Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pleyte, W. Edith Humris
"ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh sehingga pada pasien yang menderita penyakit Talasemia Mayor sering terjadi gangguan psikopatologis. Juga ingin diketahui secara khusus adalah bagaimana peranan orangtua dalam menimbulkan gangguan jiwa pada anaknya yang menderita talasemia. langsung terhadap timbulnya gangguan jiwa pada anaknya. Ibu memainkan peranan yang. lebih besar dalam menimbulkan gangguan jiwa anaknya. Disamping itu orang juga sangat tertekan oleh pendapatan keluarga yang tidak memadai serta keadaan anak yang dengan bertambahnya umur semakin buruk prognosisnya.
Subjek penelitian meliputi 192 kasus yang terdiri dari 110 anak laki-laki dan 82 anak perempuan yang berumur antara 1-17 tahun dan datang berobat jalan pada Unit Talasemia, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo. Disamping itu penelitian juga dilakukan terhadap 192 pasang orangtuanya.
Tempat Penelitian adalah Unit Talasemia, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan psikiatrik dengan berpedoman pada wawancara standar "Pedoman pembuatan laporan psikiatrik" dan kuesioner-kuesioner. Kuesioner itu adalah kuesioner yang secara khusus dirancang untuk orangtua pasien untuk mendapat data demografis dan memeriksa persepsi orangtua mengenai penyakit talasemia serta kesepakatan antara orangtua. Disamping itu, juga dipakai kuesioner SCL 90 untuk memeriksa terdapatnya kecenderungan gangguan jiwa pada orangtua.
Hasil utama
1. Jumlah kasus talasemia yang menderita gangguan jiwa adalah 62 orang (32.3%), ibu yang mempuyai kecenderungan gangguan jiwa adalah 73 orang (38.0%) sedangkan ayah adalah 95 orang (49.5%). Pemeriksaan klinis psikiatrik yang dilakukan pada 108 ibu menunjukkan bahwa 39 (36.1%) orang menderita gangguan jiwa sedangkan pada pemeriksaan 104 orang ayah sebanyak 35 orang (32.7%) menderita gangguan jiwa.
2. Tidak terdapat hubungan antara kecenderungan gangguan jiwa pada orangtua dengan gangguan jiwa pada anaknya. Terdapat hubungan antara gangguan jiwa pada ibu dengan gangguan jiwa pada anaknya.
3. Persepsi orangtua mengenai penyakit talasemia cukup realistik. Persepsi ibu mengenai
kemampuan anak berhubungan secara negatif dengan gangguan jiwa pada anaknya
4. Persepsi orangtua mengenai talasemia sangat dipengaruhi oleh pendapatan keluarga dan
umur anak
Kesimpulan
Penyakit Talasemia Mayor merupakan stresor psikososial yang berat baik bagi anak maupun orangtuanya sehingga merupakan faktor yang menentukan timbulnya psikopatologi pada anak dan orangtuanya. Temyata bahwa orangtua tidak berperan secara;Purpose the aim is to study the influence of factors on patients suffering from Thalassemia Mayor and their parents which often causes the emergence of psychopathology. Special attention is placed upon the role of parents in developing mental disorders in their children who are thalassemics.

ABSTRACT
Study subjects
Study subjects were taken from the population of patients who regularly visit the Thalassemia Unit of Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta. The number of cases included in the study is 192 patients , consisting of 110 boys and 82 girls, aged between I - 17 years. Their parents were also included in the study
Measurements
Measurements were performed by interviews and observation. All the cases and their parents were examined using general psychiatric examination technique based on Manual for Constructing a Psychiatric Report. In addition to this examination a special questionnaire was constructed to obtain demographic data and perception of parents about their children's illness. The parents were also asked to complete a form of SCL-90 which is a self-rating questionnaire to evaluate their mental status.
