Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Recent research underscores a serious lack of preparedness among hospitals nationwide and a dearth of credible educational programs and resources for hospital emergency preparedness. As the only resource of its kind, Health Care Emergency Management: Principles and Practice specifically addresses hospital and health system preparedness in the face of a large-scale disaster or other emergency. "
Sudbury, Mass.: Jones and Bartlett Learning, 2011
361.1 HEA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahmita Frizanggi
"Hal yang pertama kali dilakukan oleh perawat ketika pasien dengan kondisi gawat darurat datang ke instalasi gawat darurat yaitu melakukan triase. Pengetahuan dan persepsi keterampilan triase perawat memiliki pengaruh besar dalam efisiensi fungsional instalasi gawat darurat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan persepsi keterampilan triase pada perawat di instalasi gawat darurat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross-sectional dengan metode purposive sampling sebanyak 62 perawat instalasi gawat darurat rumah sakit di Kota Depok. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, pelatihan kegawatdaruratan, pengetahuan triase, dan persepsi keterampilan triase. data dianalisis menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan (58,1%) dan persepsi keterampilan triase (67,7%) kategori cukup. Oleh karena itu, pihak Rumah Sakit dapat melakukan evaluasi terhadap kemampuan triase perawat dan memfasilitasi para perawat untuk mendapatkan pelatihan kegawatdaruratan secara berkala untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

The first action taken by nurses when a patient come with an emergent issue to the emergency unit is triage. Nurse's triage knowledge and skill perception have a significant impact to the functional efficiency of emergency unit. The purpose of this study is to determine the description of triage knowledge and skill perception among nurses in emergency unit. This study used descriptive cross-sectional design with a purposive sampling method to 62 emergency unit nurses in Depok. The variables examined in this study were age, gender, level of education, length of work, emergency training, triage knowledge, and perception of triage skills. Data were analyzed using univariate analysis. The results of this study indicate that the majority of respondents have a sufficient level in both of knowledge (58.1%) and triage skills perception (67.7%). Therefore, the Hospital can evaluate the ability of triage nurses and facilitate nurses to get emergency training on a regular basis to improve the quality of nursing services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stellen Rosalina S
"Tesis ini mengkaji mengenai: (i) implementasi pranata Emergency Arbitration dan Emergency Interim Relief di beberapa negara; dan (ii) cara pengadopsian pranata tersebut ke dalam hukum arbitrase Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian empiris dengan menggunakan pendekatan perbandingan, pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa pranata Emergency Arbitration dan Emergency Interim Relief ini merupakan mekanisme yang dapat digunakan bagi para pihak yang memerlukan tindakan segera dalam keadaan mendesak bahkan sebelum dibentuknya majelis arbitrase. Pranata ini ditujukan untuk mempertahankan ataupun memulihkan status quo hingga akhir persidangan serta menjaga ketertiban proses arbitrase. Berbagai lembaga arbitrase internasional mulai mengadopsi pranata ini yang diperkenalkan pertama kali di tahun 1990 oleh ICC. Pranata ini dinilai dapat melindungi kepentingan mendesak para pihak, prosesnya sangat cepat serta dapat meningkatkan voluntary compliance. Akan tetapi, finalitas putusan Emergency Arbitrator masih menjadi isu kontroversial, akibat tidak dapat ditegakkan di bawah New York Convention 1958. Negara-negara mulai menerapkan strategi masing-masing guna mengatasi problematika tersebut, yaitu mengaturnya dalam hukum nasional masing-masing; melalui New York Convention 1958; dan melalui pendekatan analogi atas hukum nasional yang telah ada. Melihat berbagai kelebihan pranata ini serta kultur berperkara masyarakat Indonesia yang masih sering menunda-nunda pelaksanaan putusan arbitrase sehingga kepentingan pihak yang menang menjadi dirugikan. Maka sudah sepantasnya Indonesia juga ikut mengadopsi pranata ini ke dalam peraturan lembaga arbitrase terkait mengenai hukum acara dan aturan teknis serta ke dalam UU No.30 Tahun 1999, khususnya pasal mengenai definisi arbiter darurat serta pasal pengakuan dan penegakan Emergency Interim Relief.

