Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
July Hartini
"Untuk memenuhi kebutuhan fisiologis yang paling mendasar dari manusia, maka mengkonsumsi suatu jenis makanan adalah perilaku yang biasa dilakukan. Salah satu jenis makanan yang cukup populer adalah fast food fried chicken. Produk ini menjadi mayoritas pilihan di kalangan mahasiswa yang menjadikan fast food sebagai gaya hidup. Konsumsi fast food fried chicken disenangi karena praktis, cepat, efisien, dan harganya terjangkau, namun disisi lain dapat menyebabkan kegemukan serta memicu kanker. Walaupun mahasiswa sudah menyadari resikonya, tapi kecenderungan membeli masih tetap. Hal ini tidak sesuai dengan pemikiran mahasiswa yang kreatif dan kritis dalam mengolah informasi.
Dengan teori Feslinger, dijelaskan bahwa suatu kondisi dimana seseorang mempunyai sikap, keyakinan dan perilaku yang saling bertentangan dikenal sebagai disonansi kognitif. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi disonansi adalah faktor pilihan, dimana mahasiswa masih memiliki pilihan untuk mengkonsumsi makanan lain. Disamping itu, keteramalan konsekuensi atas tindakan, yaitu resiko yang diakibatkan setelah mengkonsumsinya, juga sudah diketahui secara pasti oleh mahasiswa.
Dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, didapatkan hasil bahwa terjadi disonansi kognitif pada mahasiswa dan juga pengambilan keputusan membeli dipengaruhi oleh faktor situasional dan lingkungan saat mengkonsumsi fast food fried chicken. Rancangan solusi yang diajukan adalah dengan menggunakan metode pcndekatan kualitatif yaitu Indepth Interview dan Focus Group Discussion. Dengan metode ini diharapkan diketahui alasan terjadinya disonansi dan dapat menyadarkan mahasiswa untuk mengurangi disonansi yang terjadi.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Vianti Fibriani
"ABSTRAK
Krìsis moneter yang melanda Indonesia sejak Juli 1997, membawa dampak
yang buruk bagi perekonomian bangsa Indonesia. Baik dan buruknya perekonomian
nasional membawa dampak yang luas pada permintaan produk properti.
Meningkatnya depresiasi rupiah terhadap dolar, menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat. Pukulan diterima para pengembang ketika bunga KPR dan kredit
kontruksi melambung bahkan KPR menghilang dari kalangan bank swasta. Hal ini
merupakan pukulan bagi pengembang karena sekitar 95 % pembelian melalui KPR,
hanya 5% pembelian saja yang tunai, dan itulah pasar yang harus diperebutkan pada
masa property crash. Keadaan ini dimulai ketika krisis moneter mulai menimpa
Indonesia dan puncaknya adalah setelah bulan Mei 1998 dimana kerusuhan yang
terjadi dan ketidak pastian politik di Indonesia menyebabkan keadaan perekonomian
semakin buruk.OIeh karena ¡tu pemasaran merupakan salah satu ujung tombak dalam
mempertahankan perusahaan dengan memperebutkan pasar yang semakin kecil.
Penelitian mi dilakukan dengan dugaan bahwa masyarakat yang menjadi
target dari perumahan menengah keatas yang tidak sensitif terhadap harga,
menga!ami perubahan perilaku terhadap pembelian rumah pada masa property crash.
Penelitian menggunakan metode wawancara baik terhadap 60 responden yang dipilih
secara acak. Kuesioner yang diajukan kepada responden berupa pertanyaan terbuka
dan pertanyaan tertutup. Penelitian ini diinaksudkan untuk melihat seberapa besar
perubahan perilaku yang terjadi terhadap konsumen rumah menengah keatas. Analisa
menggunakan tehnik distribusi frekuensi, Chi Square dan t-test untuk mengetahui
perubahan dan perbedaan yang terjadi pada masa krisis.
Studi ini menemukan telah terjadi beberapa perubahan dalam pembelian
rumah, seperti (1)tujuan pembelian rumah pada masa sebelum property crash dan
dalam masa property crash, (2)preferensi investasi yang dilakukan oleh konsumen,
dan (3)perubahan sumber informasi yang diandalkan dalam pembelian rumah.
Penelitian ini juga didapat atribut-atribut yang diperhatikan oleh konsumen kelas
menengah keatas dalam memutuskan pembelian rumah. Strategi penurunan harga
bukanlah strategi yang tepat karena konsumen tidak sensitif terhadap harga.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yola Rosa Bella Harum Utami, uathor
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas preferensi konsumen yang memilih unit hunian pada
perumahan hijau di Depok, yaitu Perumahan Telaga Golf Sawangan, Tamansari
Puri Bali, dan Greenland Forest Park. Setelah melakukan observasi dengan
residential image method serta studi literatur, ketiga perumahan tersebut belum
secara holistic (menyeluruh) menerapkan parameter hijau pada perumahannya.
