Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roseri Rosdy Putri
"ABSTRAK
Mesjid merupakan bangunan suci tempat melaksanakan ibadah bagi umat Islam dan segala macam kegiatan yang berhubungan dengan agama Islam. Tidak seperti dalam agama Hindu yang membutuhkan kitab Cilpasastra untuk membangun bangunan sucinya, agama Islam tidak mempunyai suatu kitab khusus berisi peraturan-peraturan pembangun_an sebuah mesjid. Sebuah mesjid selain dibangun sebagai tempat yang bersih dan suci, bangunan mesjid haruslah menghadap ke kiblat, ke arah di mana semua umat Islam menghadap pada waktu sedang melaksanakan shalat.
Menurut Abdul Rochym dan Aboebakar, pembangunan sebuah mesjid di suatu daerah, selain mengikuti peratur_an pembuatan bangunan mesjid secara umum, bangunan mesjid tersebut pasti mendapat pengaruh dari arsitektur bangunan tradisional daerah yang bersangkutan. Peneli_tian terhadap arsitektur Mesjid Raya Bingkudu yang terletak di desa V_Suku Candung Bawah, Kecamatan IV Angkat Candung, Kabupaten Agam, Bukit Tinggi, belum banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan terhadap Mesjid Raya Bingkudu dan bertitik tolok dari pendapat yang diajukan oleh Abdul Rochym dan Aboebakar di atas.
Untuk mengkaji pendapat tersebut, dilakukan anali_sis perbandingan antara Mesjid Raya Bingkudu dengan bangunan tradisional rumah gadang. Analisis dilakukan dengan melihat variabei-variabei yang dimiliki oleh bangunan-bangunan yang akan diperbandingkan tersebut. Variabel-variabel yang diperbandingkan meliputi. (1) Lantai, (2) Tiang, (3) Anjungan, (4) Atap, (5) Tangga dan Batu Tapakan, (6) Ukiran Kayu. Untuk melihat keku_naan pada Mesjid Raya Bingkudu dilakukan analisis per_bandingan dengan bangunan mesjid kuna di Indonesia secara umum. Variabel yang diperbandingkan meliputi (1) Fondasi Bangunan, (2) Denah bangunan, (3) Atap Bangunan, (4) Kolam, (5) Menara.
Hasil analisis di atas memperlihatkan bahwa ternya_ta Mesjid Raya Bingkudu memiliki beberapa variabel yang sama seperti yang dimiliki oleh bangunan mesjid kuna di Indonesia umumnya. Selain itu bagian-bagian dari bangun_an Mesjid Raya Bingkudu memiliki bentuk dan fungsi yang sama pula dengan bangunan rumah gadang. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa Mesjid Raya Bingkudu merupakan salah satu mesjid kuna di Indonesia yang dalam pembangu_nannya mendapat pengaruh dari arsitektur daerah, dalam hal ini rumah gadang. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Abdul Rochym dan Aboebakar."
1990
S11884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Afaf Hirzi Munshif
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang sejarah Islam di Korea Selatan dan pengaruh masjid sebagai Islamic Center terhadap masyarakat di Korea Selatan. Sejarah Islam di Korea Selatan dimulai setelah berakhirnya perang Korea. Islam yang berkembang di Korea Selatan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatannya. Meskipun kondisi sosial dan budaya warga Korea Selatan banyak yang bertentangan dengan Islam hal ini dapat diatasi. Pengaruh yang diberikan sebuah masjid disana tidak hanya berdampak bagi masyarakat Muslim namun juga memberikan dampak bagi masyarakat non-Muslim. Di wilayah yang mayoritas non-Muslim seperti di Korea Selatan masjid berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah tapi juga sebagai tempat pusat kegiatan agama Islam dengan berbagai aktivitasnya, selain itu masjid juga menjadi tempat untuk mencari informasi mengenai Islam, hal tersebut menjadikan masjid sebagai pusat dakwah untuk menyebarkan agama Islam. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan sejarah masuknya Islam di Korea Selatan dan mengetahui kondisi masyarakat di sana dengan adanya Islam di tengah-tengah mereka. Data diperoleh dengan cara studi literatur dan wawancara dengan narasumber yang pernah menetap di Korea Selatan khususnya yang pernah memiliki kontak dengan masjid. Hasil dari penelitian ini dapat disebutkan bahwa Islam yang belum lama ada di Korea sudah bisa memberikan pengaruh yang mempengaruhi kondisi kehidupan sosial bagi masyarakat yang berada di Korea Selatan.

