Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novi Kumalasari
"ABSTRAK
Keberlanjutan masyarakat dapat tercapai jika praktik dan cara berinteraksi manusia selaras dengan lingkungan setempat sehingga tercipta kondisi yang ideal dimana ada keseimbangan aspek ekologis, sosial ekonomi dan spiritual budaya. Untuk itu informasi terkini mengenai kondisi masyarakat dalam dalam memulihkan kehidupanya setelah relokasi dan bagaimana praktik dan cara masyarakat berinteraksi dengan lingkungan apakah sudah menuju ke arah menguntungkan dan berlanjut perlu dikaji. Tujuan riset adalah menganalisis kondisi aset penghidupan masyarakat sebelum dan setelah relokasi, menganalisis tingkat keberlanjutan masyarakat, serta menyusun strategi pengelolaan keberlanjutan masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif, dengan metode campuran. Hasil riset menunjukan bahwa: (i) Kondisi aset penghidupan masyarakat pada aset natural dan aset finansial pascarelokasi menjadi kurang baik karena kondisi tanah yang bersifat masam dan tingkat kesuburan tanah rendah menyebabkan hasil pertanian tidak mengutungkan (ii) Tingkat keberlanjutan masyarakat Siosar sudah menunjukan awal yang baik menuju keberlanjutan, secara spesifik aspek ekologi menunjukan nilai yang rendah dibandingkan dengan dua aspek yang lainnya yaitu aspek sosial dan aspek spiritual. (iii) Strategi pengelolaan keberlanjutan masyarakat diarahkan pada usaha pengembangan agroforestri; pendidikan praktis untuk mencapai keberlanjutan; pengembangan ekowisata, argrowisata; peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan dan revitalisasi/ menggiatkan budaya lokal serta; penyuluhan dalam mengelola koperasi, industri rumah tangga dan perdagangan.

ABSTRACT

 


Community sustainability can be achieved if the practices and methods of human interaction are in harmony with the local environment so that ideal conditions are created where there is a balance of ecological, social and spiritual aspects of culture. For this reason, up-to-date information on the condition of the community in restoring their lives after relocation and whether the practices and methods of human interaction with the environment already have been directed towards being profitable and sustainable or not need to be studied. The purpose of the research is to analyze the condition of the assets of community livelihoods before and after relocation, analyze the level of community sustainability, and develop strategies for managing community sustainability. The approach used was quantitative, with mix method. The results of the research show that: (i) The conditions of livelihood assets in natural assets and financial assets are considered to be poor because the acidic soil condition and low fertility level of the soil cause agricultural yields to be unprofitable (ii) The level of sustainability of the Siosar community has shown a good start towards sustainability, specifically the ecological aspects shows a low value in achieving sustainability compared to the other two aspects social and spiritual; (iii) The strategy for managing community sustainability is directed at developing agroforestry; giving practical education to achieve sustainability; ecotourism development, agrotourism; improving the quality of health and education and revitalizing / intensifying local culture and; counseling in managing cooperatives, home industries and trade. 

"
2019
T52315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haonisa Shaumi
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran resiliensi penyintas erupsi Merapi serta mengkaji nilai, norma, dan/atau praktek budaya Jawa apa saja yang terkait dengan kemampuan resiliensi penyintas erupsi Merapi tersebut. Pengertian resiliensi yang dipakai merujuk pada lima karakteristik resiliensi dari Wagnild (2010), yaitu meaningfulness, perseverance, equanimity, self-reliance, dan existential aloneness. Gambaran resiliensi diperoleh dengan menggunakan alat ukur CD-RISC 10 (Connor & Davidson, 2003) dan kajian budaya Jawa diperoleh dari wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan di desa Krinjing yang merupakan salah satu desa yang terdekat dari puncak Gunung Merapi. Partisipan penelitian terdiri dari 18 orang yang berusia 31-40 tahun dan yang diwawancara mendalam adalah 3 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan berusia 31-40 tahun mendapatkan skor resiliensi sedang. Adapun budaya Jawa yang terkait dengan kemampuan resiliensi penyintas erupsi Merapi adalah keadaan nrima, iklas, rila dan sabar serta prinsip hidup rukun. Sejumlah saran untuk menindaklanjuti penelitian ini, termasuk mengatasi keterbatasan penelitian, disertakan.