Perumahan Telaga Golf telah dihuni 700 keluarga, Puri Bali 700 keluarga, dan
Greenland 300 keluarga. Peneliti mendapatkan 64 responden yang dipilih dengan
menggunakan metode convenience sampling, yaitu 26 responden dari Telaga
Golf, 26 responden dari Puri Bali, dan 12 responden dari Greenland. Dari hasil
wawancara dan kuesioner dapat diketahui bahwa variabel dengan nilai rata-rata
tertinggi adalah kualitas udara lingkungan. Hal ini berarti bahwa hipotesis
“parameter hijau berupa luas ruang terbuka hijau (RTH) berbanding lurus
terhadap besarnya preferensi konsumen untuk memilih unit hunian pada
perumahan hijau” diterima karena RTH juga cukup menjadi pertimbangan
konsumen serta kualitas udara yang dihasilkan berasal dari luasnya RTH pada
perumahan tersebut.
Dengan adanya perbedaan penerapan parameter hijau di setiap perumahan,
juga terjadi perbedaan preferensi responden dengan lokasi perumahan yang
berbeda. Dari 64 responden, terdapat 4 responden dengan penghasilan kurang dari
Rp 5,2 juta per bulan (kelas menengah ke bawah), 19 responden dengan
penghasilan Rp 5,2 juta hingga Rp 12 juta per bulan (kelas menengah), dan 41
responden dengan penghasilan lebih dari Rp 12 juta per bulan. Responden kelas
menengah ke atas memiliki preferensi yang lebih besar terhadap parameter hijau
jika dibandingkan dengan responden kelas menengah dan menengah ke bawah.
Setelah melakukan kalkulasi biaya dengan metode meter persegi (square meter
method) dapat diketahui bahwa harga rumah dan tanah memiliki harga yang lebih
tinggi sebesar 15% dari harga pasar rumah di Depok. Namun konsumen merasa
bahwa harga tersebut sesuai dengan kualitas lingkungan dalam perumahan
tersebut. Dengan penerapan parameter hijau pada proyek perumahannya,
pengembang perumahan juga tetap dapat memperoleh keuntungan dengan bisa
menjual unit huniannya dengan harga yang lebih tinggi walau memerlukan modal
yang cukup besar di awal pelaksanaannya. Selain itu, dengan menggunakan
bantuan perangkat lunak SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 17
peneliti juga dapat mengetahui bahwa RTH memiliki korelasi terhadap kualitas
udara lingkungan sebesar 71,2 %.

ABSTRACT
This thesis discusses the preferences of consumers who choose a dwelling
unit on green housing in Depok, namely Telaga Golf Sawangan, Tamansari Puri
Bali, and Greenland Forest Park. After observing by residential image method,
they are not applying the green parameter on their housing holistically yet. Telaga
Golf has occupied by 700 families, Puri Bali 700 families, and 300 families in
Greenland. Researcher get 64 respondents that selected using convenience
sampling method, i.e. 26 respondents from Telaga Golf, 26 respondents from Puri
Bali, and 12 respondents from Greenland. From interviews and questionnaires can
be seen that the variable with the highest average score is the environmental air
quality. This means that the hypothesis "green parameters in the form of breadth
green open space is directly proportional to the consumer preferences to choose a
dwelling unit on the green housing" was accepted because green space also
reasonably be considered by consumers as well as the air quality comes from the
breadth of green space in these housing.
With the difference in the application of green parameters in each housing,
there is a difference preferences of respondents with different housing locations as
well. Of the 64 respondents, there are 4 respondents with an income of less than
Rp 5.2 million per month (lower middle class), 19 respondents with an income of
Rp 5.2 million to Rp 12 million per month (middle class), and 41 respondents
with income more than Rp 12 million per month (upper middle class).
