Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 390 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lila Nilam Sari
"Obat nyeri umumnya digunakan oleh pasien kanker yang mengikuti pelayanan paliatif dimana pelayanan tersebut mengutamakan peningkatan kualitas hidup pasien. Selain obat nyeri, pasien kanker pelayanan paliatif juga dapat menggunakan obat lain sebagai kombinasi untuk mengatasi gejala lainnya sehingga dapat meningkatkan potensi interaksi obat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi interaksi obat nyeri dengan obat nyeri dan obat lain pada pasien kanker pelayanan paliatif. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dengan metode retrospektif dan bersifat deskriptif. Sampel penelitian adalah data resep pasien kanker yang mengikuti pelayanan paliatif di RS Kanker Dharmais pada bulan Januari - Desember 2017. Sampel penelitian yang diperoleh sebanyak 273 resep.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 191 resep 69,9 pasien kanker pelayanan paliatif berpotensi memiliki interaksi obat nyeri. Jumlah insidensi interaksi obat nyeri yang ditemukan sebanyak 316 kasus, dengan tingkat keparahan mayor sebanyak 73,5, moderat sebanyak 26,3, dan minor sebanyak 0,2. Kombinasi obat nyeri yang paling banyak mengalami interaksi yaitu fentanil dan morfin sebanyak 61 kasus 19,3.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa potensi interaksi obat nyeri dengan obat nyeri dan obat lain pada pasien kanker cukup tinggi sehingga diperlukan pemantauan terapi dalam peresepan obat nyeri pada pasien kanker yang mengikuti pelayanan paliatif di RS Kanker Dharmais tahun 2017.

Pain medicines are mostly used in cancer patient with palliative care which give priority to increase patients quality of life. Besides pain medicines, cancer patient with palliative care also used other drug as a combination to overcome other symptomps of cancer which potentially cause drug interaction.
The aim of this study was to analyze the potential of pain medicine interaction in cancer patient. The study design was cross sectional with a retrospective method and descriptive study. The sample of this study was cancer palliative care patients prescription at Dharmais Cancer Hospital in the period of January ndash December 2017. Sample analyzed in this study was 273 prescriptions.
This study found that there were 191 prescriptions 69,9 pain medicine which potentially interact with 316 interaction cases. The most common pain medicine interaction was 61 cases of fentanyl and morphine 19,3. Based on severity, pain medicine interaction consisted of 73,5 mayor interaction, 26,3 moderat interaction, and 0,2 minor interaction.
Based on this study, pain medicine interaction was high occured, so that management therapies are needed in pain medicine prescription in cancer patient with palliative care at Dharmais Cancer Hospital in 2017.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizul Pin Zulfa
"Masyarakat perkotaan memiliki faktor risiko mengalami fraktur akibat kecelakaan lalulintas yang disebabkan oleh tingginya mobilitas dan penggunaan alat transportasi. Salah satu manifestasi klinis pada pasien dengan fraktur adalah nyeri. Manajemen nyeri non farmakologi salah satunya adalah dengan teknik distraksi terapi musik. Karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi terapi musik klasik terhadap nyeri pada klien open fraktur post insertion of external fixation di RSUP Fatmawati. Terapi musik dilakukan selama 20-30 menit dengan menggunakan instrument Visual Analogue Scale VAS dalam menilai skala nyeri. Hasil analisis menunjukan terapi musik klasik terbukti efektif untuk menurangi nyeri dan ketidaknyamanan klien selama perawatan luka. Perawat diharapkan dapat menggunakan terapi musik klasik sebagai salah satu teknik manajemen nyeri khususnya pada pasien postoperasi.

