Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umar
"Perkembangan gadai emas syariah di Indonesia dapat dikategorikan cukup pesat. Hal ini disebabkan pada tahun 2008 tepatnya sejak Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah disahkan, bank syariah memperoleh dasar hukum untuk dapat membuka produk gadai syariah pada praktik perbankan. Seiring dengan perkembangan tersebut muncul fenomena di masyarakat mengenai metode gadai emas berjenjang yang disingkat gadai berjenjang.
Gadai emas berjenjang atau biasa disebut dengan istilah berkebun emas merupakan suatu metode berinvestasi yang sering digunakan dalam produk gadai emas syariah pada perbankan syariah. Permasalahan yang timbul adalah apakah metode gadai berjenjang tersebut sesuai dengan prinsip syariah. Permasalahan lain yang timbul adalah metode gadai berjenjang atau berkebun emas ini, tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam metode tersebut. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan data sekunder dengan hasil deskriptif analisis.
Secara umum, dalam penelitian ini terdapat sebuah kesimpulan bahwa penerapan metode gadai berjenjang dalam gadai emas syariah tidak sesuai dengan prinsip syariah. Penelitian ini juga mengambil kesimpulan bahwa penerapan metode gadai emas berjenjang di Bank Syariah Mandiri dalam aplikasinya tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan antara lain metode gadai berjenjang tidak sesuai dengan prinsip syariah, metode gadai berjenjang/berkebun emas menggunakan rata-rata statistik jangka panjang untuk menjustifikasi tujuan jangka pendek, dan metode gadai berjenjang/berkebun emas menggunakan asumsi angka pinjaman dari bank syariah tetap. Kelemahan-kelemahan tersebut menjadikan gadai emas berjenjang ini yahg sebelumnya kerap disebut sebagai investasi tanpa risiko sehingga perlu diketahui menjadi lahan investasi yang sangat berisiko untuk dilakukan.

The development of shariah gold pawn in Indonesia is quite rapid. This is because that in 2008, precisely since the adoption of Law Number 21 of 2008 concerning Shariah Banking, shariah banks obtain legal basis to open a shariah pawn product in the practice of banking. As it develops, another phenomenon appears in the society about the method of multilevel gold pawn, which is shortened to multilevel pawn.
Multilevel gold pawn or usually known as "gold gardening" is an investment method that is often used in shariah product on the pledging of gold in shariah banking. The issue that arises is whether the multilevel pawn method is in accordance with the principles of shariah. Another issue that arises is that the multilevel pawn method or gold gardening is not free from weaknesses. The research method that is used in this research is a qualitative method by utilizing secondary data and produces an analytical descriptive result. Generally, in this research it concludes that the implementation of multilevel pawn method is not in accordance with the principals of shariah.
This research also concludes that the implementation of multilevel gold pawn method in Bank Syariah Mandiri is not free from weaknesses, such as it is not in accordance with the principles of shariah, the multilevel pawn method/gold gardening is using a long term average statistic to justify short term objectives, and the multilevel pawn method/gold gardening is using the assumption of constant shariah bank loan rate. Those weaknesses consequentially causing this multilevel gold pledging to turn from, what is commonly known as an investment without any risk, into a risky investment.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
S1568
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hafizh Rizal
"Light rare earth metals (LREM) banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku katalis, keramik dan gelas mutakhir, paduan logam, material poles, dan lain-lain. Terak dari hasil samping pengecoran gold crude bullion memiliki kandungan LREM dalam jumlah yang signifikan. Dengan demikian terak gold crude bullion dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku LREM. Kandungan LREM dalam terak gold crude bullion dapat ditingkatkan dengan proses pencucian air dan dilanjutkan dengan proses pelindian asam. Proses pencucian air dilakukan untuk meningkatkan kandungan LREM, menghilangkan kandungan Na, dan menurunkan nilai pH terak. Proses pencucian air mampu meningkatkan kandungan LREM hingga 55 kali dari kandungan sebelumnya, serta menurunkan nilai pH terak dari pH 13 menjadi pH 10 yang akan bermanfaat pada proses pelindian asam. Proses pelindian asam dilakukan dengan menggunakan asam klorida (HCl) sebagai larutan pelindi. Proses pelindian asam dilakukan pada rentang konsentrasi HCl 0,5 – 2,0 M, suhu proses 25 – 70°C, waktu pelindian 15 – 120 menit, serta rasio solid-liquid 1/10, ukuran partikel -74 μm, dan kecepatan pengadukan 300 rpm. Hasil dari proses pelindian asam memberikan persen ekstraksi hingga 76,62% untuk La, 76,56% untuk Ce, 76,77% untuk Pr, dan 76,66% untuk Nd pada konsentrasi HCl 1,5 M, suhu proses 55°C, serta waktu pelindian 120 menit.

