Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Arif Albana
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas tentang Fatayat Nahdatul Ulama yang kemudian disingkat menjadi Fatayat NU, antara lain
mengenai awal mula berdiri, tujuan didirikan, peran penting dan manfaat yang telah diberikan oleh Fatayat NU.
Fatayat NU didirikan di Jawa Timur pada 24 April 1950, lahir dengan tujuan mengusung masalah kesetaraan antara
laki-laki dan perempuan atau bisa disebut persamaan gender. Berperan memperjuangkan hak-hak perempuan,
kemudian memberikan manfaat yang besar dari segi hak perempuan dan keikutsertaan perempuan dalam dunia
politik di Indonesia. Pada penulisan ini, Fatayat NU yang menjadi studi kasus adalah Fatayat NU Utan Kayu Jakarta
Timur. Metode penulisan yang digunakan adalah metode ekspositoris dan metode kualitatif-deskriptif. Teknik
penelitian yang digunakan adalah kepustakaan dan lapangan yang berupa wawancara. Tujuan dari penulisan jurnal
ini adalah mengetahui sejarah, kegiatan, perkembangan, pengaruh dan perbedaan Fatayat NU dengan organisasi lain.

ABSTRACT
This journal article discusses the Fatayat Nahdatul Ulama then in short Fatayat NU, among others the beginning of
the stand, established goal, important role and benefits that have been granted by Fatayat NU. Fatayat NU in East
Java founded on 24 April 1950, born with the aim of carrying equality between men and women or can be called
gender equality. Contribute to fight for the rights of women, and provide great benefits in terms of women's rights
and participation of women in politics in Indonesia. At this writing, Fatayat NU case study is Fatayat NU Utan Kayu,
East Jakarta. Method used is the method of expository and descriptive qualitative method. Techniques used in this
research is in the form of literature and field interviews. The purpose of this paper is to know the history, activities,
development, influence and difference Fatayat NU with other organizations."
Depok: [Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, ], 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bornstein, Robert F
APA: Washington D.C, 2002
150.195 PSY
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Butler, Judith
New York : Routledge, 1999
305.4 BUT g (1);305.4 BUT g (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Nurfitriana
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh diversitas gender pada dewan direksi dan dewan komisaris terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur. Diversitas gender yang diukur menggunakan presentase keberadaan wanita dalam dewan direksi dan dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan luas pengungkapan sukarela yang dapat membantu para pengguna laporan tahunan. Untuk menguji pengaruh tersebut digunakan model pengujian ekonometri Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan sampel sebanyak 114 perusahaan manufaktur tahun 2012. Penelitian ini menyimpulkan bahwa diversitas gender pada dewan komisaris dan dewan direksi serta profitabilitas ditemukan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Variabel ukuran perusahaan, likuiditas, struktur modal dan ukuran dewan secara bersama-sama memengaruhi luas pengungkapan sukarela.