This study was conducted to gain picture of resilience among Merapi eruption survivors, and to assess Javanese values, norms, and/or cultural practices associated with the resilience ability among the survivors. The concept of resilience refers to the five characeristic of resilience from Wagnild (2010), and they are meaningfulness, perseverance, equanimity, self-reliance, and existential aloneness. Picture of resilience was obtained using the CD-RISC 10 (Connor & Daidson, 2003) while the Javanese cultural studies were obtained through interviews. Data were collected Krinjing village which is one of the nearest villages from the top of Mount Merapi. Altogether 18 participants of 31-40 years old took the questionnaire and three people were interviewed. The results indicate that most participants get a middle score of resilience. The Javanese cultural aspects associated with resilience ability among eruption survivors are nrima, iklas, rila, patience and the principle of living in harmony. Recommendations for further research are included."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Andika Ariwibowo
"Letusan Gunung galunggung merupakan salah satu bencana besar di Indonesia. letusan yang berlangsung selama sekitar delapan bulan ini telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk ditiga kabupaten di Jawa Barat. Kajian ini mencoba menjabarkan mengenai upaya pemerintah, terutama pemerintahan orde baru dalam penanganan bencana oeh pemerintah Indoneisa, khususnya pada masa orde baru yang dikenal dengan sistem pemerintahan yang berpusat. Penanganan bencana merupakan upaya penanganan langsung terhadap para korban sesaat setelah bencana terjadi. Kajian ini menggunakanmetodologi sejarah dengan menggali pada sumber-sumber yang merekam dan mendokumentasikan peristiwa ini. Kesimpulan dari kajian ini adalah bahwa pemerintah Orde Baru menggunakan perangkat sipil dan militer dalam upaya penangan bencana. Pengaruh dari kondolidasi pennganan yang dilakukan secara sistematik ini berjalan dengan sangat baik antara aparat pemerintah, peneliti,militer, dan tim SAR dalam mengangani para pengungsi dan dampak bencara yang lain."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2017
PATRA 18:2 (2017)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Andrian Sidiyanto
"Erupsi gunung api merupakan salah satu bencana alam yang umum terjadi di Indonesia dan telah memakan korban jiwa serta kerugian yang cukup besar. Oleh karena dampak yang mungkin terjadi dari erupsi cukup besar, maka perlu dilakukan pemantauan yang berkelanjutan pada gunung api. Adanya aktivitas gunung api akan mengubah kondisi fisik medium batuan sehingga parameter fisis kecepatan gelombang seismik dan amplitudonya akan berubah. Pengaruh terhadap kecepatan gelombang seismik dan amplitudo dapat dipantau melalui analisis variasi kecepatan semu dengan ambient seismic noise dan Realtime Seismic Amplitude Measurement (RSAM). Pada studi kasus di Gunung Agung Bali pada periode 2017-2019 terdapat tiga rentang waktu yang menunjukkan adanya aktivitas gunung api yang ditandai dengan adanya penurunan pada nilai kecepatan seismik serta peningkatan pada nilai amplitudo. Perubahan pada nilai kecepatan serta amplitudo disebabkan oleh adanya tekanan dari aktivitas magmatik sehingga akan menyebabkan stress dan/atau teraktifkannya rekahan (crack) pada medium. Sehingga, dengan mengetahui adanya perubahan pada nilai kecepatan seismik dan amplitudo dapat dijadikan indikator terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik dan sebagai prekursor sebelum terjadinya erupsi.