Light rare earth metals (LREM) are widely used as raw materials for catalysts, advanced ceramics and glasses, metal alloys, polishing materials, and others. Slag as a by-product from gold crude bullion casting process contains a significant LREM composition. Thus, gold crude bullion slag could be used as LREM raw materials. The LREM composition in gold crude bullion slag can be increased by water washing process followed by an acid leaching process. The water washing process is carried out to increase the LREM content, removing Na content, and reduce the pH value of the slag. The water washing process could increase the LREM content up to 55 times from the previous content and reduce the pH value of the slag from pH 13 to pH 10 which will be useful in the acid leaching process. The acid leaching process is carried out using hydrochloric acid (HCl) as the leachate solution. The acid leaching process is carried out in a HCl concentration of 0.5 - 2.0 M HCl, a process temperature of 25 - 70 ° C, a leaching time of 15 - 120 minutes, a solid-liquid ratio of 1/10, a particle size of -74 μm, and the stirring speed. 300 rpm. The results from the acid leaching process gave an extraction percentage of up to 76,62% for La, 76,56% for Ce, 76,77% for Pr, and 76,66% for Nd at a concentration of 1.5 M HCl, a process temperature of 55 ° C, and a leaching time of 120 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agus Mulyono
"Unit Bisnis Pertambangan Emas - Pongkor adalah salah satu kegiatan PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. yang melakukan kegiatan pertambangan bijih emas di Pongkor, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Dalam upayanya agar menjadi perusahaan yang berwawasan lingkungan, maka perusahaan telah menerapkan manajemen lingkungan standar ISO 14001.
Untuk dapat mempertahankan daya dukung lingkungan, perusahaan tersebut harus menetapkan strategi yang benar. Salah satu hal yang dapat dijadikan acuan dalam menetapkan suatu strategi adalah dengan mengetahui keinginan masyarakat di sekitar kegiatan pertambangan berkaitan dengan daya dukung lingkungan.
QFD (Quality Function Deployment) digunakan untuk membantu perusahaan dalam menetapkan hal-hal yang dianggap sebagai prioritas untuk memepertahankan daya dukung lingkungan dengan memenuhi keinginan masyarakat. Hal ini sejalan dengan filosofi kegiatan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan.

Pongkor Gold Mining Business Unit is one of the PT Aneka Tambang activity that conducting gold mining activity in Pongkor, Bogor, West Java. In the effort becoming a environmentally company, the corporation has applying environmental management ISO 14001 Standard.
To stabilize environmental carrying capacity, the corporation needs to make a right strategy. One thing that can he guide when make a strategy is knowing people wants around mining activity how with environmental carrying capacity.
QFD (Quality Function Deployment) is use to help the corporation to make things as a priority to stabilize environmental carrying capacity to compliance people wants. This is right things that philosophy of Sustainable Development that integrated environment including resources in the development process to guarantee wealthy and quality live generation right now and the Future."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T4671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimah S.
"Kegiatan PETI merupakan kegiatan ilegal yang berisiko tinggi, baik bagi para penambang maupun Lingkungan hidup. Mulai dari proses penambangan, pengangkutan, dan pengolahan emas dilakukan dengan teknik yang sangat sederhana. Pada proses penambangan, dampak negatif yang timbul adalah terjadinya longsor yang dapat mengakibatkan kematian bagi pekerja tambang. Poses pengolahan emas menggunakan bahan toksik merkuri yang dapat menimbulkan pencemaran air dan tanah Proses pemanasan, menghasilkan limbah gas (uap) merkuri yang menyebabkan pencemaran udara dan gangguan kesehatan terutama pada pekerja PETI.
Salah satu sungai yang berpotensi tercemar merkuri adalah sungai Cikaniki yang mengalir melewati beberapa desa di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan bijih emas langsung dilakukan di dalam sungai dengan menggunakan alat yang sederhana (gelundung). Merkuri yang digunakan rata-rata 0,5 -1 kg untuk 8 --10 kg bijih emas.