Respondents from upper middle class have a greater preference towards green
parameters when compared to middle and lower middle class respondents. After
calculating the cost by square meter method, can be seen that the price of the
house and the land has a higher price of 15% from the market price of a house in
Depok. However, consumers feel that the price is in line with the quality of the
environment in their housing. With the implementation of the green parameter on
housing projects, housing developers also can still get profit by being able to sell
the housing units at a higher price even require substantial capital in the initial
implementation. In addition, by using SPSS (Statistical Package for the Social
Sciences) 17 researcher also know that green space has a correlation to the
environmental air quality by 71.2%, This thesis discusses the preferences of consumers who choose a dwelling
unit on green housing in Depok, namely Telaga Golf Sawangan, Tamansari Puri
Bali, and Greenland Forest Park. After observing by residential image method,
they are not applying the green parameter on their housing holistically yet. Telaga
Golf has occupied by 700 families, Puri Bali 700 families, and 300 families in
Greenland. Researcher get 64 respondents that selected using convenience
sampling method, i.e. 26 respondents from Telaga Golf, 26 respondents from Puri
Bali, and 12 respondents from Greenland. From interviews and questionnaires can
be seen that the variable with the highest average score is the environmental air
quality. This means that the hypothesis "green parameters in the form of breadth
green open space is directly proportional to the consumer preferences to choose a
dwelling unit on the green housing" was accepted because green space also
reasonably be considered by consumers as well as the air quality comes from the
breadth of green space in these housing.
With the difference in the application of green parameters in each housing,
there is a difference preferences of respondents with different housing locations as
well. Of the 64 respondents, there are 4 respondents with an income of less than
Rp 5.2 million per month (lower middle class), 19 respondents with an income of
Rp 5.2 million to Rp 12 million per month (middle class), and 41 respondents
with income more than Rp 12 million per month (upper middle class).
Respondents from upper middle class have a greater preference towards green
parameters when compared to middle and lower middle class respondents. After
calculating the cost by square meter method, can be seen that the price of the
house and the land has a higher price of 15% from the market price of a house in
Depok. However, consumers feel that the price is in line with the quality of the
environment in their housing. With the implementation of the green parameter on
housing projects, housing developers also can still get profit by being able to sell
the housing units at a higher price even require substantial capital in the initial
implementation. In addition, by using SPSS (Statistical Package for the Social
Sciences) 17 researcher also know that green space has a correlation to the
environmental air quality by 71.2%]"
2015
T43950
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririen Riani Kurnia
"ABSTRAK
Keadaan bisnis ritel di Indonesia semakin berubah dengan adanya krisis mata uang dan
kasus kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Peristiwa terakhir mengakibatkan sebanyak 12 supermarket
dan perkulakan terbakar, dan 33 buah dijarah dan dirusak massa. Sekitar 14.482 karyawan
kehilangan pekerjaan, dan total kerugian sekitar 661,52 milyar rupiah. Deparwrnen store juga
mengalami penurunan penjualan sebesar 30 % untuk tahun 1999, sedangkan nilai penjuIannva
naik sekitar 10 % akibat kenaikan harga barang.
Keadaan industri ritel ini menyebabkan hanya empat pemain asing masuk ke pasar ritel
Indonesia, yang makin terbuka sesuai instruksi IMF. Mereka adalah Carrefour, Continent,
Delhaize Le Lion dan Dairy Farm. Hal ini menjadi sinyal positif ritel selama krisis selain
keuntungan yang diperoleh Ramayana dan Hero sebagai pemain lokal.
Topik ritel tersebut diangkat sehubungan perubahan kondisi ekonomi dan sosial budaya
masyarakat Jakarta saat masa krisis ini. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menentukan
bagaimana strategi pemasaran Carrefour, Kuningan dan perilaku konsumen dan manajemen ritel.
Hasil studi menunjukkan bahwa pembelian konsumen masih bersifat selektif
pengeluaran responden konsumen di hipermarket masih di bawah pengeluaran di supermarket.
dan adanya beberapa keluhan mengenai pelayanan kualitas dan harga serta belum efektifnya
iklan Carrefour, Kuningan di media cetak sebagai salait satu stimulus proses pengambilan
keputusan konsumen.
Beberapa saran yang dapat diajukan baik untuk pihak perusahaan Carrefour (Contimas
khususnya) dan pemerintah adalah sebagai berikut:
. Saran untuk pihak perusahaan adalah perubahan strategi misal dengan aliansi
. Sedangkan saran untuk pemerintah adalah penyelesaian masalah birokrasi dan
pembuatan aturan yang lebih jelas.
Adanya kekurangan pada pelayanan, harga dan kualitas barang tertentu seperti yang dikeluhkan
konsumen dapat diperbaiki melalui pelatihan kepada karyawan, penjelasan dari pihak manajemen
dan penelitian pasar secara untuk memantau perilaku konsumen terutama persepsi sebagai faktor
kunci dalam menjaga kepuasan pelanggan.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3836
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kusumawati
"Perkembangan tehnologi dan globalisasi yang semakin pesat, berdampak pada semakin tingginya persaingan memperebutkan pangsa pasar pada dunia usaha saat ini. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pasar pada era millenium, harus memiliki pemahaman mengenai perilaku konsumen. Kasali (1999:9) mengemukakan bahwa pengusaha yang baik adalah yang memahami betul siapa konsumennya dan bagaimana mereka berperilaku. Pemahaman mengenai siapa konsumennya akan menuntun para pengusaha kepada keberhasilan memenangkan persaingan dunia usaha yang telah melampaui batas negara.
