Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihombing, Chronika Febrianti
"ABSTRAK
Setelah masa kolonial Portugis di Makau berakhir, sejumlah bangunan, nilai sejarah, dan budaya Portugis yang berkembang di Makau sejak abad 16 masih terpelihara baik sebagai peninggalan berharga yang membentuk identitas Makau saat ini. Pemerintahan Komunis Republik Rakyat Tiongkok tidak hanya memelihara peninggalan tersebut, melainkan juga memanfaatkannya untuk mewujudkan Makau sebagai pusat wisata dan hiburan dunia. Penelitian ini menjelaskan bagaimana peninggalan kolonial Portugis bisa berada di Makau, apa saja peninggalan Portugis, dan bagaimana pemanfaatannya dalam pengembangan pariwisata Makau saat ini melalui metode penelitian pendekatan sejarah yang mengacu pada teori dan konsep pariwisata. Hasilnya antara lain menunjukkan bahwa, peninggalan Portugis dimanfaatkan sebagai ikon penting dalam pengembangan pariwisata Makau yang merupakan sektor perekonomian masyarakat Makau paling utama pada masa ini.

ABSTRACT<>br>
After the Portuguese colonial period in Macau ended, a number of Portuguese buildings, traces of history, and culture that had influenced Macau since the 16th century are well preserved as valuable heritage which had formed Macau 39 s identity today. The Communist Government of the People 39 s Republic of China is not only preserving the relics, but also using them to accomplish their vision making Macau as world 39 s tourism and leisure center. This research explains how Portuguese colonial relics can exist in Macau, what Portuguese relics are, and how they are utilized in the development of Macau tourism nowadays, through historical research methods that refer to the theory and concept of tourism. The results show that Portuguese relics are used as an important icon of Macau 39 s tourism which are giving big impact to Macau 39 s economic sector at this time."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nosa Rufaidah
"ABSTRAK
Jurnal ini menganalisis tiga puisi yang berjudul ldquo;Jeolmeunideulege ?????? rdquo;, ldquo;Gunsinsong ??? rdquo;, dan ldquo;Singapur Hamnak ??? ?? rdquo; karya Noh Cheon Myeong, seorang penyair Korea yang pernah masuk ke dalam golongan pro-Jepang. Karya-karyanya tersebut berisi propaganda yang menunjukkan kelebihan bangsa Jepang kepada masyarakat Korea. Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui isi puisi pro-Jepang dan teknik-teknik propaganda salah satu penyair pro-Jepang. Jurnal ini menggunakan metode analisis teks. Setelah dianalisis, tidak semua teknik propaganda ditemukan dalam puisi-puisi tersebut. Dari ketiga puisi, hanya ditemukan enam teknik dari tiga belas teknik propaganda yang ada. Keenam teknik propaganda tersebut adalah teknik propaganda name calling, glittering generalities, plain folks appeal, argumentum ad populum, faulty cause and effect, dan card stacking. Dari segi isi, ditemukan adanya pesan tersirat tentang ajakan untuk mendukung Jepang.

ABSTRACT
This journal is an analysis of three poems entitled ldquo Jeolmeunideulege rdquo , ldquo Gunsinsong rdquo , dan ldquo Singapur Hamnak rdquo by Noh Cheon Myeong, a Korean poet who once entered the pro Japanese group. Her works contain propaganda that shows the greatness of Japan to the Korean society. This journal aims to find out the contents of pro Japannese poetry as well as the use of propaganda techniques. This research uses text analysis method. Based on the analysis result, it was found that, not all of the propaganda techniques are used in the poems. From three poems that were analyzed, there are only six propaganda technique used out of thirteen propaganda techniques that exist. Those six techniques are name calling, glittering generalities, plain folks appeal, argumentum ad populum, faulty cause and effect, and card stacking. From the contens, it was found that there are implied message about supporting Japan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf;
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Restiyadi
"ABSTRAK
Uang yang berfungsi sebagai alat tukar menyimpan berbagai makna tersembunyi dalam praktik sosialnya di masyarakat. Salah satu yang menarik adalah keberadaan uang kebon yang digunakan oleh para Tuan Kebun dalam hal iini berlokasi di Tanah Deli atau yang lebih dikenal dengan Sumatera Timur. Dalam konteks ini terdapat sebuah permasalahan yang berkaitan dengan keberadaan uang kebon yaitu bagaimakah praktik kolonialisme pada saat itu, yang tercermin dalam uang kebon? Melalui pisau bedah arkeologi Marxis didapatkan makna uang kebon sebagai alat prakatik hagemoni yang dilakukan oleh para Tuan Kebun terhadap Kuli/pekerjanya."