Volcanic eruption is one of the most common natural disasters in Indonesia and has taken significant casualties and losses. Because the impact of the eruption was quite large, ongoing volcano monitoring was carried out. The existence of volcanic activity will change the physical condition of the rock medium so that the physical parameters such as seismic wave velocity and amplitude will change. The effect on seismic wave velocity and amplitude can be monitored through apparent velocity variation analysis with ambient seismic noise and Realtime Seismic Amplitude Measurement (RSAM). In the case study on Gunung Agung Bali in the period of 2017-2019, there were three time periods that showed the existence of volcanic activity which was marked by a decrease in the seismic velocity value and an increase in the amplitude value. Changes in the velocity and amplitude values are caused by pressure from magmatic activity that will cause stress and / or crack activity on the medium. Thus, knowing changes in seismic velocity and amplitude values can be used as indicators of an increased in volcanic activity and as precursors before an eruption."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Sri Novita
"Erupsi gunung berapi berdampak pada kualitas hidup kesehatan pada masyarakat yang tinggal di daerah bencana, khususnya remaja. Modal sosial merupakan sumber daya potensial dalam meningkatkan kualitas hidup kesehatan remaja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan modal sosial dengan kualitas hidup kesehatan pada remaja yang terdampak bencana erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini merupakan penelitian mixed methods dengan embedded sequential design dimana penelitian kualitatif (tahap 1) memberikan peran pendukung sekunder dalam penelitian utama kuantitatif (tahap 2) yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian kualitatif (tahap 3) untuk menjelaskan temuan-temuan pada penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Kualitas hidup kesehatan diukur menggunakan kuesioner Pediatric Quality of Life InventoryTM (PedsQLTM) versi 4.0 pada 318 responden berusia 10-18 tahun dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data kuantitatif dianalisis menggunakan Regresi Cox. Penelitian kualitatif dengan desain Rapid Assessment Procedure (RAP). Pengumpulan data kualitatif dengan observasi, diskusi kelompok terarah (DKT) dan wawancara mendalam. Hasil penelitian diperoleh proporsi kualitas hidup kesehatan yang buruk sebesar 45,4%. Proporsi remaja dengan modal sosial individu yang rendah sebesar 69,4% dan modal sosial komunitas yang rendah sebesar 47,4%. Modal sosial individu berhubungan dengan kualitas hidup kesehatan (PR = 2,224; 95% CI 1,424-2,473), sedangkan modal sosial komunitas bukan faktor risiko terhadap kualitas hidup kesehatan (PR = 1,017; 95% CI 0,601-1,721). Temuan kuantitatif ini didukung oleh temuan kualitatif bahwa modal sosial pada level individu yang berperan pada kualitas hidup kesehatan yang buruk pada remaja meliputi belum terpenuhinya rasa aman dari erupsi Gunung Sinabung pada remaja yang tidak di relokasi dan remaja membutuhkan rasa aman dari tindak kejahatan; pengalaman yang kurang menyenangkan selama tinggal di pengungsian sementara; kurang akrabnya hubungan sesama anggota masyarakat semenjak tinggal di relokasi; partisipasi remaja rendah dalam organisasi karena rendahnya aksesibilitas transportasi; dan kewajiban yang menjadi beban bagi remaja terutama remaja yang tidak di relokasi. Meskipun modal sosial komunitas bukan faktor risiko kualitas hidup kesehatan remaja, namun secara kualitatif memiliki peran bagi kualitas hidup kesehatan remaja seperti orang tua memanfaatkan keanggotaan dalam organisasi ekonomi untuk biaya pendidikan remaja dan pemanfaatan ruang publik seperti lapangan olahraga dan jambur oleh remaja di relokasi pemerintah yang memberikan kesempatan kepada remaja untuk berinteraksi sosial dengan teman sebayanya dan masyarakat sekitar. Berdasarkan temuan penelitian ini, hendaknya pemerintah daerah dapat memanfaatkan dan melakukan penguatan modal sosial baik pada level individu dan komunitas untuk meningkatkan kualitas hidup kesehatan remaja yang terdampak bencana dengan mempertimbangkan jenis relokasi dan kelompok umur.

