Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tjandra Yoga Aditama
Jakarta: UI-Press, 2006
616.2 TJA f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ichsan
"Avian influenza H5N1 hingga akhir Februari 2007 telah menyerang 102 orang dan menevvaskan 81 orang yang terinfeksi di Indonesia. Dengan mempertimbangkan makin tingginya angka kejadian dan mortalitas akibat penyakit ini, diperlukan metode untuk deteksi dini infeksi virus serta perlu dipelajari epitope virus agar dapat dibuat ranoangan vaksin. Pembuatan desain primer dari sekuens nukleotida segmen 5 (nukleokapsid protein) virus H5N1 di Indonesia dilakukan dengan software off-/ine FastPCR versi 4.0.
Untuk memprediksi epitope peptide binding-MHC l terhadap nukleokapsid protein (NP) virus H5N1 di Indonesia, digunakan program on-line peptide binding to MHC class l molecules dengan alamat situs vi/vi/vv.immuneepitope.org. Dari studi in silioo, diperoleh 11 maoam left primer dan 6 maoam nght primer yang khas untuk sekuen nukleotida NP tertentu.
Pada prediksi epitope peptide binding-MHC l, epitop NP mempunyai afinitas tinggi di 18 allele. Afinitas tertinggi terdapat pada allele 55401, untuk epitop LPACVYGLA dengan nilai |C50 sebesar 0,74 n|V|. Hal Iain yang juga perlu diperhatikan dalam prediksi epitop yaitu ikatan yang munoul pada allele A0201, hanya ada pada sekuen protein ke 59 (A/Indonesia/CDC184/2005(H5N1)), untuk epitop RLIQNSITV dengan nilai |050 sebesar 43,1 nIV|. Terdapat perbedaan antara prediksi epitop NP menggunakan database viral protein dengan protein hasil translasi sekuens nukleotida yang diperoleh dari amplifikasi DNA. Perbedaan itu disebabkan karena perbedaan panjang protein hasil translasi dengan protein database.
Prediksi epitop hasil translasi mempunyai afinitas tinggi terhadap IVIHC kelas nanya di 'I5 allele dengan perbedaan pada allele AO206, A1 '|O'|, dan B4403_ Epitop-epitop pada allele tersebut berada pada bagian-bagian yang tidak teramplifikasi ketika dilakukan PCR in Sillco yaitu bagian terminal Sekuen asam amino protein database."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Mustika Handayani
"Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) H5N1 memiliki ancaman kesehatan yang signifikan bagi unggas dan manusia. Infeksi H5N1 di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia, dengan tingkat mortalitas mencapai 83% pada periode 2005-2013. Namun, mutasi yang terjadi pada virus H5N1 menyebabkan virus H5N1 menjadi resisten terhadap agen antiviral komersial, seperti oseltamivir dan zanamivir. Oleh karena itu, diperlukan agen antiviral yang lebih potensial. Pada penelitian ini, dilakukan penapisan virtual senyawa bahan alam flavonoid dari Indonesia sebagai inhibitor neuraminidase virus H5N1. Penapisan dilakukan terhadap 491 senyawa flavonoid yang diperoleh dari HerbalDB. Molecular docking dan dynamics dilakukan dengan menggunakan MOE 2008.10. Prediksi karakter ADMET (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi, Toksisitas), bioaktivitas, bioavailabilitas, farmakologi, serta potensi karsonogenisitas-mutagenisitas juga dilakukan untuk memperoleh kandidat obat terbaik. Penelitian ini menghasilkan kaempferol 3-rhamnosil-(1-3)-rhamnosil-(1-6)-glukosida sebagai kandidat obat terbaik. Studi molecular dynamics menunjukkan bahwa senyawa ini stabil pada 312 K.

Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) H5N1 poses a significant threath for animal and human health worldwide. The number of H5N1 infection in Indonesia is the highest during 2005-2013, with mortality rate up to 83%. Mutation occured in H5N1 strain made it resistant to commercial antiviral agents such as oseltamivir and zanamivir, so more potent antiviral agent is needed. In this study, virtual screening of Indonesian flavonoid as neuraminidase inhibitor of H5N1 was conducted. Total 491 flavonoid compound obtained from HerbalDB were screened. Molecular docking and dynamics were performed using MOE 2008.10. Prediction of ADMET (Absorption, Distribution, Metabolism, Excretion, and Toxicity), bioavailability, bioactivity, and pharmacology character, as well as potency for carcinogenicity and mutagenicity were conducted to obtain the best ligand. This research resulted kaempferol 3-rhamnosyl-(1-3)-rhamnosyl-(1-6)-glucoside as the best drug lead. Molecular dynamics study revealed that this compound was stable at 312 K."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Niluh Putu Indi Dharmayanti
Depok: UI Publishing, 2019
616.91 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irfan Ata Ul Awal
"Influenza masih menjadi perhatian utama dalam bidang kesehatan karena penyakit ini masih menimbulkan ratusan ribu korban jiwa di seluruh dunia dan memiliki sifat sangat mudah menular. Penyebaran virus influenza bergantung pada berbagai faktor, namun efek dari faktor-faktor tersebut belum sepenuhnya dipahami terutama di wilayah tropis seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memahami peranan faktor fisika berupa faktor iklim dan cuaca terhadap persebaran virus influenza terutama pada saat pemanasan global seperti saat ini. Data influenza diambil dari data puskesmas sentinel yang dihimpun oleh WHO dan data faktor fisika diambil dari BMKG. Perangkat lunak Microsoft Excel dan SPSS versi 20 digunakan untuk melakukan analisis deksriptif, uji korelasi dan regresi pada data yang diperoleh. Analisis deskriptif tahunan menunjukkan  pola prevalensi influenza A dan B cenderung dipengaruhi oleh kelembaban dan curah hujan. Hasil analisis korelasi menunjukkan tidak ada faktor fisika yang memiliki korelasi yang konsisten terhadap prevalensi influenza A dan B. Analisis regresi menunjukkan bahwa pergerakan prevalensi virus influenza tidak hanya dibentuk oleh satu faktor namun dibentuk oleh kontribusi beberapa komponen faktor fisika. Selain itu, pola influenza tahunan juga menunjukkan terjadi fenomena rebound pada virus influenza B pada tahun 2016 terjadi bersamaan dengan rebound kelembaban dan curah hujan.

