Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alya Hafidza
"ABSTRAK
Indonesia secara geografis merupakan negara yang memiliki potensi bencana gempa bumi yang besar. Hal tersebut membuat Indonesia harus memiliki sistem manajemen bencana yang baik antar lembaga lembaga yang terlibat pada tanggap darurat bencana. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sudah banyak digunakan untuk manajemen bencana di seluruh dunia, terlebih teknologi berbasis mobile phone. Aplikasi mobile phone saat proses tanggap bencana dapat sangat membantu untuk meningkatkan waktu respon, pencarian korban, sampai ke penempatan alat berat serta personil Search and Rescue (SAR) saat proses tanggap darurat bencana. Aplikasi mobile phone ini akan meningkatkan persentase korban selamat dengan variabel variabel yang diukur berupa notifikasi gempa bumi real time, pengetahuan menghadapi bencana gempa bumi, dan panggilan ke tenaga medis gawat darurat. Variabel variabel tersebut didapat dari studi literatur, kemudian setelah itu didapatkan fitur fitur yang akan ditambahkan di dalam aplikasi. Setelah itu, survey dilakukan kepada masyarakat untu menentukan apakah kedua fitur yang ditambahkan dapat berpengaruh dalam menambah keamanan dan keselamatan korban bencana.

ABSTRACT
Indonesia is a country that has enormous geographical potential for earthquake disasters. This makes Indonesia must have a good disaster management sistem between the institutions involved in disaster response. The use of information and communication technology has been widely used for disaster management throughout the world, primarily mobile phone based technology. Mobile phone applications during the disaster response process can significantly increase response times, search for victims, and the placement of heavy equipment and Search and Rescue (SAR) personnel during the emergency response process. This mobile phone application will increase the percentage of survivors with variables measured in real time earthquake notifications, knowledge of dealing with earthquake disasters, and calls to emergency medical personnel. These variables are obtained from literature studies; then, features added into the application. After that, a survey was conducted to the community to determine whether the two added features could affect disaster victims' security and safety.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Badan Geologi. Kementerian Energi dan SDM, {s.a.}
JLBG 1:3 (2011)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiah Syafitri
"Bendungan merupakan sebuah bangunan yang mempunyai risiko tinggi jika terjadi keruntuhan yang disebabkan oleh gempa bumi. Keruntuhan akibat gempa bumi pada bendungan dapat menyebabkan adanya korban jiwa, dan juga kerugian materi pada penduduk yang bermukim dekat dengan bendungan. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan merekomendasikan pola operasi pada bendungan di Pulau Jawa dan untuk mengklasifikasikan risiko dan bahaya yang terjadi pada konstruksi bendungan akibat adanya gempa bumi di Pulau Jawa. Pada analisis risiko gempa bumi pada sistem operasi bendungan di pulau jawa ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan melakukan wawancara kepada narasumber yang sudah ahli dan berpengalaman selama berpuluh tahun di bidang kegempaan maupun keairan setelah itu dianalisis menggunakan metode Miles dan Hubberman mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Setelah didapatkan hasil dari analisis dengan metode Miles dan Huberman dilakukan proses perbandingan dengan bendungan yang dijadikan benchmarking. Hasil dari analisis dan perbandingan menunjukan bahwa adanya kesamaan antara pendapat narasumber dan pola operasi bendungan mengenai adanya pengerukan pada bendungan yang diadakan minimal 5 (lima) tahun sekali untuk menghindari adanya pengendapan baik untuk lumpur ataupun sampah. disamping itu, perlu dilakukan pemeliharaan di lingkungan sekitar bendungan seperti memperbaiki jalur dan pagar hewan ternak, melakukan penanaman kembali pada daerah yang terkena erosi dan parit di bendungan, dan pembersihan rumput liar guna memperbaiki ekosistem di sekitar bendungan. Dan juga risiko terjadinya kerusakan bendungan akibat gempa bumi dapat dilihat dari dimana lokasi bendungan tersebut dibangun. Sebuah bendungan yang berada di wilayah dengan risiko gempa bumi yang tinggi, memiliki risiko lebih rendah jika dibangun dengan prinsip-prinsip rekayasa bangunan tahan gempa bumi. Di sisi lain, sebuah bangunan yang terletak di suatu daerah dengan sejarah kegempaan kecil, namun berada di tanah yang berpotensi likuifaksi mugkin memiliki risiko gempa bumi yang tinggi.