This study examines the influence of gender diversity on board of directors and board of commissioners on voluntary disclosure in annual reports manufacturing companies. Gender diversity which is measured using the percentage of the female representation on the board of directors and commissioners is expected to increase the extent of voluntary disclosure which can help users of annual reports. To examine the influence, this study uses Ordinary Least Square (OLS) method with 114 samples of manufacturing companies in 2012. This research concludes that the female representation in the board of commissioners and board of directors, profitability do not affect the extent of voluntary disclosure. Meanwhile, the size of company, liquidity, leverage and size of the board jointly affect the extent of voluntary disclosure."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S57710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa Hasnaghina Ulfah
"Konsep biner adalah salah satu konsep yang telah mengakar dalam tatanan sosial masyarakat. Konsep tersebut menjadi salah satu bidang yang diteliti dalam kaitannya dengan keberlangsungan sistem dominasi, hierarki, dan ketimpangan gender sebagai norma. Artikel ini ditulis untuk menguji konsep biner tersebut dalam perspektif melakukan gender dalam film berjudul 303 (2018) karya Hans Weingartner untuk menyelidiki lebih dalam konstruksi heteronormativitas dan hierarki gender pada dua pemeran utama film ini. Metode penelitian ini adalah metode kualitatif dengan upaya menggali, memahami, dan menjabarkan representasi budaya berkaitan dengan masalah yang disebutkan di atas. Analisis ini menyoroti konstruksi konsep biner dan dikotomi peran pada kedua pemeran utama dalam film yang saling terkait dalam mengkonstruksi heteronormativitas dan hierarki gender satu sama lain. Analisis ini juga menemukan bahwa film ini melihat ketidaksetaraan gender sebagai hasil dari negosiasi dan kesepakatan dalam peranan tersebut.
The gender binary has been entrenched within society for decades. This concept is primarily used to investigate and explain how domination, hierarchy, and gender inequality is sustained in a culture as norms. In this article, I analyse this concept with the doing gender perspective in a movie called 303 (2018) by Hans Weingartner to investigate the construction of heteronormativity and gender hierarchy on the main actors. Using qualitative methods, this article will explore, explain, and describe the cultural representations that related to the problems mentioned above. This analysis sheds light on the construction of the gender binary concept and the dichotomy on the main actors roles are interrelated in creating heteronormativity and their gender hierarchy. Also, the findings illustrate the construction of gender inequality this film has, as a result of negotiations and agreement on these roles."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Erico Andreas Parulian
"Depiksi gender di media mainstream pada umumnya mengikuti norma-norma dan stereotipe-stereotipe yang konon diatribusikan ke gender tertentu layaknya sebuah peran yang dimana pria dan wanita harus bersikap secara spesifik tergantung dari jenis kelamin mereka berdasarkan apa yang dianggap normal oleh masyarakat tertentu. Acara Steven Universe 2013-sekarang adalah kartun serial yang ditayangkan di saluran Cartoon Network, yang dimana acara tersebut dibuat untuk anak-anak sebagai target demografis mereka. Akan tetapi, walaupun target demografis mereka adalah anak-anak, kartun tersebut mendepiksikan gender dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan kartun-kartun yang lain. Melalui lensa lsquo;Gender Performativity rsquo; dari buku Gender Trouble yang ditulis oleh Judith Butler, makalah ini melihat lebih dalam bagaimana kartun Steven Universe mendepiksikan gender, norma gender dan stereotipenya melalui tiga karakter utama dari acara tersebut dan bagaimana cara kartun tersebut mendepiksikan gender dibandingkan dengan cara gender sering didepiksikan di media mainstream.

Depiction of gender in the mainstream media often follows the norms and stereotypes that are often attributed to specific genders, such as gender roles that determine what women and men should be like and how they should behave based on their sex, which often falls within the purview of what a given society considers as normal. Steven Universe 2013-present is a cartoon series that is aired on the channel Cartoon Network, which, by its nature as a cartoon, is designed for and aimed at children to consume. Yet despite its target demographic being children, it stands out among other shows in how it depicts gender. Using the lens of lsquo;Gender Performativity rsquo; by Judith Butler rsquo;s Gender Trouble, this paper examines how Steven Universe depicts gender itself, its norms and stereotypes through the show rsquo;s three main characters and how it contributes to their narrative along with comparing them to how gender is often depicted in mainstream media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ulla Nuchrawaty
"Kesetaraan gender masih menjadi tantangan bagi bangsa kita. Hal itu dikarenakan masih banyak terjadi praktek ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender di berbagai sektor, baik di sektor ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Kaum perempuan menjadi korban ketidakadilan tersebut. Kenyataan itu melahirkan kebudayaan dan peradaban yang negatif bagi bangsa. Diperlukan sarana yang efektif guna mewujudkan kesetaraan gender untuk membangun peradaban bangsa yang unggul. Yakni, melalui partai politik. Melalui langkah langkah transformatif berbasis gender yang dilakukan oleh partai politik, diharapkan akan mampu menyiapkan peradaban bangsa yang lebih baik di masa yang akan datang."
Jakarta: Lembaga Pangkajian MPR RI, 2018
342 JKTN 008 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Novitadewi Susanto
"Masuknya budaya populer Korea, terutama musik pop, memunculkan fenomena baru yang lain yaitu roleplay di kalangan para penggemarnya. Roleplay merupakan permainan peran, baik memainkan peran karakter fiksi maupun publik figur di kehidupan nyata. Setiap orang dibebaskan memainkan karakter yang mereka inginkan dan mendorong pemain untuk memainkan karakter dengan identitas yang berbeda, salah satunya identitas gender. Dari sinilah muncul fenomena gender swap. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dengan metode observasi dan wawancara mendalam secara daring untuk menyesuaikan dengan pandemi COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana seseorang mengonstruksikan identitas gender yang berbeda dan kaitannya dengan stereotip gender yang berlaku. Hasil dari penelitian ini adalah informan mengonstruksikan identitas gender yang berbeda dengan tindakan performatif yang dilakukan secara berulang-ulang melalui tampilan akun, typing, dan interaksi sosial. Dalam mengonstruksikan identitas gendernya, informan melanggengkan dan menentang stereotip gender secara bersamaan.

