Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tjahyo Heriyadi
"Tokoh Holden Caulfield dalam novel The Catcher in the Rye telah mengundang berbagai argumentasi menarik. Keberadaan Holden dalam masa remaja, suatu tahap kehidupan yang penuh konflik, membuka banyak kemungkinan interpretasi terhadap apa sebenarnya yang terjadi pada tokoh ini. Skripsi ini berusaha menggali dan membuktikan bahwa tokoh Holden adalah seorang Peter Pan yang tak mau menjadi dewasa.
Melalui pendekatan psikologi remaja, pertama-tama dianalisis segala sisi penokohan Holden untuk menunjukkan hubungannya dengan berbagai konflik yang kemudian dialaminya, yang mencerminkan dirinya sebagai Peter Pan (psikolog James E. Gardner menyatakan bahwa manusia, khususnya remaja, mempunyai potensi untuk menjadi Peter Pan, yaitu keengganan menjadi dewasa). Kemudian, saya menganalisis simbol-simbol yang ada, karena erat kaitannya dengan konflik-konflik Holden sebagai seorang Peter Pan.
Dari hasil analisis saya sampai pada kesimpulan bahwa Holden memang menunjukkan keinginan yang kuat untuk tetap memiliki dunia kanak-kanaknya, dan ini berhubungan erat dengan penokohannya. Ia dengan demikian mengekpolitasi kecenderungan seorang Peter Pan yang ada dalam dirinya. Pada gilirannya, melalui psikologi remaja dapat ditarik kesimpulan bahwa tema novel ini adalah pemberontakan seorang remaja yang tak mau menjadi dewasa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zita A. Iswarini W.
"Skripsi ini merupakan penelitian terhadap tiga buah novel karya John Steinbeck, seorang penulis Amerika. Tujuan ditulisnya skripsi ini adalah untuk menunjukkan bahwa Steinbeck menggunakan tokoh-tokoh dengan penokohan-penokohan tertentu untuk mengkritik masyarakat Amerika tahun 1920-an dan 1930-an. Tiga buah novel dari sejumlah novel Steinbeck saya pilih sebagai data, yaitu The Grapes of Wrath, Of Mice and Men, dan The Pearl. Menurut saya, ketiganya' cukup dapat mewakili novel-novel Steinbeck yang lain. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan intrinsik, yaitu dengan meneliti unsur tokoh dan pendekatan ekstrinsik, yaitu pendekatan sosiologis. Mari analisis tersebut didapat satu kesimpulan bahwa tokoh-tokoh yang terdapat dalam ketiga novel tersebut di atas selain digunakan untuk menyampaikan kritik Steinbeck terhadap masyarakat Amerika tahun 1920-an dan 1930-an, tetapi jugs merupakan perwujudan dari masyarakat Amerika saat itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14202
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Chaucer, Marlowe and Shakespeare all three wrote about the Jews in their respective times. Chaucer wrote about the Jews as they appreared to him and his contemporaries in the fourteenth century, Marlowe presented the Jews to us they were regarded by his contemporaries in the sixteenth century and Shakespeare too considered the position of the Jews in the same century as Marlowe, since the two later play wrights were contemporaries, Much, however, had happened in the period separating Chaucer from Shakespeare. Chaucer lived in an exclusively Roman Catholic age. The Pope still had power over both the English monarch as well as the English subject. An Englishman, therefore, owed allegiance to both the king and the Pope; one ruled over the temporal state, the other over the spiritual state. This was the state of affairs when Chaucer wrote his Prioress's Tale. Here he clearly showed his (and also his contemporaries') dislike of the Jews. The Jew was the enemy of the Church; he was an outlaw because he violated the law of the Church wich prolibited the lending out of money on interest..."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1964
S14084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Fitri Setikeni
"Skripsi ini merupakan penelitian terhadap dua buah novel karangan Jane Austen, seorang penulis Ing_gris. Tujuan ditulisnya skripsi ini adalah untuk menun_jukkan bahwa Austen menggunakan tokoh-tokoh karikatur untuk menyindir masyarakat kalangan menengah ke atas di akhir abad ke-18. Kedua novel yang saya pilih sebagai data dari sejumlah novel Austen adalah. Pride and Prejudice dan Mansfield Park. Menurut saya, keduanya cukup bisa mewakili novel-novel Austen yang lain. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Dalam pendekatan intrinsik, tokoh dan penokohanlah yang dianalisis.. Sementara pendekatan ekstrinsik pula berupa pendekatan sosiologis dan biografis. Dari analisis tersebut dibuahkan satu kesimpulan bahwa tokoh-tokoh karikatur dalam Pride and Prejddice dan Mansfield Park, tidak saja muncul sebagai penghibur, namun juga sebagai karikatur dari masyarakat Inggris kalangan menengah ke atas di akhir abad ke-18."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juanita Permata
