Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suryadi Wirawan
"Pendahuluan: Rabdomiosarkoma adalah high grade malignancy sekaligus sarkoma jaringan lunak tersering pada anak dan remaja. Limb salvage surgery LSS semakin luas dianut dan dipraktekkan sebagai prioritas oleh karena kemajuan kemoterapi dan radioterapi. Data demografi dan evaluasi tatalaksana itu beserta kaitannya dengan analisis kesintasan belum pernah ada di Indonesia.
Metode: Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif, yang dilakukan di Departemen Orthopaedi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia. Pada Januari 2005-Desember 2016, 43 pasien rabdomiosarkoma ekstrimitas dan pelvis dianalisis secara demografi. Dari jumlah tersebut, 28 pasien menjalani tatalaksana dan dianalisis kesintasannya terkait berbagai faktor. Dari jumlah itu, 15 pasien dibagi menjadi dua kelompok salvage atau ablasi dan dianalisis luaran fungsionalnya setelah satu tahun pasca operasi dengan skor MSTS.
Hasil: Distribusi umur menunjukkan kemaknaan terhadap jenis pleomorfik, yang hanya ditemukan pada dewasa p=0,035. Luaran fungsional kelompok salvage rerata = 13,4 secara bermakna p=0,005 lebih baik dibandingkan ablasi rerata = 22,23. Insiden metastasis secara bermakna menurunkan kesintasan p=0,034. Angka kesintasan adalah 3,53 dan median kesintasan adalah 14 bulan. Distribusi umur berupa kurva bimodal dengan insiden dekade awal dibentuk oleh tipe embrional dan diatas 45 tahun oleh tipe plemorfik.
Simpulan: Fungsi ekstrimitas pasca salvage menunjang fungsi sehari-hari dan tidak terpengaruh morbiditas pasca operasi, serta tidak berpengaruh pada kesintasan juga rekurensi. Karenanya, prosedur itu menjadi prioritas dibanding ablasi. Pengananan awal agresif pada pencegahan metastasis dapat meningkatkan kesintasan. Modalitas kemoterapi multiagen, radioterapi, dan bedah memberikan kecenderungan hasil terbaik.

Introduction Introduction Rhabdomyosarcoma, classified as high grade sarcoma, comprises the most common soft tissue sarcoma in children and adolescent, in which the treatment has been advancing. Limb salvage surgery has been acknowledged and performed widely as the priority on local control of pelvic and extremity rhabdomyosarcoma, due to the advancement on radiotherapy and chemotherapy. The established data on patients demography and current treatments evaluation in Indonesia, are not available yet, especially in the concern of survival.
Method: The study design is retrospective cohort, which was performed in Orthopaedics and Traumatology Department, Cipto Mangunkusumo National Primary Referral Hospital, Jakarta, Indonesia. From January 2005 to December 2016, 43 patients, diagnosed as extremity or pelvic rhabdomyosarcoma, were analyzed for demography. 28 patients of them, underwent treatment, and were analyzed for survival analysis. Subsequently, 15 patients of them were divided into two groups ablation and salvage , and analyzed for one year postoperative functional outcome in Musculoskeletal Tumour Society score.
Result: Age distribution has association on pleomorphic type, which is only found on adults p 0,035. Functional outcome on salvage group mean 22.23 has better outcome p 0,005 result ablation group mean 13.4. Of all oncologic parameters, metastasis has association with worsening 5 years survival p 0,034. The 5 years survival rate is 3.53 and median survival is 14 months. Age distribution shows bimodal curve on incidence, which comprised from embryonal type on first decade and pleomorphic type after fourth decade.