Agar dapat berhasil dalam persaingan memperebutkan pasar yang semakin ketat, marketer juga beriklan dalam memasarkan produknya. Periklanan sebagai bagian dari promosi pemasaran, telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di dunia. Masyarakat sebagai konsumen potensial dan berbagai jenis produk diterpa iklan setiap harinya. Walaupun dunia usaha saat ini sudah melampaui batas negara, pemasaran produk dilakukan dengan melihat karakteristik unik masing-masing konsumen potensial yang berbeda-beda di setiap negara. Salah satunya dengan melihat gaya hidup konsumen potensial dimana produk akan dipasarkan.
Untuk mengamati hubungan terpaan iklan telepon genggam Nokia terhadap perilaku mahasiswa Universitas Sahid, digunakan metode asosiatif dan korelasional dengan regresi sederhana, korelasi sederhana dan berganda. Penulis melakukan penelitian survei dengan mengambil sampel sejumlah 320 responden dari populasi mahasiswa Universitas Sahid yang berjumlah 3000 orang yang aktif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode aksidental nonrandom sampling dengan dasar pertimbangan segi kepraktisan dan kendala waktu yang ada dan dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang utama.
Dalam penelitian ini terpaan iklan dioperasionalisasikan pada variabel variabel message dan variabel frekuensi pesan, dimana variabel-variabel message terdiri dan yaitu content, strucrure,format dan source. Dengan menggunakan analisis korelasi hubungan antara masing-masing variabel terpaan iklan dengan perilaku konsumen ke-320 mahasiswa Universitas Sahid dapat diketahui.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara asosiatif terpaan iklan telepon genggam Nokia memiliki hubungan yang erat dengan perilaku mahasiswa Universitas Sahid dalam hal message content dan message format. Hasil pengujian dan variabel-variabel tersebut memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik. Pengujian juga menunjukkan bahwa frekuensi pengamatan pesan ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumen. Hasil tersebut menunjukkan kepada para marketer maupun advertising agency agar tidak meremehkan desain pesan iklan terutama dalam hal content dan format.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Korry
"Berbagai penelitian yang pernab dilakukan menyatakan peminum kopi biasanya sangat loyal dan tidak jarang yang sangat fanatik pada minuman ini. Hal inilah yang menyebabkan pada masa krisis, tidak terlihat penurunan yang drastis pada angka konsumsi kopi masyarakat Indonesia. Jumlah produsen kopi pun tetap banyak, bahkan
semakin kreatif mengembangkan produk baru.
Pasar kopi instant jumlahnya hanya 5 % dari pasar kopi secara keseluruhan. Nescafe yang merupakan pemimpin dalam pasar kopi instant dengan pangsa pasar mencapai 65 % berkeinginn meluaskan pasarnya karena melihat baliwa pasar kopi di Indonesia sebenarnya sangat besar. Segmen yang menjadi target Nescafe adalah segmen anak muda, yaitu konsumen berusia 18 hingga 26 tahun, yang tinggal di daerah perkotaan dan dan keJas menengah. Segmen ¡ni dinilai potensial karena path usia inilah konsumen kopi mulai melakukan fría!, belum menjadi peminum kopi dan beluxn mempunyai kesetiaan path merek kopi tertentu.. Konsumen segmen ini dianggap lebib mudah untuk dipengaruhi dibanding peminum kopi lama yang biasanya telah setia pada merek kopi tertentu.
Agar dapat mencapai tujuan yaitu meuaskan pasar, diperlukan strategi yang tepat. Karena itu perlu dipahami terlebih dahulu kebutuhan, keinginan, persepsi dan prilaku dan konsumen yang menjadi target. Tujuan dan penelitian adalah untuk mengetahui prilaku konsumen kopi berusia muda, sesual dengan target konsumen Nescafe. Perilaku konsumen yang ingin dilihat antara lain adalah volume konsumsi, kepuasan, lama mengkonsumsi, loyalitas merck sefla merek yang paling dikonsumsi. Konsumen menginginkan produk yang dapat memberikan apa yang diharapkannya dan produk ¡tu. Untuk itu perlu diketahui atribut-atribut yang diinginkan konsumen dan produk kopi. Selain itu penelitian
ini juga bertujuan untuk mengetahui asosiasi yang dihubungkan konsumen dengan Nescafe. Setelah mengetahul prilaku, kombinasi atribut dan asosiasi, akan dilakukan
evaluasi terhadap strategi yang diterapkan Nescafe terutama strategi repositioninnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen segmen anak muda memang belum menjadi peminum kopi yang setia. Sebagian besar volume konsun?sinya rendah, yaitu
maksimal hanya I cangkir setiap hari. Segmen ini juga terlihat belum mempunyai kesetiaan pada merck kopi tertentu Jika path saat hendak menabeli kopi mereka tidak
dapat menemukari merck yang blasa mereka konsumsi, mata sebagian besar konsumen akan menean kopi merek lain, bukan berusaha menead merek langganan mereka di tempat lain. Hal ini berarti, strategi Nescafe yang menjadikan konsumen usia muda sebagai target konsumennya sudah tepat, karena segmen itu lebih mudah dipengaruhi dibanding segmen yang lebih tua usianya.