Main Results
1. The number of cases who besides Thalassemia Mayor also suffer from mental disorder is 62 (32.3%). The number of fathers who have a tendency for mental disorders is 73 (38.0%), the number of mothers is 95 (49.5%), Psychiatric examination of 108 mothers showed that 39 (36.1%) suffer from mental disorder and examination of 104 fathers showed that 35 (32.7%) suffer from mental disorder
2. There was no relationship found between tendency for mental disorder of the parents and mental disorders of their children. On the contrary there was relationship found between mental disorder of the cases and mental disorder of their mothers.
3. Perception of the parents about Thalassemia Mayor was quite realistic. Perception of the
mothers about the child's ability was negatively related towards mental disorder of the children.
4. Perception of the parents about Thalassemia Mayor was influenced by income of the family and
age of the child
Conclusion
It has been proven that Thalassemia Mayor is a severe psycho-social stress causing psychopathology in thalassemics and their parents, The parents do not directly influence the emergence of mental disorder in their children. Mothers play a greater role in precipitating mental disorder in their children.;Purpose the aim is to study the influence of factors on patients suffering from Thalassemia Mayor and their parents which often causes the emergence of psychopathology. Special attention is placed upon the role of parents in developing mental disorders in their children who are thalassemics.
"
2001
D2
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Tandiono
"Latar Belakang : AIDS merupakan salah satu penyakit pandemi yang paling berbahaya dan mempengaruhi penduduk Indonesia dalam berbagai cara. Akibat peningkatan prevalensi orang yang terinfeksi AIDS, caregiver terus menerus mengalami tantangan dalam merawat dan mendukung orang-orang yang mereka kasihi. Akan tetapi penelitian mengenai prevalensi maupun faktor-faktor yang berkaitan dengan psikopatologi caregiver informal orang dengan AIDS masih sangat minim. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti frekuensi dan distribusi psikopatologi caregiver informal orang dengan AIDS dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya psikopatologi tersebut.
Metoda : Penelitian ini bersifat potong lintang. Wawancara dilakukan pada caregiver informal yang menemani orang dengan AIDS yang datang berobat jalan di Pokdisus AIDS, Jakarta dengan menggunakan MINI ICD-10.
Hasil : Seratus caregiver informal diwawancarai dengan rerata umur 46,2 tahun (SD 11,3). 87% di antaranya wanita, 68% memiliki pendidikan setingkat atau lebih tinggi dari SMA. Empat puluh lima persen caregiver informal didiagnosis Episode Depresi, 11% Gangguan Depresi Berulang, 9% Gangguan Cemas Menyeluruh, 8% Gangguan Panik, 2% Distimia dan 2% Gangguan Obsesif Kompulsif. Kami menemukan OR psikopatologi caregiver yang lebih besar pada caregiver informal yang tidak bekerja (p=0,034), status ekonominya rendah (p=0,002), menghabiskan lebih banyak jam dalam sehari merawat (p=0,02) dan merawat orang dengan nilai IADL rendah (p=0,002).
Kesimpulan . Frekuensi psikopatologi yang tinggi ditemukan pada caregiver informal orang dengan AIDS. Mereka membutuhkan berbagai bantuan dan pelayanan kesehatan mental.

BACKGROUND: AIDS is one of the most devastating diseases and Indonesian continues to be affected by this disease in many ways. In addition to the prevalence rates of the disease in the community, caregivers of people living with AIDS continue to be challenged as they strive to provide care and support to their love ones. However only few studies have examined prevalence and the factors associated with psychopathology in informal caregivers of AIDS-infected persons. The purpose of this study is to investigate the frequency and distribution of psychopathology among informal caregivers of AIDS-infected individuals.
METHODS: This is a cross-sectional study. Personal interviews using the Structured Clinical Interview for lCD-10 ( MINI lCD-10) were conducted with caregivers who were accompanied AIDS-infected persons attending outpatient clinics at Pokdisus AIDS, Jakarta.
