Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Fachry Falah
"Sertifikasi SCUBA diving tidak hanya diminati oleh orang-orang yang memiliki penghasilan tetap. Produk yang tidak menjadi kebutuhan pokok ini juga diminati oleh mahasiswa yang pada umumnya belum memiliki penghasilan tetap. Oleh karena itu, ada perilaku konsumen tertentu yang mendasarinya. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis perilaku konsumen sertifikasi SCUBA diving di kalangan mahasiswa menggunakan pemetaan persepsi. Perilaku konsumen diinterpretasikan ke dalam atribut-atribut tertentu. Kemudian atribut-atribut terpilih dibuat menjadi sebuah peta persepsi. Termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pembelian. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pertimbangan secara rasional dan emosional yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan dari konsumen sertifikasi SCUBA diving. Atribut-atribut yang berasal dari aspek emosional dan rasional informan dapat dikelompokkan dan pada akhirnya ditemukan empat jenis konsumen sertifikasi SCUBA diving yaitu, prospecting diver, discovery diver, ardent diver, purposive diver

SCUBA diving certification is not only interesting for people already have income. Products that are not a primary need are also in demand by students who generally don’t have stable income yet. That means there are particular consumer behaviors underlie. This study aims to analyze the consumer behavior of SCUBA diving certification among university students. Consumer behavior is interpreted as several particular attributes. Then the selected attributes are made into a perceptual map. Purchase decision process is included in it. This research is a qualitative study. The research found there is rational and emosional consideration involved in purchasing process. The attributes derived from informan’s emotional and rational aspects can be grouped and finally found four types of SCUBA diving certification consumers, namely prospecting diver, discovery diver, ardent diver, purposive diver.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kerenhapukh Gavrila Ninda Wijaya
"Di beberapa tahun terakhir, penggunaan strategi retro marketing telah menjadi lazim digunakan oleh para merek karena dinilai dapat membentuk perilaku konsumen. Nostalgia yang menjadi kunci penting dalam retro marketing dengan efektif menawarkan pengalaman afektif dan emosional konsumen. Salah satu merek yang menggunakan strategi retro marketing adalah merek Barbie untuk mempromosikan filmnya dengan judul ‘Barbie’ (2023). Dengan mengangkat kasus kampanye pemasaran film Barbie (2023), penelitian ini bertujuan untuk meneliti penggunaan retro marketing dalam membentuk perilaku konsumen. Penelitian ini menggunakan konsep retro marketing, nostalgia, dan perilaku konsumen untuk membahas strategi pemasaran film Barbie (2023). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi literatur dengan mencari sumber-sumber ilmiah yang sudah ada terkait dengan retro marketing, nostalgia dan perilaku konsumen. Secara keseluruhan, hasil dari strategi pemasaran yang ditelaah melalui empat elemen retro marketing dapat dikategorikan berhasil membentuk perilaku konsumen yang positif. Kesuksesan ini dilihat dari jumlah pendapatan film di Box Office, serta interaksi yang dihasilkan bersama para penggemar.

