Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizka Eka Prasetyanti
"Latar Belakang : Perawatan ortodonti bertujuan untuk memperbaiki fungsi gigi geligi dan estetis seseorang, namun pada perawatan yang menggunakan alat cekat berpotensi meningkatkan resiko karies selama atau setelah perawatan ortodonti cekat. Hal tersebut disebabkan adanya kesulitan pasien dalam menjaga kebersihan rongga mulut, khususnya di daerah sekitar braket, band dan ligatur sehingga meningkatan resiko terjadinya karies. Pencegahan karies dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menambah asupan fluoride , termasuk pemberian secara topikal.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek topical fluoride pada pasien ortodonti cekat dalam mengurangi resiko karies pasien, ditinjau dari perubahan pada pH plak dan pH saliva.
Metode : Subjek penelitian terdiri dari 30 pasien yang dirawat menggunakan alat ortodonti cekat diperiksa pH plak dan pH saliva awal dengan menggunakan pH plak indicator kit dan dental saliva pH indicator. Subjek kemudian diberikan perlakuan berupa aplikasi topical fluoride selama dua kali dalam waktu dua minggu, dengan interval pemberian aplikasi satu minggu dan setelahnya diperiksa kembali. Perubahan rerata pH plak dan pH saliva sebelum dan sesudah perlakuan kemudian di analisis menggunakan uji wilcoxon dua arah.
Hasil : Terjadi peningkatan pada rerata pH plak dan penurunan pada rerata pH saliva tetapi tidak bermakna secara statistik (p > 0.05).
Kesimpulan : Pemberian topical fluoride pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat dapat menurunkan resiko karies tetapi tidak mempengaruhi pH plak dan pH saliva.

Background : The goal of orthodontic treatment are to provide functional and esthetic improvement in patient, but it potentially increase caries risk during and after treatment. Placing the orthodontic appliances can alters the oral environment changes in pH and plaque deposition around bracket. As a consequence oral hygiene becomes more difficult and increased risk of developing dental caries for the patient. There are several mechanism on preventing dental caries, one of it is fluoride application.
Objective : The aim of this research is to study the effect of topical fluoride on reducing caries risk in fixed orthodontic patient based on plaque and salivary pH.
Methods : 30 subjects which is a fixed orthodontic patients was applied with topical fluoride two times within two weeks with one week interval for each treatment. Plaque pH and salivary pH measurement by using pH plaque indicator kit and dental saliva pH indicator, it was taken before and after experiment. The mean value in plaque pH and salivary pH before and after the experiment was analyzed using two way wilcoxon test.
Result : Fluoride application had no statistically significant effects in plaque and salivary pH mean value before and after application within two weeks (p > 0.05).
Conclusion : Fluoride application reduce caries risk in fixed orthodontic patient but it wasn?t alter any changes on plaque and salivary pH."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aurellia Rahmawati
"Latar Belakang: Informasi mengenai karakteristik video berbahasa Indonesia di YouTube mengenai merapikan gigi masih kurang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik video berbahasa Indonesia tentang merapikan gigi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian systematic review dengan jumlah sampel 300 video yang dilakukan pada bulan September 2020. Video diseleksi dengan PRISMA flow diagram dan inklusi sebanyak 100 video. Penilaian dilakukan oleh 2 orang pengamat yang meliputi penilaian kualitas, kegunaan, dan reliabilitas. Digunakan uji Mann- Whitney untuk analisis statistik. Hasil: Video dikategorikan menjadi dua, yaitu pengguna individual dan tenaga kesehatan profesional. Mayoritas video berbahasa mengenai merapikan gigi diunggah oleh pengguna individual (60%) dan memiliki kualitas, skor kegunaan, serta reliabilitas sedang. Analisis menunjukkan bahwa video profesional memiliki popularitas dan reliabilitas yang lebih tinggi (p < 0.05, Uji Mann-Whitney). Video dengan kualitas yang lebih baik memiliki popularitas yang lebih tinggi (p < 0.05, Uji Mann-Whitney). Kesimpulan: Mayoritas video tentang merapikan gigi memiliki kualitas, skor kegunaan, dan reliabilitas sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa video tidak menyajikan informasi yang lengkap, namun cukup bermanfaat bagi penonton.