RESULTS: One hundred informal caregivers were interviewed. Infonnal caregivers were 46,2 years old (SD 11,3), 87% female, and 68% had education beyond high school. Forty-five percent of informal caregivers were having Depressive Episode, 11% Recurrent Depressive Disorder, 9% Generalized Anxiety Disorder, 8% Panic Disorder, 3% Agoraphobia with Panic Disorder, 2% Dysthymia, and 2% Obsessive-Compulsive Disorder. We found significantly greater odds of informal caregiver psychopathology with unemployment (p= 0,034), lower social class (p=0,002), spending more hours of' caregiving (r,= 0,02), take care of people with low IADL score (p=- 0,002)
CONCLUSIONS: High rate of psychopathology was found among AIDS-infected individuals' informal caregivers. Informal caregivers of HIV patients may be in need of both mental health services and assistance in caregiving.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T55784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Frijanto
"Latar Belakang : Virus Hepatitis C (HCV) merupakan salah satu penyebab penyakit hati kronik yaitu hepatitis kronik, sirosis dan karsinoma hepatoseiuiar. Dari berbagai penelitian tentang HCV, didapatkan adanya hubungan antara penderita HCV dengan gangguan jiwa/psikiatrik, demikian pula berbagai penelitian tentang HCV dan terapi interferon (IFN) telah dilaporkan adanya efek samping berupa gejala neuropsikiatri seperti, malaise, futique, gangguan cemas, gangguan depresi, tentamen suicide dan psikotik. Prevalensi penelitian terakhir tentang gangguan jiwa pada penderita HCV dengan atau tanpa terapi IFN sekitar 32%.
Tujuan : Untuk mendapatkan frekuensi dan jenis gangguan jiwa pada penderita hepatitis C di Poliklinik Hepatologi RSCM dan berbagai variabel yang mempengaruhinya.
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, dilakukan pada 85 penderita HCV yang berobat di Poliklinik Hepatologi RSCM. Sampel diambil secara consecutive sampling. Instrumen yang digunakan adalah MINI (Mini International Neuropsychiatric Interview) ICD-10. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows 10.0 dengan batas kemaknaan 0,05 serta regresi logistik.
Hasil dan Simpulan : Frekuensi gangguan jiwa pada penderita HCV adalah 38 subyek (44,7%), dengan jenis gangguan jiwa antara lain ; Episode Depresi 12 subyek (14,0%), Gangguan yang berkaitan dengan Zat Psikoaktif (nikotin) 1 1 subyek (12,9%), Episode Depresi dan Gangguan Ansietas Menyeluruh 7 subyek (8,3%), Gangguan Ansietas Menyeluruh 5 subyek (5,9%) Episode Depresi dan Distimia 1 subyek (1,2%), Episode Depresi , Gangguan Ansietas Menyeluruh dan Gangguan berkaitan dengan Alkohol 1 subyek (1,2%), Gangguan yang berkaitan Zat Psikoaktif dan Gangguan berkaitan dengan Alkohol 1 subyek (1,2%).
Pada 21 penderita HCV dengan terapi Interferon (IFN), terdapat 10 subyek mengalami gangguan jiwa. Tidak terdapat penilaian status mental (evaluasi psikiatrik) penderita HCV oleh tim terpaduu, saat sebelum, selama maupun sesudah dilakukan terapi IFN.
Pada uji kemaknaan bivariat, terdapat hubungan bermakna antara status pemikahan (p0,001) dan risiko penularan HCV (p,0,000) dengan gangguan jiwa, sedangkan Pada uji kemaknaan multivariat, didapatkan hubungan bermakna antara risiko penularan HCV dengan gangguan jiwa (p0,001).

