Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hauwla Husnulkhotimah
"ABSTRAK
Influenza merupakan penyakit menular yang dapat mengancam nyawa kelompok orang dengan resiko tinggi terkena komplikasi. Karena vaksin merupakan cara ampuh mencegah suatu penyakit termasuk influenza, maka pada skripsi ini dibahas model SVIRS yang merupakan model penyebaran penyakit influenza yang mempertimbangkan vaksinasi dan penjagaan jarak sosial. Populasi manusia dibagi menjadi empat subpopulasi, yaitu manusia rentan terhadap penyakit influenza, manusia yang telah diberi vaksin influenza, manusia terinfeksi influenza, serta manusia yang sembuh dari influenza. Subpopulasi manusia yang telah diberi vaksin dan manusia yang sembuh dari influenza diasumsikan dapat kembali rentan karena efektivitas vaksin tidak sempurna. Karena kami berasumsi bahwa daya tahan tubuh tidak bertahan untuk waktu yang panjang, maka ada kemungkinan individu yang sembuh dapat terinfeksi kembali. Kajian analitik mengenai proses nondimensionalisasi, eksistensi dan kestabilan titik keseimbangan juga dilakukan terhadap model. Berdasarkan kajian analitik yang dilakukan, (R0) dapat menjadi penentu strategi terbaik untuk mencegah penyebaran influenza pada populasi. Terakhir, beberapa simulasi numerik dilakukan untuk beberapa skenario vaksinasi dan strategi penjagaan jarak sosial.

ABSTRACT
Influenza is an infectious disease that can threaten the lives of a group of people at high risk of complications. Since vaccines are a powerful way of preventing disease including influenza, then this research discusses the SVIRS model which is a model of the spread of influenza disease which consider vaccination and social distancing. The human population is divided into four subpopulations, namely humans susceptible to influenza, humans who have been given influenza vaccines, humans infected with influenza, and humans who recover from influenza. Subpopulations of people who have been given the vaccine are assumed can be infected by influenza because of the imperfect vaccine effectiveness. Since we assume that the immunity is not for long-life, then there is a possibility that recovered individual may get re-infected. Analytical studies of the nondimensionalization process, the existence and stability of the equilibrium points are carried out on the model. Based on the analytical studies, (R0) give an insight to determine the best strategies to prevent the spread of influenza among the population. At last, some numerical simulations were carried out using for several scenarios of vaccination and social distancing strategy."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlya Niken Pradipta
"Penyakit Influenza adalah salah satu penyakit ISPA yang mendapat perhatian karena dapat menimbulkan wabah. Di Indonesia positivity rate influenza mencapai 40,3%, dimana virus yang teridentifikasi adalah virus A (subtype H1N1Pdm09 dan AH3) dan virus B (subtype Victoria). Studi cross sectional dan analisis cox regression dengan estimasi nilai Prevalence Ratio (PR) dengan memanfaatkan data sekunder surveilans Influenza Like Illness di DKI Jakarta tahun 2021-2022. Hasil penelitian didapatkan prevalensi Influenza positif sebesar 27,8%. Hasil analisis multivariat menunjukkan usia <5 tahun dan ≥65 tahun berisiko 0,51 kali (p-value=0,006; 95% CI=0,31-0,82), kontak orang sakit berisiko 2,27 kali (p-value=<0,001; 95% CI=1,45-3,56), dan musim hujan memiliki PR 3,26 kali (p-value=<0,001; 95%CI=1,68–6,33) mengalami influenza A dan B dibandingkan dengan pasien yang tidak terkonfirmasi influenza A dan B. Musim hujan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi Kejadian influenza A dan B di DKI Jakarta Tahun 2021-2022.