The entry of Korean pop culture, especially pop music, has led to another new phenomenon, namely roleplay among fans. Roleplay is a role-playing game, both playing the role of fictional characters and public figures in real life. Everyone is free to play the character they want and encourages players to play characters with different identities, one of which is gender identity. This is where the gender swap phenomenon emerges. This study uses an ethnographic approach with online observation and in-depth interviews to adapt to the COVID-19 pandemic. The purpose of this study is to see how a person constructs a different gender identity and its relation to prevailing gender stereotypes. The results of this study are informants construct different gender identities with performative actions that are carried out repeatedly through account display, typing, and social interaction. In constructing their gender identity, informants perpetuate and oppose gender stereotypes simultaneously."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Novitadewi Susanto
"Masuknya budaya populer Korea, terutama musik pop, memunculkan fenomena baru yang lain yaitu roleplay di kalangan para penggemarnya. Roleplay merupakan permainan peran, baik memainkan peran karakter fiksi maupun publik figur di kehidupan nyata. Setiap orang dibebaskan memainkan karakter yang mereka inginkan dan mendorong pemain untuk memainkan karakter dengan identitas yang berbeda, salah satunya identitas gender. Dari sinilah muncul fenomena gender swap. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dengan metode observasi dan wawancara mendalam secara daring untuk menyesuaikan dengan pandemi COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana seseorang mengonstruksikan identitas gender yang berbeda dan kaitannya dengan stereotip gender yang berlaku. Hasil dari penelitian ini adalah informan mengonstruksikan identitas gender yang berbeda dengan tindakan performatif yang dilakukan secara berulang-ulang melalui tampilan akun, typing, dan interaksi sosial. Dalam mengonstruksikan identitas gendernya, informan melanggengkan dan menentang stereotip gender secara bersamaan.

The entry of Korean pop culture, especially pop music, has led to another new phenomenon, namely roleplay among fans. Roleplay is a role-playing game, both playing the role of fictional characters and public figures in real life. Everyone is free to play the character they want and encourages players to play characters with different identities, one of which is gender identity. This is where the gender swap phenomenon emerges. This study uses an ethnographic approach with online observation and in-depth interviews to adapt to the COVID-19 pandemic. The purpose of this study is to see how a person constructs a different gender identity and its relation to prevailing gender stereotypes. The results of this study are informants construct different gender identities with performative actions that are carried out repeatedly through account display, typing, and social interaction. In constructing their gender identity, informants perpetuate and oppose gender stereotypes simultaneously."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasruddin Umar
Yogyakarta: Gama Media, 2002
305.3 PEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>