Background: There are only a few information about characteristics of Indonesian language videos about orthodontics. The aim of the study is to analyze the characteristics of Indonesian-language videos about orthodontics. Methods: This study is a systematic review with 300 videos as the sample. Videos were selected using PRISMA flow diagram and 100 videos were included. The analysis were based on the video’s quality, usefulness, dan reliability. Mann-Whitney test was used for the statistical analysis. Results: There are two video categories: individual and health care professionals. Majority of the videos were uploaded by individuals (60%) with moderate quality, usefulness, and reliability. Statistical analysis showed that videos uploaded by professionals have higher popularity and reliability (p < 0.05, Mann-Whitney test). Conclusions: Most of the Indonesian-language videos about orthodontics on YouTube have moderate quality, usefulness, and reliability. It shows that the information in the videos are incomplete, but it is quite useful for the viewers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agoeng Tjahajani Sarwono
"Streptococcus mutans merupakan bakteri penting penyebab karies gigi dan fluor merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk mencegah terjadinya karies. Mengingat : (1) di dalam rongga mulut individu yang lama dapat ditemukan lebih dari satu species S.mutans yang berbeda-beda, dan (2) formula fluor sebagai bahan aplikasi sangat menentukan efektifitas pencegahan karies gigi, maka dilakukan penelitian eksperimental secara in vitro terhadap peranan S.mutans (ATCC 19645) pada email yang diaplikasi fluor.
Penelitian dilakukan terhadap 32 gigi yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok pengeraman 4 minggu dan 8 minggu. Kedalam tiap tabung reaksi berisi 20 ml media perbenihan cair yang terdiri atas tioglikolat, glukosa, bakteri dan gel gelatin dimasukkan masing-masing 2 gigi yang diaplikasi fluor. Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan pembentukan bercak putih dan lapisan badan lesi.
Dengan memperhatikan pembentukan bercak putih dan lapisan badan lesi; peningkatan jumlah bercak putih serta ukuran rata-rata kedalaman lapisan badan lesi dapat disimpulkan bahwa usaha pencegahan karies gigi dengan cara aplikasi fluor perlu dilakukan secara periodik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Tito Winnerson
"Saat ini, kebutuhan akan kesehatan gigi semakin meningkat khususnya pada bidang ortodontik. Tujuan utama dari perawatan ortodontik adalah memperbaiki kondisi maloklusi. Maloklusi menyebabkan masalah estetis pada wajah pasien serta menyebabkan kodisi tidak nyaman seperti pada saat bernapas, menelan bahkan berbicara. Jika tidak diperbaiki, maloklusi dapat menyebabkan kondisi yang lebih serius seperti resiko gigi berlubang lebih besar, gusi iritasi, pembusukan gigi, dan lain-lain. Kondisi maloklusi dapat diperbaiki dengan menggunakan perawatan braket ortodontik.
Problematika yang terjadi saat ini adalah seluruh braket ortodontik yang ada di Indonesia merupakan produk impor, hal ini menyebabkan perkembangan keahlian seorang dokter gigi di Indonesia menjadi sangat tergantung dengan perkembangan desain yang terjadi di luar negeri, tanpa dapat berinovasi membuat suatu mekanisme teknik perawatan baru berdasarkan desain yang diteliti oleh dokter gigi itu sendiri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memproduksi braket ortodontik serta sebagai sarana terhadap dokter gigi di Indonesia untuk dapat mengembangkan keahlian serta meneliti braket ortodontik sesuai dengan desain yang diinginkan. Produksi braket ortodontik dilakukan dengan menggunakan metode investment casting. Hasilnya menunjukan bahwa braket ortodontik telah berhasil diproduksi dengan dimensi yang berada dalam toleransi serta kualitas kekasaran permukaan yang baik. Penelitian ini merupakan tahap awal dalam studi pengembangan produksi braket ortodontik dengan metode investment casting.

Current, the need for dental health is increasing, especially in orthodontic field. The main purposes of orthodontic treatment is to improve the condition of malocclusion. Malocclusion causes aesthetic problems on the patient's face and causing uncomfortable conditions such as breathing, swallowing and even talking. If not corrected, malocclusion can lead to more serious conditions such as a greater risk of tooth decay, gum irritation, and others. Malocclusion can be corrected using orthodontic bracket treatment.