Influenza is one of the ARI diseases that receives concern because it can cause outbreaks. In Indonesia, the positivity rate of influenza reached 40.3%, where the identified viruses were virus A (subtypes H1N1Pdm09 and AH3) and virus B (subtype Victoria). Cross sectional study and cox regression analysis with estimation of Prevalence Ratio (PR) value by utilizing secondary data of Influenza Like Illness surveillance in DKI Jakarta in 2021-2022. The results showed that the prevalence of positive Influenza was 27.8%. The results of multivariate analysis showed that age <5 years and ≥65 years had a risk of 0.51 times (p-value=0.006; 95% CI=0.31-0.82), contact with patients had a risk of 2.27 times (p-value=0.001; 95% CI=1.45-3.56), and the rainy season had a PR of 3.26 times (p-value=0.001; 95% CI=1.45-3.56). 26 times (p-value=<0.001; 95% CI=1.68-6.33) to experience influenza A and B compared to patients who did not have confirmed influenza A and B. The rainy season is the dominant factor influencing the incidence of influenza A and B in DKI Jakarta in 2021-2022."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patrianriksina Randusari
"Penelitian tentang factor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung di kecamatan Bogor Utara. Tujuan umum penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian flu burung di Kecamatan Bogor Utara. Sedangkan tujuan khususnya antara lain : i) Ingin mengetahui perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian Flu Burung; ii) Ingin mengetahui apakah faktor pendidikan memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; iii) Ingin mengetahui apakah faktor pengetahuan memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; iv) Ingin mengetahui apakah faktor sikap memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; v) Ingin mengetahui apakah faktor penghasilan memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; vi) Ingin mengetahui apakah faktor pengalaman memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; vii) Ingin mengetahui apakah faktor akses terhadap informasi memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; viii) Ingin mengetahui apakah penyuluhan memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung; ix) Ingin mengetahui apakah faktor sarana dan prasarana memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit flu burung. Kegunaan secara teoritis : 1) sebagai sumbangan penting dan dapat memperluas wawasan bagi kajian ilmu kesehatan hewan dalam mencegah terjadinya pandemi di negara kita. 2) sebagai sumbangan penting dan dapat memperluas wawasan bagi kajian ilmu kesehatan hewan yang menyangkut pencegahan dini penyakit Flu burung Kegunaan secara praktis : hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah khususnya Dinas Agribisnis Kota Bogor untuk merencanakan program pengendalian penyakit Flu burung agar kota Bogor menjadi wilayah bebas Flu burung. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bogor Utara . Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai yang bersifat deskriptif dengan sampel sebanyak 200 orang pemilik unggas dan menggunakan analisis regresi dengan SPSS 10. Hasil penelitian ditemukan bahwa besarnya pengaruh secara simultan antara pengetahuan, pendidikan, sikap dan sarana prasarana terhadap perilaku pemilik unggas adalah sebesar 34,1% dan sisanya 65.9% ditentukan oleh variabel lain. Sedangkan untuk besar kecilnya pengaruh ditentukan oleh nilai koefisien korelasi langsung ( koefisien p). Dari hasil penelitian ini 1) besarnya pengaruh variabel pengetahuan terhadap perilaku pemilik unggas adalah 0,007 sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan angka 0,915. Karena probabilitas lebih besar dari 0,05 maka pengaruh antara variabel pengetahuan dengan perilaku pemilik unggas tidak signifikan. 2) besarnya pengaruh variabel pendidikan terhadap perilaku pemilik unggas adalah 0,048 sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan angka 0,423. Karena probabilitas lebih besar dari 0,05 maka pengaruh antara variabel pendidikan dengan perilaku pemilik unggas tidak signifikan. 3) besarnya pengaruh variabel sikap terhadap perilaku pemilik unggas adalah 0,229 sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan angka 0,000. Karena probabilitas jauh dibawah 0,01 atau 0,05 maka pengaruh antara variabel sikap dengan perilaku pemilik unggas sangat signifikan. 4) besarnya pengaruh variabel sarana prasarana terhadap perilaku pemilik unggas adalah 0,461 sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan angka 0,000. Karena probabilitas jauh dibawah 0,01 atau 0,05 maka pengaruh antara variabel sikap dengan perilaku pemilik unggas sangat signifikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemilik unggas dalam upaya pengendalian penyakit flu burung dipengaruhi oleh 1) faktor predisposisi (Predisposisi factors) melalui variabel penghasillan, pengalaman, pendidikan, pengetahuan dan sikap , 2) faktor pemungkin (Enabling factors) melalui variabel sarana dan prasarana, 3) faktor penguat (Reinforcing factors) yang dapat diukur melalui Undang-Undang atau Peraturan-Peraturan, pemberdayaan masyarakat melalui kaderisasi vaksinator yang dalam penelitian ini hanya dilakukan dengan menggunakan data kualitatif serta 4) promosi kesehatan (Health promotion) yang diukur melalui variabel penyuluhan dan akses informasi, hal ini menguatkan teori Green tentang perilaku kesehatan yang digunakan sebagai landasan teori. Saran yang diberikan penulis : Untuk mengendalikan penyakit flu burung ini diperlukan upaya peningkatan sosialisasi agar masyarakat mau berperilaku positif terhadap pengendalian flu burung, Perlu ditingkatkan penyebaran informasi dengan cara melakukan sosialisasi dan penyuluhan secara terus menerus dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit Flu burung ini. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam pencegahan secara dini flu burung tersebut. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat faktor penguat (Reinforcing factors) berpengaruh terhadap perilaku yang belum ada di dalam model analisa pada penelitian ini.

