Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartika
"Pembebasan Prancis dari pendudukan Jerman merupakan proses penting yang sangat menentukan situasi politik Prancis setelah Perang Dunia II selesai. Akan tetapi, meskipun sekilas tampak sederhana karena pelaksanaannya dilakukan oleh FFL dan Sekutu dengan relatif mudah, pembebasan Prancis pada hakikatnya merupakan proses yang rumit dan dipenuhi konflik kepentingan antara pihak-pihak yang berperan di dalamnya. Skripsi ini berupaya menganalisa proses pembebasan Prancis dan pembebasan Paris sebagai klimaks dari proses tersebut, melalui ketiga aspek yang menentukan: agen, waktu dan caranya. Penelitian ini memiliki 3 tujuan, yaitu menjabarkan proses pembebasan Prancis, menjabarkan peran serta motivasi pihak-pihak yang berperan di dalamnya dan menganalisa makna pembebasan Paris sebagai klimaks dari pembebasan Prancis bagi pihak-pihak tersebut dan bagi Prancis secara keseluruhan. Metode yang digunakan untuk menulis skripsi ini adalah metode penulisan sejarah ilmiah menggunakan sumber primer dan sekunder yang berupa buku teks, ensiklopedia, memoar, informasi dari website serta film dokumenter perang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembebasan Prancis merupakan sebuah proses yang terdiri dari 3 tahap utama: pendaratan di Normandie, penerobosan ke pedalaman Prancis dan pembebasan Paris. Sepanjang proses tersebut ada 3 pihak besar yang terlibat yaitu Sekutu, Prancis dan militer Jerman di Paris. Prancis berperan sebagai agen pembebasan dan bermotifkan kekuasaan di Prancis pascaperang. Jerman dan Sekutu berperan sebagai pendukung proses pembebasan Paris dengan caranya masing-masing. Perihal pembebasan Paris, meskipun peristiwa tersebut tidak menguntungkan bagi Jerman dan Sekutu dari segi militer, kedua pihak tersebut tetap mendapatkan keuntungan psikologis dan politik dari peristiwa tersebut. Sedangkan bagi Prancis secara keseluruhan, pembebasan Paris merupakan momen yang menentukan bagi situasi Prancis pascaperang. Melalui pembebasan Paris, seluruh Prancis dibebaskan dan Prancis dapat memulihkan situasi politiknya lebih cepat dari negara-negara lain yang dibebaskan oleh Sekutu dalam Perang Dunia II."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14485
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Suci Auliya
"Kekalahan Jerman pada Perang Dunia II memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan negaranya. Dampak yang muncul diantaranya adalah denazifikasi, keharusan membayar ganti rugi, kesulitan ekonomi, serta ketidakberdayaan masyarakat. Kesulitan untuk melayangkan kritik pun membuat masyarakat Jerman terpaksa menerima kebijakan sekutu. Meski begitu, Jerman berusaha bangkit dari keterpurukannya ketika mengalami kekalahan perang untuk kedua kalinya. Melalui penelitian ini, penulis mendiskusikan bagaimana cerpen “Die schwarzen Schafe” digunakan oleh Heinrich Böll dalam menampilkan kondisi Jerman Barat saat kalah Perang Dunia II. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Böll mengisahkan kehidupan tokoh utama di dalam cerpen, seorang kambing hitam, sebagai sebuah metafora untuk menampilkan kondisi Jerman Barat tepat saat kalah Perang Dunia II. Böll menampilkan kondisi masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi, dijauhkan dari lingkungan tempat tinggal mereka sendiri, dan nyaris kehilangan harapan akibat ketidakberdayaan mereka. Selain itu, perang tidak hanya berdampak pada masyarakat yang merasakan peperangan dan yang selamat setelahnya, tetapi juga akan berdampak pada generasi selanjutnya.

The defeat of Germany in World War II has had a negative influence on the country and society. Denazification, the necessity to pay reparations, economic hardships, and societal impotence are some of the consequences. The German people were also constrained to accept the Allies' policies since it was difficult to criticize them. Nonetheless, Germany attempted to recover from the agony of a second war defeat. Through this research, the author discusses how Heinrich Böll used the short story "Die schwarzen Schafe" to depict West Germany's condition after World War II. The qualitative descriptive method is used in this research, together with a sociology of literature approach. The findings reveal that Böll uses the life of the main character in the short story, a black sheep, as a metaphor for West Germany at the time it lost World War II. Through this short story, Böll depicts the condition of people who are experiencing economic difficulty, are alienated from their own environment, and have nearly given up hope due to their inability to defend themselves. Furthermore, war will have an impact not only on those who lived through the conflict and those who survived, but also on future generations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Putri Indriyansyah
"Upaya Perlindungan Diri Perempuan dari Pelecehan Seksual Pada Perang Dunia II dalam Film Anonyma: Eine Frau in Berlin Karya Max Färberböck

