Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Nurwikan Fitriani
"Masjid Raya Sheikh Zayed Solo di Indonesia adalah salah satu proyek monumental yang mencerminkan diplomasi budaya Uni Emirat Arab di Indonesia, serta merupakan simbol persahabatan dan hubungan bilateral kedua negara. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana diplomasi budaya diaplikasikan melalui masjid ini, serta dampaknya pada hubungan bilateral. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara dengan pemangku kepentingan terkait, analisis dokumen, observasi, dan analisis isi. Hasil temuan dari penelitian ini, diketahui bahwa Uni Emirat Arab merupakan negara yang aktif dalam praktik diplomasi budaya. Diplomasi budaya Uni Emirat Arab yang diperkenalkan adalah nilai multikultural dan toleran yang digambarkan pada arsitektur, interior, eksterior, dan kegiatan-kegiatan masjid. Website dan sosial media digunakan untuk mendukung terwujudnya diplomasi budaya adalah website, sosial media, dan kegiatan yang diadakan. Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk memperkuat praktik diplomasi budaya Uni Emirat Arab, dan pemeliharaan warisan budaya Uni Emirat Arab di masa depan.
......The Sheikh Zayed Grand Mosque in Solo, Indonesia, is one of the monumental projects reflecting the cultural diplomacy of the United Arab Emirates in Indonesia. It serves as a symbol of friendship and bilateral relations between the two countries. This research aims to understand how cultural diplomacy is applied through this mosque and its impact on bilateral relations. The research methodology employs a qualitative approach, collecting data through interviews with relevant stakeholders, document analysis, observation, and content analysis. The findings reveal that the United Arab Emirates actively engages in cultural diplomacy practices. The introduced cultural diplomacy values of the UAE include multiculturalism and tolerance, reflected in the architecture, interior, exterior, and activities of the mosque. Websites and social media platforms are utilized to support the realization of cultural diplomacy, along with organized events. This research can serve as a foundation to strengthen the United Arab Emirates' cultural diplomacy practices and the preservation of its cultural heritage in the future."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meyfitha Dea Khairunnisa
"ABSTRAK
Sistem penanggalan tradisional Cina telah digunakan oleh masyarakat Cina selama berabad-abad. Sistem penanggalan ini menggunakan sistem kalender lunisolar yang menggabungkan penghitungan fase bulan dan matahari. Seiring dengan meningkatnya interaksi antara Indonesia dan Cina pada masa lampau, budaya Cina turut masuk bersama para pendatang. Salah satu peninggalan budaya Cina yang ada adalah nisan tradisional Cina yang terdapat di Masjid Pecinan Tinggi di Banten Lama. Makalah ini akan membahas tentang sistem penanggalan tradisional Cina yang terdapat pada nisan di Masjid Pecinan Tinggi Banten Lama dan informasi yang bisa didapatkan dari penanggalan tersebut.

ABSTRACT
Chinese traditional calendar has been used by Chinese for centuries. This dating system is using lunisolar calendar system which indicates both moon phase and solar year. As the interactions between Indonesia and China increasing in the past, the Chinese came with their traditional cultures and values. One of the existing Chinese relics in Indonesia is a traditional Chinese gravestone located in Masjid Pecinan Tinggi in Banten Lama. This paper will discuss about Chinese traditional dating system on the gravestone and the information that can be obtained from the inscription."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Maulana
"Identitas budaya di setiap daerah memiliki ciri-ciri atau nilai-nilai yang membedakannya dengan daerah lain. Salah satunya adalah kelompok Islam Wetu Telu, yaitu penganut Islam di Lombok yang masih percaya terhadap animistik leluhur dan benda-benda antropomorfis, sehingga membentuk identitas kelompok budaya. Identitas kelompok Islam Wetu Telu direpresentasikan ke dalam budaya material, dalam hal ini adalah masjid. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan bagaimana identitas kelompok Islam Wetu Telu direpresentasikan ke dalam masjid-masjid kuno yang berada di Lombok. Penelitian ini menggunakan empat masjid kuno yang merupakan peninggalan dari Islam Wetu Telu. Penelitian ini menggunakan pendekatan arkeologi melalui tiga tahapan penelitian, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data. Hasil dari penelitian ini bahwa terdapat ornamen-ornamen dan keletakan dari masjid-masjid kuno di Lombok yang merepresentasikan identitas Islam Wetu Telu. Ornamen-ornamen tersebut antara lain adalah motif hewan dengan bentuk naga, rusa, ayam, ikan, burung dan pohon kelapa yang merepresentasikan makna dari wetu telu. Selain itu keletakan masjid yang berada di tempat yang tinggi merepresentasikan ajaran dari Wetu Telu yang berkaitan dengan kepercayaan bahwa roh-roh leluhur bersemayam di tempat yang tinggi.