ABSTRACT
This study discusses the history of Islam in South Korea and influence of mosques as Islamic Center to the community in South Korea. History of Islam in South Korea began after the end of the Korea war. Islam in South Korea made the mosque as the Centre of its activities. Although the social and cultural conditions of the citizens of South Korea many contrary to Islam it can be overcome. Given the influence of a mosque there not only affects Muslims but also give effect to non Muslim communities. In the majority of non Muslims in South Korea such as mosques serve not only as places of worship but also as a place of Islamic religious activities center with a wide range of activities, in addition to the mosque also became the place to look for information on Islam, it made the mosque as the center of the Da 39 wah to spread the religion of Islam. This research aims to expose the history of Islam in South Korea and to know the conditions of the people in there with the presence of Islam in their midst. The data obtained by means of the study of the literature and interviews with the speakers ever settled in South Korea in particular who had contact with the mosque. The results of this research may be mentioned that the brand of Islam that not long ago there in Korea already can exert influence affecting social life conditions for the people who are in South Korea."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Al Fatih
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Uieks
Bandung: Mizan Pustaka, 2016
899.221 TAU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Masjid Al-Mukkarromah Banua Halat adalah masjid tua beratap tumpang di Desa Banua Halat Kiri Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan. Salah satu daya tarik masjid ini adalah adanya inskripsi aksara Arab-Melayu pada tiang utama dan tiang teras masjid."
2014
902 JPSNT 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Almy Birama Jufaransyah
"Masjid merupakan sebuah tinggalan arkeologis yang dapat menjelaskan bagaimana agama Islam berkembang di suatu daerah. Agama Islam yang berkembang di pulau Jawa merupakan wujud akulturasi dari penyesuaian terhadap agama dan kebudayaan sebelumnya. Penyesuaian kebudayaan yang dihasilkan dari sebuah proses akulturasi tersebut terlihat dari adanya beberapa komponen masjid yang menunjukkan corak-corak kebudayaan yang berbeda. Pada bagian atap masjid terdapat gaya Tionghoa yaitu atap Tsuan Tsien, pada bagian ruang inti masjid terdapat banyak unsur kebudayaan Jawa, dan pada bagian mihrab dan ragam hias terdapat unsur Timur Tengah. Berdasarkan hasil analisis mengenai dua aspek yaitu arkeologi dan akulturasi, dapat disimpulkan bahwa Masjid Jami Lasem merupakan wujud dari sebuah masjid yang merangkul semua golongan masyarakat, dan merupakan wujud dari cerminan masyarakat multikultural.

The mosque is an archaeological heritage that can explain how Islam developed in this area. The Islamic religion that flourished on the island of Java was a form of acculturation from adaptation to previous religions and cultures. The result of  an acculturation process is proven from the existence of several components of the mosque that show different cultural elements. On the roof of the mosque there is a Chinese elements called the roof of Tsuan Tsien, in the center space of the mosque there are many elements of Javanese culture, and in the mihrab and ornaments of the mosque there are elements of the Middle East culture. Based on the analysis of two aspects of archeology and acculturation, it can be concluded that Jami Lasem Mosque is a form of a mosque that embraces all community groups, and is a manifestation of the reflection of multicultural society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gathut Dwihastoro
"Banten atau Banten Larva sekerang merupakan situs kepurbakalaan masa Islam. Bekas kota kesultanan Banten yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati ini, masih tampak jelas pening_galannya, salah satunya: mesjid Kasunyatan. Mesjid ini dibangun pada masa pemerintahan Maulana Yusuf (1570-1580) dan putranya, Maulana Muhammad (1580-1596).Mesjid Kasunyatan terletak di desa Kasunyatan, kecamatan Kasemen, kabupaten Serang, Jawa Barat. Penelitian arkeologi pada situs kepurbakalaan Benten Lama sudah dimulai sejak tahun 1976. Baik yang dilakukan o_leh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslitarkenas), Fakultas Sastra UI, jurusan arkeologi, maupun oleh instansi atau lembaga terkait lain. Penelitian pada kompleks mesjid Kasunyatan yang bersifat pendahuluan ini, bertujuan untuk memberi gambaran sekilas dan sebagai sumbangan data bagi penelitian arkeologi di situs Banten Lama. Karena bangunan _mesjid dapat dikaitkan dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dari segi arsitekturalnya mesjid Kasunyatan menarik untuk dibahas, seperti: denahnya, ragam hias, gapura, dan a_tapnya yang berbentuk tumpang sebagai ciri bangunan mesjid kuno di Indonesia. Metode atau cara pendekatan yang digu_nakan dalam pembahasan di sini, adalah: (1) Kajian kepustakaan (2) Pengamatan obyek penelitian (langsung dan tak lang_sung), dengan melakukan mendeskripsian, membuat gambar, foto, peta dan sebagainya. (3) Wawancara kepada instansi yang terkait."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S11856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safari
"Keberadaan umat Islam tidak dapat.dilepaskan dari keberadaan bangunan peribadatan (masjid). Masjid dapat diartikan sebagai identitas masyarakat Muslim, karena peranan masjid dalam kehidupan masyarakat Muslim tidak hanya berfungsi sebagai tempat melaksanakan ibadat wajib (Shalat) saja, tetapi masjid juga berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial kultural umat Islam. Bahkan tidaklah berlebihan jika masjid juga dikatakan sebagai tempat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Wiryoprawiro 1986: 155).