This thesis examines (i) the implementation of Emergency Arbitration and Emergency Interim Relief regulations in several countries; and (ii) the method of adopting this regulations into Indonesian Arbitration law. The method used in this research is empirical research using a comparative approach, statutory approach, and case approach. The research results show that Emergency Arbitration and Emergency Interim Relief regulations are mechanisms that can be used for parties who require immediate action in an urgent situation even before the arbitral tribunal was formed. This regulation is aimed at maintaining or restoring the status quo until the end of the trial as well as maintaining order in the arbitration process. Various international arbitration institutions have begun to adopt this regulation which was first introduced in 1990 by the ICC. This regulation is considered to be able to protect the urgent interests of the parties, very fast process and can increase voluntary compliance. However, the finality of the Emergency Arbitrator's decision is still a controversial issue, because it cannot be enforced under the 1958 New York Convention. Countries have begun to implement their respective strategies to overcome these problems, namely regulating them in their respective national laws; through the New York Convention 1958; and through an analogy approach to existing national laws. Seeing the various advantages of this regulation and also the Indonesian litigation culture who often delay the implementation of arbitrator decisions and cause the disadvantage for the interests of the winning party. Then it is appropriate that Indonesia also adopts this regulation into the arbitration institutions rules regarding procedural law and technical rules as well as into Law No.30 of 1999 regarding the definition of emergency arbitrator also the recognition and enforcement of Emergency Interim Relief."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boswick, John A.
Jakarta: EGC, 1994
616.025 BOS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Hanyokro Kusumo Pragola Pati
"Gedung merupakan hasil cipta karya manusia yang fungsi utamanya adalah sebagai tempat manusia beraktivitas sekaligus pembatas atau pelindung dari pengaruh lingkungan luar. Perkembangan penyelenggaraan bangunan gedung dewasa ini semakin kompleks baik dari segi intensitas, teknologi, maupun kebutuhan sarana dan prasarananya. Selain untuk menciptakan kenyaman, suatu bangunan gedung juga seyogyanya memperhatikan aspek-aspek keselamatan bagi penghuni yang berada di dalam gedung, bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang diterapkan di gedung OSI (Operasi Sistem Informasi) PT. Krakatau Steel.
Disain penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan komparatif, yaitu dengan melakukan penilaian komponen kelengkapan tapak (sumber air, jalan lingkungan, jarak antar bangunan, hidran alaman), komponen sarana proteksi aktif (detektor, alarm, sprinkler, hidran gedung, APAR), komponen sarana proteksi pasif (ketahanan api struktur bangunan), komponen sarana penyelamat jiwa (sarana jalan keluar, tanda petunjuk arah, pintu darurat, penerangan darurat, tempat berhimpun) dan manajemen penanggulangan kebakaran (organisasi tanggap darurat kebakaran, prosedur tanggap darurat, latihan kebakaran) yang diterapkan di gedung OSI dibandingkan dengan standar acuan nasional Indonesia (Kepmen PU No.02/KPTS/1985 dan Kepmen PU No.10/KPTS/2000) serta standar acuan internasional (NFPA 10, 13, 14, 72, 101).
Berdasarkan hasil penelitian sumber potensi kebakaran di gedung OSI meliputi source of ignition: listrik, temperatur panas mesin serta combustible/flammable materials: kertas, plastik, kayu, sofa, cairan pembersih dan pelumas mesin. Sistem proteksi kebakaran di Gedung OSI cukup handal dan mampu untuk menanggulangi kebakaran karena perannya yang vital bagi perusahaan. Sebagian besar komponen penilaian kelengkapan tapak, sarana proteksi aktif, sarana proteksi pasif, sarana penyelamat jiwa dan manajemen penanggulangan kebakaran sudah sesuai dengan standar acuan Kepmen PU No.02/KPTS/1985, Kepmen PU No.10/KPTS/2000 dan NFPA. Tetapi masih ada komponen proteksi kebakaran yang belum tersedia atau tidak sesuai dengan standar acuan seperti: pada ke 4 sudut area lapisan perkerasan tidak diberi penandaan dengan warna yang kontras, hidran halaman sulit dilihat dan dijangkau karena letaknya berada di dalam bak bawah tanah, tidak terdapat petunjuk penggunaan hidran gedung, nozzle hidran gedung tidak terpasang pada slang kebakaran, slang hidran gedung berdiameter 2½ inch, APAR di luar ruangan tidak diletakan di dalam kabinet, gedung OSI tidak memiliki petunjuk arah jalan keluar, jarak antara pintu kebakaran > 25 m dan gedung OSI juga tidak memiliki sarana penerangan darurat.