Ada beberapa atribut yang mereka inginkan terdapat pada produk kopi, dimana mereka menganggap atnibut ini sangat penting dan mempengaruhi mereka dalam memilih meracik kopi, atribut itu adalah rasa, aroma dan kemudahan mendapat atau avaibiliry. Atribut-atribut lain seperti kemasan dan iklan dari produk ¡tu sendirì ternyata kecil
pengaruhnya pada konsumen.
Persepsi responden terhadap Nescafe menunjukkan bahwa tidak semua pesan yang disampaikan Nescafe dalam iklaii-iklannya dapat diterima dengan baik oleh konsumen.
Konsumen umurnnya mempersepsikari Nescale sebagai produk yang praktis, berkualitas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2001
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Agnes Esa Alia, Author
"ABSTRAK
Persepsi masyarakat terhadap manfaat akan kartu kredit sekarang dan masa mendatang sepertinya bukan lagi berdasarkan gengsi melainkan suatu kebutuhan masyarakat di kota-kota besar. Para leader pada bisnis kartu kredit di Indonesia terdiri dari bank-bank pemerintah, bank-bank swasta, bank-bank asing serta lembaga keuangan mendominasi dan turut memeriahkan pasar dengan berbagai tawaran-tawaran yang menarik. Keunggulan dari masing-masing pemain pasar kartu kredit menjadi prioritas dalam mempertahankan loyalitas sekaligus menarik card holder baru dalam meningkatkan jumlah pemegang kartu di Indonesia.
Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah membahas pertama, mengenai bagaimana gambaran loyalitas kartu kredit BNI dan variabel apa saja dalam faktor loyalitas kartu kredit BNI yang paling berperan dalam menentukan loyalitas kartu kredit BNI. Kedua, bagaimana hubungan antara besarnya pengaruh masing-masing variabel penentu loyalitas terhadap loyalitas kartu kredit BNI dilihat dari 4 hal yaitu repeat transaction, pemilihan kartu kredit lain, kebutuhan akan kartu kredit lain dan kesediaan merekomendasikan kartu kredit BNI kepada teman/relasi/saudaranya. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah mengetahui variabel loyalitas nasabah kartu kredit BNI, mengetahui pengaruh variabel loyalitas terhadap loyalitas nasabah kartu kredit BNI berdasarkan 4 hal diatas, mengetahui hubungan/korelasi yang terjadi antara variabel loyalitas terhadap loyalitas nasabah kartu kredit BNI apakah rendah, sedang atau
kuat
Metode pengumpulan data yang digunakan dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 150 responden yang diambil secara drop off survey. Dari 150 responden diambiI 136 sampel data yang valid yang dapat dianalisis. Metode analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan analisis faktor untuk menghitung skor loyalitas kartu kredit BNI dan korelasi antara variable loyalitas dengan loyalitas kartu kredit BNI.
Hasil analisis yang didapat adalah faktor loyalitas barrier to switching variable berupa resiko fungsional menempati mean pada skor yang paling tinggi dibandingkan variabel barrier to switching lainnya yaitu dengan skor 3,5. Value Relative to Competition. Reputasi Bank BNI sebagai penerbit kartu kredit berada pada skor paling tinggi diantara variabel lainnya sebesar 5, 11. Faktor Customer characteristic dengan variabel terdiri dari Sikap dan perilaku nasabah yang tidak menyukai pindah-pindah merek berada pada skor mean paling tinggi yaitu 3,98. Faktor competitive environment dengan variabelnya terdiri dari ada kartu kredit lain yang memiliki fitur yang sama menariknya dengan kartu kredit BNI berada pada skor mean paling tinggi sebesar 4,18
Faktor Customer satisfaction terdiri dari Nasabah yang lebih puas menggunakan kartu
kredit BNI dibandingkan kartu kredit lain berada pada skor mean 4,38.