This study aims to see the determinant factors that influence society?s behavior in preventing the avian influenza disease spread (study of poultry breeders in North Bogor District, West Java). General purpose of this study is to find out what kind of determinant factors that influence society?s behavior in preventing the Avian Influenza disease spread in north Bogor District. While specific purposes of this study include i) to find out society?s behavior in preventing the Avian Influenza disease spread; ii) to examine is the education factor influence on society?s behavior; iii) to examine is the knowledge factor influence on society?s behavior; iv) to examine is the attitude factor influence on society?s behavior; v) to examine is the income factor influence on society?s behavior; vi) to examine is the experience factor influence on society?s behavior; vii) to examine is the information accessibility factor influence on society?s behavior; viii) to examine is the public notice factor influence on society?s behavior; and ix) to examine is the facility and supporting facility factors influence on society?s behavior. This study has two benefits, theoretically and practically aspects. Theoretically benefit of this study includes 1) in general, it contributes important concept and broader knowledge for animal health sciences research on animal disease prevention, 2) in more specific, it contributes important concept and broader knowledge for animal health sciences research on early prevention of Avian Influenza disease spread. Practical benefit of this study, it contributes recommendations for policy formulation and problem solving for the government, particularly, the agribusiness section of Bogor District government, in developing a prevention program for Avian Influenza disease spread. So that this area will be free from the Avian Influenza disease. This study was done in North Bogor district, West Java province. The method of this study is survey. Total samples are two hundreds poultry breeders. The researcher used simple random sampling method. Regression and path analysis were applied to analysis the data. The researcher used Statistical Package for Social Sciences (SPSS) program version ten tool in testing the research hypothesis and analyzing the data. This study discovered that knowledge, education, attitude, facility and supporting facility factors influence the poultry breeders? behavior at the 34.1 %, and the rest is determined by other variables. While the value of effect or influence is determined by direct-coefficient-correlation values (p coefficient). From the statistical testing indicated that 1) the knowledge variable influences on poultry breeders? behavior is 0.0007 with the significant level of coefficient correlation result is 0,915. Since its probability value is bigger than 0.05 meaning that the influence of knowledge variable to poultry breeders? behavior is not significant; 2) the education variable influences to poultry breeders? behavior is 0.0048 with the significant level of coefficient correlation result is 0.423. Since its probability is bigger than 0.05, thus the influence of knowledge variable to poultry breeders? behavior is observed as not significant; 3) the attitude variable influences to poultry breeders? behavior is 0.229 with the significant level of coefficient correlation result is 0.000. Since its probability is extremely smaller from 0.05 meaning that the influence of knowledge variable on poultry breeders? behavior is observed as very high significant; 4) the facility and supporting facility variable influence on poultry breeders? behavior is 0.461 with the significant level of coefficient correlation result indicated 0,000. Since its probability is extremely smaller from 0.05 or even 0.01, meaning that the influence of knowledge variable on poultry breeders? behavior is observed as very high significant. Factors that influences poultry breeders? behavior in preventing of Avian Influenza disease spread are: 1) pre-depositions factors through the income, experience, education, knowledge, and attitude variables; 2) enabling factors through facility and supporting facility variables; 3) reinforcing factors in which are considered in the form of laws or regulations, community development through the forming of vaccinator cadres (through qualitative data); and 4) health promotion which is considered from the public notice and information accessibility. The findings of this study support the Green?s theory of health behavior, as the main reference theory used in this study. Recommendations of this study for policy formulation and problem solving regarding with the Avian Influenza disease spread prevention include the necessity to increase the socialization of Avian Influenza disease program in order to change the people?s behavior to be more positive about it. It is important to increase the information coverage constantly by socialization and public campaign. Provide more room and opportunity for active society?s participation in early Avian Influenza disease prevention program. It is also recommended to carry advanced research to observe about the influence of reinforcing factors to poultry breeders? behavior that as it is excluded from this study."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007.