Krisis ekonomi dan meningkatnya harga emas serta ditunjang akses ke lokasi yang sangat mudah menyebabkan jumlah PER di Gunung Pongkor meningkat.
PT. Aneka Tambang Tbk melakukan penambangan emas dengan teknik tambang bawah tanah (underground mining) dan proses pengolahan emas menggunakan sianida.
Keberadaan urat-urat bijih emas yang muncul ke permukaan berupa singkapan-singkatan (outcrop) menyebabkan jumlah dan aktivitas PETI meningkat sampai ke kawasan hutan lindung (Taman Nasional Gunung Halimun) sehingga menyebabkan kerusakan hutan dan lahan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data kandungan merkuri dalam air, sedimen, biota sungai Cikaniki dan memperoleh rumusan strategi yang efektif untuk penanganan PETI di Pongkor melalui analisis SWOT.
Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda survei. Metode Pengambilan sampel sesuai SNI 06-2421. Lokasi sampling terdiri atas Lokasi A(hulu), B(Tengah) dan C(hilir) sungai Cikaniki. Analisis dilakukan di laboratorium Sarpedal, Kementerian Lingkungan Hidup.
Untuk memperoleh rumusan strategi dilakukan pengumpulan data primer para Stakeholder ( Pemda Bogor, PT. ANTAM Tbk, Pemuka masyarakat, LSM dan PETI. Analisis data menggunakan SWOT.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Kandungan merkuri dalam air, sedimen, dan ganggang di lokasi B (tengah) lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi A (hulu) dan lokasi C(hilir). Hal ini menunjukkan bahwa lokasi B yang merupakan pusat aktivitas PETI sangat berpotensi mencemari sungai Cikaniki.
2. Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh 2 rumusan strategi prioritas untuk penanganan PETI di Pongkor yaitu strategi S-O (Strength-Opportunity) dengan nilai 3,32 dan W-T (Weakness-Threat) dengan nilai 1,77. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan PETI dan penduduk lokal dapat ditingkatkan melalui program community development. Sedangkan faktor kelemahan harus dieliminasi untuk menghindari faktor-faktor ancaman. Strategi S -T (Strength -Threat) dengan nilai 2,60 dan W-O (Weakness-Opportunity) dengan nilai 2,48, dapat digunakan sebagai strategi lanjutan setelah melaksanakan strategi S-0 dan W -T.
Daftar Kepustakaan : 37(1971-2002)
Mercury Pollution and Strategic Planning for Handling Illegal Gold Mining Activities in Pongkor, West JavaIllegal gold mining (PETI) are high risk activities. It endangers both the gold miners (prospectors) and environment, because its mining, transportation, and treatment processes are carried out using very simple techniques. Mining process generates negative impact in form of land sliding which threatens the gold worker.
During treatment process, the gold workers employ toxic mercury causing water and land pollution. On hitting process for separation of mercury and gold from the amalgam causing air pollution and health hazard for the workers.
One river that is potentially mercury polluted is the Cikaniki River that passes through several villages in Nanggung District, Bogor Regency, West Java. Gold ore treatment had been done direct in the river using a very simple equipment called gelundung, the mercury usage are 0.5-1 kg for 8-10 kg of gdd ore.
In accordance with the strike of economic crisis in Indonesia since 1997, the rise of gold price and the availability of easy access to the site, PETI activities at Gunung Pongkor increased significantly. In the middle 1993 the gold prospectors were about 6000 people (PT. Aneka Tambang,1999).
PT, Aneka Tambang is a government-owned company that found the Pongkor site in 1987. This company applied underground mining and used cyanide compound during processing phase. The presence of gold pitch blend appeared on the surface in form of out crop causes an increase in number and activities of illegal gold mining close to PT Aneka Tambang's sites and the Halimun Mountain National Park. This situation leads to serious environmental degradation.
Objective of the study are to get data of mercury concentration in water, sediment, and biota of the Cikaniki River and to develop effective strategy planning for handling the illegal mining in Pongkor.
Method of this study using survey method. Sampling method based on the Indonesian National Standard No. 06-2421. Sampling was carried out the three different location; up stream, middle stream and down stream of Cikanild River, with five sampling points for each locations. The samples were analyzed in laboratories of Sarpedal under the Environment Ministry using a mercury analyzer.