The risk factor of fracture in urban communities is traffic accident due to the high degree of mobilization and transportation. The most common manifestation of fracture is pain. The non-pharmacological pain management is distraction techniques used music therapy. The aim of this case study was to investigate the effect of classical music therapy intervention on pain intensity in client with open fracture post insertion of external fixation in RSUP Fatmawati. The music therapy last 20-30 minute used Visual Analogue Scale VAS instrument in assessing the pain level. The result proved that classical music therapy effective to relieve pain and discomfort of client during wound care. Nurse are expected used classical music therapy as pain management technique especially to postoperative client."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irvan Firdausy
"Pembangunan pesat yang terjadi di daerah perkotaan membawa berbagai dampak, termasuk dampak terhadap kesehatan. Salah satu dampak terhadap kesehatan adalah meningkatnya jumlah pasien bedah yang membutuhkan operasi. Tahun 2016, 11 dari seluruh penyakit di dunia dapat diselesaikan dengan prosedur pembedahan dan 84 diantaranya adalah kasus pembedahan pada anak. Indonesia, khsususnya di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo selaku salah satu pusat rujukan bedah anak nasional, lebih dari setengah pasien anak yang dirawat sepanjang tahun 2016 merupakan pasien bedah pencernaan. Tindakan pembedahan biasanya akan disertai keluhan nyeri pasca operasi.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis manajemen nyeri non-farmakologis pada anak pasca pembedahan digestif. Metode yang digunakan adalah laporan kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada dua orang anak yang berbeda dengan intervensi utama teknik distraksi audio visual menggunakan kacamata virtual reality VR dan tanpa menggunakan kacamata VR. Hasil evaluasi selama 4 hari dilakukan manajemen nyeri non-farmakologis menunjukkan bahwa teknik distraksi audio visual menggunakan kacamata VR lebih efektif dibandingkan tanpa menggunakan kacamata VR.

Urban developmental have so many effects, including the health. One of the effects is increasing number of surgical patients. In 2016, 11 of all diseases in the world can be solved by surgical procedures and 84 of them are surgical cases in children. Indonesia, especially in Dr. Cipto Mangunkusumo as one of the nation 39;s largest childcare referral centers, more than half of the pediatric patients treated during 2016 are gastrointestinal patients. Surgery usually will be accompanied by postoperative pain management.
This study was conducted to analyze the management of non-pharmacological pain in children after digestive surgery. The method used is case report based on nursing care were gived to two different children with a major intervention of audio visual distraction techniques using virtual reality VR glasses and without the use of VR glasses. The evaluation after 4 day intervention with non-pharmacologic pain management showed that audio visual distraction technique using VR glasses was more effective than without using VR glasses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
Pr-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Aprilita Hapsari
"Nyeri punggung bawah adalah salah satu penyakit akibat kerja yang paling umum pada populasi usia kerja. Prevalensi nyeri punggung bawah pada pekerja terus meningkat dari tahun ke tahun namun tidak diimbangi dengan upaya pencegahannya. Kurangnya fokus perhatian pada faktor risiko penyakit ini menjadi penyumbang terjadinya disabilitas jangka pendek dan jangka panjang pada semua kelompok pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan pekerja tentang low back pain dan faktor-faktor yang mempengaruhi low back pain pada staf pengajar Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan terhadap 69 responden melalui teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,6% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah, 34,8% responden memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 11,6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik. Pengetahuan pekerja tentang nyeri punggung bawah perlu ditingkatkan untuk mengurangi kejadian nyeri punggung bawah. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan pekerja tentang nyeri punggung bawah dan mengidentifikasi nyeri punggung bawah melalui tes ergonomi kantor.