T 22746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Hutami
"ABSTRAK
Antibodi poliklonal matriks 1 Virus Influenza A H1N1 dapat dimanfaatkan untuk pendeteksian antigen matriks 1 dalam pengembangan sistem diagnostik maupun pengembangan vaksin virus influenza A. Antibodi poliklonal antara lain dapat diperoleh dengan imunisasi kelinci menggunakan antigen rekombinan M1. Protein rekombinan M1 yang digunakan sebagai antigen diekspresikan pada EscherichiacoliBL21 dan dipurifikasi menggunakan resin Ni¬NTA, kemudian digunakan dalam imunisasi 1 ekor kelinci betina, Oryctalogouscuniculus,galur NewZealandWhite. Respon antibodi spesifik M1 diuji dengan ELISA dan westernblot. Hasil uji ELISA yang dinilai pada panjang gelombang 450 nm, menunjukkan titer antibodi yang tinggi pada serum paska imunisasi terhadap antigen M1 rekombinan (0,544) dibandingkan dengan serum pra imunisasi (0,102).Hasil uji westernblotmenunjukkan adanya reaktivitas serum kelinci paska imunisasi dengan pita protein berukuran ~27 kDa, yang diartikan sebagai adanya respon antibodi spesifik terhadap antigen M1, sedangkan serum kelinci pra imunisasi tidak memperlihatkan reaksi dengan pita protein berukuran 27 kDa tersebut. Terlihat pula adanya reaksi non spesifik yang relatif lemah terhadap pita protein lainnya, baik pada serum paska imunisasi maupun pra imunisasi yang menunjukkan adanya residu protein EscherichiacoliBL21 pada sediaan antigen M1 hasil purifikasi. Antibodi poliklonal yang diperoleh dapat digunakan untuk mendeteksi antigen M1 baik untuk pengembangan uji diagnostik maupun vaksin influenza A H1N1.

ABSTRACT
Polyclonal antibody against influenza A H1N1 matrix 1 protein can be utilized for detection of matrix 1 antigen in the development of Influenza A diagnostic system and vaccine. Polyclonal antibody can be obtained by rabbit immunization using M1 recombinant antigen. M1 recombinant proteins that will be used as antigen was expressed in EscherichiacoliBL21 and purified using Ni-NTA resin. This recombinant antigen was used for immunization of female rabbit, Oryctalogouscuniculus,NewZealandWhitestrain. M1-specific antibody responses were tested by ELISA and westernblot. ELISA test results at a wavelength of 450 nm, showed a high antibody titer in the post-immunization serum against the recombinant antigen M1 (0,544) compared with the preimmunization serum (0,102). Westernblottest results showed reactivity of post-immunized serum against a band of ~ 27 kDa protein, which indicate the presence of specific antibody response against M1 antigen, whereas preimmunization rabbit serum showed no reaction with the 27 kDa protein band. The existence of non-specific reactions that are relatively weak against other protein bands was also observed , both in the post-immunization and pre-immunization sera, indicating the presence of residual E.coliprotein in the purified M1 antigen preparation. The Polyclonal antibody obtained in this study can be used to detect M1 antigen, for development of H1N1 Influenza A diagnostic test and vaccine."
Universitas Indonesia, 2011
S672
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elfi Fauziah
"Tesis ini membahas pengelompokan virus-virus influenza A. Virus influenza A adalah virus RNA yang berbahaya, karena memiliki kemampuan mutasi yang tinggi dan menyebabkan wabah di beberapa negara. Dengan kemajuan bioinformatika, virus-virus dapat dikelompokkan dengan menganalisis sekuens-sekuens protein dari virus-virus tersebut. Markov clustering (MCL) telah diaplikasikan dengan baik pada bioinformatika, seperti; mengelompokkan jaringan-jaringan antara protein yang satu dengan yang lain, jaringan kemiripan antar protein, dan penentuan keluarga protein.