For Strategic Planning was collected data from the stake holders at Local Government in Bogor and Nanggung regency by questioner list and analyzed by using SWOT instrument.
Based on this study, might be concluded as follow:
1. The mercury content in the water, sediment, and algae samples taken from the middle stream (B) are higher than those of the samples obtained from the up stream (A) and down stream (C). This concludes that the main source of mercury contamination in the Cikaniki River in location B which is the central site of illegal mining.
2. Based on SWOT analysis, two strategies have been formulized to handle Pongkor illegal gold mining. Those are S-0 (Strength-Opportunity) with score 3,32 and W -T (Weakness-Threat) with score 1,77. It shows that the strength factors of PEf1 and Local Community could be optimized through the community development Other wise, the weaknesses factor should be eliminated to avoid the threat factors. Beside S-0 and W -T strategies , the S-T (Strength Threat) with score 2,60 and W-0 (Weakness-Opportunity) with score 2,48 could be used as next strategies .
Number of References : 37 (1971-2002)
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11862
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ratna Wulan
"Salah satu masalah yang dihadapi Indonesia dalam perdagangan komoditi adalah fluktuasi harga. Akibatnya risiko kerugian yang dihadapi oleh petani, produsen dan produsen Ianjutannya menjadi sangat besar. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen risiko yang dapat mengurangi risiko kerugian akibat perubahan harga. Salah satunya dengan penerapan sistem hedging. Hedging adalah strategi yang dilakukan hedger untuk mengamankan usahanya dari risiko kerugian akibat perubahan harga yang merugikan. Hedger terdiri dari produsen dan konsumen. Harga Emas berfluktuasi sepanjang waktu, sehingga metode peramalan time series diharapkan dapat membantu hedger untuk memprediksi harga Emas.
Masalah yang dihadapi adalah:
(1) Metode peramalan time series apa yang paling sesuai dalam memperkirakan pergerakan harga komoditi Emas? dan
(2) Pada tingkat berapa Hedger harus melakukan hedging?. Tujuan penelitian adalah menentukan metode peramalan time series yang paling sesuai bagi pergerakan harga Emas.
Penelitian dilakukan di BAPPEBTI, Bursa Berjangka Jakarta, Aneka Tambang dan Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dengan ahli perdagangan berjangka dan hedging. Data sekunder berupa serial data dan harga rata-rata bulanan komoditi Emas dari tahun 1971 sampai Pebruari 2003 yang diperdagangkan di pasar fisik London. Alat analisis data menggunakan metode peramalan time series, dan untuk membantu digunakan program Exel 5.0, QSB, Minitab 10 dan EVIEWS Versi 3.0.
Pemilihan metode peramalan terbaik untuk harga emas dilakukan secara statistik, serta secara manajemen dan ekonomi. Secara statistik, pemilihan metode peramalan tergantung pada:
(a) Pada data (stationer 1 non stationer), dan (b) Efisiensi parameternya. Dapat disimpulkan bahwa metode ARIMA adalah metode peramalan yang paling tepat untuk pola data harga emas karena pola data harga emas adalah pola data non stationer.
Pemilihan metode peramalan time series terbaik secara manajerial dan ekonomi mempertimbangkan:
(1) Emas merupakan komoditi tahunan yang dapat disimpan.
(2) Biaya, kemudahan serta kepraktisan penerapan metode peramalan. Peramalan harga emas dilakukan untuk periode Maret - Desember 2003 dengan mengunakan model ARIMA (1. 1. 1) pada selang kepercayaan 95 pesen. Hasil ramalan harga Emas menunjukkan fluktuasi harga sekitar nilai USD 323.301ons sampai USD 436.22/ons.
Berdasarkan hasil ramalan harga emas bulan Maret Desember 2003 dengan menggunakan metode ARIMA (1. 1. 1), produsen harus melakukan hedging di perdagangan berjangka dengan cara menjual kontrak perdagangan emas pada harga USD 358.371 ons dan metutup posisi pada harga terendah yaitu pada bulan Juli 2003. Bagi konsumen, jika kestabilan harga yang diinginkan, maka konsumen akan melakukan hedging dengan cara membeli kontrak perdagangan emas di Perdagangan Berjangka komoditi dengan harga USD 358.371ons dan menutup kontrak pada harga tertinggi, yaitu pada bulan Desember 2003. Hal ini dikarenakan Hedger yang telah melakukan hedging tidak memperoleh keuntungan yang besar sekali dan tidak juga menderita kerugian yang besar pula. Oleh karena itu fluktuasi harga Emas (baik yang menguntungkan maupun yang merugikan) harus diantisipasi oleh produsen dan konsumen dengan melakukan hedging di Perdagangan Berjangka Komoditi.
Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal sebaiknya Hedger juga menggunakan basis trading, serta melakukan hedging untuk mata uang yang digunakan dalam Perdagangan Berjangka, yang dalam penelitian ini adalah USD."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sadono Mulyo
"Secara konseptual udara di tempat penambangan, dapat terpajan logam Hg total. Maknanya bahwa lingkungan kerja ataupun lokasi kerja penambangan emas termasuk kategori tidak sehat. Pajanan logam Hg tersebut dapat masuk ke dalam tubuh penambang, sehingga dapat berakibat coda kerusakan organ tubuh secara permanen. Dalam kaitannya dengan usaha memahami keberadaan Hg di dalam tubuh penambang, perlu dilakukan dengan pemantauan dan pengukuran biomarker, Salah satunya kadar Hg total dalam urine penambang. Selama ini di Kulon Progo yang merupakan daerah penambangan emas yang belum pernah dilaksanakan pengukuran kadar Hg total dalam urine serta dampaknya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang rnencoba mengetahui gambaran beberapa faktor yang berhubungan dengan kadar Hg total dalam urine penambang emas, di desa Kalirejo Kokap Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain kohort retrospektif yang melibatkan 32 responden penambang dan 32 responden non penambang yang masing masing dilakukan wawancara, observasi dan pengambilan sampel urine sewaktu, dan analisis laboratorium.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tempat kerja penambang merupakan variabel berpengaruh dan menunjukkan kebermaknaan (p-0,050 dan RR = 3,37), yang sekaligus merupakan faktor yang paling dominan bagi kadar Hg dalam urine. Hasil analisis multivariat menunjukkan model matematis sebagai berikut: Logit (p) kadar Hg total dalam urine - 0,251 + 1,215 (Tempat kerja penambang). Peran faktor lain seperti aspek-aspek dan manifestasi klinis, diluar yang telah diteliti, masih perlu untuk diteliti. Sedangkan untuk pencegahan dan pengendaliannya diperlukan pemantauan Hg secara rutin dan intensif dan upaya-upaya intervensi secara teknik diantaranya adalah penerapan daur ulang Hg (amalgam retort) perlu ditingkatkan.

Factors Related to Total Amount of Hg in Urine of Traditional Gold Miner in Kalirejo Village, Kokap Kulon Progo, Province of YogyakartaConceptually, air in mining location, could be exposed to Hg, which mean gold mining area included to unhealthy environment category. Hg exposure can enter to miner's body and damage body organ permanently. In order to examine Hg status in miner's body, it is necessary to monitor and measuring biomarker, one of this is amount of Hg in urine. No previous measurement of Hg in urine in Kulon Progo which is gold mining area. It is important to conduct study about description of some factors which related to total amount of Hg in urine of gold miner in Kalirejo, sub district of Kulon Progo, Province of Yogyakarta.
This study used cohort retrospective design, involve 32 miners and 32 non miner as respondent each interviewed, observed and respondent's urine and laboratory analysis.
Result of this study showed that work site variable is most influencing variable and significant ( p-value = 0.05 and RR = 3.370 ) and became most dominant variable to amount of Hg in urine. Multivariate analysis showed mathematics model; logit (p) total amount Hg in urine= 0.251 + 1.215 ( work site ).
Other factor role such as aspects and clinical manifestation, out of this study, should be examined. While to prevent and control need monitoring Hg routinely and intensive and intervention effort technically, like implementing Hg recycling (amalgam retort )
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pingkan Roeroe
"Perairan Teluk Buyat terletak di Desa Ratatotok, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Desa ini terkenal dengan tambang emas yang dikelola oleh rakyat dengan metode tradisional. Pada tahun 1987 secara resmi Pemerintah Sulawesi Utara sudah menutup kegiatan pertambangan rakyat di desa ini. Pada tahun 1996 sebuah perusahaan PMA yaitu PT. Newmont Minahasa Raya (PT. NMR) memulai kegiatan pertambangan yang dikelola secara besar-besaran. Limbah tailing-nya dibuang ke perairan ini pada kedalaman 82 meter melalui sebuah pipa.