The issue of sexual harassment against women is an issue that has long been a topic of discussion in the world. Sexual harassment of women is formed from the existence of hegemonic masculinity. According to Gramsci, hegemony is a form of domination and power, in short, hegemonic masculinity can be interpreted as a form of domination and power exercised by men over women. This is common in various social circles, therefore women
fight for their rights and demand gender equality. This research will raise the issue of identity change caused by hegemonic masculinity against the main female character Anonyma in Germany during World War II, through the film Anonyma: Eine Frau in Berlin. This research uses a qualitative approach and literature review through books, journals and scientific articles. The main focus of this research is the actions of the Russian army and the situation in the environment that supports the identity change and struggle of the figures Anonyma. How the surrounding environment can influence the process of forming the identity of Anonyma's character and the struggles he undertakes. This is answered by using the theory place identity and using cinematographic techniques in analyzing scenes in the film. The results of the analysis show that a person's identity can be formed through environmental influences, as well as the struggles that women waged by arranging strategies to protect themselves from sexual violence during World War II.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Apriani Yunandar
"ABSTRAK
Puncak perseturuan antara Jepang dan Amerika terjadi akibat kesepakatan yang tidak terjadi. Jepang menyerang Pearl Harbor, pangkalan militer Amerika yang berada di kepulauan Hawai secara mendadak dibawah pimpinan Yamamoto Isoroku. Akibat dari serangan Jepang terhadap Pearl Harbor ini, pecahlah perang pasifik yang menandai juga perang dunia II. Artikel ini menjelaskan secara rinci bagaimana relasi dimensi militer antara Jepang dan Amerika pascaperang dunia II yang dibatasi pada tahun 1951 sampai dengan 1980. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan dengan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengeboman Pearl Harbor berdampak besar bagi hubungan kedua negara terutama pada dimensi militer.

ABSTRACT
The culmination of the Japanese and American conflict was the result of an agreement that did not occur. Japan attacked Pearl Harbor, that was on an impromptu basis attack, in United States military base in the Hawaiian islands under the leadership of Yamamoto Isoroku. As a result of the Japanese attack on Pearl Harbor, the Pacific war broke out which also marked the Second World War. This article explains in detail how Japan and United States relations in the military dimension after World War II in 1951 to 1980. This study is a literature study with descriptive analysis method. The results of this study indicate that the bombing of Pearl Harbor had a major impact on the relations between the two countries, especially in the military dimension."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shafina Zahrani
"Perang Dunia II menimbulkan berbagai dampak terhadap beberapa negara di Eropa, salah satunya Belanda. Tahun 1940 Belanda menjadi negara yang diinvasi oleh tentara Jerman. Terjadi kekacauan di negara Belanda akibat adanya invasi tersebut. Film Bankier van het Verzet (2018) merupakan salah satu film yang menceritakan tentang Perang Dunia II di Belanda. Film ini memperlihatkan perjuangan seorang bankir bernama Walraven van Hall dalam mendanai perlawanan Belanda terhadap Jerman. Masalah penelitian ini adalah bagaimana dinamika kepribadian tokoh Walraven van Hall dalam film Bankier van het Verzet (2018)? Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teori psikoanalisis Sigmund Freud tentang id, ego, dan superego yang didukung oleh pendapat Mac Dougall tentang dorongan naluri dasar manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripksikan dinamika kepribadian tokoh Walraven van Hall. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Walraven van Hall mengalami perubahan kepribadian dari id ke ego lalu menjadi superego, id menjadi ego, dan id menjadi superego. Id Walraven van Hall merupakan manifestasi dari dorongan naluri untuk mempertahankan hidup dan berbakti. Ego Walraven van Hall bekerja untuk memuaskan id melalui tindakan-tindakannya dalam menghadapi realita. Superego Walraven van Hall dapat dilihat melalui tindakannya yang berusaha mengendalikan ego, karena hati nurani dan norma yang berlaku di masyarakat.