Background : Hepatitis C Virus (HCV) is one of the causes of chronic liver disease, such as chronic hepatitis, cirrhosis, and hepatoceliular carcinoma. Several researches conducted on HCV, a correlation between patients with HCV and mental disorder is found, and also several researches on I-ICV and interferon therapy (IFN) have been reported on side effects neuropsychiatry symptoms such as malaise, Fatigue, anxiety disorder, suicidal attempt, and psychotic. The latest research prevalence on mental disorder in patients with HCV, with or without IFN reaches 32 %.
Purpose : To attain the frequency and type of mental disorder in patients with HCV found in the hepatology outpatient clinic RSCM and the influencing variables.
Method: This research is using cross-sectional design, conducted on 85 HCV patients seeking medical help in the hepatology outpatient clinic. The sample is obtained with consecutive sampling. The chosen instrument is MINI (Mini International Neuropsychiatry Interview) ICD-10. Statistic analysis is using SPSS for windows 10.0 with the level of significance 0.05 and the logistic regression.
Result and Conclusion: The frequency of mental disorder in patients with HCV is 38 subjects (44.7%), with the following types of mental disorders; Depression Episode (14.0%), Mental Disorder related to Psychoactive Substance (nicotine) 11 subjects (12.9%), Depression Episode and Generalized Anxiety Disorder 7 subjects (8.3%), Generalized Anxiety Disorder 5 subjects (5.9%), Depression Episode and Mental Disorder related to Alcohol 1 subject (1.2%), Mental Disorder related to Psychoactive Substance and Mental Disorder related to Alcohol 1 subject (1.2%).
In 21 HCV patients, with interferon therapy (IFN), 10 subjects suffer from mental disorder. There is no psychiatric evaluation in HCV patients, with a well-integrated team, as in before, during, and after the IFN therapy.
In the bivariate test of significance, there is a significant relevance between the marital status (p 0.001) and the risk of transmission (p 0.000) with mental disorder, meanwhile in the multivariate test of significance, a significant correlation is found between the risk of HCV transmission and mental disorder (p 0.001).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Verina
"Skripsi ini membahas mengenai pengaturan dan perlindungan hukum bagi penderita gangguan jiwa dan kedudukan hukum serta peran Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3 dalam mewujudkan perlindungan hukum bagi penderita gangguan jiwa yang telantar. Bentuk penelitian skripsi ini adalah yuridis normatif dengan tipe deskriptif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa peranan Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3 dalam mewujudkan perlindungan hukum bagi penderita gangguan jiwa yang telantar ialah dengan menjalankan tugasnya melakukan pelayanan dan rehabilitasi sosial serta memenuhi hak-hak penderita gangguan jiwa yang telantar. Kedudukan Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3 ialah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penderita gangguan jiwa yang telantar. Hasil penelitian menyarankan Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3 perlu melakukan sosialisasi pada masyarakat bahwa keluarga merupakan tempat terbaik dalam melaksanakan upaya preventif bagi anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa agar tidak ditelantarkan dan sosialisasi pentingnya keluarga dalam memberikan dukungan dan menerima kembali anggota keluarganya ketika dikembalikan dari Panti Sosial.