Volcanic eruptions impact the health and quality of life of people living in disaster areas, especially adolescents. Social capital is a potential resource for improving adolescents’s health-related quality of life. This study aimed to determine the relationship between social capital and health-related quality of life among adolescents affected by the eruption of Mount Sinabung, Karo Regency, North Sumatra Province. This study is a mixed-methods study with an embedded sequential design. A qualitative study (phase 1) provides a secondary supporting role in the main quantitative study (phase 2), which is then followed by a qualitative study (phase 3) to explain the findings in the main quantitative research. Quantitative research using a cross-sectional design. Health-related quality of life was measured using the Pediatric Quality of Life InventoryTM (PedsQLTM) version 4.0 questionnaire on 318 respondents aged 10-18 years using a simple random sampling technique. Quantitative data were analyzed using Cox Regression. Qualitative approach using a Rapid Assessment Procedure (RAP) design. Qualitative data were collected through observation, focus group discussions (FGDs), and in-depth interviews. The results showed that the proportion of poor health-related quality of life was 45.4%. The proportion of adolescents with low individual social capital was 69.4% and low community social capital was 47.4%. Individual social capital was associated with health-related quality of life (PR = 2,224; 95% CI 1,424-2,473), while community social capital was not a risk factor for adolescents' health-related quality of life (PR = 1,017; 95% CI 0,601-1,721). This quantitative finding is supported by the qualitative finding that individual-level social capital that contributes to poor quality of life in adolescents includes the unfulfilled sense of security from the eruption of Mount Sinabung in adolescents who are not relocated and adolescents need a sense of protection from crime; unpleasant experiences while living in temporary refugee camps; lack of familiarity with fellow community members since living in relocation; low participation of adolescents in organizations due to low transportation accessibility; and obligations that become a burden for adolescents, especially adolescents who are not relocated. Although community social capital is not a risk factor for adolescents' health quality of life, it qualitatively plays a role in adolescents' health quality of life, such as adolescents' parents utilizing membership in economic organizations for adolescents' education expenses and the use of public spaces such as sports fields and jambur by adolescents in government relocations that provide opportunities for adolescents to interact socially with their peers and the surrounding community. Based on this study's findings, local governments should be able to utilize and strengthen social capital at both the individual and community levels to improve the quality of life of disaster-affected adolescent health by considering the type of relocation and age group."
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Sudewi
"Sejumlah besar penyakit pada anak memiliki manifestasi pada kulit, yang merupakan bagian tubuh terluas dan paling mudah diamat. Salah satu manifestasi klinis yang sering dijumpai adalah timbulnya ruam kemerahan. Ruam kemerahan dapat disebabkan oleh proses setempat pada kulit, misalnya akibat penetrasi suatu mikoorganisme pada stratum korneum yang selanjutnya bermultiplikasi secara lokal, namun dapat pula merupakan bagian dari suatu penyakit yang bersifat sistemik. Lebih dari 50 infeksi virus serta beberapa infeksi bakteri dan parasit dapat menyebabkan terjadinya ruam kemerahan pada kulit seorang anak. Ruam juga dapat terjadi pada penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi, misalnya pada kasus reaksi obat.
Terdapatnya ruam kemerahan, terutama yang berupa eksantema, sering menimbulkan kekhawatiran orangtua. Hal ini disebabkan karena ruam pada eksantema timbul secara serentak dalam waktu singkat dan umumnya didahului oleh demam. Dari suatu penelitian dengan 126 pasien anak yang menderita penyakit meningococcemis temyata 66 pasien dibawa berobat karena timbulnya ruam makulopapular, 41 pasien karena demam, 32 karena alergi dan hanya 5 pasien dibawa berobat karena sakit kepala dan kaki kuduk.
Meskipun ruam pada beberapa penyakit dengan eksantema memiliki gambaran yang cukup spesifik, namun tidak jarang diagnosis sulit ditegakkan karena gambaran ruam yang membingungkan. Hal tersebut terjadi pada 103 pasien anak berusia di bawah 2 tahun yang secara klinis didiagnosis sebagai campak dan rubela, ternyata 88 pasien (85%) sebenarnya menderita eksantema subitum yang dibuktikan dengan basil uji serologi yang positif terhadap Human Herpesvirus-6.Identifikasi awal sera kewaspadaan bahwa suatu ruam sebenarnya merupakan bagian dari suatu penyakit sistemik sanO dahlia menentukan tata laksana selanjutnya, terutama pada penyakit berlangsung progresif. Kesalahan intepretasi ruam pada penyakit Kawasaki sebagai penyakit kulit biasa akan mengakibatkan keterlambatan dalam pemberian imunoglobulin intravena yang dapat berakhir fatal dengan terjadinya areurisma pembuluh darah koroner.