......Cultural identity in each region has characteristics or values ‹that distinguish it from others regions. One of them is the Wetu Telu Islam group.  It is  Muslim group in Lombok who still believe in animistic ancestors and anthropomorphic objects, thus forming the identity of a cultural group. The identity of the Wetu Telu Islamic group is represented in material culture, in this case the mosque. Therefore, this study intends to explain how the identity of the Wetu Telu Islamic group is represented in ancient mosques in Lombok. This study uses four ancient mosques which are relics of Islam Wetu Telu. This study uses an archaeological approach through three stages of research, data collection, data processing, and data interpretation. The results of this study are that there are ornaments and placements of ancient mosques in Lombok that represent the identity of Wetu Telu Islam. These ornaments include animal motifs in the form of dragons, deer, chickens, fish, birds and coconut trees which represent the meaning of wetu telu. In addition, the location of the mosque in a high place represents the teachings of Wetu Telu related to their belief that ancestral spirits reside in high places. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Isman Pratama
"This paper is a report of the findings of a reseach on minarets of old mosques in Sumatera and Jawa done by means of survey method and library study. Thirteen minarets of old mosques were observed and analyzed. The thirteen minarets show similarities in terms of form and style. There is a basic pattern of relation between the mosque and minarets in terms of layout. In terms of the number of the minarets, the mosques generally have one minaret each although some of them have two or even four. The main function of minaret in a mosque is a place to enunciate the call to prayer and a sign for a Muslim community. The research found other functions, namely minarets are used for marriage ceremony and for women to sit when listening to sermon. In terms of architectural style, influence of local culture, or European cultures (Portuguese and Dutch), of Middle Eastern cultures (Arab and Persian), and of South Asian culture (Indian)."
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Burhanudin
"Inskripsi kegamaan seringkali tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan masyarakat setempat dalam hubungannya dengan tingkat pemahaman mereka terhadap agamanya. Di Sulawesi Tengah, ajaran agama yang diperoleh dari para guru, ulama dan pimpinan agama Islam sedari awal mewarnai bentuk dan isi inskripsi keagamaan. Artikel ini membahas sejarah dan perkembangan beberapa inskripsi keagamaan di provinsi Sulawesi Tengah, tepatnya di kota yaitu Palu, Donggala, dan Banggai. Penelitian di fokuskan pada empat lingkungan, yaitu (1) Makam Situs Pekuburan Keluarga Tanga Banggo (Raja-Raja Palu), (2) Masjid Jami Kampung Baru Kota Palu, (3) Masjid Al Amin Wani di Donggala, dan (4) Masjid Raya Donggala di Donggala. Penelitian ini menemukan 46 inskripsi. Inskripsi pada nisan terdiri dari identitas dan gelar orang yang meninggal, doa, ayat al-Qur’an, dan nama keluarga dan sahabat Nabi. Sementara itu, inskripsi di Masjid terdiri dari nama masjid, tahun pembangunannya, dan hadis. Kaligrafi yang digunakan umumnya memakai Arab tsulutsi, dan naskhi. Adapun bahan yang digunakan terdiri dari kayu, batu sungai, batu candi dan marmer. Keadaan inskripsi yang ada pada nisan, umumnya telah mengalami kerusakan (aus). Ukuran nisan pada umumnya antara 20 - 120 cm. Nisan untuk laki-laki kebanyakan berbentuk bulat (lingga) dan untuk perempuan pipih. Di pekuburan, inskripsi berisikan ziarah ke pemakaman atau kuburan, terutama kuburan pemuka-pemuka Islam yang banyak kesamaan dengan daerah lainnya di Indonesia. Sementara inkripsi yang ada di masjid banyak menjelaskan masalah salat lima waktu, menjauhi larangannya, ibadah untuk mengharap rida Allah, nasehat, ketaatan, dan lain-lain."