This thesis explains about the rules and legal protection for people with mental disorders and role and position of social institution in manifesting legal protection for abandoned people with mental disorder. The method used in this research is normative juridical research. The result of this research is that the role of the Social Institution Bina Laras Harapan Sentosa 3 in manifesting legal protection for abandoned people with mental disorder who carry out their duties to conduct service and social rehabilitation and fulfill the rights abandoned people with mental disorder. Position of the Social Institution Bina Laras Harapan Sentosa 3 is as a Technical Implementation Unit of the social service in the implementation of service activities and social rehabilitation for people with a mental disorder. The results of the study suggested that the Bina Laras Harapan Sentosa 3 Social Institution needs to disseminate information to the community that family is the best place to carry out preventive actions for their family members who suffer from mental disorders so that they are not going to be neglected and socialize the importance of family support and re-acceptance of family members when returned from the social institution."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellya Fadllah
"Klien gangguan jiwa merupakan salah satu dari kelompok rentan terdampak pandemi COVID-19. Kasus terkonfirmasi yang semakin banyak berdampak terhadap peningkatan jumlah klien gangguan jiwa dengan COVID-19, khususnya yang menjalani perawatan di rumah sakit jiwa rujukan. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang makna merawat klien gangguan jiwa dengan COVID- 19. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Partisipan penelitian adalah perawat kesehatan jiwa sebanyak 15 orang, yang didapatkan dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan wawancara mendalam menggunakan pertanyaan semi terstruktur. Hasil wawancara dalam bentuk transkrip dianalisis dengan menggunakan teknik Colaizzi. Hasil penelitian menghasilkan lima tema yaitu pengalaman positif selama merawat klien gangguan jiwa dengan COVID-19, tantangan pemberian asuhan keperawatan klien gangguan jiwa dengan COVID-19, pengalaman fisik dan psikologis yang tidak menyenangkan, kesulitan fasilitas pendukung untuk stabilisasi masalah fisik, dan harapan perawat kesehatan jiwa dalam merawat klien gangguan jiwa dengan COVID-19. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat kesehatan jiwa mempersiapkan diri secara fisik dan psikologis sebelum bertugas, meningkatkan kompetensinya terutama dalam perawatan masalah fisik klien gangguan jiwa dengan COVID-19.

Clients with mental disorders are one of the vulnerable groups affected by the COVID- 19 pandemic. The increasing number of confirmed cases has an impact on the increase in the number of clients with mental disorders with COVID-19, especially those undergoing treatment at a referral mental hospital. The purpose of this study was to gain an in-depth understanding of the meaning of caring for clients with mental disorders with COVID-19. This study uses a qualitative design with a descriptive phenomenological approach. The research participants were 15 mental health nurses, which were obtained by purposive sampling technique. Methods of collecting data with in-depth interviews using semi-structured questions. The results of the interviews in the form of transcripts were analyzed using the Colaizzi technique. The results of the study produced five themes, namely positive experiences while caring for clients with mental disorders with COVID-19, challenges in providing nursing care for clients with mental disorders with COVID-19, unpleasant physical and psychological experiences, difficulties with supporting facilities for stabilizing physical problems, and expectations of mental health nurses in treating clients with mental disorders with COVID-19. This study recommends that mental health nurses to prepare physically and psychologically before serving, increase their competence, especially in treating physical problems for clients with mental disorders and COVID-19."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfie Herlinda Maellanie
"Tesis ini merupakan penelitian yang menganalisis permasalahan perubahan gaya pada seniman dengan gangguan mental. Penelitian ini menggunakan metode Depth Hermeneutics, yaitu Hermeneutika dalam yang memasukkan aspek-aspek Psikoanalisa dengan menggunakan data-data empiris berupa sejarah hidup Louis Wain sebagai penunjang untuk membahas bagian afektif dan skemata. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan kerangka analisis untuk menjawab pertanyaan "mengapa terjadi perubahan gaya pada kasus-kasus seniman yang mengalami gangguan mental serta bagaimana prosesnya". Hasil penelitian menemukan model analisis baru berupa kerangka pikir yang terdiri atas bagian input, kognitif, afektif, dan skemata. Kerangka pikir ini juga dapat digunakan untuk menganalisa pembentukan gaya pada karya seni dan karya lainnya.

This thesis is an analysis of the changing styles in artists with mental disorders. This thesis using Depth Hermeneutics as analysis method, a Hermeneutics which using Louis Wain’s history as empirical data to analyze affective and schemata parts. The purpose of this thesis is to provide analysis framework that can be used to answer "why the changing styles in artists with mental disorders could happen and how is the process". The outcome is novel model of analysis formed in thinking framework which consists of input, cognitive, affective, and schemata. This framework can also be used to analyze the forming styles in artwork and other works."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Sukaesti
"Pelaksanaan MPKP sudah berlangsung lama dan belum pernah di evaluasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan implementasi MPKP dengan kemampuan klien harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa. Desain penelitian cross sectional dan responden terdiri dari 30 perawat, 30 pasien dan 13 keluarga di ruang rawat MPKP, dengan tehnik total sampling. Analisis menggunakan korelasi pearson ditunjang dengan hasil wawancara terhadap midlle manajer.