The problems that occur nowdays is the entire orthodontic bracket in Indonesia are imported, this has led to the development of the expertise of a dentist in Indonesia to be very dependent on the development of the design which occurred abroad, without being able to create a new design examined by dentists themselves.
The purpose of this research is to produce an orthodontic bracket as well as a means to dentists in Indonesia to be able to develop expertise and researching the orthodontic bracket in accordance with the desired design. Production orthodontic bracket is done by using the investment casting process. The result showed that the orthodontic bracket has successfully produced with dimensions that are within tolerance and good quality of surface roughness. This study is an early stage of the development production of orthodontic bracket by using investment casting process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44518
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisza Gita
"Terlepasnya pasak tuang karena fitness yang tidak baik terhadap permukaan saluran akar, menyebabkan retensi pasak tidak optimal. Penelitian ini adalah suatu kwasi eksperimental laboratorik yang membandingkan akurasi pola pasak resin akrilik dan pola pasak inlay wax berdasarkan waktu penyimpanan. Pengamatan dilakukan terhadap celah marginal antara master die dengan spesimen menggunakan Electric Measuring Microscope MM-40 Nikon. Waktu penyimpanan yang diamati adalah 15 menit, 30 menit dan 24 jam. Secara deskriptif terbukti kontraksi inlay wax lebih besar dibandingkan kontraksi resin akrilik.
Hasil uji ANOVA 2 arah menunjukkan interaksi antara waktu penyimpanan dan jenis bahan pola, sedangkan hasil ANOVA 1 arah menunjukkan perbedaan bermakna antar waktu penyimpanan masing-masing bahan pola pada P 0.000. Hasil uji Limit Significant Difference pada masing-masing bahan pola menyimpulkan adanya perbedaan bermakna antar waktu penyimpanan, sedangkan uji menyimpulkan pula perbedaan bermakna pada masing-masing waktu penyimpanan antara kedua bahan pola. Disimpulkan akurasi pola pasak resin akrilik lebih baik dibandingkan pola pasak inlay wax."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Gatot Wijanarko
"Permintaan akan perawatan ortodonti di klinik Spesialis FKG-UI meningkat dengan persentasi yang lebih besar pada usia di atas 16 tahun (67%) dibandingkan usia yang lebih muda. Pada penelitian yang terdahulu ditemukan bahwa pada usia 12 - 14 tahun sudah terjadi maloklusi (89%). Penelitian yang saya lakukan ini merupakan studi epidemiologis dasar untuk melihat prevalensi derajat keparahan maloklusi pada usia 12 - 14 tahun di Jakarta secara "crossectional" 270 sampel diambil secara multi stages cluster random sampling dari populasi remaja di Sekolah Menengah Pertama. Indeks HMAI (Handicapping Malocclusion Assessment index) digunakan untuk menilai derajat keparahan maloklusi baik pada laki-laki maupun perempuan.
Hasil penelitian memberi gambaran bahwa prevalensi terbanyak adalah malokiusi ringan sampai dengan berat (83,4%). Kelainan terbanyak adalah kasus berjejal (44,9%), gigi renggang (16,7%), gigi mendongos (6,3%), tumpang gigit dalam (6,3%), gigitan silang (12,3%) dan gigitan terbuka (13,2%). Tidak terdapat perbedaan prevalensi pada laki-laki atau perempuan. Tingkat kesadaran akan kebutuhan perawatan tinggi sesuai dengan tingkat keparahan maloklusi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfina Azaria
"Pandemi COVID-19 mendorong adanya transformasi kesehatan, terutama dalam praktik kedokteran gigi. Respon terhadap risiko penularan menggiring masyarakat menuju layanan telemedicine, khususnya teledentistry. Fenomena ini menciptakan paradigma baru dalam ortodonti, mendorong perkembangan teleorthodontic. Dukungan teknologi machine learning di bidang ortodonti menawarkan solusi inovatif untuk diagnosis dini dan peningkatan aksesibilitas layanan ortodontik. Penelitian ini akan membandingkan 3 model computer vision yaitu EfficientNet, MobileNet, dan ShuffleNet disertai dengan adanya penambahan model tabular yaitu TabNet. Implementasi model computer vision ini bertujuan untuk dapat memberikan analisis awal bagi pasien ortodonti dan akan dievaluasi menggunakan metrik F1-score dan interpretability ahli dengan bantuan LIME. Berdasarkan penelitian ini, ditemukan bahwa model computer vision ShuffleNet memiliki rata-rata hasil nilai F1-score terbaik diikuti dengan EfficientNet dan terakhir MobileNet. Perbedaan nilai tersebut berkisar antara 1-5% antara EfficientNet dan ShuffleNet namun perbedaan melebar untuk MobileNet dan ShuffleNet yang berkisar antara 3-8%. Selain itu, penambahan TabNet dalam framework memberikan peningkatan rata-rata nilai F1-score sebesar 2.7% hingga 5% dibandingkan model yang tidak menggunakan TabNet.