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzia Astuti
"Penelitian ini membahas tentang sisi lain kehidupan Ilbongun Wianbu Korea dilihat dari sudut pandang budaya pada masa kolonialisme Jepang. Secara epistemologi, wianbu memiliki makna sebagai pendamping, atau sebagai pekerja perempuan sukarela yang mengikuti para tentara Jepang selama berperang. Namun setelah The Rape of Nanking yang terjadi pada tahun 1937, interpretasi istilah wianbu selalu identik dengan budak seks tentara Jepang. Sementara itu, Laporan Komisi Hak Asasi Manusia Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa Ilbongun Wianbu bukan budak seks, melainkan pekerja yang mendapat bayaran dan fasilitas berupa makanan, pakaian, dan kesehatan di wianso (barak resmi). Penelitian ini menekankan pada dialektika pemakaian istilah Ilbongun Wianbu dan comfort women yang dianalisis berdasarkan fakta kehidupan yang dialami oleh Ilbongun Wianbu asal Korea dengan menggunakan korpus transkrip wawancara Laporan Kesaksian Ilbongun Wianbu oleh Kementerian Kesetaraan Gender Korea tahun 2002. Penelitian ini memakai metode kualitatif eksplorasi yang dipadukan dengan pendekatan diakronis. Hasil penelitian ini menunjukan ada perbedaan makna antara wianbu dan comfort women yang dibuktikan oleh sisi lain kehidupan seorang Ilbongun Wianbu di wianso yang tidak murni hanya menjadi pelayan seks bagi tentara Jepang.

This paper discusses the other side of Ilbongun Wianbu Koreans life from a cultural point of view during the Japanese colonial era. Epistemologically, wianbu means a companion, or a voluntary female worker who follows Japanese soldiers during war. But after The Rape of Nanking which occurred in 1937, the meaning of wianbu was identical to Japanese army sex slaves. Meanwhile, United Nations Commission of Human Rights reported that Ilbongun Wianbu is not sex slaves, but workers who get paid and given food, clothing, and health at wianso (comfort station). This paper focus on the dialectics use of the terms Ilbongun Wianbu and comfort women which analyzed based on the facts of life experienced by Ilbongun Wianbu from Korea using the corpus transcript of the interview of Ilbongun Wianbu Testimony Report by the Korean Ministry of Gender Equality. This paper uses the qualitative exploration method combined with diachronic approaches. The results of this study indicate that there are differences in meaning between wianbu and comfort women as evidenced by the other side of the life of an Ilbongun Wianbu in wianso who is not only becomes sex servants for Japanese soldiers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Priyatna Murtyaningsih
"Berakhirnya kolonialisme menyebabkan negara-negara penjajah secara perlahan kehilangan kekuasaan atas negara koloninya. Untuk mempertahankan kekuasaan yang dimiliki, maka negara penjajah menggunakan cara lain untuk mempertahankan kuasanya. Neo-kolonialisme merupakan sebuah konsep untuk menguasai suatu negara tanpa menggunakan kekerasan, melainkan dengan hubungan bilateral, persebaran budaya dan bantuan ekonomi. Neo-kolonialisme dapat mengancam kebebasan dan kemerdekaan suatu negara, karena negara tersebut akan dijadikan boneka oleh negara yang mendominasinya. Emmanuel Macron selaku Presiden Prancis menyampaikan sebuah pidato pada Hari Frankofoni Internasional di hadapan publik Académie Française 2018. Pidato ini dianggap menggambarkan neo-kolonialisme yang dilakukan oleh Prancis. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan unsur-unsur neo-kolonialisme yang terdapat dalam pidato Macron, dan menggunakan teori Analisis Wacana Kritis dari Ruth Wodak. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggambaran neo-kolonialisme dalam pidato dilakukan melalui dominasi bahasa pada tiga bidang utama, yaitu politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Neo-kolonialisme dalam pidato ini digambarkan sebagai usaha-usaha Prancis untuk menyebarkan bahasanya ke seluruh dunia, khususnya negara-negara anggota Organisation International de la Francophonie (OIF).