Hasil penelitian menunjukan hubungan yang bermakna antara implementasi MPKP compensatory reward dan professional relationship dengan tanda dan gejala ( p value < 0,05 ) hubungan antara implementasi MPKP: professional relationship dan patient care delivery dengan kemampuan klien ( p value < 0,05) ada hubungan patient care delivery dengan kemampuan keluarga ( p value < 0.05) Persepsi midle manager terhadap sustainability implementasi MPKP adalah sudah berjalan dan perlu di tingkatkan. Rumah Sakit agar meningkatkan kualitas pelayanan dengan menggunakan MPKP.

PNPM implementation of long standing and not has been evaluation. The purpose of the study to determine the relationship with the client's ability implementation PNPM of low self-esteem in Mental Hospital. This study uses a quantitative approach with a cross-sectional design of the respondents consisting of 30 nurse, 30 patient and 13 families of patients in the ward PNPM. with total sampling technique. Analysis using Pearson correlation is supported by the results of interviews with middle managers about sustainability PNPM.
The results of the study the relationship between the implementation of PNPM : compensatory rewards and professional relationship with the signs and symptoms (p value < 0,05) relationship between PNPM : professional relationships and patient care delivery with the ability of the client (p value < 0,05) there is a relationship the patient care with the ability of family (p value < 0.05 ) Perception middle manager of the sustainability PNPM implementation PNPM is already running and needs to be improved. Hospital in order to improve the quality of care by using Professional Nursing Practice Model.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pleyte, W. Edith Humris
"ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh sehingga pada pasien yang menderita penyakit Talasemia Mayor sering terjadi gangguan psikopatologis. Juga ingin diketahui secara khusus adalah bagaimana peranan orangtua dalam menimbulkan gangguan jiwa pada anaknya yang menderita talasemia. Langsung terhadap timbulnya gangguan jiwa pada anaknya. Ibu memainkan peranan yang. lebih besar dalam menimbulkan gangguan jiwa anaknya. Disamping itu orang juga sangat tertekan oleh pendapatan keluarga yang tidak memadai serta keadaan anak yang dengan bertambahnya umur semakin buruk prognosisnya.
Subjek penelitian meliputi 192 kasus yang terdiri dari 110 anak laki-laki dan 82 anak perempuan yang berumur antara 1-17 tahun dan datang berobat jalan pada Unit Talasemia, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo. Disamping itu penelitian juga dilakukan terhadap 192 pasang orangtuanya.
Tempat Penelitian adalah Unit Talasemia, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan psikiatrik dengan berpedoman pada wawancara standar "Pedoman pembuatan laporan psikiatrik" dan kuesioner-kuesioner. Kuesioner itu adalah kuesioner yang secara khusus dirancang untuk orangtua pasien untuk mendapat data demografis dan memeriksa persepsi orangtua mengenai penyakit talasemia serta kesepakatan antara orangtua. Disamping itu, juga dipakai kuesioner SCL 90 untuk memeriksa terdapatnya kecenderungan gangguan jiwa pada orangtua.
Hasil utama
1. Jumlah kasus talasemia yang menderita gangguan jiwa adalah 62 orang (32.3%), ibu yang mempuyai kecenderungan gangguan jiwa adalah 73 orang (38.0%) sedangkan ayah adalah 95 orang (49.5%). Pemeriksaan klinis psikiatrik yang dilakukan pada 108 ibu menunjukkan bahwa 39 (36.1%) orang menderita gangguan jiwa sedangkan pada pemeriksaan 104 orang ayah sebanyak 35 orang (32.7%) menderita gangguan jiwa.