Conclusion: The extremity function after salvage procedure reassure daily life and had not influenced by postoperative morbidity, also has no association with survival and recurrence. Therefore, salvage procedure has become priority comparing to ablation. Early aggressive management on metastatic prevention may increase survival. Combination on multiagent chemotherapy, radiotherapy, and wide excision has the most favorable survival.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farrah Lidyana
"Latar Belakang: Kehamilan remaja adalah beban kesehatan utama. Kehamilan remaja dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk anemia, prematuritas, dan bayi berat lahir rendah BBLR . Sampai saat ini, penelitian mengenai kehamilan remaja di Indonesia masih jarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kehamilan remaja serta luarannya. Metode: Untuk menganalisis prevalensi ibu remaja, kami menggunakan desain studi potong lintang dengan mengeavaluasi rekam medis dari seluruh ibu hamil yang berobat ke klinik obstetri RSUPN Cipto Mangunkusumo pada periode Januari 2014 sampai Desember 2016. Pada luaran ibu hamil, kami menggunakan desain studi retrospektif dengan menganalisis rekam medis ibu remaja yang bersalin di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada periode yang sama. Luaran ibu remaja dibandingkan dengan ibu yang bersalin yang berusia 20-30 tahun. Luaran ibu yang kami ukur meliputi preeklampsia, metode persalinan, anemia, perdarahan pasca persalinan, sedangkan luaran perinatal yang kami ukur meliputi kelahiran prematur dan BBLR. Hasil: Dari seluruh 3.578 pasien di Poliklinik Obstetri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, diperoleh 503 subjek yang hamil, sebanyak 16 3.2 subjek adalah remaja. Dari seluruh 520 subjek yang bersalin, 78 15 subjek adalah remaja. Kehamilan remaja berhubungan signifikan dengan anemia p < 0.05, adjusted OR = 2.08 dam BBLR p < 0.05, adjusted OR = 1.83 . Kehamilan remaja tidak berhubungan signifikan dengan preeklampsia, metode persalinan, perdarahan pasca persalinan, dan kelahiran prematur. Kesimpulan: Prevalensi kehamilan remaja di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah 3.2 dan persalinan remaja di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah 15 . Ibu remaja berada pada peningkatan risiko anemia dan melahirkan bayi BBLR.

Background Teenage pregnancy is a major health burden, leading to many complications, including anemia, preterm birth, and low birthweight. To date, studies regarding teenage pregnancies in Indonesia are scarce. We aimed to evaluate the prevalence as well as maternal and perinatal outcome of teenage pregnancies. Methods For analyzing the prevalence of the teenage mothers, we used crosssectional study design by evaluating the medical records of all pregnant mothers who went to the obstetric clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia, during January 2014 until December 2016. For the outcome of the teenage mothers, we used retrospective study design by analyzing medical records of teenage mothers who had delivery at the delivery ward of Cipto Mangunkusumo Hospital during January 2014 until December 2016. We compared their outcomes to outcomes of pregnant women aged 20 to 30 years old delivered at the same hospital in the same period. Maternal outcomes that were measured include preeclampsia, methods of delivery, anemia, and postpartum hemorrhage, as well as perinatal outcomes including preterm delivery, and low birthweight. Results Among 3.578 outpatients at Obstetric Clinic, RSUPN Cipto Mangunkusumo, we got 503 pregnant subjects, 16 3.2 were teenagers. Among 520 subjects who had delivery, 78 15 subjects were le 19 years old. Teenage pregnancy was significantly associated with anemia p 0.05, adjusted OR 2,08 and low birthweight p 0.05, adjusted OR 1.83 . Teenage pregnancy was not significantly associated with preeclampsia, methods of delivery, postpartum hemorrhage, and preterm delivery. Conclusion The prevalence of teenage pregnancy at Cipto Mangunkusumo Hospital is 3.2 and teenage mothers who had delivery is 15 . Teenage mothers are at increased risk of anemia and delivering low birth weight babies."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Alhadi
"Pendahuluan: Stenosis kanal lumbal (SKL) adalah gangguan yang disebabkan oleh penyempitan kanal spinal. Derajat penyempitan kanal spinal dapat ditentukan oleh kriteria Herzog yang diukur dengan pemeriksaan MRI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui luaran klinis pasien SKL dengan berbagai derajat stenosis setelah dekompresi dan stabilisasi posterior.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi kohort retrospektif di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dari bulan Agustus hingga September 2017 dengan teknik total sampling. SKL diklasifikasikan berdasarkan kriteria Herzog. Luaran klinis diukur dengan menghitung skor ODI sebelum operasi dan satu tahun setelah operasi.
Hasil: 39 subyek penelitian memiliki rerata usia 58,41±5,86 tahun dan terdiri dari 24 perempuan dan 15 laki-laki. Berdasarkan kriteria Herzog, subyek penelitian yang diklasifikasikan dalam derajat medium 12 (30,8%) dan severe 27 (69,2%). Nilai median skor ODI pada kelompok medium 57 dan severe 60. Setelah operasi, nilai median pada kedua grup turun menjadi 6. Secara statistik, terdapat perbedaan bermakna nilai skor ODI pada kelompok medium (p 0,002) dan kelompok severe (p 0,001), sebelum dan setelah operasi. Sementara itu, tidak ada hubungan bermakna antara skor Herzog dan ODI sebelum operasi (p 0,192) dan setelah operasi (p 0,249).