Influenza is still a major concern in health care because these diseases still cause hundreds of thousands of casualties around the world and very contagious.  Spread of influenza virus depends on several factors, however the exact effect of those factors is not yet fully understood , especially in tropical countries like Indonesia. This study is aimed to understand effects of climate factors dynamics to spread of influenza virus, especially in era of global warming. Influenza data for this study is taken from sentinel data gathered by WHO while climate and weather data is taken from Badan Meteorologi Klimatologi dan Fisik (BMKG). Microsoft Excel and SPSS Version 20 is used to run descriptive, correlation and regression analysis on collected data. Descriptive analysis shows that yearly prevalence of influenza virus has pattern that follows humidity and rainfall pattern. Correlation analysis shows that there are no physical factors that have consistent correlation with prevalence of influenza A and B.  Result of correlation and regression analysis confirm that the movement of the prevalence of influenza is not only determined by single factor but rather determined by several physical factors at once. In addition, there is rebound phenomenon observed on influenza B in 2016 and at the same time there are also rebound on humidity and rainfall."
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alisa Nurul Muthia
"ABSTRAK
Latar Belakang: Efikasi vaksin influenza pada populasi usia lanjut masih
menjadi perdebatan. Studi sebelumnya menunjukkan penurunan seroproteksi yang
lebih cepat pada usia lanjut. Belum ada studi hubungan seroproteksi dengan
influenza-like illness pada usia lanjut
Tujuan: Mengetahui hubungan status vaksinasi dengan seroproteksi bulan
pertama dan mengetahui hubungan antara seroproteksi bulan pertama dengan
kejadian influenza-like illness selama 6 bulan pasca-vaksinasi pada usia lanjut.
Metode: Studi kohort ambispektif ini menggunakan data penelitian induk dengan
subjek usia lanjut ≥ 60 tahun yang tinggal di komunitas Posyandu lansia wilayah
Jakarta Timur, dan data primer dalam periode Desember 2015-Maret 2016.
Vaksinasi Influenza yang dievaluasi adalah vaksin influenza trivalen inaktif.
Seroproteksi didefinisikan sebagai titer Hemagglutinin Inhibition ≥ 1:40.
Influenza-like Illness sesuai kriteria WHO adalah infeksi pernapasan akut yang
ditandai oleh demam (suhu ≥380C) dan batuk.
Hasil: Terdapat 265 subjek pada penelitian ini, terdiri dari 133 subjek pada
kelompok vaksinasi dan 132 subjek pada kelompok tidak vaksinasi. Proporsi
seroproteksi pasca-vaksinasi pada bulan pertama, keempat, dan keenam adalah
92,5%; 83,5%; dan 74,4%. Analisis bivariat menunjukkan vaksinasi
meningkatkan risiko terjadinya seroproteksi pada bulan pertama (RR 3,48,; IK
95% 2,61-4,65). Tidak ditemukan hubungan bermakna antara seroproteksi bulan
pertama dengan insidens ILI selama 6 bulan pasca-vaksinasi (RR 0,325 IK 95%
0,04-2,641). Analisis multivariat menunjukkan OR seroproteksi setelah
penyesuaian adalah 60,429 (IK 95% 25,323-144,206) dengan titer Hemagglutinin
Inhibition ≥ 1:40 pra-vaksinasi sebagai variabel perancu.
Simpulan: Proporsi seroproteksi pasca-vaksinasi pada bulan pertama, keempat,
dan keenam adalah 92,5%; 83,5%; 74,4%. Terdapat hubungan bermakna antara
status vaksinasi dengan seroproteksi. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara
seroproteksi bulan pertama dengan insidens influenza-like illness selama 6 bulan
pasca-vaksinasi

ABSTRACT
Background: The efficacy of influenza vaccines in the elderly is still being
debated. Previous studies showed a faster decline of antibody titers in the elderly.