The dam is one of construction that has a high risk of collapse if caused by an earthquake. A collapse due to an earthquake in a dam can cause casualties, and also material loss to residents who live near the dam. The purpose of this research is to evaluate and recommend operating patterns on dams in Java and to classify risks and dangers that occur in dam construction due to earthquakes in Java. In the analysis of earthquake risk in the dam operating system on the island of Java using qualitative analysis methods by conducting interviews with experts who are experts and experienced for decades in the field of seismicity and water after it is analyzed using the Miles and Hubberman methods starting from data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. After obtaining the results of the analysis using the Miles and Huberman method, a comparison process with the dam is used as a benchmarking. The results of the analysis and comparison show that there are similarities between the opinion of the sources and the pattern of dam operations regarding the dredging of the dam which is held at least once every 5 (five) years to avoid any deposition either for mud or garbage. In addition, maintenance needs to be carried out in the environment around the dam such as repairing animal lanes and fences, replanting erosion affected areas and ditches in the dam, and cleaning weeds to improve the ecosystem around the dam. And also the risk of damages caused by earthquakes can be seen from where the location of the dam was built. A dam in an area with high earthquake risk has a lower risk if it is built with the principles of earthquake resistant building engineering. On the other hand, a building that is located in an area with a small earthquake history, but is located on land that has the potential for liquefaction may have a high risk of earthquake."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Rizky Ramadhan
"Kabupaten Pandeglang memiliki kedekatan wilayah dengan zona subduksi dan wilayah pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia di Selat Sunda. Akibatnya Kabupaten Pandeglang memiliki tingkat kerawanan dan kerentanan gempa bumi, dan untuk itu wilayah rawan gempa bumi dan kerentanan terhadap gempa bumi perlu ditentukan sebagai upaya mitigasi bencana gempa bumi. Faktor - faktor seperti litologi, struktur geologi, lereng, dan nilai PGA (Peak Ground Acceleration) dapat digunakan untuk menentukan wilayah rawan gempa bumi dengan metode skoring. Kerentanan wilayah terhadap gempa bumi ditentukan dengan metode weighted overlay dengan pembobotan dalam aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dan fisik. Kerawanan merupakan aspek lingkungan dalam penentuan kerentanan, sedangkan kepadatan penduduk, jumlah penduduk wanita, ratio ketergantungan, dan penyandang disabilitas digunakan dalam penentuan kerentanan aspek sosial. Kerentanan aspek ekonomi menggunakan indikator penduduk miskin dan kerentanan fisik menggunakan kepadatan bangunan. Hasil penelitian menunjukkan wilayah rawan gempa bumi sedang mendominasi Kabupaten Pandeglang dengan luas 64,99% dan mayoritas tersebar pada bagian timur dan selatan Kabupaten Pandeglang. Dalam kerentanan, wilayah kerentanan tinggi terdapat di Kecamatan Labuan dengan luas sebesar 36,07 % dari luas Kecamatan Labuan, sedangkan Kecamatan Sindangresmi dan Kecamatan Munjul merupakan kecamatan dengan kerentanan rendah dengan luas 73.93 % dari luas Kecamatan Sindangresmi dan 61.52 % dari luas Kecamatan Munjul.

