Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 254 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Keraf, Gregor
"Dalam bahasa Gorontalo tjukup banjak terdapat morfem2 terikat jang produktif. Morfem2 terikat jang tidak produktif hanja merupakan residu2 jang terdapat pada kata2 tertentu sadja. Morfem2 dasar bisa mengalami perubahan karena mendapat imbuhan, atau karena hubungannja dengan morfem lain dalam tutur. Susunan suatu segmen dalam bahasa Gorontalo adalah urutan K.V. Akibat struktur segmennja tidak terdapat juncture antar segmen, tetapi setjara pontensil terdapat interlude..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1962
S10895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwadji
"System of morphology in Javanese and Indonesian language; comparison"
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991
410 SUW p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994
499.221 MOR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991
499.221 5 MOR (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud, 1983
499.221 MOR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995
499.224 MOR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1991
499.221 5 IND m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1981
499.222 SIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991
499.221 5 MOR (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Soriente, Antonia
"Salah satu masalah yang banyak dibicarakan dalam linguistik masa kini adalah bahasa-bahasa yang terancam punah. Indonesia dengan aneka ragam budaya dan bahasa merupakan salah satu panorama di mana masalah ini merupakan topik yang sangat menonjol. Pada Konferensi Linguistik Austronesia tahun 1994, telah diramalkan bahwa dalam abad mendatang hampir 90% bahasa marjinal di dunia akan hilang terdesak oleh arus globalisasi dan massifikasi.
Rumpun bahasa Austronesia merupakan kelompok bahasa terbesar di dunia yang salah satu subkelompoknya, Indonesia, mencakup 10% dari semua bahasa di dunia. Sebagaimana ditunjukkan oleh Steinhauer (1994:21), dari tahun ke tahun ancaman kepunahan bahasa daerah di Indonesia sungguh mengerikan. Dan hal ini terjadi dalam satu situasi di mana perbedaan di antara berbagai bahasa dan dialek belum jelas dan deskripsinya belum pula dilakukan. Sebenarnya Indonesia dengan dinamika dan keragaman bahasanya dapat merupakan kiblat linguistik. Namun dalam kenyataannya ia merupakan terra incognita karena kekayaan linguistiknya belum tergali. Misalnya, pengkajian kebahasaan di Palau Kalimantan teramat sedikit jika dibandingkan dengan di pulau lain di Indonesia. Dari pengamatan semua karya yang membahas bahasa di Kalimantan, dapat dikatakan bahwa masih banyak daerah Kalimantan yang belum dikaji sama sekali, baik dari sudut deskriptif maupun dari sudut dialektologi dan geografi dialek. Bahkan di banyak daerah di Kalimantan, name bahasa dan sebarannya banyak yang belum pasti. Penelitian geografi dialek dapat memperlihatkan stratifikasi pewujudan unsur kebahasaan secara menyeluruh.
Dari data kegiatan yang dilakukan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, terlihat bahwa di antara lima kelompok jenis penelitian, penelitian dialektologi dan geografi dialek hanya merupakan 9,12 persen semua penelitian linguistik. Berdasarkan wilayah penelitian, Kalimantan hanya memperlihatkan 12 persen dari seluruh penelitian di. Indonesia. Dari gambaran yang menunjukkan gabungan antara wilayah penelitian dengan jumlah bahasa yang diteliti, dapat diketahui bahwa penelitian dialek di Kalimantan baru dilakukan tiga kali. Itu pun dilakukan di luar Kalimantan Timur (Lauder 1992).
Penelitian dialektologi di Indonesia sangat sedikit walaupun hal itu sangat berguna untuk memberikan penjelasan. Misalnya penjelasan tentang jarak antara bahasa standar dan dialek dalam situasi di mana penggunaan bahasa daerah sangat besar, dan bagaimana perkembangan bahasa yang diteliti serta apa hubungannya dengan bahasa-bahasa yang berkerabat dengannya. Dari gambaran situasi kebahasaan dapat diketahui berapa banyak bahasa atau dialek telah ditemukan di Indonesia. Pemetaan bahasa perlu diadakan baik di daerah yang monolingual maupun yang plurilingual. Kemudian pemetaan tersebut sangat berguna juga untuk perkembangan teari linguistik: fonologi, historis-komparatif, morfologi dan sintaksis, serta pengajaran dan pembinaan bahasa dengan informasi berapa jumlah penutur dan untuk apa pemakaiannya. Penyebaran berian-berian pada peta sangat bermanfaat dalam penyusunan kamus etimologi.
Dialektologi, dalam kontras dengan linguistik historis-komparatif, dianggap sebagai telaah variasi bahasa pada dimensi yang bukan-waktu, yakni pada dimensi ruang dan jarak geografis. Bahasa yang dipakai pada wilayah yang begitu luas sering diucapkan agak berbeda antara satu bagian wilayah dengan bagian wilayah yang lain. Perbedaan itu dapat terjadi pada segi-segi fonetis, fonologis, dan sintaksis. Melalui peta-peta, dialektologi dapat menampilkan hal itu. Dalam bidang ini, Indonesia mempunyai kekurangan yang tidak kecil. Sampai sekarang, tidak ada kejelasan berapa jumlah bahasa dan dialek yang sebenarnya ada. Melalui data yang ada di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, diketahui bahwa di Indonesia terdapat tidak kurang dari 500 bahasa dan dialek, banyak yang tanpa tradisi tulisan. Tapi tak pernah dijelaskan, mana yang dialek dan mana yang sub-dialek dalam jumlah tersebut.
Jawaban atas permasalahan ini hanya dapat diperoleh apabila diadakan pemetaan bahasa dan dialek secara cermat dan menyeluruh. Dengan demikian dapat dibandingkan bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Dan pemilahan antara bahasa, dialek dan subdialek dapat pula dilakukan. Dengan demikian bidang dialektologi dan linguistik historis komparatif perlu dimanfaatkan guna memperjelas jumlah bahasa den dialek dan mengetahui situasi kebahasaan yang sebenarnya. Dalam kenyataan, sampai sekarang ini studi dialektologi di Indonesia sangat terbatas. Jumlah penelitian sangat terbatas, belum memadai, jika dibandingkan dengan jumlah bahasa dan dialek yang ada di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>