Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadya Devina Zharfan
"ABSTRACT
Humans are social beings, meaning that they need to always interact with each other. Interactions can be done physically by involving direct contact of one person to another person. This also can be done indirectly as people communicate using intermediaries, which are increasingly found in line with the development of technologies. Interactions seem to be fading with the presence of communication technologies, resulting in the feeling that having a conversation with someone on the other side of the world feels like having a direct interaction. Although there are still lots of differences between these two, benefits of having direct interactions are plenty. People can directly show affections by hugging, for example. Direct interactions allow people to interact with another persons personal space. For thousands of years, people tried to create dwellings as places to settle and also to have their own privacy. While personal space is being claimed every time a person moves, dwellings are permanently located and claimed as possessions. It is a space that can be used for residents to live in separated from the public where they feel safe and secure. Besides building dwellings, people also mark the rest of their space to establish their territory. It is a boundary made to exclude the public from interfering. As time goes by, development has been seen in marking territory to claim certain space. Territorial markings are seen as a process of declaring and maintaining what people think of as being as theirs. However, territorial marks do not necessarily apply because people have different needs. Occasionally, territorial marks can also be eliminated if the needs of security and privacy are already fulfilled. For example, unlike typical residential communities, houses within gated communities are commonly found without territorial marks since the gated community already established privacy and security. However, there is still a chance of finding territorial marks within gated communities. This undergraduate thesis is aiming to study the presence of territorial markings inside the gated community. Related theories about territory, personal spaces, and also proxemics are being analyzed to understand human perception of spaces.

ABSTRAK
Manusia adalah makhluk sosial, yang berarti bahwa mereka harus selalu berinteraksi satu sama lain. Interaksi dapat dilakukan secara fisik dengan melibatkan kontak langsung dari satu orang ke orang lain. Ini juga dapat dilakukan secara tidak langsung ketika orang berkomunikasi menggunakan perantara, yang semakin sering ditemukan sejalan dengan perkembangan teknologi. Interaksi tampak berkurang dengan hadirnya teknologi komunikasi, sehingga melakukan percakapan dengan seseorang di sisi lain dunia terasa seperti memiliki interaksi langsung. Meskipun masih ada banyak perbedaan di antara keduanya, manfaat melakukan interaksi langsung tergolong cukup banyak. Orang dapat langsung menunjukkan kasih sayang dengan berpelukan, misalnya. Interaksi langsung memungkinkan orang berinteraksi dengan ruang pribadi orang lain. Selama ribuan tahun, orang mencoba membangun tempat tinggal sebagai tempat untuk menetap dan juga memiliki privasi mereka sendiri. Jika ruang pribadi selalu diklaim setiap kali seseorang bergerak, tempat tinggalnya berlokasi secara permanen dan diklaim sebagai hak milik. Ini adalah ruang yang dapat digunakan penghuninya untuk hidup terpisah dari masyarakat di mana mereka merasa aman. Selain membangun tempat tinggal, orang-orang juga menandai sisa dari lahan mereka untuk membangun teritori. Ini adalah batas yang dibuat untuk menjauhkan intervensi publik. Seiring berjalannya waktu, perkembangan telah terlihat dalam penandaan teritori untuk mengklaim ruang tertentu. Penandaan teritori dilihat sebagai proses menyatakan dan mempertahankan apa yang orang anggap sebagai milik mereka. Namun, tanda teritori tidak selalu berlaku karena setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda. Kadang-kadang, tanda teritori juga dapat dihilangkan jika kebutuhan keamanan dan privasi sudah terpenuhi. Misalnya, tidak seperti komunitas tempat tinggal biasa, rumah-rumah di dalam gated community biasanya ditemukan tanpa tanda teritori karena gated community sudah menyediakan privasi dan keamanan. Namun, masih ada peluang untuk menemukan tanda-tanda teritori dalam gated community. Skripsi ini bertujuan untuk mempelajari keberadaan tanda-tanda teritori di dalam gated community. Teori terkait tentang wilayah, ruang pribadi, dan juga proksemik akan dipelajari untuk memahami persepsi manusia tentang ruang."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Ezra Benjamin Christian
"

Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu rasional pengembang dalam membangun perumahan tapak model Gated Community di Jakarta dan sekitarnya. Penelitian - penelitian sebelumnya mengenai perumahan Gated Community atau komunitas tergerbang lebih menekankan permasalahannya pada aspek sosial ekonomi masyarakat perkotaan dan aspek spasial pembangunan perkotaan. Belum ada penelitian yang secara spesifik melihat aspek ekonomi sisi penyedianya sebagai suatu mekanisme yang mendorong tren penggerbangan pada proyek perumahan. Strategi penelitian ini menggunakan studi kasus tunggal yang terpancang (embedded). Metode penelitian yang dilakukan bersifat campuran dengan unit analisis ganda. Metode kualitatif menggunakan teknik wawancara dengan pertanyaan terbuka yang disusun terstruktur dan rasional terhadap 7 narasumber pihak pengembang yang terlibat membangun perumahan model tergerbang di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Metode kuantitatif menggunakan instrumen perhitungan nilai indikatif lahan berdasarkan metode penilaian properti pada area objek studi kasus yang diteliti. Simulasi penilaian dilakukan dengan membandingkan 1 unit rumah dalam lingkungan perumahan model tergerbang sebagai unit analisis dengan unit pembanding rumah diluar gerbang yang terpilih. Temuan awal penelitian ini menyatakan pengembang mampu meningkatkan nilai lahan fungsi hunian dengan menerapkan konsep perumahan tergerbang setidaknya 1,56 kali lipat hingga 3,2 kali lipat lebih besar dari nilai lahan sebelumnya. Besaran nilai lahan tersebut diambil sebagai keuntungan pengembang yang sesuai dengan konsep penangkapan nilai dalam teori Value Capture. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan harga perumahan buatan pengembang dinilai konsumen hunian terlalu mahal di kawasan Jakarta Metropolitan. Mekanisme yang dapat memperlihatkan peningkatan nilai lahan hunian lebih terukur dapat membantu pengelolaan nilai lahan di perkotaan yang lebih jelas dan lebih terkendali. Informasi dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembuat kebijakan dan aktor penyedia perumahan dalam mempertimbangkan pengunaan lahan dengan model tergerbang untuk mengelola lahan kota.  

 


This research aims to explore developers’ rationale in developing Gated Community landed housing in Jakarta and surrounding areas. Previous studies on gated community housing emphasized issues on urban social economic aspect and urban spatial aspect. There are no research that specificially look at the economic aspect on the suppliers side as a mechanism that driven the gating trend on landed housing projects. This research strategy used an embedded single study case. We conducted a mix methods research with multiple unit of analysis. The qualitative method operated with interview to 7 developers whose build GC housing with open questions that compiled. The quantitative method operated with a property valuation instrument which able to seek land indicative value on the study case object area with purposive sampling. We conducted a simulation that compare one house inside gated housing as unit of analysis with one house outside the gate as comparison unit selected. This early result argued that developers managed on gating development to increase the residential land value up to 1,56 or 3,2 times more than its existing value. The land value taken as the developers advantage in accordance with the Value Capture theory. Previous studies on housing markets indicated that consument protest on housing prices made by developers are tend to be overpriced in Jakarta Metropolitan area. We hope this initial research helps to control the residential urban land value by shed some light on mechanism that shown more measureable land value uplifted by gating trend on low rise projects. The information is substantially useful to help policy makers and housing suppliers to put on land use gated development model as a consideration on managed urban land properly.

