahan dan keragaman Mikrobioma hingga ke tingkat spesies akan lebih membantu dalam perkembangan penelitian ini. ......People with sensitive skin types have a high potential to have skin disorders that affect their quality of life. Although the skin microbiotmehas been shown to have a correlation with several skin diseases and disorders, but its relationship with sensitive skin type has not been widely reported. Thus, this study aims to perform metagenomics analysis on facial skin and its correlation with sensitive skin conditions. Samples of facial skin swab were taken from 144 respondents consisting of 54 people with sensitive skin types and 90 people with normal skin types. The 144 samples collected were then subjected to metagenomics analysis based on the sequencing results of the 16S rRNA amplicon technique. The results showed that alpha diversity analysis using the Chao1 and Simpson Index showed significantly lower microbiota abundance in the group with sensitive skin types (P-value = 0,04008).. Correlation analysis with the Spearman test showed that there was a correlation between the abundance of facial skin microbiota and conditions of sensitive skin types where the abundance of microbiota with the genus Corynebacterium was significantly lower in the group with sensitive skin types (P-value = 0,04462), accompanied by the abundance of the genera Staphylococcus (P-value = 0,01235) and Streptococcus (P-value = 0,02184) which were significantly higher in this group. At the species level, Propionibacterium humerusii had a significantly higher abundance in the group with sensitive skin types (P-value = 0,04967). Thus, the abundance of skin microbiota has a correlation with the condition of sensitive skin types, especially in cases found in Indonesia. This can be used as a library in the development of specific skin care products for sensitive skin conditions. However, further analysis that can determine the abundance and diversity of microbiota down to the species level will be more helpful in the development of this research.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanty Harjati
Abstrak :
Pelayanan kesehatan mengalami pergeseran fokus pelayanan dari pengobatan penyakit dan trauma kulit ke arah pencegahan melalui penilaian rutin. Peralatan perawatan dan kondisi neonatus, termasuk berat dan usia bayi, status klinis, dan penyakit yang mendasari memiliki hubungan yang kuat pada risiko terjadinya trauma kulit. Instrumen penilaian trauma kulit yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen SRAMT dan NSRAS plus. Penelitian ini menggunakan studi kohort prospektif, total responden 66 neonatus yang terdiri dari kelompok terpapar dan historical control. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan tingkat risiko trauma kulit pada penilaian awal dan penilaian akhir pada kelompok terpapar (p value 0.001), terdapat perbedaan tingkat risiko trauma kulit antara kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar (X2 29.505 > 5.991) dan terdapat hubungan yang sangat lemah antara usia gestasi dan berat badan lahir terhadap tingkat risiko trauma kulit pada neonatus (rs 0.077 dan 0.004). Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya melakukan penelitian yang mengintegrasikan pengetahuan perawat terhadap faktor penyebab trauma kulit dan pemantauan ulang sebagai upaya menurunkan tingkat risiko trauma kulit menggunakan instrumen SRAMT, memodifikasi instrumen sesuai dengan kondisi pelayanan yang ada di Indonesia sehingga instrumen ini dapat digunakan untuk menurunkan risiko trauma kulit pada neonatus khususnya bayi prematur. ......Health services have shifted the focus of services from treating skin diseases and skin injury to prevention through routine assessments. Treatment equipment and neonatal conditions, including the weight and age of the baby, clinical status, and underlying disease have a strong association with the risk of skin injury. The skin injury assessment instruments used in this study were the SRAMT and NSRAS plus instruments. This study used a short cohort study, totaling 66 neonates consisting of the exposed group and unexposed group (historical control). The results showed that there were differences in the risk level of skin injury first assessment and last assessment in the exposed group with a value (p value 0.001), there were differences in the risk level of skin injury between the exposed group and unexposed group (p value 0.001) and there was no correlation between gestational age and birth weight on the level of skin injury risk (p value 0.446 and 0.821). The researchers suggest that researchers should integrates nurses' knowledge of the factors that cause skin injury and re-monitoring as an effort to reduce the risk level of skin injury using SRAMT instrument, modify the instrument according to the existing service conditions in Indonesia so that the instrument can be use to reduce skin injury in neonates especially preterm.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lili Legiawati
Abstrak :

Kelainan kulit kering banyak ditemukan pada penyandang DMT2. Patogenesis kulit kering pada DMT2 dipicu oleh kondisi hiperglikemia kronik yang meningkatkan Advanced glycation end products (AGE) N(6)-carboxymethyl-lysine (CML), sitokin proinflamasi dan stres oksidatif.  Kombinasi Centella asiatica  oral  (CAo) dan topikal (CAt) diduga dapat meningkatkan efektivitas tatalaksana kulit kering DMT2. Penelitian bertujuan menganalisis efektivitas dan keamanan kombinasi CAo + CAt dalam memperbaiki kulit kering DMT2.