Low back pain is one of the most common occupational diseases in the working age population. The prevalence of low back pain in workers continues to increase from year to year but is not matched by efforts to prevent it. Lack of focus of attention on risk factors for this disease contributes to the occurrence of short-term and long-term disabilities in all groups of workers. This study aims to describe the level of knowledge of workers about low back pain and the factors that affect low back pain in the teaching staff of the Faculty of Engineering, University of Indonesia. The research design used was descriptive quantitative with cross sectional approach. This research was conducted on 69 respondents through simple random sampling technique. The results showed that 53.6% of respondents had a low level of knowledge, 34.8% of respondents had a sufficient level of knowledge, and 11.6% of respondents had a good level of knowledge. Workers' knowledge about low back pain needs to be improved to reduce the incidence of low back pain. Suggestions for further research are to identify other factors that can affect the level of knowledge of workers about low back pain and identify low back pain through office ergonomics tests."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia
"ABSTRAK
Kanker atau tumor ganas adalah penyakit dimana terjadi perubahan mekanisme pertumbuhan dan proliferasi sel. Salah satu manifestasi kanker adalah nyeri. Nyeri kanker merupakan gejala utama yang paling sering dikeluhkan oleh pasien, untuk itu perlu penanganan nyeri kanker dengan baik oleh tenaga kesehatan khususnya perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan perawat tentang manajemen nyeri kanker di Rumah Sakit Pemerintah di Jakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dengan non-probability sampling, dengan metode consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,7% perawat memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori cukup. Penelitian ini merekomendasikan peningkatan pengetahuan perawat melalui pelatihan manajemen nyeri pada pasien kanker.
ABSTRACT
Cancer or malignant tumor is a disease in which there is a change in the mechanism of cell growth and proliferation. One of the manifestations of cancer is pain. Cancer pain is the main symptom that is most often complained of by patients, for that it is necessary to handle cancer pain properly by health workers, especially nurses. This study aims to describe nurses' knowledge about cancer pain management in Government Hospitals in Jakarta. This research uses descriptive research, with non-probability sampling, with consecutive sampling method. The results showed that 56.7% of nurses had a level of knowledge in the sufficient category. This study recommends increasing the knowledge of nurses through pain management training in cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Jumiari
"Nyeri merupakan salah satu gejala yang dirasakan oleh pasien kanker. Manajemen nyeri yang adekuat diperlukan agar pasien dapat mengontrol nyerinya. Meskipun pasien sudah mendapatkan manajemen nyeri, sebagian pasien merasakan nyeri masih belum dapat dikontrol dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan identifikasi hambatan manajemen nyeri terutama dari sisi pasien, sehingga manjemen yang adekuat dapat diberikan kepada pasien. Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan manajemen nyeri pada pasien kanker. Penelitian dilakukan pada total 158 pasien kanker yang mengalami nyeri dengan menggunakan kuesioner Barriers Quetionnare (BQ) II. Hasil penelitian didapatkan karakteristik responden sebagai berikut; responden terbanyak pada usia lansia awal (33,54%), dengan jenis kelamin perempuan (60,12%), tingkat pendidikan menengah (59,50%), jenis kanker kepala dan leher (27,84%), stadium III (32,37%), dan pengobatan kemoterapi (48,73%). Hambatan manajemen nyeri paling banyak dilaporkan responden adalah pada aspek toleransi obat terhadap nyeri (52,53%) dan mengkomunikasikan nyeri (52,53%). Penelitian ini merekomendasikan untuk dilakukan penelitian tentang hambatan manajemen nyeri dari sisi petugas kesehatan.

Pain is one of the symptoms of cancer. Adequate pain management is needed so that the patient can control the pain. Even though the patient has received pain management, some patients feel the pain is still cannot be controlled adequately. Therefore, it is necessary to identify barriers to pain management, especially from the patient's side, so that adequate management can be given to the patient. This cross sectional study aimed to identify barriers to pain management in cancer patients. The study was conducted on a total of 158 cancer patients who experienced pain using the Barriers Quetionnare (BQ) II questionnaire. The results showed that the characteristics of the respondents were as follows; most respondents were early elderly (33.54%), female (60.12%), have secondary education level (59.50%), have head and neck cancer (27.84%), stage III (32.27%) , and chemotherapy treatment (48.73%). The barrier pain management that were mostly reported by respondents were in the aspect of drug tolerance to pain (52.53%) and communicating pain (52.53%). This study recommends conducting research on the barriers to pain management from the health care worker side."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nurfitriani
"Penyakit kanker dapat menimbulkan nyeri, kelemahan, masalah tidur, dan kelelahan, dan mempengaruhi keterbatasan fungsi yang akan berakibat ke kehidupan sehari-hari. Salah satu gejala yang paling umum dan sering dikeluhkan pada pasien kanker adalah nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan manajemen perawatan diri terhadap nyeri pada pasien kanker dengan menggunakan design cross sectional. Jumlah responden pada penelitina ini sebanyak 110 responden pasien kanker dewasa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara manajemen perawatan diri dengan nyeri (p=0,034; ?=0,05). Terdapat variabel konfonding yang mempengaruhi manajemen perawatan diri dengan nyeri yaitu jumlah anak, penggunaan analgesik, tindakan non farmakalogi, dan status pekerjaan. Manajemen perawatan diri dapat menjadi salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk manajemen nyeri pada pasien kanker.