In recent years, the use of retro marketing strategies has become commonly used by brands because it is considered to be able to shape consumer behavior. Nostalgia is an important key in retro marketing by effectively offering consumers an affective and emotional experience. One brand that has used retro marketing strategy exceptionally well is the Barbie brand to promote its film entitled 'Barbie' (2023). By taking the case of the marketing campaign for the Barbie movie (2023), this research aims to examine the use of retro marketing in shaping consumer behavior. This research uses the concepts of retro marketing, nostalgia, and consumer behavior to discuss the marketing strategy for the film Barbie (2023). This research uses a qualitative approach with a literature study method by looking for existing scientific sources related to retro marketing, nostalgia and consumer behavior. Overall, the results of the marketing strategy examined through the four elements of retro marketing can be categorized as successful in forming positive consumer behavior. This success can be seen from the number of film revenue at the Box Office, as well as the interaction generated with fans.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Farahdilla Aulya
"Perkembangan budaya Korea semakin meluas hingga berbagai produk Korea dikenal oleh pasar Indonesia. Korea Selatan memiliki produk-produk populer yang dikagumi oleh konsumen Indonesia karena ketertarikan masyarakat terhadap ragam budaya Korea. Industri makanan Korea yang semakin tersebar luas membuat kimchi sebagai makanan khas Korea berhasil populer sehingga memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumen. Dengan teknik pengambilan sampel sebanyak lima responden dengan karakteristik, berdomisili di Jakarta dan sudah menjadi konsumen kimchi. Analisis data dilakukan dengan metode analasis deskriptif dan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian ini menelaah kimchi dengan perilaku konsumen untuk melihat kelas sosial di masyarakat. Hasil penelitian dan analisa yang dilakukan berdasarkan pembelian dan konsumsi kimchi melihat indikator yang digunakan yaitu gaya hidup, relasi sosial dan keadaan ekonomi yang dihasilkan individu dapat memperjelas perilaku dan status sosial mereka. Kimchi sebagai makanan impor dengan harga premium menjadi penentu konsumen berada dalam kelas sosial atas, menengah atau bawah. Faktor kenyamanan, kepercayaan dan psikologis perilaku konsumen menjadi faktor yang berpengaruh dalam praktik makan kimchi. Faktor kepuasaan mencerminkan yang paling dominan dalam penentu perilaku konsumen terhadap produk kimchi yang beredar di pasaran seperti di restoran Korea atau supermarket. Hal tersebut menunujukkan terbentuknya kelas sosial berdasarkan variasi perilaku konsumen yang secara signifikan saling berpengaruh.

The development of Korean culture is expanding so that various Korean products are recognized by the Indonesian market. South Korea has popular products that are admired by Indonesian consumers because of the public's interest in Korean cultural diversity. The Korean food industry is becoming more and more widespread, making kimchi as a Korean food popular, so that it has an influence on consumer behavior. With a sampling technique of five respondents with characteristics, domiciled in Jakarta and have become consumers of kimchi. Data analysis was carried out using descriptive analysis methods and qualitative approaches. The purpose of this study is to examine kimchi with consumer behavior to see social class in society. The results of research and analysis conducted based on the purchase and consumption of kimchi saw the indicators used, namely lifestyle, social relations and economic conditions produced by individuals to clarify their behavior and social status. Kimchi as imported food with premium prices determines whether consumers are in the upper, middle or lower social class. Convenience, trust and psychological factors of consumer behavior are factors that influence the practice of eating kimchi. The satisfaction factor reflects the most dominant factor in determining consumer behavior towards kimchi products on the market such as in Korean restaurants or supermarkets. This shows that the formation of social class based on variations in consumer behavior is mutually influential and significant."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Salsabila
"Pemasaran hijau merupakan strategi pemasaran dengan pendekatan ramah lingkungan terhadap segala aspek kegiatan bisnis. Pertumbuhan eksponensial strategi pemasaran ini didasari oleh perubahan perilaku konsumsi masyarakat yang beralih untuk menonsumsi produk ramah lingkungan. Sejauh Mata Memandang merupakan bisnis fesyen lokal yang telah menerapkan konsep pemasaran ini sejak pertama berdiri. Proses produksi dan kegiatan bisnis mereka secara keseluruhan membawa agenda pelestarian lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah strategi green marketing dapat berpengaruh terhadap niat pembelian konsumen. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, survei disebarkan kepada 153 responden yang mengetahui pemasaran hijau Sejauh Mata Memandang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pemasaran hijau oleh Sejauh Mata Memandang terbukti berpengaruh secara positif terhadap niat pembelian konsumen.