 

Penelitian merupakan uji klinis acak tersamar ganda di Poliklinik Metabolik Endokrin Departemen Penyakit Dalam RSCM dan 5 puskesmas di Jakarta pada bulan Juli 2018–Maret 2019. Subjek dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok CAo + CAt, plasebo oral (Plo) + CAt, dan Plo + Plasebo topikal (Plt) masing-masing berjumlah 53 orang. Perbaikan kulit kering secara klinis diukur dengan Specified Symptom Sum Score (SRRC) dan Skin Capacitance (SCap). Perbaikan secara molekular diukur  CML, IL-1a, dan aktivitas superoksida dismutase (SOD). Keamanan kombinasi CAo + CAt dilakukan melalui penilaian efek simpang oral dan topikal.

 

Pada ketiga kelompok, median HbA1c > 7%. Glukosa darah sewaktu (GDS) kelompok CAo + CAt hari ke-15 dan 29 semakin menurun. Efektivitas kombinasi CAo + CAt dinilai melalui analisis subgrup berdasarkan nilai HbA1c dan GDS. Pada glukosa darah terkontrol baik, persentase penurunan SRRC lebih besar pada kelompok CAo + CAt vs Plo + Plt (p = 0,04). Peningkatan SCap kelompok CAo + CAt lebih besar dibandingkan Plo + Plt (p = 0,01). Pada glukosa darah terkontrol kurang baik peningkatan SOD kelompok CAo + CAt lebih besar dibandingkan Plo + Plt  (p = 0,01). Tidak terdapat korelasi antara CML, IL-1α dan SOD dengan SRRC atau SCap. Terdapat korelasi sedang sampai kuat dan arah korelasi sesuai antara CML dengan SOD (r = 0,58, p < 0,05)  dan  IL-1α dengan SOD (r = 0,70, p < 0,05) pada glukosa darah terkontrol baik. Tidak terdapat efek simpang oral dan topikal yang bermakna pada penggunaan CAo + CAt dibandingkan 2 kelompok.

 

Simpulan: Pada glukosa darah terkontrol baik, perbaikan SRRC dan SCap  kelompok CAo + CAt lebih besar dibandingkan Plo + Plt.  Pada glukosa darah terkontrol kurang baik peningkatan SOD kelompok CAo + CAt lebih besar daripada Plo + Plt. Terdapat korelasi sedang sampai kuat antara CML atau IL-1α dengan SOD pada glukosa darah terkontrol baik. Tidak terdapat efek simpang oral dan topikal yang bermakna pada kelompok CAo + CAt dibandingkan 2 kelompok.

 

Kata kunci: CML, DMT2, IL-1a, kulit kering, SCap, SOD, SRRC

 


Dry skin is a common findings in type 2 diabetes mellitus (T2DM). The pathogenesis of dry skin in T2DM rises from chronic hyperglycemic condition which causes an increase in levels of Advanced glycation end products (AGEs)  N(6)-carboxymethyl-lysine (CML), pro-inflammation cytokines and oxidative stress. Combination of oral and topical Centella asiatica (CA) is expected to ameliorate dry skin in T2DM patients more effectively.

 

This study was a double blinded randomized clinical trial in T2DM patients with dry skin in outpatients clinic of Metabolic Endocrine, Internal Medicine Department, dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, and 5 primary health cares in Jakarta from July 2018 to March 2019. The subjects were divided into three groups, CA oral (CAo) + CA topical (CAt) group, oral placebo (Plo) + CAt group, and Plo + topical placebo (Plt) which included 53 subjects respectively. Dry skin improvement was evaluated clinically using Specified Symptom Sum Score (SRRC) and Skin Capacitance (SCap). The molecular improvement was evaluated using levels of CML, inflammation interleukin 1-α (IL-1α) concentration, and oxidative stress superoxide dismutase (SOD).