The end of colonialism caused the colonizing countries to slowly lose power over their colonies. To maintain the power possessed, the colonial state used other means to maintain its power. Neo-colonialism is a concept for controlling a country without resorting to violence, but rather with bilateral relations, cultural distribution and economic assistance. Neo-colonialism can threaten the freedom and independence of a country, because that country will become a puppet by the state that dominates it. Emmanuel Macron as the President of France delivered a speech on International Francophonie Day in public in the 2018 Académie Française. This speech was considered to describe neo-colonialism carried out by France. This study aims to show the neo-colonial elements contained in Macron's speech, and use the theory of Critical Discourse Analysis from Ruth Wodak. This research shows that the description of neo-colonialism in speech is carried out through language dominance in three main areas, namely politics, economics, and socio-culture. Neo-colonialism in this speech was described as France's efforts to spread its language throughout the world, especially the member states of Organisation International de la Francophonie (OIF)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Al Khanif
Malang: Wisma Kalimetro, 2021
341.48 ALK h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Azuura Sheilaregita Hentriasari
"Sejak masuknya pembangunan internasional ke dalam Studi Ilmu Hubungan Internasional, ia hanya dimaknai sebagai pertumbuhan ekonomi. Seiring berjalannya waktu, kajian pembangunan internasional pun berkembang dan didominasi oleh berbagai teori seperti Modernisasi, Dependensi, serta Neoklasik. Namun, kajian pembangunan internasional terlalu fokus pada ranah ekonomi sehingga tidak sadar akan signifikansi sejarah dan ketimpangan relasi kuasa global yang memengaruhi realitas negara-negara “terbelakang” yang dianggap memerlukan pembangunan. Celah ini lah yang dapat diisi oleh perspektif pascakolonialisme sebagai perspektif yang fokus menyelidiki dampak sejarah kolonialisme dan warisannya yang masih hadir dan memengaruhi pembangunan internasional saat ini. Dengan demikian, tulisan ini akan menelusuri kajian pascakolonialisme dalam pembangunan internasional dengan menjawab rumusan masalah utama yakni bagaimana perkembangan literatur akademis dalam memandang pembangunan internasional melalui perspektif pascakolonialisme? Tinjauan literatur ini menggunakan metode taksonomi untuk meninjau 26 literatur akademis terakreditasi yang pembahasannya akan dibagi berdasarkan dua tema, yaitu Eurosentrisme dalam pembangunan internasional dan persistence of colonialism dalam pembangunan internasional. Penulis kemudian akan memetakan konsensus dan perdebatan dari literatur yang ditinjau untuk menemukan sintesis. Tinjauan dan analisis penulis menghasilkan sintesis umum bahwa pembangunan internasional merupakan gagasan Eurosentris yang dalam praktiknya menyerupai kolonialisme melalui mekanisme bantuan luar negeri, Structural Adjustment Programme, ekspansi perusahaan multinasional, dan universalisme model pembangunan internasional.