Dalam praktek sehari-hari penyakit dengan eksantema seringkali dianggap sebagai penyakit kulit biasa sehingga pasien umumnya langsung dirujuk ke dokter spesialis kulit Manifestasi eksantema yang kerap membingungkan juga menambah kecenderungan dilakukannya rujukan tersebut Hal demikian sebenarnya merupakan tindakan yang kurang tepat karena penyakit dengan eksantema tidak selalu merupakan penyakit kulit yang bersifat lokal, terlebih lagi bila didahului oleh demam. Oleh karena itu seorang dokter spesialis anak seyogyanya memiliki cara pandang serta pola berpikir secara terpadu dan komprehensif agar mampu mengidentifikasi ruam yang sebenarnya merupakan bagian dan suatu penyakit sistemik."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutami Fitri Widhiyanti
"Pendahuluan: Pola, variasi dan waktu erupsi gigi sulung dari setiap individu berbeda dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Aktivitas oromotor merupakan faktor lingkungan lokal yang terdeteksi saat janin berusia lebih dari 6 bulan, dan berlanjut segera setelah dilahirkan. Pengaruh feeding practice yang merupakan salah satu faktor lingkungan lokal yang merangsang aktivitas oromotor terhadap erupsi gigi sulung belum diketahui pasti. Dalam literatur disampaikan bahwa perbedaan metode pemberian ASI menunjukkan karakteristik aktivitas motorik oral yang berbeda.
Bahan dan Metode: Penelitian cross sectional dengan responden 50 pasang ibu dan bayi usia ≥6-12 bulan yang memenuhi kriteria inklusi. Data kuesioner meliputi gambaran karakteristik demografi, riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat menyusu, usia bayi dan fotometri erupsi gigi sulung intra-oral
Hasil dan Pembahasan: Aktivitas motorik dianalisis melalui variabel usia bayi, metode kelahiran, berat lahir, cara menyusu ASI dan erupsi gigi 51-61 serta 71-81. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara usia dan metode kelahiran terhadap erupsi gigi 51-61. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara berat lahir, metode kelahiran, dan cara menyusu ASI terhadap erupsi gigi 71-81. 

Introduction: Patterns, variations and time eruption of primary tooth of each individual are different and influenced by environmental factors. Oromotor activity is a local environment factor detected when the fetus is more than 6 months old, and continues immediately after being born. The effect of feeding practice, which is one of the local environmental factors that stimulates oromotor activity on the eruption of the eldest tooth is not yet certain. In the literature it is conveyed that the difference in method of breastfeeding shows the characteristics of different oral motor activities.
Materials and Methods: A cross sectional study with 50 pairs of mothers and babies aged 6-12 months who met the inclusion criteria. The questionnaire data includes a description of demographic characteristics, pregnancy history, birth history, breastfeeding history, infant age and intra-oral photometry of the eruption of primary teeth.
Results and Discussion: Oral motor activity was analyzed through the variables of the baby's age, birth method, birth weight, breastfeeding method and the eruption of teeth 51-61 and 71-81. There was a significant difference (p<0.05) between age and method of birth on the eruption of teeth 51-61. There was a significant difference (p<0.05) between birth weight, birth method, and breastfeeding method on the eruption of teeth 71-81.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Takayama, Kazuyoshi
"This book presents a wealth of images of shock wave phenomena, gathered by the author over the past 40 years. Shadowgrams and interferograms of basic shock-dynamic topics such as reflection, diffraction, refraction, and focusing of shock waves in gases and liquids are sequentially displayed. Though the images themselves are self-explanatory, brief explanations of the experimental conditions are included, so as to facilitate analysis and numerical reproduction of the image data.
In addition, the book presents interferometric observations of underwater shock wave/bubble interactions, and highlights the multifaceted applications of shock wave phenomena to medicine and industry. Given its scope, the book offers a unique resource for students and researchers who are interested in shock wave phenomena. However, the content has also been specifically prepared for the benefit of readers who are interested in gas dynamics and medical applications of shock waves, and are looking for reliable experimental images."
Switzerland: Springer Cham, 2019
e20510999
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 >>