Diskusi: Luaran klinis pasien SKL tergolong baik karena skor ODI mengalami penurunan setelah tindakan dekompresi dan stabilisasi posterior sehingga tindakan tersebut mempengaruhi luaran klinis pasien SKL.

Background: Lumbar canal stenosis (LCS) is a disorder that caused by the narrowing of the spinal canal. The stage of narrowing is based on Herzog criteria measured from MRI examination. The aim of study was to know clinical outcomes of LCS patients in different stage of stenosis after decompression and posterior stabilization.
Methods: This research used retrospective cohort study design and carried out at Cipto Mangunkusumo General Hospital from August to September 2017 with total sampling technique. LCS was classified based on Herzog criteria. Clinical outcome was measured by counting The ODI score before the operative procedure, and one year after the operative procedure.
Results: All 39 subjects was 58.41±5.86 years old and consisted of 24 females and 15 males. Based on herzog criteria, the subjects are classified into medium 12 (30,8%) and severe stage 27 (69.2%). The median of ODI score at medium group was 57 and severe group 60. After operative procedure, the median of ODI score at each groups was decreased to 6. Statistically, there was a significant corelation bertween of ODI score in medium (p 0,002) and severe group (p 0,001), to pre and postoperative procedure. No significant correlation between herzog and ODI score preoperative (p 0,192) and postoperative (p 0,249).
Discussions: The clinical outcome of LCS patients is good because the ODI score decreases after decompression and posterior stabilization so the procedure affects clinical outcomes of LCS patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Katarina Damayanti
"Latar Belakang: Target angka keberhasilan pengobatan TB MDR/TB RR 2015 adalah ≥ 75 %. Angka keberhasilan pengobatan menurut WHO tahun 2013 adalah 52%. Kesenjangan antara target dan pencapaian masih sangat besar.
Metode: Penelitian cross sectional/potong lintang berdasarkan data rekam medis pasien TB MDR yang sudah ada hasil pengobatan sejak Januari 2013 sampai dengan Desember 2016. Hasil: Dari 409 pasien TB MDR di RSUP Persahabatan keberhasilan pengobatan 61,4% dengan hasil akhir pengobatan sembuh 243 subjek (59,4%), pengobatan lengkap 8 subjek (2%), meninggal 44 subjek (10,8%), loss to follow up 106 subjek (25,9%) dan gagal 8 subjek (2%). Pada penelitian ini 243 subjek (59,4%) laki-laki dengan rerata umur 38,79 ± 11,887 tahun, mayoritas gizi kurang dan terdapat pengobatan TB sebelumnya, resistensi terbanyak RHES dan efek samping terbanyak efek samping sedang (kelompok 2). Faktor umur, riwayat penggunaan alkohol dan komorbid DM mempunyai hubungan bermakna terhadap hasil akhir pengobatan (p<0,05). Riwayat penggunaan alkohol merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil akhir pengobatan.
Kesimpulan: Keberhasilan pengobatan TB MDR di RSUP Persahabatan adalah sebesar 61,4% dan faktor yang berhubungan bermakna adalah umur, riwayat penggunaan alkohol dan terdapatnya komorbid DM.

Background: The target of treatment success rate of MDR TB/RR TB in 2015 is ≥ 75 %. The success rate in WHO 2013 is 52%. The gap between target and achievement is still very large.
Method: A cross sectional design based on medical record data of MDR TB patients who have been treatment outcomes from January 2013 to December 2016.
Result: Of a total 409 MDR TB patients at Persahabatan Hospital succes rate of treatment is 61,4% with the final outcome consist of cured 243 subjects (59,4%), complete treatment 8 subjects (2%), death 44 subjects (10,8%), loss to follow up 106 subjects (25,9%) dan failed 8 subjects (2%). Patients in this study were male 243 subjects (59,4%) with mean age of subjects 38,79 ± 11,887 years old, majority is malnutrition and had previous TB treatment, the most resistance is RHES and the most side effects is moderate. The age, alcohol user and comorbid DM were found to have significant relationship to treatment outcomes (p<0,05). The alcohol user is the most influential factor to the treatment outcomes.