 

 

"
2019
T53122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ruben Fajar
"Produk properti perumahan eksklusif (gated community) dalam ruang kota merupakan suatu lingkungan hunian bagi kalangan tertentu telah menjadi fenomena dan tren produk properti perumahan di Indonesia saat ini. Gated community adalah produk properti yang memiliki nilai lebih karena didesain untuk keamanan dan kenyamanan (privasi) bagi komunitas penghuni di dalamnya. Namun, bila pengembangannya menempati lahan massive atau sangat luas, gated community khususnya di Indonesia sering menjadikan bagian dari suatu kota menjadi tidak permeable dan berproses menjadi terpecah belah (fragmentation).
Tesis ini akan meneliti atau mengkaji bagaimana pengembangan properti gated community dapat dilaksanakan atau terlaksana tanpa membuat bagian kota menjadi tidak permeable. Teori yang digunakan dapat diuraikan berdasarkan pengertian dari kota yang permeable, gated community, dan pengembangan produk properti perumahan. Sedangkan metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah meneliti tahap-tahap pengembangan suatu produk properti gated community melalui kajian simulasi desain, studi kasus di dalam lahan eksisting.
Hasil dari riset simulasi desain pada lahan studi kasus eksisting tersebut menunjukkan bahwa pengembang tetap dapat mengembangkan produk properti gated community pada lahan massive tanpa membuat bagian dari suatu kota menjadi tidak permeable dan nilai pengembangan tetap layak. Desain gated community di dalam lahan massive yang tetap dapat ditembus oleh pergerakan masyarakat kota dan visibilitas nilai pengembangan tetap memberi dampak positif bagi pengembang dan investor.
Kesimpulan dari penelitian tesis setelah dilakukan simulasi desain sangat berkaitan dengan proses pengembangan produk properti gated community itu sendiri. Dalam proses tahapan tersebut, pengembang mendesain cluster sebagai lingkungan eksklusif komunitas penghuni dan membentuk sirkulasi jalan di sekitar cluster tersebut tetap permeable. Sehingga di dalam komitmen kontrak masterplan, pengembang tetap dapat menyerahkan koridor jalan kepada publik dan mendesain perumahan cluster tetap privat.

Exclusive residential property products such as gated community in the urban area is a residential environment for the certain circles of the community that has became a phenomenon and product trends for residential property in Indonesia todays. Gated community is a property product, which have more value, because it’s designed to safety and amenities for the community inside it. Nevertheless, if the development is in massive land or very spacious, gated community especially in Indonesia often made part of a city becomes not permeable and fragmentation.
This thesis will investigate or examine how the development of gated community property can be implemented or executed without making parts of the city becomes not permeable. The theory used can be described by the notion of permeable city, gated community, and the development of residential property product. While the methods used to answer the research question is to examine the stages development of a gated community property product through a simulation study design, case studies on the existing land.
The results of simulation study design on the existing land as case study indicate that developers can still develop gated community property product on massive land without making a part of a city becomes not permeable and development value remain viable. Design of gated community in the massive land that can still be penetrated by the movement of urban and visibility of development value remain a positive impact to the developers and investors.
The conclusion of the thesis research after the simulation design is closely related to the development process of gated community property product itself. In the process of these stages, the developer designed the cluster as an exclusive neighborhood community dwellers and form a circulation path around the cluster remain permeable. Furthermore, in the masterplan contractual commitments, developers can still submit road corridors to the public and designed the cluster housing remain private.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius
"Kawasan permukiman yang berkembang saat ini dan diminati merupakan kawasan berupa mirip Komunitas Tergerbang. Komunitas tergerbang yang diperkenalkan di Amerika saat ini yang mendapat banyak kritik dari para perancang kota, karena menimbulkan segregasi dan peningkatan penggunaan kendaraan bermotor. Komunitas tergerbang merupakan lingkungan pemukiman yang fisiknya sama seperti lingkungan perumahan pada umumnya namun hak kepemilikan atas segala yang terdapat di dalam komunitas milik komunitas tersebut. Perumahan di Indonesia yang dibangun khususnya di daerah Tangerang, memenuhi peraturan pemberian fasilitas umum dan fasilitas sosial berupa jalan ke pemerintah sehingga tidak dapat disebut sebagai komunitas tergerbang. Perumahan di Indonesia melakukan pembatasan hanya pada rumahnya sedangkan fasilitas umum dan fasilitas sosial berada di luar pagar. Sehingga istilah komunitas tergerbang di Indonesia sebenarnya sangat jauh dari komunitas tergerbang yang sebenarnya, walaupun ada komunitas tergerbang di Indonesia yang sesungguhnya. Komunitas tergerbang yang sebenarnya seharusnya adalah berbentuk sama seperti apartemen dengan hak milik privat tapi berupa lahan horizontal. Masalah yang ditimbulkan oleh komunitas tergerbang di Indonesia adalah permeabilitas dari sebuah kota bukan segregasi.