Cancer can cause pain, weakness, sleep problems, and fatigue, and cause functional limitations that affect daily life. One of the most common and frequently complained symptoms in cancer patients is pain. This study aims to determine the relationship of self-care management to pain in cancer patients using a cross-sectional design. The number of respondents in this study were 110 adult cancer patients. The results showed that there was a significant relationship between self-care management and pain (p=0.034; ?=0.05). There are confounding variables that affect self-care management with pain, namely the number of children, use of analgesics, non-pharmacological measures, and employment status. Self-care management can be one of the nursing interventions that can be done for pain management in cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Lavinia
"Nyeri merupakan alasan primer bagi mayoritas pasien Artritis Reumatoid (AR) datang berobat. Walaupun pasien sudah masuk dalam kriteria remisi, sebagian besar pasien masih melaporkan nyeri yang signifikan dan berkepanjangan. Nyeri kronis diperkirakan berkaitan dengan proses noninflamatorik dan mekanisme sentral, sehingga perlu dipertimbangkan intervensi psikologis sebagai terapi ajuvan—selain edukasi, terapi farmakologis, serta rehabilitasi fisik sebagai tiga aspek utama pilar tatalaksana AR. Salah satu modalitas intervensi psikologis terbaru yang banyak dikembangkan adalah intervensi mindfulnesss yang berfokus terhadap keadaan saat ini (present moment), keterbukaan, dan penerimaan (acceptance) terhadap pengalaman saat ini. Pada penelitian ini 15 subjek penderita AR diberikan intervensi mindfulnesss berbasis video sebanyak 3 kali, dengan durasi 10-15 menit setiap sesi, dan diberikan perawatan standar dari dokter penyakit dalam ahli reumatologi. Skala nyeri dinilai menggunakan Visual Analog Scale (VAS) dan aktivitas penyakit dinilai menggunakan instrumen Disease Activity Score 28 (DAS28). Didapatkan perbedaan rerata skor nyeri yang signifikan antara sebelum dengan setelah mendapatkan intervensi (beda rerata: 13,33, 95% IK 7,37-19,30, p<0,001). Latihan mandiri pada fase awal juga ditemukan memiliki hubungan yang bermakna terhadap perubahan skor nyeri (beda rerata: 10,60, 95% IK 0,83-20,37, p=0,036). Walaupun demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perubahan skor nyeri.

Pain is the main reason for the majority of Rheumatoid Arthritis (RA) patients seek treatment. Eventhough patients have met the remission criteria, most patients still report significant and prolonged pain. Chronic pain is thought to be related to non-inflammatory processes and central mechanisms, so it is necessary to consider psychological interventions as adjuvant therapy—in addition to education, pharmacological therapy, and physical rehabilitation as the three main aspects of RA management. One of the most recent psychological intervention modalities that has been developed is mindfulnesss-based intervention that focuses on the present moment and acceptance of current experiences. In this study, 15 subjects with AR were given 3 video-based mindfulnesss interventions, with duration of 10-15 minutes for each session, and were given standard care from rheumatologist. The pain scale was assessed using the Visual Analog Scale (VAS) and disease activity was assessed using the Disease Activity Score 28 (DAS28) instrument. There was a significant difference in the mean pain score between before and after receiving the intervention (mean difference: 13.33, 95% CI 7.37-19.30, p<0.001). Independent exercise in the early phase also found a significant relationship to changes in pain scores (mean difference: 10.60, 95% CI 0.83-20.37, p=0.036). Even so, further research is still needed to study the factors that influence changes in pain scores."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Prasetyowati
"Pendahuluan: Data epidemiologi menunjukkan tingginya angka kejadian nyeri punggung bawah non spesifik akibat duduk pada kursi yang tidak sesuai ukuran antropometri tubuh. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh cara penentuan ukuran kursi ergonomis pelajar perempuan SMU. Metode: Penelitian ini menggunakan desain randomized controlled trial mengikutsertakan 80 pelajar perempuan di 3 SMU negeri di Jakarta Pusat. Hasil randomisasi terdapat 40 subjek kelompok kursi ergonomis dan 40 subjek kelompok kontrol. Kelompok kursi ergonomis mendapat kursi baru sesuai dengan antropometri tubuh yaitu kursi kecil, sedang dan besar, sedangkan kelompok kontrol mendapat kursi lama yang selama ini digunakan. Derajat nyeri, perubahan kinematika dan tegangan otot selama 12 minggu. Hasil: Prevalensi nyeri punggung bawah non spesifik sebanyak 68 %. Cara penentuan ukuran kursi ergonomis pelajar perempuan SMU yang menggunakan patokan Minimal 2 Sama. Pasca pemberian kursi ergonomis selama 12 minggu terdapat perbedaan derajat nyeri (VAS), perubahan kinematika (fleksi lutut, plantar fleksi pergelangan kaki) dan tegangan otot para lumbal (algometer, EMG Biofeedback) yang bermakna antara kelompok kursi ergonomis dan kelompok kontrol. (p = 0,000 untuk kelompok kursi ergonomis). Simpulan: Didapatkan cara penentuan ukuran kursi ergonomis pelajar perempuan SMU. Pemberian kursi ergonomis selama 12 minggu dapat menurunkan derajat nyeri, meningkatkan perubahan kinematika fleksi lutut, menurunkan perubahan kinematika pergelangan kaki dan tegangan otot para lumbal.