Conclusion: The success rate of treatment outcome of MDR TB in Persahabatan hospital is 61,4% and associated factors is the age, alcohol user dan comorbid DM. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Aldila Pratama
"Latar belakang: Kehamilan remaja merupakan suatu masalah kesehatan dan sosial. Beberapa penelitian telah mempelajari psikopatologi pada kehamilan remaja khususnya depresi, psikotik, bipolar, gangguan cemas dan gangguan nafsu makan. Hingga saat ini belum ada penelitian yang menelaah hubungan psikopatologi pada kehamilan remaja dengan luaran persalinan. Tujuan: Mengetahui hubungan psikopatologi pada kehamilan remaja dengan luaran persalinan.
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di RSCM dan RSUT pada bulan Mei 2017-Januari 2018. Pengambilan subjek dilakukan secara berurutan (consecutive) yang memenuhi kriteria penerimaan dan tidak termasuk dalam kriteria penolakan sampai dengan target subjek terpenuhi. Subjek akan diminta untuk mengisi kuesioner SCL-90. Setelah mengisi kuesioner, subjek terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan gejala psikopatologi dan kelompok tanpa gejala psikopatologi, dimana masing-masing kelompok akan dilihat luaran persalinannya.
Hasil: Didapatkan hubungan yang bermakna antara kelompok dengan gejala psikopatologi dengan luaran persalinan; usia gestasi (p < 0,001), skor Apgar (p < 0,001) dan berat lahir bayi (p < 0,001).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara luaran persalinan dengan kehamilan remaja disertai gejala psikopatologi dibandingkan tanpa gejala psikopatologi.

Background: Teenange pregnancy is a health and social problems. Several studies have studied psychopathology in teenage pregnancy especially depression, pcychotic, bipolar, anxiety disorder and appetite disoreder. Until now there has been no research that examines the correlation of psychopathology in teenage pregnancy with delivery outcomes.
Aim: To determine the correlation of psychopathology in teenage pregnancy with delivery outcomes.
Methods: This cross sectional study was conducted at RSCM and RSUT in May 2017-January 2018. Subjects ware taken consecutively that met the inclusion criterias and were not included in the exclusion criterias until the subject target was met. Subjects will be required to complete the SCL-90 questionnaire. After filling out the questionnaires, the subjects were divided into two groups, group with psychopathological symptoms and without psychopathological symptoms, in which each group would be seen the delivery outcomes.
Results: There was a significant correlation between group with psychopathological symptoms with delivery outcome; time of delivery (p < 0,001), Apgar score (p < 0,001) and birth weight (p < 0,001).
Conclusion: There was a significant correlation between delivery outcomes and teenage pregnancy with psychopathological symptoms compared with no psychopathological symptoms."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khaira Abdillah, auhtor
"Internet as any other ICT plays an important role in enhancing public access to various sources of information and facilitating the dissemination of information in general. As the future economy is predicted to be knowledge-based, with the internet as its center, internet connectivity is essential for peoples participation in activities and discussions. Following the growing concerns on the benefits of ICT, internet or broadband connectivity improvement has started to become more recognized by the authorities in recent years. Studies in recent years have been investigating the socioeconomic impact of ICT investment and adoption. One of the aspects that has been studied extensively is educational outcomes. Despite the close link between access to information and the education sector, researchers have not reached a consensus on the presence of causal impact. The objective of this research is to shed light on the impact of internet expansion on learning outcomes in Indonesia. The main findings are as follows. Firstly, the empirical result shows a positive causal effect of internet penetration on learning outcomes. Second, the impact on science major is greater than social major. Based on these results and a careful reading of relevant literature, a series of government actions to accelerate internet expansion have been suggested. The government of Indonesia needs to enhance its efforts in providing affordable internet access, such as by finalizing the frequencies migration from analog to digital and promoting infrastructure sharing among telecommunication providers.