Jakarta: Kementerian Agama, 2016
297 JLK 14:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
"Islam masuk ke Indonesia sebelum abad ke 13 M telah banyak memberikan sumbangan pada kebudayaan Indonesia. Peninggalan yang penting bagi Arkeologi adalah berupa mesjid, Situs perkotaan, kompleks makam dan keraton. Dari beberapa makam kuno yang ada di Jawa dan Sumatera diketahui ada sebuah motif, yaitu motif Mihrab dengan lampu yang menggantung ditengahnya. Motif ini menghiasi bagian jirat dan juga nisan. Masalah dalam karya tulis ini adalah apakah ada fungsi atau makna tertentu dari motif ini, sehingga begitu banyak dipakai sebagai hiasan pada makam-makam.
Hasil penelitian ini mempérlihatkan bahwa mihrab dalam Islam memiliki peran yang sangat panting dan manjadi elemen yang paling istimewa pada setiap mesjid. Beberapa ahli berpendapat bahwa fungsi Mihrab adalah sebagai penunujuk arah Kiblat ketika melakukan Shalat. Sebagian lagi berbandapat Mihfab adalah lambang atau wakil dari penguasa atau kalifah. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa Mihrab adalah simbol dari kehadiran Nabi Muhammad S.A.W.
Apapun yang menjadi tafsiran para ahli, pada kenyataannya Mihrab yang berbentuk ralung menjadi sebuah motif yang sangat dikenal di dalam dunia Islam. Motif Mihrab dengan lampu yang menggantung di tengahnya oleh baberapa ahli diterjemahkan sebagai lambang dari Surah An-Nuur ayat 35, yaitu Surah yang berisi tentang Cahaya Illahi. Penggunaannya motif ini pada makam barangkali juga sabagai lambang penerang alam kubur."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Thanti Felisiani
"Skripsi ini membahas mengenai pawestren sebagai tempat shalat perempuan pada masjid-masjid agung kuno di Jawa pada abad ke 15-20 M. Penelitian terfokus pada pawestren di enam masjid agung yang berada di Jawa, yakni pawestren pada Masjid Agung Demak, Masjid Agung Cirebon, Masjid Agung Banten, Masjid Agung Yogyakarta, Masjid Agung Surakarta dan Masjid Agung Kota Gede. Pawestren muncul sebagai wujud sosiofak dari gagasan ideologis pada masyarakat Jawa Islam. Pawestren merupakan salah satu bentuk benda budaya yang dibuat oleh manusia mengandung makna atau maksud dan tujuan tertentu. Pawestren dibangun pada masyarakat Jawa Islam sebagai bentuk apresiasi bagi kaum perempuan bahwa mereka dapat turut serta berperan aktif dalam hal beribadah dan sosial di tempat umum.

Abstract
This undergraduate thesis is studying about pawestren, as a praying room specifically for women in the ancient great mosques in Java about 15-20 Century. The focus of this research is about pawestren, which are in six great mosques at Java at Demak Great Mosque, Cirebon Great Mosque, Banten Great Moque, Yogyakarta Great Mosque, Kota Gede Great Mosque and Surakarta Great Mosque. Pawestren was an emerge sociofak from ideology concept or idea to Islamic (Muslim) Java. Pawestren is one of material culture which made by human that has meaning and purpose. Pawestren built in the communities as appreciation for women that they can participate and praying and social actively at public space."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12027
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Pinda Supriyanto
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas pengendalian intern pengelolaan keuangan Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf Masjid Ar Raqiib Badan Pengawasan Keuangan Pembangunan (BPKP) dan memberikan saran untuk meningkatkan efektivitas pengendalian intern tersebut serta menganalisis akuntabilitas pelaporan keuangan dan memberi saran untuk meningkatkan akuntabilitasnya. Masjid Ar Raqiib BPKP merupakan salah satu masjid perkantoran yang terletak di Jl. Pramuka Nomor 33, Jakarta Timur. Pengendalian intern pengelolaan zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf belum dilaksanakan secara efektif dan memadai serta pelaporan keuangan tidak dilakukan secara tertib dan transparan dan belum menerapkan PSAK 45 dan PSAK 109 serta hanya melaporkan keuangannya sebesar penerimaan dan pengeluaran dana. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini telah menghasilkan simpulan bahwa pengendalian intern belum efektif dan SOP untuk meningkatkan efektivitas pengendalian intern tersebut. Masjid Ar Raqiib BPKP belum sepenuhnya berakuntabilitas, amanah telah ditunaikan, namun pelaporan keuangan belum memadai.