Selain itu beberapa desa yang berbatasan dengan Desa Ratatotok ini masih melakukan kegiatan pertambangan yang dikelola oleh rakyat. Dalam pengolahannya digunakan Iogam berat merkuri untuk mengikat emas. Limbah yang mengandung logam berat terutama merkuri dibuang langsung ke tanah dan sungai yang ada kemudian mengalir ke perairan di sekitar Teluk Buyat.
Merkuri merupakan salah satu logam berat yang banyak dimanfaatkan oleh manusia, tetapi berbahaya untuk lingkungan dan kesehatan. Hal ini terjadi karena salah sifat dari merkuri yang dapat terakumulasi dalam tubuh suatu organisme dalam jangka waktu yang lama. Daya racun merkuri terhadap organisme perairan terutama disebabkan terjadinya perubahan komponen merkuri anorganik menjadi merkuri organik (metil merkuri) oleh jasad renik dalam air. Senyawa metil merkuri bersifat mudah diabsorbsi dan terakumulasi dalam jaringan tubuh organisme dan tahan terhadap penguraian lebih lanjut (OECD dalam Laws, 1981).
Gambaran secara umum kadar bahan pencemar dalam suatu lingkungan dapat diketahui dengan menggunakan beberapa indikator yang dapat mengakumulasi bahan-bahan pencemar yang ada sehingga dapat mewakili keadaan lingkungan tersebut. Dalam lingkungan perairan ada 3 media yang dapat dipakai sebagai indikator pencemaran logam berat merkuri yaitu air, sedimen, dan organisme hidup.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui besamya kandungan logam berat merkuri dalam air laut, sedimen dan kerang sebagai indikator pencemaran di perairan Teluk Buyat dan sekitamya dan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh kegiatan pertambangan emas terhadap kualitas perairan Teluk Buyat dan sekitamya.
Pengambilan contoh dilakukan di 3 lokasi yaitu Pantai Kotabunan (lokasi A) dengan 10 stasiun, Teluk Buyat (lokasi B) dengan 10 stasiun dan Teluk Totok (lokasi C) dengan 5 stasiun.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1) Kandungan merkuri dalam air laut, sedimen, dan kerang di lokasi A (Pantai Kotabunan) lebih tinggi dad lokasi B (Teluk Buyat) dan lokasi C (Teluk Totok). Hasil uii statistik menunjukkan adanya perbedaan secara nyata antara kandungan merkuri dalam air laut, sedimen, dan kerang di lokasi A dengan lokasi B dan C, sedangkan merkuri dalam air Taut di lokasi B tidak berbeda nyata dengan lokasi C.
2) Kandungan merkuri dalam sedimen dan kerang di lokasi C sebagai kontrol lebih tinggi daripada lokasi B. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar merkuri dari pertambangan rakyat pada waktu lalu yang masuk dalam Iingkungan perairan mengendap di dasar perairan dan terakumulasi dalam tubuh kerang.
3) Kandungan merkuri dalam sedimen dan kerang di lokasi A (Pantai Kotabunan) lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi B (Teluk Buyat), dan lokasi C (Teluk Totok) lebih tinggi dari lokasi B, ini menunjukkan bahwa proses pengolahan emas yang dikelola secara tradisional oleh rakyat adalah sumber utama pencemaran merkuri di daerah penelitian.
Untuk mengendalikan pencemaran merkuri perlu adanya pengolahan limbah secara terpadu dan perhatian khusus dari Pemerintah Daerah Sulawesi. Maka mengingat saat ini banyak kegiatan pertambangan rakyat di daerah ini.

Buyat Bay is located in Ratatotok Village, Minahasa Regency, North Sulawesi. This village is well known for gold mining and managed by people in traditional method. In 1987, the local government has been discontinued its activities. In 1996, PT. Newrnont Minahasa Raya (PT. NMR) as a foreign investment started the mining activity on a large scale. The tailing waste is thrown away to Buyat Bay at 82 meters depth through a pipe.
Beside this company, there are a few villages surrounding Ratatotok Village still doing the mining activity. It uses mercury to bind the gold. Mercury is one of heavy metal. The waste that contents mercury is thrown away to soil and river, and then flow to Buyat Bay.