Masjid berasal dari kata bahasa Arab yaitu Sajada yang bermakna tempat bersujud. Dalam pengertian umum masjid adalah sebidang tanah yang dapat digunakan oleh umat Islam untuk me_lakukan sembah dan sujud kepada TuhanNya (Aboebakar 1955: 3). Pengertian tersebut tidaklah bertentangan dengan pengertian hukum Islam tentang masjid.
Dalam Alqur'an secara tegas diperintahkan umatnya untuk mendirikan masjidl. selain itu Rasulallah Muhammad SAW secara langsung bersabda; Barang siapa yang membangun masjid karena mengharap ridha Allah, maka Allah akan membengunkan rumah untuknya di surga (HR. Ibnu Majjah dan Ibnu Hibban).
Dari kedua sumber hukum Islam. tersebut dapatlah dibuat kesimpulan, bahwa Islam secara tegas memerintahkan umatNya untuk mendirikan masjid, tetapi secara teknis kedua sumber hukum dasar Islam tersebut tidak memberikan batasan yang jelas tentang bentuk masjid itu.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmatias Zakaria
"ABSTRAK
Masjid Raya Ganting merupakan salah satu masjid tua yang ada di kota Padang (Sumbar) yang belum pernah diteliti secara khusus. Masjid ini didirikan pada awal abad XIX oleh orang Belanda atas prakarsa pemuka masyarakat Ganting.
Penelitian terhadap masjid Raya bertujuan untuk melihat percampuran antara kebudayaan Indonesia dengan Kebudayaan Eropa sebagaimana yang tercermin dari keberadaan masjid Raya Ganting. Untuk melihat masalah percampuran kebudayaan, maka pada penelitian ini digunakan teori Akulturasi.
Dalam penelitian ini digunakan metode secara bertahap. Pada tahap Observasi dilakukan studi kepustakaan yang bertujuan untuk mengumpulkan sumber kepustakaan yang diperlukan. Itu juga digunakan studi lapangan (pengamatan langsung) dengan cara melakukan pengamatan dan perekaman yang t.,crinci pada unsur-unsur bangunan masjid Raya Ganting. Se1anjutnya pada tahap pengolahan data dilakukan analisis terha_dap data yang telah terhimpun yakni dengan membuat pemerian yang terinci terhadap unsur-unsur bangunan Masjid Raya Ganting. Tahap akhir penelitian ini (Penafsiran data) dilakukan dengan mengunakan data analogi. Sumber analogi teritang masyarakat Minangkabau sebelum Islam masuk. Selain itu juga sumber-sumber etnografi berupa arsitektur tradisional Minang_kabau sobagai komponen budaya lokal dan arsitektur Indonesia dan Eropa sebelum proses akulturasi berlangsung. Disamping iLu juga dipergunakan data Eropa. Penggunaan data ini dida_aatrkan atas pertimbangan bahwa pada masjid Raya Ganting terdapat pengaruh kebudayaan Eropa dan Indonesia.
Pada kenyataan meskipun agama Islam dapat diterima oleh masyarakat Minangkabau, tetapi tidak semua unsur kebudayaan berubah kecuali pada bangunan Masjid Raya Ganting yang menun_jukan pengaruh kebudayaan Eropanya yang paling dominan. Dari bangunan masjid Raya Ganting jelas kelihatan pengaruh kebu_dayaan Eropa. Sedangkan pengaruh kebudayaan Minangkabau hampir tidak ditemui pada masjid Raya Ganting.

"
1995
S11942
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafwandi
"ABSTRAK
Lokasi dan situasi Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus terletak diantara 110_ 36 dan 110`50 Bujur Timur serta 6_ 51 dan 7_16 lintang Selatan, atau sekitar 50 km sebelah Timur Semarang .Dengan ketinggian 55 m dari permukaan air laut serta luas sekitar 422,21 km2. Kota Kudus secara geografis mempunyai batas yakni : - di sebelah Utara Kabupaten Dati II Jepara dan Kabupaten Dati II Pati.- di sebelah TimurKabupaten Dati II Pati.- di sebelah Selatan Kabupaten Dati II Grobogan dan Dati II Pati.- di sebelah Barat : Kabupaten Dati II Demak dan Kabupaten Dati II Jepara. Daerah Kudus bahagian Selatan merupakan dataran rendah dengan persawahan, bagian Utara adalah dataran tinggi ( pegunungan Muria ), sedangkan daerah Tengah merupakan dataran. Kota Kudus dibelah oleh Sungai Gelis yang mengalir ke Selatan dan membagi kota dua bahagian yaitu Kudus Kulon bagian kota yang terletak di sebelah Batay Sungai, dan Kudus Wetan bagian kota yang terletak di sebelah Timur Sungai_

"
1984
S13402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>