......The purpose of this study is to analyze the effectiveness of internal control of financial management Zakat, Infaq, Shadaqah, and wakaf and provide advice to improve the effectiveness and analyze financial statements accountability and provide advice to improve them. Ar Raqiib Mosque of The Financial and Development Supervisory Agency (BPKP) located on Jalan Pramuka Number 33, East Jakarta. Internal control over the management of zakat, infaq, shadaqah, and wakaf has not been implemented effectively and adequately. Financial statement has not been report in an orderly and transparently and has not based on PSAK 45 and PSAK 109. Its only reports its funds in the amount of funds received and disbursed. This research is a qualitative descriptive study with a case study approach. This research has concluded that internal control is not effective enough and Standard Operating Procedure is needed to improve the effectiveness of internal control. Trustworthy has been fulfilled, but financial reporting is inadequate and not fully accountable."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghilman Assilmi
"Penelitian ini membahas mengenai makam dan masjid pada masa Kesultanan Banten Abad XVI –XIX Masehi, sumber data terdiri dari kompleks makam di Masjid Agung Banten Lama, Masjid Kasunyatan, dan Masjid Kanari. Penelitian terfokus kepada kajian keletakkan makam pada masjid untuk mengungkapkan cultural code masyarakat masa Kesultanan Banten yang membedakan antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal. Selain itu, dilakukan kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan-nisan Sultan Banten untuk mengetahui identitas serta keistimewaan Sultan berhubungan dengan makamnya. Hasil kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan menunjukkan bahwa tidak ada keistimewaan yang dimiliki sultan berdasarkan nisannya. Sedangkan hasil kajian keletakkan menunjukkan bahwa culutral code masyarakat Kesultanan Banten tidak memperlihatkan pemisahan ruang antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, akan tetapi masjid dianggap sebagai tempat yang paling sakral karena menjadi acuan yang hidup dan yang mati tersebut.
......This research discuss about the relation between tomb and mosque in the Sultanate of Banten XIX-XVI century AD. The source data consists of the tomb in the Great Mosque of Banten Lama, Kasunyatan Mosque and Kanari Mosque. The research focused on spatial study about tomb in the mosque to express the cultural code of Banten Sultante’s society that distinguishes between the living and the dead, the sacred and the profane, living space and refuse space. In addition, researcher conducted a study of shapes and ornamen gravestones Sultan of Banten to determine the identity and privileges associated based on their gravestone. Results of the study indicate that no privilege Sultan based on their gravestone. While the spatial study results that culutral code of Banten Sultante’s society showed no separation space between the living and the dead, the profane and the sacred, living space and refuse space, but the mosque is regarded as the most sacred places as a reference the living and the dead."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghilman Assilmi
"Penelitian ini membahas mengenai makam dan masjid pada masa Kesultanan Banten Abad XVI-XIX Masehi, sumber data terdiri dari kompleks makam di Masjid Agung Banten Lama, Masjid Kasunyatan, dan Masjid Kanari. Penelitian terfokus kepada kajian keletakkan makam pada masjid untuk mengungkapkan
cultural code masyarakat masa Kesultanan Banten yang membedakan antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal. Selain itu, dilakukan kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan-nisan Sultan Banten untuk mengetahui identitas serta keistimewaan Sultan berhubungan dengan makamnya. Hasil kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan menunjukkan bahwa tidak ada keistimewaan yang dimiliki sultan berdasarkan nisannya. Sedangkan hasil kajian keletakkan menunjukkan bahwa culutral code masyarakat Kesultanan Banten tidak memperlihatkan pemisahan ruang antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, akan tetapi masjid dianggap sebagai tempat yang paling sakral karena
menjadi acuan yang hidup dan yang mati tersebut.
......This research discuss about the relation between tomb and mosque in the Sultanate of Banten XIX-XVI century AD. The source data consists of the tomb in the Great Mosque of Banten Lama, Kasunyatan Mosque and Kanari Mosque.
The research focused on spatial study about tomb in the mosque to express the cultural code of Banten Sultante's society that distinguishes between the living and the dead, the sacred and the profane, living space and refuse space. In addition, researcher conducted a study of shapes and ornamen gravestones Sultan of Banten to determine the identity and privileges associated based on their gravestone. Results of the study indicate that no privilege Sultan based on their gravestone. While the spatial study results that culutral code of Banten Sultante's society showed no separation space between the living and the dead, the profane and the sacred, living space and refuse space, but the mosque is regarded as the most sacred places as a reference the living and the dead."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   5 6 7 8 9 10 11 12   >>