2. Tidak terdapat hubungan antara kecenderungan gangguan jiwa pada orangtua dengan gangguan jiwa pada anaknya. Terdapat hubungan antara gangguan jiwa pada ibu dengan gangguan jiwa pada anaknya.
3. Persepsi orangtua mengenai penyakit talasemia cukup realistik. Persepsi ibu mengenai
kemampuan anak berhubungan secara negatif dengan gangguan jiwa pada anaknya
4. Persepsi orangtua mengenai talasemia sangat dipengaruhi oleh pendapatan keluarga dan
umur anak
Kesimpulan
Penyakit Talasemia Mayor merupakan stresor psikososial yang berat baik bagi anak maupun orangtuanya sehingga merupakan faktor yang menentukan timbulnya psikopatologi pada anak dan orangtuanya. Temyata bahwa orangtua tidak berperan secara langsung terhadap timbulnya gangguan jiwa pada anaknya. Ibu memainkan peranan yang lebih besar dalam menimbulkan gangguan jiwa anaknya. Disamping itu orang juga sangat tertekan oleh pendapatan keluarga yang tidak memadai serta keadaan anak yang dengan bertambahnya umur semakin buruk prognosisnya.

ABSTRACT
Purpose the aim is to study the influence of factors on patients suffering from Thalassemia Mayor and their parents which often causes the emergence of psychopathology. Special attention is placed upon the role of parents in developing mental disorders in their children who are thalassemics.
Study subjects
Study subjects were taken from the population of patients who regularly visit the Thalassemia Unit of Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta. The number of cases included in the study is 192 patients , consisting of 110 boys and 82 girls, aged between I - 17 years. Their parents were also included in the study
Measurements
Measurements were performed by interviews and observation. All the cases and their parents were examined using general psychiatric examination technique based on Manual for Constructing a Psychiatric Report. In addition to this examination a special questionnaire was constructed to obtain demographic data and perception of parents about their children's illness. The parents were also asked to complete a form of SCL-90 which is a self-rating questionnaire to evaluate their mental status.
Main Results
1. The number of cases who besides Thalassemia Mayor also suffer from mental disorder is 62 (32.3%). The number of fathers who have a tendency for mental disorders is 73 (38.0%), the number of mothers is 95 (49.5%), Psychiatric examination of 108 mothers showed that 39 (36.1%) suffer from mental disorder and examination of 104 fathers showed that 35 (32.7%) suffer from mental disorder
2. There was no relationship found between tendency for mental disorder of the parents and mental disorders of their children. On the contrary there was relationship found between mental disorder of the cases and mental disorder of their mothers.
3. Perception of the parents about Thalassemia Mayor was quite realistic. Perception of the
mothers about the child's ability was negatively related towards mental disorder of the children.
4. Perception of the parents about Thalassemia Mayor was influenced by income of the family and
age of the child
Conclusion
It has been proven that Thalassemia Mayor is a severe psycho-social stress causing psychopathology in thalassemics and their parents, The parents do not directly influence the emergence of mental disorder in their children. Mothers play a greater role in precipitating mental disorder in their children"
2001
D12
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nugraheni
"Latar Belakang: Laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki LSL merupakan populasi yang sedang berkembang dan memiliki masalah-masalah spesifik, salah satunya gangguan jiwa yang merupakan manifestasi dari psikopatologi. Faktor-faktor yang memengaruhi psikopatologi pada LSL penting untuk diketahui.