Loyalitas kartu kredit BNI memiliki nilai mean score atau nilai rata-rata sebesar 4,79 dan faktor yang paling mempengaruhi loyalitas kartu kredit BNI adalah customer satisfaction sebesar 4,83. Loyalitas kartu kredit BNI akan meningkat apabila kepuasan nasabah juga ditingkatkan dengan memberikan nilai tambah pada kartu kreditnya. Peningkatan nilai yang diterima nasabah dalam setiap interaksinya dengan Bank BNI dapat meningkatkan kepuasan yang mengarah ke tingkat ketahanan pelanggan yang lebih tinggi. Nasabah akan bertahan dan terns melakukan repeat transaction karena merasa nyaman dengan nilai yang didapat dan akan lebih mungkin menjadi pelanggan yang loyal yang akan mengarah kepada repeat transaction, perekomendasian dan frekuensi transaksi Hubungan loyalitas dengan repeat transaction memiliki korelasi Pearson yang sedang cenderung kuat sebesar +0,511. Hubungan loyalitas dengan pemilihan kartu kredit lain memiliki korelasi pearson yang lemah sebesar +0.381. Hubungan loyalitas dengan nasabah kartu kredit BNI yang masih membutuhkan kartu kredit lain korelasi yang sangat rendah sebesar -0.157. Hubungan loyalitas dengan kesediaan nasabah merekomendasikan kartu kredit BNI kepada teman/relasi/saudaranya memiliki korelasi yang sedang cenderung kuat sebesar +0,486.
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa variabel yang paling mempengaruhi loyalitas nasabah kartu kredit BNI di Jakarta adalah faktor customer satisfaction, Korelasi antara loyalitas dan repeat transaction adalah korelasi yang sedang cenderung kuat, hubungan antara loyalitas dan pemilihan kartu kredit lain adalah korelasi sedangm hubungan antara loyalitas dan kebutuhan kartu kredit lain adalah korelasi yang sangat rendah, dan hubungan antara loyalitas dan kesediaan merekomendasi adalah korelasi yang sedang cenderung kuat. Saran yang dapat dijadikan masukan adalah Bank BNI harus dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan pelayanan yang professional bagi nasabahnya, karakteristik nasabah kartu kredit BNI yang mayoritas tidak menyukai pindah-pindah merek merupakan peluang untuk mempertahankan nasabah untuk loyal,
reputasi dan image Bank BNI yang cukup baik harus tetap dijaga dengan menekan tingkat komplain nasabah terutama dalam hal penagihan."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisbet
"Rockport masuk ke Indonesia mulai tahun 1996. Hak distribusi sepatu Rockport di Indonesia dipegang oleh PT. Mitra Adiperkasa. Total outlet utuk distribusi sepatu Rockport sampai sekarang berjumlah 26 yang tersebar di mal-mal terkemuka di kota-kota besar Indonesia. Namun distribusi lebih banyak terpusat di Jakarta, dimana hampir 60% dari total hasil penjualan lebih banyak didapat dari outlet-outlet yang terletak di Jakarta.
Harga sepatu Rockport sendiri terhitung relatif cukup mahal, apalagi dibandingkan dengan sepatu-sepatu merek lokal yang kualitas dan tampilannya sudah cukup bisa bersaing. Nilai tukar mata uang kita terhadap US Dollar yang kurang menguntungkan akibat krisis ekonomi dan sosial politik yang berkepanjangan memang jadi salah satu kendala utama Rockport dalam persaingan harga dengan kompetitor local dalam industri sepatu sejenis.
Principal sepatu merek Rockport, yakni mereka yang memegang hak akan nama merek Rockport di seluruh dunia mempunyai beberapa tuntutan bagi PT. Mitra Adiperkasa selaku perusahaan yang bertanggung jawab terhadap pengembangan dan distribusi sepatu merek Rockport di Indonesia. Tuntutan paling utama yang akhir-akhir ini sering dikemukakan Principal sepatu merek Rockport adalah mengenai perluasan pasar di Indonesia, selain melalui menambah jumlah butik khusus untuk sepatu merek Rockport di Indonesia juga dengan me~gkatkan angka penjualan dan tentu saja pembelian sepatu merek Rockport dari PT Mitra Adiperkasa kepada Principal.
Perubahan yang terjadi pada pasar, baik karena krisis ekonomi dan sosial politik yang menurunkan daya bell konsumen maupun munculnya pesaing baru serta adanya tuntutan dari Principal untuk meningkatkan jumlah pembelian dan outlet, menuntut pemasar untuk melakukan evaluasi ulang terhadap strategi pemasarannya. Langkah awal yang perlu dilakukan PT. Mitra Adiperkasa adalah melakukan survey konsumen untuk lebih siapa sebenarnya konsumen bagi sepatu merek Rockport khususnya di Jakarta sebagai daerah yang memiliki pangsa pasar terbesar bagi Rockport saat ini.