The COVID-19 pandemic has driven health transformation, especially in dental practice. The response to the risk of transmission leads the public towards telemedicine services, especially teledentistry. This phenomenon creates a new paradigm in orthodontics, encouraging the development of teleorthodontics. The support of machine learning technology in orthodontics offers innovative solutions for early diagnosis and increased accessibility to orthodontic services. This study will compare 3 computer vision models, which are EfficientNet, MobileNet, and ShuffleNet, accompanied by adding a tabular model, which is TabNet. The implementation of this computer vision model aims to provide an initial analysis for orthodontic patients and will be evaluated using the F1-score metric and expert interpretability with the help of LIME. This study found that the ShuffleNet computer vision model has the best average F1-score, followed by EfficientNet, and finally MobileNet. The difference in value ranges between 1-5% between EfficientNet and ShuffleNet, but the difference widens for MobileNet and ShuffleNet, which ranges between 3-8%. In addition, adding TabNet to the framework provides an average increase in F1-score by 2.7% to 5% compared to models that do not use TabNet."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhani Dzaky
"Pandemi COVID-19 mendorong adanya transformasi kesehatan, terutama dalam praktik kedokteran gigi. Respon terhadap risiko penularan menggiring masyarakat menuju layanan telemedicine, khususnya teledentistry. Fenomena ini menciptakan paradigma baru dalam ortodonti, mendorong perkembangan teleorthodontic. Dukungan teknologi machine learning di bidang ortodonti menawarkan solusi inovatif untuk diagnosis dini dan peningkatan aksesibilitas layanan ortodontik. Penelitian ini akan membandingkan 3 model computer vision yaitu EfficientNet, MobileNet, dan ShuffleNet disertai dengan adanya penambahan model tabular yaitu TabNet. Implementasi model computer vision ini bertujuan untuk dapat memberikan analisis awal bagi pasien ortodonti dan akan dievaluasi menggunakan metrik F1-score dan interpretability ahli dengan bantuan LIME. Berdasarkan penelitian ini, ditemukan bahwa model computer vision ShuffleNet memiliki rata-rata hasil nilai F1-score terbaik diikuti dengan EfficientNet dan terakhir MobileNet. Perbedaan nilai tersebut berkisar antara 1-5% antara EfficientNet dan ShuffleNet namun perbedaan melebar untuk MobileNet dan ShuffleNet yang berkisar antara 3-8%. Selain itu, penambahan TabNet dalam framework memberikan peningkatan rata-rata nilai F1-score sebesar 2.7% hingga 5% dibandingkan model yang tidak menggunakan TabNet.

The COVID-19 pandemic has driven health transformation, especially in dental practice. The response to the risk of transmission leads the public towards telemedicine services, especially teledentistry. This phenomenon creates a new paradigm in orthodontics, encouraging the development of teleorthodontics. The support of machine learning technology in orthodontics offers innovative solutions for early diagnosis and increased accessibility to orthodontic services. This study will compare 3 computer vision models, which are EfficientNet, MobileNet, and ShuffleNet, accompanied by adding a tabular model, which is TabNet. The implementation of this computer vision model aims to provide an initial analysis for orthodontic patients and will be evaluated using the F1-score metric and expert interpretability with the help of LIME. This study found that the ShuffleNet computer vision model has the best average F1-score, followed by EfficientNet, and finally MobileNet. The difference in value ranges between 1-5% between EfficientNet and ShuffleNet, but the difference widens for MobileNet and ShuffleNet, which ranges between 3-8%. In addition, adding TabNet to the framework provides an average increase in F1-score by 2.7% to 5% compared to models that do not use TabNet."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 >>