World War II has impacts on several countries in Europe, one of which is Netherlands. In 1940 Netherlands became a country that was invaded by German army. There was chaos in Netherlands due to the invasion. Bankier van het Verzet (2018) is a film that tells about World War II in Netherlands. This film shows the struggle of a banker named Walraven van Hall in funding Dutch resistance against Germany. Walraven van Hall sacrifices many things to defend his country. The research’s problem is how Walraven van Hall’s personality dynamics in Bankier van het Verzet film (2018)? This research uses descriptive qualitative methods and Sigmund Freud's literary psychoanalysis theory about id, ego, and superego which supported by Mac Dougall's opinion about human instincts. The purpose of this research is to describe Walraven van Hall’s personality dynamics. The results show that Walraven van Hall’s personality changes from id to ego to superego, id to ego, and id to superego. Walraven van Hall's id is manifestation of survival and serves instinct. Walraven van Hall's ego works to satisfy id in dealing with reality. Walraven van Hall's superego can be seen when he tries to control ego, because of conscience and norms in society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Rustam
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Nurliana
"Bangsa Amerika Serikat dikenal sebagai bangsa yang bersifat heterogen. Berbagai bangsa atau kelompok etnik datang dan bermukim untuk mencari kehidupan di benua baru yang kemudian menjadi negara Amerika Serikat. Oleh karena itu orang sering menyebut bangsa Amerika sebagai a nation of nations atau a nation of immigrants. Diantara para pendatang dari Asia yang telah mengalami sejarah yang panjang adalah orang Cina yang dalam perkembangannya telah menjadi Chinese American (orang Amerika keturunan Cina), karena proses regenerasi yang telah berlangsung lebih dari dua abad.
Dalam makalah ini akan ditelusuri pengalaman orang Cina yang datang di Amerika sejak awal abad ke-19 ketika negara Amerika Serikat mulai membangun negaranya setelah berakhirnya perang melawan Inggris yang terkenal sebagai Revolusi Amerika kedua atau Perang tahun 1812. Kita akan melihat bagaimana dan mengapa orang Cina datang ke Amerika dan bagaimana pengalaman kehidupan mereka di tempat yang baru itu. Secara kronologis sejarah kehidupan Chinese Americans ini akan dibagi dalam tiga tahap, yaitu Masa Awal, masa berlakuknya exclusion Act 1882 dan Masa Pasca-Perang Dunia II."
2002
JSAM-VIII-JanDes2002-16
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riezky Darma Setyawan
"ABSTRAK
Kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) mengahadapi situasi Perang Dunia II adalah mempersiapkan pertahanan ke dalam yang tangguh. Untuk itu segala potensi industri dialihkan untuk pembangunan kekuatan militer. Dalam konteks sejarah AS di abad ke-20, kebijakan mengenai penggunaan aspek militer sebagai alat penentu keputusan politik luar negerinya adalah suatu hal yang sangat panting. Walaupun kita mengetahui bahwa tatanan politik dan sosial negara tersebut sangat jauh dari sifat yang militeristik. Kebijakan pertahanan tersebut memiliki doktrin yang terkait dengan aspek kematraan atau alam tempat bernaung suatu angkatan perang.
Pesawat pembom strategis dan aspek politik-ekonominya yang menjadi bahan penelitian di dalam skripsi ini terikat ke dalam sebuah doktrin bermatra udara. Doktrin ini dihasilkan dari sebuah perdebatan mengenai pengesahan konsepsinya pada tahun I 920'an. Perdebatan itu berpangkal dari belum terujinya konsep tersebut ke dalam situasi yang nyata. Doktrin itu kemudian bisa diwujudkan bersama dengan tujuan politik AS dalam percaturan dunia yang tengah dilanda perang. Kegiatan industri manufaktur saat itu yang merupakan inti dari kebesaran ekonomi dan kemenangan militer AS.
Kegiatan ini pula memberikan arti yang panting terhadap keberadaan industri swasta yang didorong oleh kebijakan pemerintah. Hal ini ditambah oleh peranan lembaga militer yang secara langsung menerapkan doktrin tersebut yang memiliki peranan dalam perancangan dan pengelolaan produksinya.

"
2001
S12401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Winda Fitrianingsih
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas sikap pro-kontra terhadap wajib militer di Australia pada masa perang Dunia I. Sikap pro-kontra ini kelak akan mewarnai perdebatan dalam parlemen dan masyarakat seiring dengan berjalannya perang. Penelitian ini adalah penelitian sejarah secara deskriptif-analisis.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode sejarah, yakni proses menguji dan menganalisa secara kritis diantaranya peninggalan masa lampau (arsip-arsip) dan rekaman film dokumenter. Pengumpulan data ini diperoleh melalui kepustakaan yang terdapat di Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, dan Perpustakaan Nasional serta arsip-arsip yang diunduh dari situs yang beralamat www.naa.gov.au dan www.youtube.com.
Hasil penulisan menunjukkan bahwa kebijakan wajib militer di Australia telah mengakibatkan terpecah-belahnya masyarakat Australia dalam sikap pro dan kontra sepanjang Perang Dunia I. Walaupun hasil referendum wajib militer telah kalah melalaui dua kali referendum, namun pengiriman tentara Australia ke medan Perang Dunia I terus dilakukan oleh Pemerintah Australia karena loyalitas yang tinggi dari
Perdana Menteri Hughes yang tinggi terhadap mother country-nya (Kerajaan Inggris)

ABSTRACT
This paper discuss pro and con?s attitude towards conscription in
Australia during the First World War. Pro and con will be colorfull the
debates in parliament and public a long the First Wold War. The research is a historical research with descriptif-analysis. The method that used in the writing of this paper is a historical method, the historical method is process of testing and critically analyze example the relics (archives) and documentary film. The data collection was
obtained from literature in the Library of the Faculty of Humanities
University of Indonesia, Central Library University of Indonesia, National Library and archives that are downloaded from website www.naa.gov.au andwww.youtube.com. The results show that military act in Australia has resulted infragmented Australian society in pro and con?s attitude during the First World War. Although the results of the referendum was defeated through twice conscription referendum, but the Australian Government continuously still to sending Australian Army to the location of World War I because of high loyalty from Prime Minister Hughes to his mother country (English Kingdom).
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1425
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library