Tipe penelitian yang dilakukan ini adalah deskriptif dengan metode survey. Pengambilan sample dilakukan secara convenience dan proportional stratified. Kuesioner akan dibagikan kepada sampel yang pemah dan sedang membeli sepatu merek Rockport di seluruh Jakarta. Tempat pengambilan sampel yang dipilih adalah butik Rockport Mal Pondok Indah, outlet Foot Gear di Mal Taman Anggrek dan Mal Kelapa Gading serta outlet Ath Leisure di Plaza Senayan. Pemilihan tempat dilakukan berdasarkan jumlah pembeli selama tahun 2003, dimana jumlah pembeli terbesar berasal dari keempat tempat tersebut. Jumlah sample yang diambil adalah 120 buah dari total empat outlet tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah pria, dimana rentang usia terbanyak adalah pria yang berusia antara 26 sampai 50 tahun. Sedangkan responden wanita lebih banyak yang berusia antara 26 sampai 3 5 tahun. Sebagian besar responden adalah mereka yang berasal dari kalangan kelas so sial A+ dengan pengeluaran biaya rumah tangga perbulannya diatas dua juta rupiah. Diketahui bahwa kombinasi atribut produk yang diinginkan oleh responden dalam memilih dan membeli sepatu adalah sepatu yang dapat memberikan kenyamanan bagi si pemakai, mempunyai daya tahan lama, model dan style sepatu dan harga. Sedangkan alasan yang mendorong responden untuk membeli sepatu Rockport adalah alasan-alasan yang cukup praktis dan rasional be~pa alasan kenyamanan dipakai, model atau style yang klasik, dan daya tahan lama. Untuk asosiasi, sepatu Rockport dipandang responden sebagai sepatu yang nyaman dipakai, mempunyai style atau model yang cukup klasik yang tidak lekang oleh perkembangan jaman, merek yang cukup bergengsi dan harga yang cukup sesuai. Namun jika dibandingkan dengan sepatu merek lain, harga sepatu Rockport masih dianggap kurang murah oleh responden.
Saran-saran yang bisa diberikan adalah lebih aktif dalam menyampaikan persepsi positif yang sudah ada pada sebagian besar responden dalam penelitian ini, yakni sepatu yang nyaman dan berkualitas melalui kegiatan advertising dan promosi yang lebih sering dan efekti£ Penelitan lebih lanjut tentang kegiatan advertising dan promosi disarankan untuk dilakukan lagi, serta penelitian tentang masih terbatasnya jumlah konsumen wanita yang memakai atau membeli sepatu merek Rockport."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Prasetyo Chandra
"ABSTRAK
Ciputra Hospital adalah sebuah rumah sakit swasta yang baru berdiri. Berdasarkan
laporan kunjungan pasien tahun 2016, jumlah kunjungan pasien belum sesuai target
yang ditetapkan. Hal ini dipengaruhi oleh perilaku konsumen dalam memilih rumah
sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor stimuli
eksternal, yaitu faktor bauran pemasaran dan faktor sosial budaya terhadap
keputusan konsumen dalam memilih Ciputra Hospital. Hasil penelitian
menujukkan faktor bauran produk, harga, tempat, proses, orang, dan bukti fisik
berhubungan dengan keputusan memilih Ciputra Hospital. Sedangkan faktor yang
paling dominan terhadap keputusan memilih Ciputra Hospital adalah faktor produk.

ABSTRACT
Ciputra Hospital is a new private hospital. Hospital report on 2016 shows that
number of patients is below target. This is related to consumer behavior in selecting
hospital. This study aimed to determine external stimuli factors associated with
consumer decision in choosing Ciputra Hospital. The external stimuli factors are
marketing mix and sociocultural factor. This study shows that product, price, place,
process, people and physical evidence are related to the decision to choose Ciputra
Hospital. While the most dominant factor on the decision to choose Ciputra
Hospital is the product factor.
"
2017
T47600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemala Sovia
"Pertamina mmepunyai kekuasaan monopoli (monopolistic power) dalam manajemen pelumas di tanah air, yakni menguasai pasokan bahan baku, produksi, impor, dan jaringan pemasaran. Menurut konsep biaya transaksi (transaction cost, Willamson, 1990), konsep monopoli (monopolistic), Chamberlein (1977), Joan Robinson (1987), Krugman dan Obstfeld (1988), dan Sumitro Djodjohadikusumo (1991), monopoli dapat membuat efisien biaya transaksi, sehingga meningkatkan keuntungan bagi perusahaan serta memenangkan persaingan melalui penguasaan pasar sebagai market leader.