"Hal yang dapat dilihat dari novel Coonardoo adalah, adanya masalah konflik dan pertemuan budaya, yaitu antara budaya kulit putih dan Aborigin, yang didasari oleh interaksi antara tokoh-tokoh kulit putih dan Aborigin. Sehubungan dengan masalah konflik tersebut, unsur tokoh dan latar ikut menjadi unsur pendukung terjadinya konflik dan pertemuan budaya tersebut. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menganali_sis dan sekaligus membuktikan bahwa konflik luaran dan dalaman yang didasari oleh pertemuan budaya -- termasuk nilai budaya -- yang berbeda, yaitu budaya kulit putih (budaya dominant) dan Aborigin (budaya inferior), cende_rung memperlihatkan proses akulturasi dan asimilasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendeka_tan Antropologi. Dengan The Intepretation of Cultures yang ditulis oleh Clifford Geertz - sebagai teori kebudayaan -- dan Social Organization and Behavior oleh Richard L. Simpson dan Ida Harper Simpson -- sebagai teori akulturasi dan asimilasi, terlihat bahwa interaksi antara tokoh-tokoh kulit putih dan Aborigin dalam jangka waktu yang lama, menghasilkan berbagai macam individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh Phyllis dan Hugh cenderung mengalami proses asimilasi, karena adanya ikatan emosional, pengalaman sejak kecil bersama Abori_gin, serta pandangan dan pemahaman mereka terhadap Abori_gin yang lebih baik dari pada tokoh-tokoh lainnya. Sebaliknya, Mrs. Bessie, Mollie, dan Sam Geary, merupakan tokoh-tokoh pendukung proses akulturasi. Tokoh-tokoh kulit putih tersebut menjadi budaya dominan yang berusaha memasukkan nilai-nilai budaya mereka ke dalam Aborigin (budaya inferior). Upaya tersebut dilakukan oleh orang kulit putih dalam rangka menguasai tanah Aborigin. Sementara itu, Aborigin dengan posisi mereka yang semakin terdesak, mengambil atau menerima budaya kulit putih agar dapat tetap bertahan (survive). Tokoh Jessica, diperli_hatkan sebagai tokoh yang tidak mengalami proses akultu_rasi atau asimilasi, karena kontaknya dengan Aborigin yang sangat singkat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damayanti Soebiakto
"In summing up, something must be said first of Hemingway's vision of life, as it is reflected in his short stories and no_vels. Hemingway saw life as a struggle against unconquerable forces that were beyond the power and control of man. In this struggle, man is often defeated but what counts is the manner in which he acquits himself.It was not by chance that Hemingway stumbled on this vi_sion as the philosophy that underlies his writings. From his early biography 1 it is clear that the vision was a result of his ow i personal experiences during his youth in the Midwest of the United States and the wars he participated in as com_batant or journalist. These experiences led to his almost ob_sessive preoccupation with the realities of death and violence. The next logical step were the values and the principles by which a man should live in order to meet the challenges of life with honour and dignity..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1969
S14059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rogers, Katherine M
New York: Harvester Wheatsheaf, 1990
823.6 ROG f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mbiyo Saleh
"Hasil cipta sastra antaranya yang berbentuk novel, merekam kehidupan sesuai dengan caranya sendiri. Cerita yang berbentuk novel menceritakan kehidupan di calam uaktu atau kehidupan sehari-hari. Sementara itu keseluruhan novel, ter¬utama novel yang baik, melibatkan kehidupan menurut nilai¬nilai. Dengan kata lain, novel merekam keduanya, kehidupan sehari-hari dan nilai-nilai kehidupan. Sambil direkam kehidupan itu jugs dianalisa dan di - tafsirkan. Penulis novel tertarik kepada manusia dan peker¬jaannya dan dunia kenyataan tempat manusia hidup serta dunia khayal yang dia jelmakan ke dalam wujud. Ana,lisa dan tafsir, kritik, serta pesan seorang pe¬nulis novel dapat dipahami melalui novel-novelnya. Penulis novel tersohor, John Steinbeck, telah melakukan ini dalam tiga novelnya: Of Mice and Men, The Red Pony, dan The Gra - pas of Wrath berkenaan dengan kehidupan petani kecil Ameri¬ka. Selama lebih dari tiga abad, mulai dengan aural abad ketujuh belas hingga akhir abad kesembilan bales, tema uta¬ma sejarah Amerika yang mendesak ialah menoorangi benua itu. Hampir semua orang yang datang ke Amerika waktu itu adalah petani. Tanpa mengindahkan golongan mereka telah menyahami ideologi umum Lockeatau liberalisme Whig."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