Background: Epidemiological evidence showed the higher insidens of non specific low back pain that is caused by sitting on the mismatch chair with junior high school antropometric. Objective: This study objective to obtain determining the size of the ergonomic chair on non specific low back pain in female student of junior high school. Methods: A randomized control trial was conducted on 80 female students of the 3 junior high schools in central of Jakarta. The subject were randomized to the ergonomic group receiving the ergonomic chair are small, medium and large, and the control group receiving the mismatch chair that used in everyday. The number of subjects in the ergonomic group were 40 subjects and the control group 40 subjects. The degree of pain, kinematics altered and para lumbal muscle tension were measured in 12th weeks. Results: The prevalence of the non specific low back pain is 68 %. Determining the size of an ergonomic chair high school female students who use the benchmark of at least 2 equal. After 12 weeks the degree of pain (VAS), kinematics altered (knee flexion, ankle plantar flexion) and para lumbal muscle tension (algometer, EMG Biofeedback) were significantly difference between the ergonomic group and the control group (p = 0,000 for the ergonomic group). Conclusion: This study demonstrates that using of the ergonomic chair for 12 weeks has an effects by reduction of the degree of pain, increasing knee flexion, decreasing ankle plantar flexion and reduction of para lumbal muscle tension."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Sri Rosma Kencana
"Medical play merupakan salah satu terapi bermain yang dapat diberikan pada anak di mana anak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi peralatan medis yang ada di ruangan tempat anak dirawat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh medical play terhadap kecemasan dan nyeri anak usia prasekolah saat dilakukan tindakan pemasangan akses intravena perifer. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment pre and posttest with control group yang melibatkan masing-masing 31 responden untuk kelompok kontrol dan intervensi. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Analisis perbedaan kecemasan pretest dan posttest pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol dilakukan menggunakan uji T dependen, sedangkan analisis perbedaan kecemasan posttest maupun nyeri posttest pada kelompok kontrol dan intervensi dilakukan menggunakan uji T independen. Hasil uji statistik T independen menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rerata skor kecemasan posttest pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan nilai p<0,001 (p<0.05) dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan rerata skor nyeri posttest pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan nilai p=0,528.

Penelitian ini merekomendasikan penerapan medical play untk mengurangi kecemasaan pada anak usai prasekolah saat dilakukan pemasangan akses intravena perifer.

 

Kata kunci: cemas; medical play; nyeri; prasekolah


Medical play is one of the play therapies that can be provided to children, where they are given the opportunity to explore medical equipment in the room where they are being treated. The purpose of this study is to analyze the influence of medical play on anxiety and pain in preschool-aged children during peripheral intravenous catheter insertion. This research utilized a quasi-experimental pre and posttest design with a control group, involving 31 respondents each for the control and intervention groups. Respondents were selected using consecutive sampling technique. Analysis of the differences in pretest and posttest anxiety scores in both the intervention and control groups was conducted using dependent t-test, while analysis of the differences in posttest anxiety and posttest pain scores between the control and intervention groups was carried out using independent t-test. The results of the independent t-test showed that there was a significant difference in the mean posttest anxiety scores between the control and intervention groups, with a p-value of <0.001 (p < 0.05), and there was no significant difference in the mean posttest pain scores between the control and intervention groups, with a p-value of 0.528. This study recommends the implementation of medical play to reduce anxiety in preschool-aged children during peripheral intravenous catheter insertion."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>