Tujuan penelitian ini adalah mengelompokkan virus-virus influenza A berdasarkan protein hemaglutinin (HA) menggunakan algoritma Markov clustering (MCL) dan program menggunakan perangkat lunak Octave berbasis open source. Simulasi program menggunakan tiga buah faktor penggelembungan yang berbeda, yaitu; r = 1.5, r = 2.0, dan r = 2.5.
Pengelompokan virus-virus influenza A menghasilkan dua kelompok. Kelompok pertama dengan pusat kelompoknya A/duck/Jiangsu/115/2011(H4N2) dan kelompok kedua dengan pusat kelompoknya A/duck/Victoria/0305-2/2012 (H5N3). Struktur pengelompokan virus-virus influenza A berdasarkan sekuens protein hemaglutinin (HA) yang diperoleh dengan menggunakan algoritma Markov clustering (MCL) mempunyai kemiripan struktur dengan struktur pengelompokan protein hemaglutinin (HA), dengan demikian pengelompokan virus-virus influenza A dapat mengacu pada pengelompokan keluarga protein hemaglutinin (HA).

The focus of this study is the clustering of influenza A viruses. Influenza A virus is an RNA virus that is dangerous, because it has a high mutation capability and caused outbreaks in several countries. With the development of bioinformatics, the viruses can be clustered by analyzing the protein sequences of these viruses. Markov clustering (MCL) has been very well applied to bioinformatics, such as to cluster protein-protein interactions (PPI) networks, determine the similarity between the protein network, and determine the protein families.
The aim of this study is to cluster influenza A viruses based on hemagglutinin protein (HA) using Markov clustering (MCL) and programs using software Octave which based on open source. The simulation of program using three different inflation factors, ie; r = 1.5, r = 2.0 and r = 2.5.
Clustering of influenza A viruses resulted in two clusters. The center of the first cluster is A / duck / Jiangsu / 115/2011 (H4N2) and the center of the second cluster is A / duck / Victoria / 0305-2 / 2012 (H5N3). Clustering structure of influenza A viruses using Markov clustering (MCL) have the similar structure with clustering structure of the hemaglutinin protein (HA), thus clustering of influenza A viruses can refer to the clustering of hemagglutinin proteins (HA) families.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati Paundrianagari Ratusinkaya
"Penyakit influenza A(H1N1)/09 atau flu babi adalah infeksi pernapasan akut pada manusia yang disebabkan oleh virus influenza A(H1N1) yang berasal dari babi. Penyakit ini menular antar manusia dengan gejala yang mirip dengan flu musiman lainnya. Skripsi ini membahas penyebaran influenza A(H1N1)/09 dengan menggunakan model matematika, yaitu model epidemi SEIR. Model ini dikonstruksi dengan pendekatan sistem persamaan diferensial fraksional nonlinier dengan menggunakan turunan Caputo-Fabrizio dan terdiri dari empat kompartemen populasi manusia. Analisis analitik dilakukan terhadap model yang dikonstruksi, termasuk perhitungan titik-titik kesetimbangan dan bilangan reproduksi dasar, serta analisis stabilitas titik kesetimbangan bebas penyakit. Eksistensi solusi untuk model ini dibuktikan dengan menggunakan teori titik tetap Banach. Solusi aproksimasi untuk model ini diperoleh dengan skema Three-Step Adams Bashforth. Pada bagian numerik, simulasi disajikan untuk menganalisis sistem dengan menghitung titik-titik kesetimbangannya serta perilaku fungsi yang dihasilkan pada titik-titik kesetimbangan tersebut dianalisis. Hasil model untuk berbagai orde fraksional dihitung untuk memeriksa pengaruh orde turunan terhadap perilaku fungsi yang dihasilkan dan nilai numerik yang diperoleh. Model dengan orde bilangan bulat juga disimulasikan dan dianalisis perbedaannya dengan orde fraksional.