Green marketing is a marketing strategy with an environmentally friendly approach to all aspects of business activities. The exponential growth of this marketing strategy is based on shift on people’s consumption behaviour who choose to consume environmentally friendly products. Sejauh Mata Memandang is a local fashion business that has implemented this marketing concept since its establishment. Their production processes and business activities as a whole carry an environmental preservation agenda. This study was conducted to determine whether the green marketing strategy can affect consumer purchase intentions. Using a quantitative approach, the survey was distributed to 153 respondents who know green marketing by Sejauh Mata Memandang. The result of the study indicates that the application of green marketing by Sejauh Mata Memandang is proven to have a positive effect on consumers' purchase intentions."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richie Nakata
"Sensory marketing merupakan pemasaran yang melibatkan indra-indra dalam rangka mempengaruhi persepsi, kognisi, perilaku, serta pengambilan keputusan konsumen. Melalui kajian literatur, studi ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman akan sensory marketing serta bagaimana sensory marketing dapat diimplementasikan melalui contoh kesuksesan brand parfum Le Labo. Temuan dalam makalah ini menunjukkan bahwa perhatian akan implementasi sensory marketing baik dalam ranah penelitian maupun praktik semakin signifikan dan terus berkembang. Sensory marketing membawa brand dari pemasaran 2D (audio dan visual) yang bersifat tradisional menuju 5D (melibatkan kelima indra) sebagai pendekatan dengan nilai unggul yang dapat membantu brand untuk berkembang di tengah tantangan dari pasar dan lanskap retail yang semakin tersaturasi dan kompetitif. Meskipun e-commerce dan Internet semakin mendominasi, terdapat dimensi-dimensi sensoris yang tidak dapat dijangkau secara online. Maka dari itu, sensory marketing menjadi relevan untuk dipraktikkan. Melalui integrasi antara atribut-atribut dari penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa, brand dapat membentuk image serta value untuk membangun hubungan dengan konsumen melalui pengalaman multisensoris. Kajian ini menemukan bahwa studi mengenai sensory marketing belum banyak ditemukan dan dikembangkan dalam jurnal-jurnal di Indonesia. Melalui berbagai contoh, implementasi sensory marketing ditunjukkan sangat menguntungkan bagi brand. Pendekatan sensory marketing dapat diterapkan dalam berbagai industri, secara khusus dalam industri wewangian yang berkembang pesat akhir-akhir ini.

Sensory marketing is marketing which involves and appeals to the senses in order to impact consumer’s perception, cognition, behavior and decision making. Through literature review, this study aims to gain knowledge and understanding of sensory marketing and how it can be implemented by looking at the example of the success behind perfume brand Le Labo. The findings from this study shows that the attention towards the implementation of sensory marketing both academically and practically has grown to become more significant. Sensory marketing brings brands from traditional 2D marketing (audio and visual) to more advanced 5D marketing (involving all five senses) as a beneficial approach to help brands develop and get ahead in the competitive saturated market and challenging retail landscape. Although e-commerce and the Internet are dominating, there are limitations to which some sensory dimensions cannot be reached online. Hence, sensory marketing becomes relevant to be practiced. By integrating various attributes of vision, audition, olfaction, somatosensation and gustation, brands are able to establish image and value in order to build relationships with consumers through multisensory experiences. This review finds that studies regarding sensory marketing are not found to be many and developed in journals in Indonesia. The approach of sensory marketing can be implemented in various industries, especially in the fragrance industry which has been rapidly growing and blooming recently."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Agus Wirya W.P.
"Penelitian mempelajari dampak time trend terhadap intensitas transaksi melalui electronic marketplace untuk produk dengan risiko pembelian tinggi seperti sandang. Peneliti memantau intensitas transaksi produk sandang sejak pembelian pertama dari 60.341 sampel akun selama Januari 2018 sampai Desember 2019. Peneliti mengestimasi parameter model log linier dengan efek acak dari data panel tidak seimbang yang melibatkan beberapa variabel kontrol. Hasil menunjukkan intensitas transaksi mengalami trend penurunan dari waktu ke waktu sejak pembelian pertama. Hal tersebut mengindikasikan konsumen menerima risiko yang melampaui benefit, atau dengan kata lain keberanian dalam bertransaksi melalui electronic marketplace semakin menurun untuk pembelian produk sandang.