Konsep ilmiah seperti ini belum terbukti pada pemasaran pelumas Pertamina, terutama dengan terjadinya penurunan penjualan sebesar 600 milyar rupiah atau penurunan angka penjualan sebesar 34% dalam kurun waktu 1989-1992, disisi lain konsumsi BBM meningkat tajam sekitar 10% pertahun. Secara teoritis konsumsi BBM dan konsumsi pelumas berkolerasi positif linier. Pertamina telah berupaya meningkatkan penjualan melalui kebijakan yang pada umumnya diarahkan pada pengendalian pelumas palsu , namun hal ini belum berhasil meningkatkan penjualan sementara pelumas palsu masih tetap menjadi masalah.
Ternyata kekuatan monopoli tidak cukup menjamin suatu perusahaan bertahan sebagai pemimpin pasar, dengan keuntungan yang maksimal. Lingkungan perusahaan terutama lingkungan teknologi, pesaing, dan lingkungan sosioekonomis berpengaruh dominan terhadap efektifitas strategi dan kebijakan perusahaan (Glueck dan Jauch,1987). Disamping itu perubahan sikap dan perilaku konsumen sangat menentukan terhadap tingkat penjualan pelumas Pertamina terutama dengan banyaknya pilihan pelumas yang beredar, karena persaingan merek saat ini bukan lagi antar perusahaan dalam negeri, tetapi persaingan merek secara global, karena produksi dari suatu negara telah menghapus batas ruang sehingga dapat masuk ke negara manapun diseluruh dunia.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk analisis strategi, kebijaksanaan pemasaran, dan lingkungan perusahaan serta metode kuantitatif untuk analisis sikap dan perilaku konsumen melalui 500 sampel yang ditetapkan secara unpropotioned stratified random sampling (Parasuraman, 1990). Diagnosis masalah, dan analisis dilakukan berdasarkan deskripsi data dan fakta aktual, dengan menjelaskan (eksplanasi) hubungan casual dan corelasional atas variabel yang mempengaruhi kinerja (performance) pemasaran. Dari penjelasan hubungan variabel yang dibuktikan melalui tes hipotesis dilakukan beberapa teknik analisis seperti; cause and effect analysis, corelasional analysis, situation analysis and trend analysis berdasarkan konsep Bovee, 1992. Dari temuan dan hasil penelitian secara umum dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Telah terjadi penerunan penjualan pelumas otomotif Pertamina. Penurunan penjualan ini disebabkan oleh adanya perubahan sikap dan perilaku konsumen, yaitu berpindahnya sebagian kostumer Pertamina kepada merek pelumas lain. Perpindahan pemakaian merek ini juga didorong oleh perubahan lingkungan perusahaan terutama lingkungan kompetitor, teknologi otomotif, dan lingkungan sosioekonomis.
Adanya kesenjangan antara strategi pemasaran Pertamina dengan pengetahuan, kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen terhadap suatu produk pelumas, yang belum sepenuhnya disadari. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya orientasi Pertamina terhadap konsumen dan lingkungan perusahaan. Pada umumnya budaya (corporate culture) perusahaan negara cenderung berorientasi pada perusahaan yang menyebabkan over convidence, yaitu menganggap produk Pertamina pasti dibutuhkan dan dibelu konsumen.
Merek pelumas Pertamina merupakan jumlah terbesar yang dipalsukan, kenyataan ini dapat menurunkan kepercayaan dan kesetiaan konsumen kepada produk Pertamina yang turut mendorong berpindahnya kostumer Pertamina kepada merek yang dianggap lebih aman.
Kesimpulannya adalah bahwa telah terjadi perubahan pasar pelumas otomotif Pertamina dari captive market kepada competitive market. Oleh karena itu budaya perusahaan yang firm centeredness, perlu diarahkan kepada costumer centeredness, menuju kepuasan konsumen (consumer satisfaction) untuk mengantisipasi pasar pelumas yang akan datang. Disamping itu strategi pemasaran tidaklah monoton, tetapi disesuaikan dengan sikap dan perilaku konsumen serta lingkungan perusahaan yang selalu berubah. Hal ini diperlukan agar produk pertamina tetap dicintai, dan tetap bertahan sebagai market leader kini dan yang akan datang. Untuk mencapai hal ini perlu peningkatan kualitas secara menyeluruh (total quality management) dan kunci utama kearah itu adalah sumber daya manusia yang berkualitas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>