Internet seperti TIK lainnya, memainkan peran penting dalam meningkatkan akses publik ke berbagai sumber informasi dan memfasilitasi penyebaran informasi secara umum. Karena ekonomi masa depan diprediksi berbasis pengetahuan, dengan internet sebagai pusatnya, konektivitas internet sangat penting untuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan dan diskusi. Sejalan dengan perhatian masyarakat akan pemanfaatan TIK yang terus berkembang, peningkatan konektivitas internet atau broadband menjadi lebih diakui oleh pembuat kebijakan dalam beberapa tahun terakhir. Studi yang berusaha menyelidiki dampak sosial ekonomi dari investasi dan adopsi TIK pun mulai berkembang. Salah satu aspek yang telah dipelajari secara luas adalah hasil pendidikan. Meskipun ada kaitan erat antara akses ke informasi dan sektor pendidikan, para peneliti belum mencapai konsensus mengenai keberadaan dampak kausal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dampak ekspansi internet terhadap hasil belajar di Indonesia. Temuan utama adalah sebagai berikut. Hasil empiris pertama menunjukkan efek kausal positif dari ekspansi internet pada hasil belajar. Kedua, dampaknya pada jurusan sains lebih besar dari jurusan sosial. Berdasarkan hasil ini dan pembacaan literatur yang relevan, serangkaian tindakan pemerintah untuk mempercepat ekspansi internet disarankan. Pemerintah Indonesia perlu meningkatkan upayanya dalam menyediakan akses internet yang terjangkau, seperti dengan menyelesaikan migrasi frekuensi dari analog ke digital dan mempromosikan infrastructure sharing di antara penyedia layanan telekomunikasi.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajiantoro
"Latar Belakang. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan suatu kondisi terjadinya penonjolan nukleus pulposus melalui annulus fibrosus pada diskus intervertebralis yang menekan ke arah kanalis spinalis. Minimal invasive surgery merupakan salah satu penatalaksanaan HNP dengan intervensi minimal. Dalam banyak kasus HNP, kebocoran nukleus pulposus dapat bermigrasi ke luar dari diskus intervertebralis, dan adhesi tersebut sering menyebabkan kesulitan dalam tatalaksana HNP. Indeks Disabilitas Oswestry (IDO) adalah salah satu luaran klinis untuk mengevaluasi keberhasilan penanganan nyeri punggung bawah. Penelitian ini dilakukan untuk menilai faktor-faktor yang memengaruhi luaran klinis IDO pada pasien hernia nukleus pulposus pasca tindakan Microendoscopic Discectomy (MED).
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode kohort pada 102 pasien, dengan menganalisis faktor usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, onset nyeri, gejala nyeri radikuler, skor VAS, skor IDO, defisit neurologis, durasi dan tatalaksana konservatif, zona herniasi, derajat herniasi, lama operasi, lama perawatan, rekurensi nyeri, komplikasi dan durasi penyembuhan pascaoperasi.
Hasil. Tidak semua faktor memiliki pengaruh terhadap luaran klinis IDO pada pasien HNP pasca tindakan MED berdasarkan hasil analisis statistik. Dari uji regresi linier didapatkan rumus perubahan skor IDO pasca 12 bulan operasi = 21.967 + -1.54*(VAS preoperasi) + 0.697*(IDO preoperasi) + -0.104*(usia) + 0.794*(derajat herniasi). Berdasarkan variabel derajat herniasi (1 = protrusi, 2 = ekstrusi, 3 = sekuestrasi). Uji analisis kesintasan rekurensi nyeri pada penelitian ini tidak bermakna secara statistik. Namun, rekurensi nyeri yang terjadi sebagian besar didapatkan pada kelompok protrusi dan ekstrusi, dengan IMT lebih dari 25, dan VAS preoperasi ≥ 5.
Kesimpulan. Faktor yang memengaruhi luaran klinis IDO pada pasien HNP pasca tindakan MED adalah skor IDO preoperasi, VAS preoperasi, onset nyeri, IMT, usia, riwayat olahraga, derajat herniasi dan rekurensi nyeri. Hanya empat dari faktor tersebut yang dapat digunakan untuk memprediksi luaran IDO, yaitu VAS preoperasi, IDO preoperasi, usia dan derajat herniasi.


Background. Herniated Nucleus Pulposus (HNP) is a condition of protrusion of the nucleus pulposus through the annulus fibrosus in the intervertebral disc that presses towards the spinal canal. Minimal invasive surgery is one of the management of HNP with minimal intervention. In many cases of HNP, leakage of the nucleus pulposus can migrate out of the intervertebral disc, and the adhesion often causes difficulties in the management of HNP. The Oswestry Disability Index (ODI) is a clinical outcome for evaluating the success of treating low back pain. This study was conducted to assess the factors that influence ODI clinical outcomes in patients with nucleus pulposus herniation after MED.