Mercury is one of heavy metal that is dangerous for environment and human health but people often use it. One of the characteristics of mercury is it can be accumulated in organism body in long, term period. Mercury contents poison caused by component change from anorganic mercury to organic mercury (methyl mercury) by microorganism in water. Methyl mercury is easy to absorb and accumulate in organism body and resistant further to chemical processes (OECD in Laws, 1981).
General description about pollution degree in environment can be known by use of a few indicators that accumulate polluters in location. In waters environment, there are 3 media that can be used as environment indicators of mercury, those are water, sediment, and living organism.
The purposes of this research are as follows to know the content of mercury in seawater, sediment, and mollusk as pollution indicators in Buyat Bay and surroundings, and to know the impact of gold mining activity to water quality in Buyat Bay and surroundings.
Sample are taken in 3 locations; those are Kotabunan Beach (A location), with 10 station, Buyat Bay (B location) with 10 station, and Totok Bay ( C location) with 5 station.
According to analysis and discussions of this research are as follows
1) The content of mercury in seawater, sediment, and mollusk in location A (Kotabunan Beach) is higher than location B (Buyat Bay) and location C (Totok Bay). Statistic test indicates significant difference between mercury content in seawater, sediment, and mollusk in location A with location B and C, but mercury in sea water in location B indicates not significant with location C.
2) The content mercury in sediment and mollusk in location C as an indicator control higher than location B. This indicates that a large part of mercury in people mining has been settled in the bottom of waters environment and accumulate in mollusk.
3) The content of mercury in sediment and mollusk in location A (Kotabunan Beach) is higher than location B (Buyat Bay) and location C (Totok Bay) is higher than location B indicates that process of gold mining managed by the people traditionally is a major source of mercury pollution at study areas.
To control mercury pollution one needs integrated waste treatment and special attention from local government because of a lot of mining activity in this province.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T14618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Wisantyo
"Investasi merupakan faktor utama yang dibutuhkan untuk menggerakkan roda perekonomian. Pada saat ini telah ada alternatif lain selain bursa saham untuk investasi penanaman modal yaitu bursa berjangka. Bursa berjangka merupakan tempat dilakukannya transaksi kontrak berjangka. Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi kontrak berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.
Pada penulisan kali ini, yang dijadikan bahan penelitian adalah komoditi Olein dan Emas. Komoditi Olein merupakan produk turunan dari buah kelapa sawit, yaitu berasal dari daging buah sawit. Olein kemudian digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan minyak goreng. Sedangkan komoditi emas adalah merupakan komoditi yang relatif mampu menghadapi guncangan pasar. Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat menganggapnya sebagai produk yang relatif aman sebagai pilihan investasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemilihan emas dan Olein sebagai bahan penelitian dalam penulisan ini adalah karena kedua produk tersebut telah memiliki volume perdagangan yang besar dibandingkan dengan komoditi CPO dan kopi robusta yang belum terlalu diminati oleh investor.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran sekaligus masukan tentang perbandingan antara investasi kontrak berjangka komoditi Olein dan komoditi emas di bursa berjangka ditinjau dari risiko dan tingkat pengembaliannya dengan menggunakan metode CAPM (Capital Pricing Asset Model). Oleh karena itu tulisan ini akan membandingkan nilai tingkat pengembalian dan risiko untuk komoditi emas dan olein dengan menggunakan metode CAPM, sebagai salah satu cara menentukan keputusan investasi pada sektor kontrak berjangka.
Dari hasil penelitian didapat bahwa, beta Olein dan emas nilainya hampir relatif sama, keduanya memiliki nilai yang positif dengan market, hanya perbedaan sedikit dalam sensitivitasnya dengan pasar. Beta Olein sebesar 0,18 sedangkan emas 0,29, yang menunjukkan bahwa komoditi emas lebih sensitif terhadap perkembangan harga pasar yang mungkin disebabkan karena komoditi emas adalah komiditi yang sudah dikenal oleh masyarakat. Namun jika dibandingkan return maka emas memiliki keunggulan dibandingkan komoditi olein. Jadi walaupun dari nilai beta yang relatif sedikit lebih sensitif namun return emas jauh lebih besar daripada Olein sehingga pemilihan investasi sebaiknya jatuh kepada pilihan komoditi emas.