The relationship between seroprotection with influenza-like illness in the elderly
has not been established.
Objective: To determine the relationship between vaccination status with
seroprotection and to determine the relationship between first month
seroprotection with the incidence of influenza-like illness 6 months postvaccination
in the elderly.
Methods: An ambispective cohort study was conducted using secondary data from
the parent study of elderly subjects age ≥ 60 years who live in the community of
Posyandu lansia in East Jakarta, and primary data taken from December 2015 to
March 2016. The influenza vaccine evaluated was the Trivalent Inactivated
Vaccine 2014/2015. Seroprotection defined as Hemagglutinin Inhibition titer ≥
1:40. Influenza-like Illness according to WHO criteria is an acute respiratory
infection characterized by fever (temperature ≥380 C) and cough.
Results: There were 265 subjects in this study consisting of 133 subjects in the
vaccine group and 132 subjects in the unvaccinated group. The proportion of
post-vaccination seroprotection in the first, fourth, and sixth month was 92.5%;
83.5%; and 74.4%. Bivariate analysis showed vaccination increases the risk of
seroprotection (RR 3.48 CI95% 2.61 to 4.65). Seroprotection achieved in the first
month showed no statistical significance to the risk of ILI incidence 6 months
after vaccination (RR 0.325 95% CI 0.04 to 2.641). Multivariate analysis showed
adjusted OR for seroprotection is 60.429 (CI 95% from 25.323 to 144.206) with
pre-vaccination Hemagglutinin Inhibition titer of ≥ 1:40 as the confounding
variable"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurafiati Haliza
"Penelitian ini membahas lebih lanjut mengenai proses penerapan kebijakan Influenza Ordonnantie khususnya upaya pembatasan kapal di Pelabuhan Tandjong Priok dalam menangani pandemi influenza di Batavia pada tahun 1920—1922. Kemunculan wabah influenza yang dikenal dengan flu spanyol pada tahun 1918 menimbulkan masalah baru di Hindia Belanda. Selain menghambat aktivitas sehari-hari, korban yang ditimbulkan juga tidak sedikit. Pemerintah Batavia pada awalnya menunjukkan sikap yang lambat dalam merespon wabah tersebut, namun seiring dengan dampak yang ditimbulkannya pemerintah mulai melakukan upaya-upaya penanganan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pada tahapan heuristik sumber sejarah yang digunakan meliputi arsip, surat kabar, buku dan jurnal. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pemerintah Hindia Belanda melakukan suatu usaha konkret dalam menangani penyebaran wabah influenza di Batavia melalui pembuatan Influenza Ordonnantie. Pemerintah Hindia Belanda melakukan tindakan pencegahan yaitu memperketat pengawasan terhadap kapal-kapal yang datang baik dari luar maupun kapal yang datang dari Hindia Belanda. Burgerlijke Geneeskundige Dienst (BGD) melalui Komisi Influenza telah merampungkan ordonansi pada tahun 1919, kemudian Influenza Ordonnantie tersebut disahkan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1920 yang berisi peraturan lalu lintas pelabuhan untuk menangani kemunculan dan penyebaran wabah influenza. Kebijakan pembatasan kapal di Pelabuhan Tandjong Priok diterapkan dengan cara pemberlakuan influenza pass, influenza sein, pengecekkan kesehatan, dan karantina kapal. Pembatasan kapal menjadi salah satu faktor yang menekan angka penyebaran virus influenza di Batavia, sehingga pada tahun 1922 virus influenza dinyatakan sudah melandai dan tidak lagi menjadi wabah di Hindia Belanda.

This research further discusses the implementation process of the Influenza Ordonnantie policy, specifically the efforts to limit ships at the Tandjong Priok Port in handling the influenza pandemic in Batavia in 1920—1922. The emergence of an influenza outbreak known as the Spanish flu in 1918 caused new problems in the Dutch East Indies. Apart from disrupting daily activities, there were a significant number of victims. The Batavian government had initially been slow in responding to the outbreak; however, they began to make efforts to deal with it as the impacts that came with it worsened. This research employs historical research methods, including four stages: heuristic, criticism, interpretation, and historiography. The sources used at the heuristic stage consist of archives, newspapers, books, and journals. The findings demonstrate that the Dutch East Indies administration made a substantial effort in dealing with the spread of the influenza pandemic in Batavia by creating the Influenza Ordonnantie. The government also took a preventative measure by tightening the supervision of ships that were coming from outside and from the Dutch East Indies. Burgerlijke Geneeskundige Dienst (BGD), through the Influenza Commission, completed the ordinance in 1919, and it was later ratified by the Dutch East Indies government in 1920, which contained the port traffic regulation to deal with the emergence and spread of the influenza outbreak. The implementation of the ship restriction policy at the Tandjong Priok Port includes the enactment of influenza passes, influenza signals, health checks, and ship quarantine. The ship restriction was one of the factors that suppressed the spread of the virus, which led to the declaration in 1922 that the influenza virus had subsided and was no longer a pandemic in the Dutch East Indies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>