Methods. This study was an observational analytic cohort method in 102 patients. By analyzing the factors of age, sex, body mass index, cigarette consumption, alcohol consumption, pain onset, radicular pain, VAS pain score, ODI score, neurological deficit, duration and conservative management, herniation zone, herniation grading, length of operation, duration of treatment, recurrence of pain, complications and duration of postoperative healing.
Results. Some factors influence ODI outcome in the sample as resulted by statistical analysis. From linear regression calculation, ODI 12-months postoperative formula = 21.967 + -1.54*(VAS preoperative) + 0.697*(ODI pre-operative) + -0.104*(age) + 0.794*(grading herniation). There was no statistical significance found in the survival analysis of pain recurrence. However, the pain recurrence happened mostly in patients with protrusion and extrusion grade, with BMI more than 25, and preoperation VAS ≥5.
Conclusion. Factors influencing clinical outcomes by ODI in patients with nucleus pulposus herniation after MED were preoperative ODI, preoperative VAS, pain onset, BMI, age, sport history, herniation grading, and pain recurrence. Only four of them are able to predict postoperative ODI, they are preoperative ODI, preoperative VAS, age, and herniation grading.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiyanto
"Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran input (belanja) pendidikan dan indikator outcome pendidikan, serta menganalisis dampak belanja pendidikan terhadap indikator outcome pendidikan di Indonesia. Analisis pemetaan sebaran belanja dan indikator outcome pendidikan dilakukan dengan menggunakan analisis Biplot. Sementara itu, dampak belanja pendidikan terhadap indikator pendidikan dianalisis menggunakan regresi data panel. Hasil analisis Biplot menunjukkan bahwa Belanja Pendidikan per Kapita memiliki korelasi positif dengan indikator outcome pendidikan. Pada beberapa provinsi, Rasio Guru Murid (RGM) memiliki korelasi positif dengan indikator pendidikan terutama pada indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMA. Hasil analisis regresi data panel menunjukkan bahwa Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Tunjangan Guru, Dana Alokasi Khusus Fisik (DAK Fisik) Bidang Pendidikan, dan Jumlah Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Angka Partisipasi Murni (APM) Wajib Belajar dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS).Kemudian Tunjangan Guru, Dana Alokasi Khusus Fisik (DAK Fisik) Bidang Pendidikan, dan Jumlah Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harapan Lama ekolah(HLS). Penelitian ini merekomendasikan supaya pemerintah mempertimbangkan indikator outcome pendidikan per provinsi dalam mengalokasikan belanja pendidikan, dan mendorong pemerataan rasio dan kualitas guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan di setiap provinsi."
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2022
336 ITR 7:2 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bimo Adi Wicaksono
"Latar Belakang: Pada tanggal 12 Maret 2020, World Health Organization (WHO) mengumumkan penyakit Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sebagai pandemi yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Infeksi virus dapat menyebabkan kolonisasi organ yang terinfeksi akibat penurunan respon imun oleh patogen akibat penurunan respons imun serta masuknya bakteri patogen melalui akses yang diperantarai oleh mikroorganisme oportunis. Hingga saat ini telah banyak studi yang membahas COVID-19 dari aspek epidemiologi dan karakteristik klinis namun informasi terkait infeksi sekunder akibat bakteri pada COVID-19 masih terbatas.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan dengan menelusuri data rekam medis pasien yang memiliki riwayat perawatan pneumonia COVID-19 di ruang isolasi Pinere RSUP Persahabatan sejak 1 Januari 2021 - 31 Desember 2021. Total sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 111 pasien.
Hasil Penelitian: Total pasien pneumonia COVID-19 yang dirawat di ruang isolasi Pinere selama tahun 2021 yaitu sebanyak 718 pasien. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 111 pasien. Karakteristik pasien pneumonia COVID-19 didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, median usia 53 tahun, lama rawat 11 hari, status gizi obesitas, belum divaksin, derajat keparahan sedang, penggunaan antivirus remdesivir, antibiotik levofloksasin, azitromisin dan kortikosteroid. Terdapat pertumbuhan bakteri pada 41,5% hasil biakan yang terdiri dari gram negatif (38,8%) dan gram positif (2,7%). Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri gram positif terbanyak yang tumbuh, sedangkan Enterococcus faecalis merupakan satu-satunya gram positif yang tumbuh. Tidak terdapat hubungan antara hasil biakan patogen saluran napas terhadap luaran pasien pneumonia COVID-19 (nilai p=0,738). Derajat keparahan tidak berhubungan dengan hasil biakan, tetapi berhubungan dengan luaran pasien pneumonia COVID-19.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara hasil biakan patogen saluran napas terhadap luaran pasien pneumonia COVID-19.