Saran yang didapatkan adalah agar area lapisan perkerasan jalan diberi penandaan pada ke 4 sudutnya dengan menggunakan warna yang kontras sehingga petugas dapat dengan jelas menemukan tempat untuk menyiagakan mobil pemadamnya, membuat sign dari plat baja yang dipancang didekat valve under ground hydrant sehingga memudahkan petugas dalam menemukan lokasinya, menempatkan petunjuk penggunaan hidran gedung di cover box sehingga penghuni gedung dapat mengerti tata cara penggunaan hidran secara benar, senantiasa memastikan nozzle telah terpasang pada slang kebakaran sehingga memudahkan penghuni gedung dalam menggunakannya apabila terjadi kejadian kebakaran, APAR yang berada di luar ruangan ditempatkan dalam kabinet yang tidak dikunci, memasang sign petunjuk arah jalan keluar disetiap bagian bangunan yang dianggap perlu, menyediakan dan menempatkan lampu penerangan darurat di dalam gedung OSI sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meningkatkan kinerja maintenance gedung (house keeping) dan mengadakan safety talk sebelum memulai pekerjaan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aehlert, Barbara
Boston: McGraw-Hill, 2007
616.025 ACH e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Edwatri Maulia
"Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai gerbang utama penanganan kasus kegawatdaruratan di puskesmas. IGD memiliki peranan penting dalam upaya penanganan awal bagi pasien Pada pelayanan kegawatdaruratan diperlukan adanya emergency trolley. Emergency trolley adalah penyimpanan obat-obat ataupun bahan medis pakai yang bersifat life saving dan diperlukan segera untuk pertolongan pasien yang mengalami kegawatdaruratan medis. Dalam hal ini apoteker bertugas dalam menyediakan obat-obat emergency dalam trolley emergency. Pada Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) puskesmas, lokasi yang digunakan yaitu Puskesmas Kecamatan Matraman yang terletak di Jakarta Timur. Puskesmas Kecamatan Matraman merupakan unit pelayanan kesehatan primer yang menjadi sarana utama bagi masyarakat untuk berobat, sehingga diharapkan dengan diketahuinya gambaran kasus kegawatdaruratan dapat membantu masyarakat ataupun tenaga kesehatan mengenai kasus-kasus kegawatdaruratan yang dapat terjadi di puskesmas. Metode yang digunakan untuk penyusunan laporan PKPA yaitu dengan mewawancari petugas yang bekerja di UGD puskesmas dan pencarian literatur mengenai kasus kegawatdaruratan. Kasus kegawatdaruratan di Puskesmas adalah keracunan makanan, serangan asma, sindroma koroner akut, dan syok anafilaktik.

Emergency Room (ER) as the main gateway for handling emergency cases at the health center. The ER has an important role in initial treatment efforts for patients. In emergency services, an emergency trolley is needed. An emergency trolley is a storage for medicines or disposable medical materials that are life-saving and are needed immediately for the assistance of patients experiencing medical emergencies. In this case, the pharmacist is responsible for providing emergency medicines in the emergency trolley. In the Pharmacist Professional Work Practice of the health center, the location used is the Matraman District Health Center located in East Jakarta. The Matraman District Health Center is a primary health service unit that is the main facility for the community to seek treatment, so it is hoped that by knowing the description of emergency cases, it can help the community or health workers regarding emergency cases that can occur in the health center. The method used to compile the PKPA report is by interviewing officers who work in the health center's emergency room and searching for literature on emergency cases. Emergency cases at the Health Center are food poisoning, asthma attacks, acute coronary syndrome, and anaphylactic shock.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lanros, Nedell E.
Connecticut : Appleton & Lange, 1997
616.025 LAN e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Cosgriff, James H.
Philadelphia: J.B. Lippincott, 1984
616.025 COS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Banda Aceh: Forum Keperawtan Bencana, 2009
610.734 9 KEP
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>