Investment is one of major factor needed to run the economic growth. Currently, there are some alternatives other than stock exchange for fund investing such as futures market. Futures market is the locations in which futures contract transactions take place. Futures market is constructed with the aim to carry out the systematic, fair, efficient, and effective and transparency futures contract transactions.
For research purpose, this final paper uses Olein and Gold commodity. Olefin commodity is an inherited product from palm oil that originated from the flesh of palm. Olein commodity then can be used as raw material for fry oil, while gold commodity is such a kind of commodity that relatively could face market shock. This is due to most of people consider it as relatively safe product chosen as investment. In conclusion, the chosen of Olein and gold commodity as data research at this final paper is due to such products have high trade volume compared to other kind of commodity such as CPO and Robusta Coffee which is not preferred by many investor.
The objective of this final paper is to give description and also input for the comparison between futures contract of Olein commodity and gold commodity in futures market. The comparison is based on the risk and return by using CAPM (Capital Pricing Asset Model) method as one tool to determine investment decision in futures market sector.
The research result is that beta of Olein and gold have relatively the same number of beta where both have the positive number against market. There is only slightly difference in the sensitivity with market. Olein has beta by 0.18 while gold has 0.29 which describes that gold commodity is more sensitive against market price blooming which might be caused by gold commodity has been already well known by most of the people. However, if we compare to the return, then the gold commodity is superior to Olein. Although the beta is relatively less sensitive but the return of gold is bigger than Olein commodity, hence we can conclude that we better invest in gold commodity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18458
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Soekarni
"Penelitian ini bertujuan untuk: (a) membuktikan manakah diantara dinar emas, dirham perak dan Dolar AS yang mempunyai nilai tukar paling stabil dalam denominasi yen, pound sterling dan euro; (b) menentukan arah dan bentuk hubungan volatilitas antara nilai tukar dinar emas, dirham perak dan Dolar AS dalam denominasi yen, pound sterling dan euro. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien variasi (coefficient of variation) dapat dinyatakan bahwa secara rata-rata nilai tukar dinar emas lebih stabil dibandingkan dengan nilai tukar dirham perak dan dolar AS terhadap yen, pound sterling dan euro.
Hasil uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa volatilitas nilai tukar dinar emas dengan dolar AS, dan dirham perak dengan dolar AS saling mempengaruhi. Sedangkan volatilitas nilai tukar dinar emas dengan dirham perak tidak saling mempengaruhi. Sementara itu, estimasi model VAR menunjukkan: (a) volatilitas nilai tukar dinar emas terhadap yen dan pound sterling dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dinar emas itu sendiri sebulan yang lalu, serta perubahan nilai tukar dolar sebulan dan dua bulan sebelumnya dengan koefisien regresi yang jauh lebih besar. Namun, nilai tukar dinar emas terhadap euro tidak dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dolar terhadap euro; (b) volatilitas nilai tukar dirham pada umumnya hanya dipengaruhi oleh volatilitas nilai tukar dirham itu sendiri sebulan sebelumnya dengan koefisien regresi 0.9 dalam ketiga denominasi yang digunakan; (c) volatilitas nilai tukar dolar AS lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukarnya sendiri sebulan dan dua bulan sebelumnya.

This research has objectives to: (a) prove which exchange rate is more stable between gold dirham; silver dirham and US dollar in yen, pound sterling and euro denomination; (b) ascertain direction and volatility relationship form between gold dinar, silver dirham and US dollar to yen, pound sterling and euro. By calculating coefficient of variation, it was proven that in average, exchange rate of gold dinar more stable than US dollar and silver dirham in yen, pound sterling and euro denomination.
The result of Granger Causality Test demonstrated that exchange rate volatility of gold dinar to US dollar and silver dirham to US dollar has influences reciprocally. Meanwhile, gold dinar and silver dirham volatilities have no reciprocal influences. Moreover; VAR model estimation showed that (a) gold dinar exchange rate to yen and pound sterling is influenced by gold dinar exchange rate itself in one and two previous periods; and US dollar exchange rate in previous one and two periods; (b) exchange rate volatility of silver dirham in general is influenced by silver Dirham exchange rate itself in one previous period (regression coefficient around 0.9) in the three denomination,- and (c) US dollar exchange rate is more it influenced by US dollar exchange rate itself in one and two previous periods than the other variables."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T20513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>