Background: World Health Organization (WHO) declared Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) as a pandemic caused by the Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) virus on March 12, 2020. Viral infections can cause colonization of infected organs due to decreased immune response and entry of pathogenic bacteria through access mediated by opportunistic microorganism. Until now, there have been many studies discussing COVID-19 from the aspect of epidemiology and clinical characteristics, but information regarding secondary infections caused by bacteria in COVID-19 is still limited.
Methods: The design of this study is cross-sectional by tracing the medical record data of patients who had a history of treatment for COVID-19 pneumonia in the Pinere isolation ward of Persahabatan General Hospital from January 1st 2021 to December 31st 2021. The total sample in this study was 111 patients.
Result: The total number of COVID-19 patients treated in the Pinere isolation room during 2021 is 718 patients. Patients who met the inclusion and exclusion criteria were 111 patients. The characteristics of COVID-19 patients were dominated by male, median age 53 years, length of stay 11 days obesity, not yet vaccinated, moderate severity, use of antiviral remdesivir, antibiotics levofloxacin, azithromycin and corticosteroid. There was bacterial growth in 41,5% of culture results consisting of gram negative (38,8%) and gram positive (2,7%). Klebsiella pneumoniae is the most gram positive bacteria that grows, while Enterococcus faecalis is the only gram positive that grows. There was no relationship between the results of respiratory tract cultures and the outcomes of COVID-19 patients (p value = 0.738). The severity of COVID-19 is not associated to culture results, but is associated to the patient’s outcome.
Conclusion: There was no relationship between the results of respiratory tract cultures and the outcomes of COVID-19 patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Damanggi Pratama Aryansyah
"Labor market outcome khususnya produktivitas pekerja merupakan salah satu faktor penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Di antara berbagai mancam hal yang memengaruhi labor market outcome, terdapat aspek religiositas yang dinilai turut berkontribusi dalam membentuk produktivitas pekerja. Namun dari studi yang dilakukan di berbagai negara dalam melihat hubungan antara religiositas dengan labor market outcome hasil yang ditemukan masih bersifat abu-abu, di mana terdapat temuan yang menyatakan bahwa kedua hal tersebut memiliki hubungan negatif, dan ada juga temuan yang menyatakan hal sebaliknya. Dengan menggunakan data IFLS 5 dan upah per bulan pekerja sebagai proksi labor market outcome, studi ini hendak mengetahui hubungan antara tingkat religiositas pekerja terhadap labor market outcome di Indonesia sebagai negara dengan masyarakat yang terhitung memiliki tingkat religiositas tinggi. Studi ini menggunakan metode estimasi OLS dengan jumlah sampel sebanyak 6.450 individu pekerja berusia lima belas tahun ke atas. Hasil pada studi ini menemukan bahwa adanya hubungan negatif antara tingkat religiositas pekerja dengan produktivitas yang dimilikinya. Hal ini dapat terjadi di lingkungan Indonesia yang religius akibat adanya faktor lain yang dinilai memiliki dampak lebih besar terhadap labor market outcome dibandingkan aspek religiositas, serta adanya kemungkinan pengaruh sekularisme dalam membentuk hubungan kedua hal tersebut.

Labor market outcome, especially worker productivity, are one of the significant factors for the economic growth of a country. Among the various things that affect labor market outcome, there is an aspect of religiosity that contributed to shaping worker productivity. However, from studies conducted in different countries in looking at the relationship between religiosity and labor market outcome, the findings of the results are still unclear. Several studies are findings that the two things have a negative relationship, and other studies are finding the opposite results. This study aims to determine the relationship between the level of religiosity and labor market outcome in Indonesia as a country with people who have a high level of religiosity by using IFLS 5 data and worker's monthly wages as proxies for labor market outcome. This study uses the OLS estimation method with a sample of 6,450 individual workers aged at least fifteen years. The results of this study found that there was a negative relationship between the level of worker's religiosity and their productivity. This condition can happen in the Indonesian religious environment due to other factors that capture the source of impact on labor market outcome better than worker's religiosity. In addition, there is the possibility of secularism's influence in shaping the relationship between the two."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>