The A(H1N1)/09 influenza or swine flu, is an acute respiratory infection in humans caused by the A(H1N1) influenza virus originating from pigs. This disease spreads among humans with symptoms similar to other seasonal flu viruses. This undergraduate thesis discusses the spread of A(H1N1)/09 influenza using a mathematical model, specifically the SEIR epidemiological model. This model is constructed using a nonlinear fractional differential equation system approach with the Caputo-Fabrizio derivative and consists of four compartments of the human population. Analytical analysis is conducted on the constructed model, including the calculation of equilibrium points and the basic reproduction number, as well as the analysis of the stability of the disease-free equilibrium point. The existence of a solution for this model is proven using Banach’s fixed-point theory. An approximate solution for this model is obtained using the Three-Step Adams Bashforth scheme. In the numerical section, simulations are presented to analyze the system by calculating the equilibrium points and examining the behavior of the resulting functions at these equilibrium points. The results of the model for various fractional orders are
calculated to examine the effect of the derivative order on the behavior of the resulting functions and the obtained numerical values. The integer-order model is also simulated and its differences from the fractional-order model are analyzed. 
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inis Sumiati
"Rinitis alergi merupakan penyakit yang umum dijumpai di masyarakat, insiden rinitis alergi menurut WHO - ARIA 2001 antara 1 - 18%, sedangkan insiden rinitis alergi di Jakarta cukup tinggi antara 10-20%. Rinitis alergi adalah kelainan hidung yang disebabkan oleh proses inflamasi mukosa hidung yang diperantarai oleh Ig E, dengan gejala khas berupa hidung tersumbat, rinore, hidung gatal dan bersin.
Sumbatan hidung merupakan gejala yang umum dan penting serta merupakan keluhan yang sangat mengganggu pada pasien rinitis alergi dan sulit untuk mengevaluasinya. Sebenamya gejala sumbatan hidung ini dapat diukur secara obyektif dengan menggunakan rinomanometri.
Efek vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah akibat proses inflamasi dan pembengkakan mukosa menyebabkan terjadinya sumbatan hidung pada pasien rinitis alergi. Skor sumbatan hidung merupakan salah satu parameter untuk menilai derajat sumbatan hidung. Untuk itu diperlukan pemeriksaan THT yang dapat digunakan untuk mendiagnosis dan mengevaluasi gejala sumbatan hidung. Salah satu pemeriksaan obyektif untuk mengukur nilai tahanan hidung adalah dengan pemeriksaan rinomanometri.
Rinomanometri adalah suatu teknik mengukur tahanan jalan napas hidung, sebagai alat diagnostik adanya sumbatan hidung, mengevaluasi fungsi jalan napas, dan mengevaluasi efektifitas pengobatan.
Di luar negeri telah banyak dilakukan penelitian tentang penilaian sumbatan hidung dan tahanan hidung dengan menggunakan rinomanometri. Penelitian pads pasien rinitis alergi dengan menggunakan rinomanometri dilakukan oleh Ciprandi (2406) dengan melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi nilai tahanan hidung sebelum dan sesudah pemberian dekongestan pada pasien rinitis alergi. Huang (2006)12 melakukan penelitian untuk menentukan secara obyektif dan subyektif perubahan nilai tahanan hidung dan kualitas hidup pada pasien rinitis alergi perenial setelah dilakukan turbinoplasti inferior. Gosepath (2005)13 melakukan penelitian tes provokasi hidung untuk mengevaluasi pasien rinitis alergi dan non alergi rinitis. Shusterman (2003)14 meneliti tentang efek klorin inhalasi yang rnenyebabkan sumbatan hidung pada pasien rinitis alergi tanpa pemecahan sel mastosit. Kohan (1998) yang membandingkan efektifitas dua macam kortikosteroid semprot hidung pada pengobatan sumbatan hidung penderita rinitis alergi. HasiI penelitiannya menunjukkan bahwa rinomanometri anterior merupakan parameter objektif yang dipercaya berhubungan dengan perbaikan gejala sumbatan hidung yang dirasakan terhadap tahanan jalan napas. Meltzer (1998) meneliti tentang efektifitas pemberian kortikostemid topikal yang diukur dengan rinomanometri anterior. Ditemukan hubungan yang bermakna antara nilai tahanan hidung dengan sumbatan hidung. AIat rinomanometri NR6 pertama kali digunakan di Indonesia untuk penelitian tahun 1995 oleh Trimartani yang dilakukan pada pasien orang normal untuk mendapatkan nilai tahanan hidung orang normal, yaitu sebesar 0,24 Pa/cm3/det dengan standar deviasi 0,09 Pa/cm3/det pada tekanan standar 75 Pa. Pasien dengan keluhan sumbatan hidung belum terbukti bahwa nilai tahanan hidung berhubungan dengan derajat sumbatan.