 

In the three groups, median of HbA1c > 7%. Random blood glucose (RBG) in CAo + CAt group in day-15 and 29 were further decreased. Effectivity of CAo + CAt combination were assessed via subgroup analysis based on HbA1c and RBG. In well controlled blood glucose, on day-29, percentage of SRRC decrement was greater in  CAo + CAt compared to control group without CA (p = 0,04). SCap value in CAo + CAt group was greater than control group (p = 0,01). In the partially controlled blood glucose, increment of SOD activity of CAo + CAt group was greater than control group (p = 0,01). There was no correlation found between CML, IL-1α and SOD with SRRC nor SCap. There were medium to strong correlation between CML with SOD (r = 0,58, p < 0,05)  and IL-1α with SOD (r = 0,70, p < 0,05)  in well controlled blood glucose. Systemic and topical adverse events were not found significantly in CAo or CAt usage compared to the other two groups.

 

Conclusion: In well controlled blood glucose, improvement of SSRC and SCap in CAo + CAt were greater than Plo + Plt.  In partially controlled blood glucose,  increment of SOD in CAo + CAt was greater than Plo + Plt.  There was moderate to strong correlation between CML or IL-1 and SOD in well controlled blood glucose. There were no significant adverse events found due to CAo + CAt compared to the other 2 group in the study.

 

Keywords: CML, diabetes mellitus, dry skin, IL-1a, SCap, SOD, SRRC

 

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Pujiyati
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan analisis dermatoglifi ujung jari tangan penderita epilepsi grand mal primer dan orang normal dengan metode tinta seperti yang dilakukan oleh Cummins & Midlo (1961). Hasil analisis tersebut menunjukkan pada ujung jari tangan penderita epilepsi grand mal primer, tipe pola whorl (30,33%), loop ulna (64,33%), loop radial (1,67%), dan arch (3,67%); dengan indeks Dankmeijer 12,10 dan indeks Furuhata 45,27. Pada orang normal frekuensi tipe pola whorl (40,00%), loop ulna (53,33%), loop radial (3,00%), dan arch (4,00%); dengan indeks Dankmeijer 10,00 dan indeks Furuhata 80,00. Rata-rata jumlah semua triradius pada ujung jari tangan penderita epilepsi grand mal primer 12,67; sedangkan pada orang normal 13,60. Rata-rata jumlah semua sulur pada ujung jari tangan penderita epilepsi grand mal primer 124,00; sedangkan pada orang normal 140,90. Hasil uji Chi-kuadrat terhadap frekuensi tipe pola pada ujung jari kedua tangan penderita epilepsi grand mal primer dengan orang normal menunjukkan ada perbedaan bermakna, hasil uji Mann-Whitney terhadap jumlah total triradius dan jumlah total sulur pada ujung jari tangan penderita epilepsi grand mal primer dan orang normal menunjukkan tidak ada perbedaan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fendi Septian Rachmanto
Abstrak :
ABSTRAK

Konsumsi energi menjadi perbincangan penting pada dekade terakhir. Salah satu bentuk konsumsi energi adalah transportasi fluida dimana mempertimbangkan aspek pressure drop. Banyak peneliti berusaha untuk mengurangi pressure droo. Salah satu metodenya adalah penambahan polimer pada aliran. Biopolimer kulit tomat terduri dari wax dan cutin yang dapat digunakan sebagai edible coating. Tujuan dari penelitian ini adalah menyelidiki pengurangan pressure drop dengan penambahan biopolimer (ekstraksi kulit tomat). Pipa bulat dengan diameter 3mm digunakan pada penelitian ini dengan variasi konsentrasi: 200, 300 dan 500 ppm. Karakteristik aliran dianalisa berdasarkan Power Law dimana karakteristik larutan non Newtonian. Hasil yang didapatkan hubungan antara nilai Reynolds dan koefisien friksi. Penurunan hambatan (Drag Reduction) yang menggunakan konsentrasi 500 ppm didapatkan sekitar 35% pada nilai Reynolds 2x104.


ABSTRACT

Energy consumption is become the important issues on the last decade. The one of energy consumption is fluids transport which is considerate a pressure drop’s aspect. Many researchers attempt to reduce the pressure drop. One of methods is addition polymer in flowing. Tomato’s biopolymer skin contains wax and cutin which use as edible coating. The purpose of this research is investigating the reduce pressure drop with addition biopolymer (tomato’s skin extraction). Circular pipe with diameter, d = 3mm is used in this study which used various weight concentrations: 200, 300 and 500 ppm. Flow characteristic was analyzed based on power law model which is characteristic of non-Newtonian fluid. The results are shown the relationship between Reynolds number and friction coefficient. The drag reduction which used a weight concentration about 500 ppm was achieved about 30% at Reynolds number 2x104.

Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
616.923 INF
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
616.5 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Begoun, Paula
Australia: Beginning Press, 2009
616.72 BEG o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>