T39935
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narottama Notosusanto
"Dewasa ini semakin menjamur saja buku terjemahan bahasa Indonesia dari karya-karya asing. Hal tentu sangat menggembirakan karena khazanah bacaan kita semakin kaya akan karya-karya bermutu dari seluruh penjuru dunia yang mungkin tak akan dapat dinikmati masyarakat banyak jika tidak pernah diterjemahkan. Buku-buku yang diterjemahkan itu terdiri atas berbagai karya ilmiah maupun beragam buku fiksi, baik fiksi populer maupun buku-buku sastra. Khusus mengenai terjemahan karya fiksi, penulis melihat bahwa buku-buku terjemahan di bidang ini yang didominasi terbitan PT Gramedia lebih banyak mengeluarkan terjemahan novel-novel populer karya pengarang-pengarang seperti Agatha Christie, Sidney Sheld ataupun Frederick Forsyth yang kurang bobot sastranya. Memang ada penerbit-penerbit seperti Pustaka Jaya yang masih setia menerbitkan terjemahan karya pengarang-pengarang legendaris seperti Dumas, Gogol, Hemingway dan sebagainya; juga Yayasan Obor yang belakangan ini banyak memunculkan karya sastrawan dunia yang kurang populer di. Indonesia. Namun persentase keberadaan buku-buku sastra ini masih sangat sedikit dibanding novel-novel populer yang disebut di atas. Kenyataan di atas tidak terlihat pada dunia buku terjemahan anak-_anak. Meski juga dipadati buku-buku populer seperti serial Lima Sekawarv clan Trio Detektif, buku-buku terjemahan untuk anak-anak juga mencakup terjemahan karya-karya klasik seperti Huckleberry Finn dan Tom Sawyer karangan Mark Twain, Robinson Crusoe karya Daniel. Defoe, ataupun Gulliver's Travels ciptaan Jonathan Swift. Rupanya penerjemah buku untuk anak-anak Indonesia lebih sadar untuk menerjemahkan buku-buku klasik bermutu dibanding penerjemah buku cerita untuk orang dewasa. Tetapi bukan hal itu yang mendorong penulis untuk membuat skripsi ini. Penulis tertarik akan adanya sejumlah karya yang tidak saja diterjemahkan oleh seorang penerjemah, tapi oleh beberapa penerjemah dan diterbitkan oleh penerbit berlainan. Contohnya The Three Musketeers karangan Dumas yang paling sedikit sudah muncul dalam dua versi Indonesia: Tiga Pengawal dan Tiga Pendekar. Sebut juga Emil and the Detectives karangan Erich Kastner yang tahun 1979 diterbitkan Gramedia sebagai Emil Jo-di Detektif. Kini sudah muncul lagi Erich dan Para Detektif Cilik. Contoh lain adalah buku klasik karangan Frances Hodgson Burnett, The Secret Garden, yang penulis jadikan korpus skripsi ini. Dalam jangka waktu relatif singkat, dua versi terjemahan dari buku tersebut diedarkan dua penerbit berbeda, yakni Kebun Rahasia yang diterbitkan Gramedia dan Taman Rahasia yang diterbitkan Dian Rakyat. Fenomena ini sebenarnya tidak berlaku hanya pada terjemahan buku anak-anak saja, melainkan. juga pada sejumlah karya sastra klasik umum. Beberapa tahun lalu, harian Kompas pernah memuat cerita pendek terkenal karya Hernando Tellez, Just Lather, That's All yang diterjemahkan sebagai Aku Hanya Tukang Cukur. Karya ini juga pernah diterjemahkan penerjemah lain dengan judul yang lebih harfiah: Hanya Busa, itu Saja."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Teresia Tjan
"Many critics accuse Twain of being inconsistent. They call this inconsistency in Twain his dualism. Dixon Wecter in his contribution to the Literary History of the United States refers to Mark Twain as: gullible and sceptical by turns; realistic and sentimental, a satirist who gave hostages to the established order, a frontiersman who bowed his neck obediently to Victorian mores, and an idealist who loved the trappings of pomp and wealth..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1969
S14245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 >>