Di Indonesia, penelitian pada pasien rinitis alergi dengan sumbatan hidung menggunakan rinomanometri belum pernah dilakukan, sehingga belum didapatkan gambaran nilai tahanan hidung pada pasien rinitis alergi, khususnya pasien rinitis alergi persisten sedang berat.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang nilai tahanan hidung pada pasien rinitis alergi persisten sedang berat.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18034
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedicta Honnie
"Tesis ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif, yaitu penelitian terhadap bahan-bahan pustaka dan didukung dengan wawancara ahli perlindungan sumber daya genetika, berupa spesimen virus Flu Burung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan dalam upaya perlindungan sumber daya genetika terkait dengan benefit sharing atas kepemilikian spesimen virus Flu Burung strain Indonesia. Beberapa pokok permasalahan adalah apakah spesimen virus Flu Burung sebagai sumber daya genetika memerlukan perlindungan hukum ? Bagaimana status spesimen virus Flu Burung dalam konteks kepemilikan oleh Indonesia sebagai negara berkembang ? Apakah Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), khususnya rezim paten dapat melindungi kepemilikan sumber daya genetika ? Bagaimana upaya perlindungan sumber daya genetika atas kepemilikan spesimen virus Flu Burung strain Indonesia ? Penyelesaian masalah ini adalah perlindungan spesimen virus Flu Burung perlu mendapat perlindungan hukum. Status spesimen Flu Burung dalam konteks kepemilikan oleh Indonesia sebagai negara berkembang, yang dianggap oleh negara-negara maju sebagai public domain, berdasarkan “common heritage ofhumankiruF, tetapi berdasarkan CBD, kedaulatan negara membatasi “common heritage of humankind’. Oleh karena ketidakmampuan rezim paten untuk melindungi spesimen virus Flu Burung, maka dperlukan upaya perlindungan lain. Dalam melindungi spesimen virus sebagai sumber daya genetika melalui peraturan WHO, peraturan nasional Indonesia dan sistem kontrak, sehingga mendapatkan benefit sharing. Sebagai hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat perbedaan nilai dan budaya hukum antara negara maju dan negara berkembang, yang menyebabkan misappropriation dalam penggunaan sumber daya genetika, terkait dengan kepemilikan spesimen virus Flu Burung strain Indonesia.

The research method for this study is a law-normative juridical study, by using literature and interview expert, who know the protection of genetic resources, especially in form of avian influenza virus speciment The aim of this issues of the research to leam complication to protect the genetic resources concem in related to benefit sharing of Avian Influenza virus speciment strain Indonesia as a Property.
There are apparently important compilcation: Is Avian Influenza virus speciment as the genetic resources need law protection? How is the status of Avian Influenza virus speciment in context property of Indonesia as developing country? Can Intellectual Property Rights, especially patent to protect the ownership of Avian Influenza virus speciment? How to protect genetic resources on ownership of Avian Influenza virus speciment strain Indonesia?
The insistent solved maiter: The Avian Influenza Virus Speciment need to be protected with law. The status of Avian Influenza virus speciment in context property of Indonesia as developing country is defined by the developed country as public domain, base on “common heritage of humankind'. Convention on Biological Diversity declare that “common heritage of humankind’ is restricted by the sovereignty of the country. Due to Patent cannot protect Avian Influenza virus speciment, that why the altemative offer should be provided as WHO mechanism, contract mechanism, and Indonesian national rules as the effort to protect virus speciment as genetic resources to gain benefit sharing.