Objektif: Tujuan penelitian ini adalah mencari jenis psikopatologi yang ada pada populasi LSL dan faktor-faktor yang berhubungan di dua lembaga swadaya masyarakat LSM khusus LSL di Jakarata.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi potong lintang. Sampel diambil dengan metode cluster random sampling. Pengukuran data dilakukan menggunakan kuesioner Brief COPE untuk mengukur mekanisme koping, WHOQOL-Bref untuk mengukur kualitas hidup, dan SCL-90 untuk mengukur psikopatologi. Data lain yang diukur adalah data demografik, status seksual, keterbukaan orientasi seksual, HIV/AIDS dan penggunaan NAPZA, dan perilaku seksual berisiko. Analisis data menggunakan uji bivariat menggunakan Pearson chi-square atau Fisher rsquo;s exact test dan dilanjutkan dengan uji multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil: Terdapat 100 sampel yang dimasukkan ke dalam analisis data. Sebagian besar responden mengalami psikopatologi 77. Psikopatologi yang paling banyak ditemukan adalah depresi 29. Analisis multivariat menunjukkan bahwa pernah tidak menggunakan kondom 3 bulan terakhir, membuka orientasi seksual kepada keluarga, dan menggunakan mekanisme koping negatif meningkatkan risiko psikopatologi sebesar 2.9 kali, 2 kali dan 1.4 kali IK 95 =1.0-8.9; IK 95 =0.5-8.2; IK 95 =0.3-5.7.

Background: Men who have sex with men MSM is a growing population with specific problems such as mental disorder, a manifestation of psychopathology. The factors associated with psychology is an important matter to discuss.
Objective: The purpose of this study is to portrait the pychopathology in MSM population and the related factors in two organizations which care about MSM's well being in Jakarta.
Methods: This is a cross sectional study using cluster random sampling. Coping mechanism, psychopathology and quality of life were measured using Brief COPE, SCL 90 and WHOQOL Bref. Demography of the respondents, sexual status, disclosure of sexual orientation, HIV AIDS status, drug use, and risky sexual behavior were also measured. Bivariate analysis using Pearson chi square or Fisher's exact test was continued with multivariate analysis using logistic regression model.
Results: Data from one hundred respondents were analyzed. Most of them have psychopathology 77, especially depression 29. Never use condoms in the last 3 months, disclosing sexual orientation to family member, and negative coping mechanisms increase the risk of psychopathology 2.9 times, 2 times, and 1.4 times 95 CI 1.0 8.9 95 CI 0.5 8.2 95 CI 0.3 5.7 .
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Patriajaya
"Penelitian ini mengenai rencana strategi pemasaran Instalasi Medical Check Up
Kesehatan Jiwa Tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian operasional dengan
pendekatan metode kualitatif. Penelitian ini telah mengidentifikasi dan menguraikan
situasi Instalasi Medical Check Up Kesehatan Jiwa dalam posisi tumbuh dan
berkembang dimana strategi pemasaran yang direkomendasikan adalah optimalisasi
kegiatan pemasaran yang didasarkan pada pengembangan riset dan analisa pasar. Untuk
itu ditetapkan anggaran sebesar Rp.200 000,000, dengan
harapan Instalasi Medical Check Up Kesehatan Jiwa akan mendapatkan jumlah
kunjungan pemeriksaan sebagai Preventif Gangguan Jiwa pada tahun 2014 sekitar 20%.
Disarankan agar Instalasi Medical Check Up Kesehatan Jiwa segera membuat rencana
pengembangan riset dan analisa pemasaran untuk memulai kegiatan pemasarannya

This research about marketing strategy plan of Mental Check Up Unit of Mental Health
Soehartoo Heerdjan Year 2013 This research type is operational research with
qualitative method approach. This research has identified and elaborates situation of
Mental Check Up Unit in grow and build position while marketing strategy
recommended is optimalisation of marketing activity based on by propagation of
research and market analysis. For the purpose is specified budget equal to IDR.
200.000,000 on the chance of Mental Check Up Unit for Mental disorder preventive
increased patient visits at 2014 around 20%.
Suggested that Mental Check Up unit soon blocks in expansion of research and
marketing analysis to start the marketing activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>