Since the introduction of international development into the field of International Relations, it has been narrowly interpreted as economic growth. Over time, the study of international development has evolved and been dominated by various theories such as Modernization, Dependency, and Neoclassical theories. However, the study of international development has been too focused on the economic realm, neglecting the significance of history and the imbalances in global power relations that affect the realities of “underdeveloped” countries requiring development. This gap can be filled by the postcolonial perspective, which focuses on investigating the historical impacts of colonialism and its enduring legacy that still influences international development today. Therefore, this paper aims to explore postcolonial perspectives in international development by addressing the main research question: how has the academic literature evolved in viewing international development through a postcolonial lens? This literature review adopts a taxonomy method to examine 26 accredited academic works, which are categorized into two major themes: Eurocentrism in international development and the persistence of colonialism in international development. The author then maps out the consensus and debates within the reviewed literature to synthesize the findings of the literature review. The author’s review and analysis result in a general synthesis that international development is a Eurocentric concept that, in practice, resembles colonialism through mechanisms such as foreign aid, Structural Adjustment Programs, the expansion of multinational corporations, and the universalism of the international development model."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Muhammad Al-Farisy
"Artikel ini membahas gerakan anti-kolonialisme Kwame Nkrumah di Ghana dan di seluruh benua Afrika pada kurun waktu dari tahun 1948 sampai 1966. Gerakan anti-kolonialisme adalah sebuah gerakan perlawanan terhadap penjajahan bangsa Eropa yang berkembang di Ghana dan juga di negara-negara Afrika lainnya setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua. Salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dari gerakan tersebut adalah Kwame Nkrumah. Visi dari gerakan anti-kolonialismenya adalah membebaskan negaranya yaitu Ghana lalu seluruh benua Afrika dari penjajahan bangsa Eropa. Gerakan antikolonialisme Kwame Nkrumah terwujud dalam berbagai bentuk. Beberapa diantaranya adalah gerakan ketidakpatuhan sipil (civil disobedience), penyelenggaran berbagai konferensi antar negara atau wilayah di Afrika hingga pendanaan dan pelatihan terhadap berbagai kelompok pembebasan nasional (national liberation movement) yang termasuk ke dalam pemikiran Pan-Afrikanisme-nya. Berbeda dengan kajiankajian sebelumnya yang pembahasannya sangat komprehensif, penelitian ini akan membatasi topik penelitian pada gerakan anti-kolonialismenya. Jadi, beberapa sub-topik di kajian sebelumnya seperti kebijakan domestik Nkrumah pasca Ghana merdeka hingga kebijakan luar negeri Ghana yang tidak berkaitan dengan Afrika tidak akan dibahas di dalam penelitian ini. Hasil temuan penelitian ini adalah Kwame Nkrumah memiliki pengaruh penting dalam gerakan anti-kolonialisme baik itu di Ghana atau di Afrika walaupun gerakannya di kedua wilayah tersebut memiliki perbedaan hasil. Penelitian ini ditulis menggunakan metode sejarah yang mengambil sumber-sumber penelitian dalam bentuk buku-buku dan jurnal dari Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Pusat UI hingga beberapa sumber dari internet.