Housing project development like Gated Community is attract people today. Gated Community promising security and prestige to its resident. Gated Community is housing development from America which got many critics from urban planner because Gated Community makes segregation and increasement of automobile usage. Gated Community basically is neighborhood but every facilities inside this community is private. Housing development by private developer used to give a part of their land as a responsibility to government as written on Indonesian regulation. That housing development can not be longer called gated community, yet developer in Indonesia not privatize its facilities, so strangers from outside the community can access and use facilities together with private residents. The term Gated Community in Indonesia provides misleading definition from Blakely and Snyder theory about Gated Community. Gated Community should be like an a horizontal apartment. Gated Community in Indonesia is not about segregation but permeability of the city.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thasya Rachmawati
"ABSTRAK

Kenaikan harga properti menyebabkan milenial sulit memiliki tempat tinggal. Milenial yang saat ini mendominasi struktur demografi Indonesia, diprediksikan akan tidak sanggup membeli rumah. Dalam menanggulangi isu tersebut, pemerintah akan membangun 14,500 unit hunian susun sederhana sebagi bagian dari program rumah susun 1000 tower yang diperuntukan untuk Milenial. Disisi lain, semakin banyaknya hunian susun di perkotaan akan menyebabkan distribusi yang tidak merata antar kelompok masyarakat sehingga menciptakan segregasi urban dari gated community. Penulisan ini melihat kebutuhan dan keefektifan hunian susun terhadap Milenial, dan segregasi yang terlihat pada lingkungan hunian susun berdasarkan studi kasus pada Kalibata City dan Menteng Square di Jakarta. Terlihat bahwa segregasi sangat terlihat pada hunian susun sederhana terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, namun bagi Milenial segregasi ditentukan oleh adanya visual separation yang menyebabkan terbentuknya personal space dan kurangnya interaksi pada ruang publik. Untuk mencapai dwelling yang tepat dan mengurangi segregasi spasial bagi Milenial, hunian susun sederhana perlu membentuk social space dengan memberikan ruang untuk berkolaborasi dan bersosialisasi


ABSTRACT
The increase in property prices has made it difficult for Millennials to have a place to live. Millenials which currently dominates Indonesias demographic structure, are predicted to be unable to afford a house. In tackling this issue, the government will build 14,500 low-cost apartment units which part of the 1,000 towers program intended for Millennial. On the other hand, the increasing number of low-cost apartments in urban areas will lead to uneven distribution among community groups, thus creating urban segregation by gated community. This thesis aims to describe the needs and effectiveness of low-cost apartment for Millennial, and the segregation seen in the low-cost apartment based on case studies at Kalibata City and Menteng Square in Jakarta. It is seen that segregation in low-cost apartment is visible on the environment and surrounding communities, but for Millennial segregation is determined by the presence of visual separation which causes the formation of personal space and lack of interaction in public space. To achieve proper dwelling and to reduce spatial segregation for Millennials, low-cost apartment must be able to form social space by providing more space to collab and socialize.

 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 >>