The result of the research, there are very different value and cultural of law for developed countries and developing countries, that make misappropriation in use of genetic resources, that connect as owner of Avian Influenza virus speciment strain Indonesia.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T25988
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian mengenai optimasi PCR untuk deteksi gen matriks (m) virus
influenza A telah dilakukan. Penelitian bertujuan mendapatkan kondisi
optimum PCR yang digunakan untuk mendeteksi salah satu gen yang
terkonservasi pada virus influenza A, yaitu gen m, menguji sensitivitas, dan
spesifisitas PCR dengan menggunakan metode Reverse transcription
polymerase chain reaction (RT-PCR). Primer yang digunakan yaitu MAF26--
MAR500 dan MAF306--MAR744. Parameter dalam optimasi PCR meliputi
temperature annealing (TA), konsentrasi MgCl2, primer, dan Q-solution
[Qiagen]. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan primer random lebih
sensitif dibandingkan dengan oligo(dT) pada reaksi sintesis cDNA. Selain itu,
hasil penelitian menyimpulkan kondisi optimum pasangan primer MAF26--
MAR500 untuk mendeteksi gen m virus influenza A, yaitu temperature
annealing (TA) 55° C, 3 mM MgCl2, 1 μM primer, dan 0,5x Q-solution
[Qiagen], sedangkan pasangan primer MAF306--MAR744 yaitu TA 59,5° C, 3
mM MgCl2, 1 μM primer, dan 0,5x Q-solution [Qiagen]. Uji sensitivitas
menunjukkan pasangan primer MAF26--MAR500 dapat mendeteksi gen m
virus influenza A sampai 0,05 ng/μl (dengan two-step RT-PCR) dan 0,02048
HA/unit (dengan one-step RT-PCR), sedangkan pasangan primer MAF306--
MAR744 dapat mendeteksi sampai 0,5 ng/μl. Uji spesifisitas dari spesimen
influenza H5N1, H1N1, dan H3N2, menunjukkan bahwa teknik PCR dapat mendeteksi influenza A tanpa adanya cross-reaction pada sejumlah bakteri
saluran pernapasan."
Universitas Indonesia, 2008
S31483
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilbert Wylie
"Influenza merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita di dunia. Banyaknya kasus infeksi influenza juga disebabkan oleh tingginya tingkat transmisi influenza yang dapat dengan cepat menyebar antara penderita ke individu lain di sekitarnya. Nasal spray adalah salah satu solusi untuk mencegah terjadinya penularan infeksi influenza. Zat aktif yang dapat digunakan yaitu nanopartikel perak. Dalam pembuatannya, nanopartikel perak mudah teroksidasi dan beragregasi, sehingga dibutuhkan penstabil yang sesuai, yaitu polivinil alkohol (PVA). Nanopartikel perak yang dihasilkan kemudian akan dikarakterisasi lalu dikembangkan menjadi sediaan nasal spray. Pada penelitian ini, sediaan nasal spray nanopartikel perak yang dibuat akan dibedakan pada ukuran partikel nanopartikel peraknya (±10 nm dan ±100 nm). Adanya perbedaan ukuran partikel bertujuan untuk membandingkan efek anti-influenza virus kedua sediaan. Setelah diproduksi, sediaan akan dilanjutkan ke tahap evaluasi, yaitu evaluasi organoleptis, kandungan sediaan, pola penyemprotan, isi minimum, viskositas, pH, dan uji HAI. Berdasarkan hasil karakterisasi, nanopartikel perak yang dihasilkan memiliki ukuran partikel 11,2 nm dan 92,5 nm. Sediaan nasal spray berhasil dibuat dengan menggunakan nanopartikel perak 11,2 nm, namun belum sepenuhnya stabil. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa efek anti-influenza virus nanopartikel perak dipengaruhi oleh ukuran partikelnya.

Influenza is one of the most common disease in the world. Influenza has a high transmission rate that it can transmit between an infected patient to other people easily. Nasal spray is one of the solution to prevent the infection caused by influenza virus. In this study, the active ingredients used was silver nanoparticles. Silver nanoparticles aggregate and oxidize easily, which was why stabilizer was used, in this case polyvinyl alcohol. The silver nanoparticles were then characterised and used for the formulation. The formulation was differentiated into two types, one containing the ±10 nm silver nanoparticles and the other ±100 nm silver nanoparticles. The difference was made to prove that silver nanoparticles size affect its anti-influenza effect. According to the characterization result, the silver nanoparticles size were 11,2 nm and 92,5 nm. The nasal spray formulation is then evaluated. The evaluation included organoleptic, nasal spray dose, spray pattern, minimum content, viscosity, pH and HAI test. The nasal spray product made had shown anti-influenza effect (11,2 nm), but its stability was not fully optimized yet. Also, in this study, it had been proven that the silver nanoparticles anti-influenza virus effect were effected by their particle size.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>