This journal article will discuss the history of Kwame Nkrumah’s anti-colonialism movement in both Ghana and Africa which occurred from 1948to 1966. Anti-colonialism movement opposed European colonialism which was well-developed in Ghana and other African countries after World War II ended. One of the most influental figures from that movement was Kwame Nkrumah. His anti-colonialism vision aimed to liberate his country Ghana and the entire African continent from European colonialism. His movements were manifested in various forms, from implementation of civil disobedience, organizing several inter-governmental and inter non-governmental conferences and providing equipment and training for various national liberation movements that his Pan-Africanism thoughts. Differing from the previous research which the main topic is comprehensive, this research will restrict its scope to Nkrumah’s anti-colonialism movements. Hence, sub-topics such as Nkrumah’s domestic policy after Ghana’s independence or Ghana’s foreign policy which does not mention Africa’s affair will not be discussed in this article-journal. These research findings show that Nkrumah was an influental figure in anti-colonialism movement in Ghana and Africa even the result of his movements in those two areas differ. This articleis written using the historical method, by collecting historical sources in the form of books and journals, obtained from the National Library, UI Library, or other online sources."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Arginia Putri
"Makalah ini menganalisis unsur mimikri pada cerita pendek Sayyidu As-Sāḥah karya Muhammad Zafzaf, sastrawan yang berasal dari Maroko. Penjajahan Prancis terhadap Maroko memberikan pengaruh besar dalam perkembangan karya sastra di negara tersebut. Tema karya sastra pada saat itu sebagian besar bertemakan nasionalisme dan identitas bangsa. Setelah kemerdekaan Maroko pada tahun 1956, masih banyak karya sastra yang mengangkat tema mengenai kehidupan masyarakat sebelum kemerdekaan. Muhammad Zafzaf merupakan salah satu sastrawan terkenal Maroko yang telah menerbitkan berbagai novel dan cerita pendek. Pada makalah ini, akan dilakukan analisis salah satu cerita pendek dari Muhammad Zafzaf dengan menggunakan teori postcolonialism yang dikemukakan oleh Homi K. Bhabha, yaitu mimikri untuk mengetahui jejak kolonialisme yang diceritakan dalam cerita pendek tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka. Dari penlitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh kalimat yang mengandung unsur mimikri pada cerita pendek Sayyidu As-Sāḥah yang terbagi dalam tiga kategori; transportasi, gaya hidup dan bahasa.

This paper analyzes mimicry elements in one of Moroccan writer’s short story titled Sayyidu As-Sāḥah by Muhammad Zafzaf. French colonialism in Morocco gave a huge impact on the development of its literature. At that time, the literatures are mainly focused on nationalism and national identity. After Morocco’s independence in 1956, there are still literatures that focused on telling the social life before independence. Muhammad Zafzaf is one of the famous writer in Morocco that has published numerous novels and short stories. This paper will analyze one of Muhammad Zafzaf’s short stories using mimicry theory, a part of Homi K. Bhabha’s postcolonialism theory, to retrace the colonialism elements written within the story. This paper uses qualitative descriptive method by collecting relevant sources that are related to the paper. From this research, it can be concluded that there are seven sentences containing mimicry elements in Sayyidu As-Sāḥah which were divided into three categories; transportation, lifestyle and language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Azzahra Putri
"Skripsi ini membahas kolonialisme yang dilakukan Belanda VOC atas Kerajaan Mempawah, Kalimantan Barat. Objek penelitian ini adalah Akta Penobatan Syarif Kasim ke Mempawah 27 Agustus 1787 sebagai surat perjanjian yang berlaku di Mempawah pada masa Panembahan Syarif Kasim. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kajian filologi berupa kodikologi dan edisi teks. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan melakukan edisi teks, pembaca dapat memahami isi naskah. Selian itu, pembaca dapat mengetahui bentuk kolonialisme yang dilakukan VOC terhadap Mempawah. Penulis menyarankan bahwa kajian naskah berupa surat-surat perjanjian perlu ditingkatkan terutama pada daerah pedalaman Kalimantan.

This thesis discusses Dutch Colonialism VOC of Mempawah Kingdom, West Borneo. The object is Akta Penobatan Syarif Kasim ke Mempawah 27 Agustus 1787 as an agreement letter in Mempawah in the period Panembahan Syarif Kasim period. This research is done by using codicology and text edition from philological studies. The result shows that by doing text edition, the readers can understood the body of manuscript. Furthermore, the readers can also known what type of colonialism that had been done by VOC rsquo s to Mempawah. The authors suggest that the study of manuscripts need to be improved especially in the rural areas of Borneo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>