This research studies the impact of time trends on transaction intensity through electronic marketplaces, especially in purchasing high-risk products such as clothing. We monitored the intensity of clothing product transactions since the first purchase of 60,341 sample accounts from January 2018 to December 2019. We estimate log linear model parameters with random effects from unbalanced panel data involving several control variables. The results show that the transaction intensity has decreased over time since the first purchase. This indicates consumers accept risks that exceed benefits, or in other words the courage to transact through the electronic marketplace is decreasing for the purchase of clothing products."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalina Faza Syahida
"Traveloka Indonesia mengalami penurunan jumlah konsumen drastis selama masa pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Ini tidak terlepas dari perubahan perilaku yang disebabkan adanya ruang gerak yang terbatas akibat pandemi. Untuk mengatasi penurunan konsumen tersebut, Traveloka menerapkan Integrated Marketing Communication dalam kegiatan promosinya yang difokuskan pada elemen periklanan, publisitas, dan promosi penjualan. Media promosi yang digunakan diantaranya adalah Youtube dan Instagram. Melalui kedua media sosial ini, Traveloka menerapkan elemen-elemen bauran promosi tersebut sesuai dengan tahapan perubahan perilaku konsumen yang terdapat pada masa pandemi yakni comfort, fear, adjustment, dan establish. Makalah ini bertujuan untuk melihat bagaimana penerapan elemen bauran promosi yang diterapkan oleh Traveloka di media sosial Youtube dan Instagramnya, serta penerapan elemen media sosial pada setiap aktivitasnya berdasarkan tahapan perubahan perilaku konsumen saat pandemi.

Traveloka Indonesia experienced a drastic decrease in the number of consumers during the Covid- 19 pandemic in 2020. This is inseparable from changes in behavior caused by limited space due to the pandemic. To overcome this decline in consumers, Traveloka implements Integrated Marketing Communication in its promotional activities which are focused on the elements of advertising, publicity and sales promotion. The promotional media used include Youtube and Instagram. Through the second social media, Traveloka implements these promotional elements in accordance with the stages of changing consumer behavior during the pandemic, namely comfort, fear, adjustment and stability. This paper aims to see how the promotional mix elements applied by Traveloka on its YouTube and Instagram social media, as well as the application of social media elements in each of its activities based on the stages of consumer behavior during the pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadine Adjani
"This research is conducted in order to explore the ways in which social media affects consumer behavior through uses and gratifications. This research is a literature review, drawing from a variety of literature and research works of social media and consumer behavior, which will then be analysed with the theory of Uses and Gratifications. This paper explores what the rise of social media means for online users, how its features enable easier information search for consumers, as well as what motivates users to use different types of social media, and how these affect one another.

Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi bagaimana media sosial mempengaruhi perilaku konsumen. Penelitian ini merupakan kajian Pustaka yang diambil dari berbagai literatur dan karya penelitian media sosial dan perilaku konsumen, yang selanjutnya akan dianilisi dengan teori Uses and Gratifications. Makalah ini membahas apa arti kebangkitan media sosial bagi pengguna online, bagaimana fitur-fiturnya memungkinkan pencarian informasi yang lebih mudah bagi konsumen, serta apa yang memotivasi pengguna untuk menggunakan berbagai jenis media sosial, dan bagaimana ini mempengaruhi satu sama lain."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yola Rosa Bella Harum Utami
"Tesis ini membahas preferensi konsumen yang memilih unit hunian pada perumahan hijau di Depok, yaitu Perumahan Telaga Golf Sawangan, Tamansari Puri Bali, dan Greenland Forest Park. Setelah melakukan observasi dengan residential image method serta studi literatur, ketiga perumahan tersebut belum secara holistic (menyeluruh) menerapkan parameter hijau pada perumahannya. Perumahan Telaga Golf telah dihuni 700 keluarga, Puri Bali 700 keluarga, dan Greenland 300 keluarga. Peneliti mendapatkan 64 responden yang dipilih dengan menggunakan metode convenience sampling, yaitu 26 responden dari Telaga Golf, 26 responden dari Puri Bali, dan 12 responden dari Greenland. Dari hasil wawancara dan kuesioner dapat diketahui bahwa variabel dengan nilai rata-rata tertinggi adalah kualitas udara lingkungan. Hal ini berarti bahwa hipotesis “parameter hijau berupa luas ruang terbuka hijau (RTH) berbanding lurus terhadap besarnya preferensi konsumen untuk memilih unit hunian pada perumahan hijau” diterima karena RTH juga cukup menjadi pertimbangan konsumen serta kualitas udara yang dihasilkan berasal dari luasnya RTH pada perumahan tersebut.
Dengan adanya perbedaan penerapan parameter hijau di setiap perumahan, juga terjadi perbedaan preferensi responden dengan lokasi perumahan yang berbeda. Dari 64 responden, terdapat 4 responden dengan penghasilan kurang dari Rp 5,2 juta per bulan (kelas menengah ke bawah), 19 responden dengan penghasilan Rp 5,2 juta hingga Rp 12 juta per bulan (kelas menengah), dan 41 responden dengan penghasilan lebih dari Rp 12 juta per bulan. Responden kelas menengah ke atas memiliki preferensi yang lebih besar terhadap parameter hijau jika dibandingkan dengan responden kelas menengah dan menengah ke bawah. Setelah melakukan kalkulasi biaya dengan metode meter persegi (square meter method) dapat diketahui bahwa harga rumah dan tanah memiliki harga yang lebih tinggi sebesar 15% dari harga pasar rumah di Depok. Namun konsumen merasa bahwa harga tersebut sesuai dengan kualitas lingkungan dalam perumahan tersebut. Dengan penerapan parameter hijau pada proyek perumahannya, pengembang perumahan juga tetap dapat memperoleh keuntungan dengan bisa menjual unit huniannya dengan harga yang lebih tinggi walau memerlukan modal yang cukup besar di awal pelaksanaannya. Selain itu, dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 17 peneliti juga dapat mengetahui bahwa RTH memiliki korelasi terhadap kualitas udara lingkungan sebesar 71,2 %.

This thesis discusses the preferences of consumers who choose a dwelling unit on green housing in Depok, namely Telaga Golf Sawangan, Tamansari Puri Bali, and Greenland Forest Park. After observing by residential image method, they are not applying the green parameter on their housing holistically yet. Telaga Golf has occupied by 700 families, Puri Bali 700 families, and 300 families in Greenland. Researcher get 64 respondents that selected using convenience sampling method, i.e. 26 respondents from Telaga Golf, 26 respondents from Puri Bali, and 12 respondents from Greenland. From interviews and questionnaires can be seen that the variable with the highest average score is the environmental air quality. This means that the hypothesis "green parameters in the form of breadth green open space is directly proportional to the consumer preferences to choose a dwelling unit on the green housing" was accepted because green space also reasonably be considered by consumers as well as the air quality comes from the breadth of green space in these housing.
With the difference in the application of green parameters in each housing, there is a difference preferences of respondents with different housing locations as well. Of the 64 respondents, there are 4 respondents with an income of less than Rp 5.2 million per month (lower middle class), 19 respondents with an income of Rp 5.2 million to Rp 12 million per month (middle class), and 41 respondents with income more than Rp 12 million per month (upper middle class). Respondents from upper middle class have a greater preference towards green parameters when compared to middle and lower middle class respondents. After calculating the cost by square meter method, can be seen that the price of the house and the land has a higher price of 15% from the market price of a house in Depok. However, consumers feel that the price is in line with the quality of the environment in their housing. With the implementation of the green parameter on housing projects, housing developers also can still get profit by being able to sell the housing units at a higher price even require substantial capital in the initial implementation. In addition, by using SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 17 researcher also know that green space has a correlation to the environmental air quality by 71.2%
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43950
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Rajawali Press, 2019
658.834 2 PER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   3 4 5 6 7 8 9 10 11 12   >>