Pandeglang Regency has a proximity to the subduction zone and the meeting area of ​​the Indo-Australian Plate and the Eurasian Plate in the Sunda Strait. So that Pandeglang District has an earthquake level of vulnerability and vulnerability. Areas prone to earthquakes and vulnerability to earthquakes need to be determined as an effort to mitigate earthquakes. Factors such as lithology, geological structure, slope, and PGA (Peak Ground Acceleration) values ​​can be used to determine earthquake prone areas by the scoring method. Regional vulnerability to the earth's herds is determined by the weighted overlay method by weighting in environmental, social, economic and physical aspects. Vulnerability is an environmental aspect in determining vulnerability, while population density, female population, dependency ratio, and people with disabilities are used in determining the vulnerability of social aspects. Vulnerability in economic aspects uses indicators of poor population and physical vulnerability using building density. The results showed that earthquake-prone areas were dominating Pandeglang Regency with an area of ​​64.99% and the majority was spread in the eastern and southern parts of the Pandeglang Regency. In susceptibility, the high vulnerability area is in Labuan Subdistrict with an area of ​​36.07% of the area of ​​Labuan Subdistrict, while the Sindangresmi Subdistrict and Munjul Subdistrict are sub-district with low vulnerability with an area of ​​73.93% of the area of ​​Sindangresmi Subdistrict and 61.52% of the total area of ​​Munjul Subdistrict.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuarsih Tunggal Putri
"Daerah sepanjang barat Pulau Sumatera adalah daerah yang sangat rawan terhadap bencana gempabumi karena daerah tersebut merupakan zona subduksi aktif yang disebabkan oleh pertemuan dua lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Pengetahuan tentang kondisi tektonik ini sangat diperlukan oleh masyarakat di wilayah tersebut sehingga mereka lebih peduli terhadap bahaya gempabumi dan tsunami yang mengancam setiap waktu. Untuk memahami kondisi tektonik yang tepat diperlukan analisis hypocenter yang akurat. Karena itulah informasi mengenai hypocenter yang akurat sangat penting. Relokasi gempabumi dilakukan untuk menentukan ulang hypocenter gempabumi menjadi lebih akurat. Selain itu relokasi gempabumi juga dimanfaatkan untuk mengidentifikasi bidang patahan berdasarkan distribusi gempabumi yang terjadi.
Penelitian ini bertujuan untuk merelokasi hypocenter gempabumi Mentawai 25 Oktober 2011 (7.1 SR). Metode Modified Joint Hypocenter Determination (MJHD) diterapkan untuk merelokasi hypocenter gempabumi menggunakan data waktu tiba (arrival time) gelombang-P dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Gempabumi yang direlokasi adalah data gempabumi yang tercatat mulai dari terjadinya gempabumi utama 25 Oktober 2010 hingga 5 November 2010. Batasan area relokasi adalah ± 1.5° dari lintang dan ± 1° dari bujur gempabumi utama. Hasil akhir dari relokasi ini menunjukkan bahwa bidang patahan yang terjadi adalah bidang dengan strike 316°, dip 8° dan slip 96°.

The region along west of Sumatra island is very vulnerable region in case of earthquake disaster because of this region is located at active subduction zone which caused by convergent boundaries of two tectonic plates, Eurasian plates and Indo-Australian plates. The knowledge about tectonic setting is needed by the community at this region to increase their awareness of earthquake hazard and tsunami hazard that can hit them anytime. Precise hypocenter analysis is needed to understand about the accurate tectonic setting. Because of that reason, precise hypocenter information is very important. Earthquake relocation is used to recalculate earthquake hypocenter to become more precisely. In other hand, earthquake relocation also can be useful for identifying fault plane which can be determined by the earthquakes distribution.
The purposes of this study is to relocate earthquake hypocenter of Mentawai earthquake 25 October 2010 (7.1 SR) and to identifying it's fault plane. Modified Joint Hypocenter Determination method is used to relocate earthquake's hypocenter by using P-wave arrival time from The Agency of Meteorology Climatology and Geophysical (BMKG). Earthquake that be relocated are earthquake which are recorded from the mainshock 25 October 2010 until 5 November 2010. The target area of relocation is ± 1.5 degree from the mainshock's latitude and ± 1 degree from the mainshock's longitude and also fulfil the requirement of MEQ and MNST. Finally, the result show that the fault plane of the Mentawai earthquake is the one with strike 316°, dip 8° and slip 96°.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1990
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Day, Robert W.
"The latest methods for designing seismically sound structuresFully updated for the 2012 International Building Code, Geotechnical Earthquake Engineering Handbook, Second Edition discusses basic earthquake principles, common earthquake effects, and typical structural damage caused by seismic shaking. Earthquake computations for conditions commonly encountered by design engineers, such as liquefaction, settlement, bearing capacity, and slope stability, are included. Site improvement methods that can be used to mitigate the effects of earthquakes on structures are also described in this practical, comprehensive guide.Coverage includes: Basic earthquake principles Common earthquake effects Earthquake structural damage Site investigation for geotechnical earthquake engineering Liquefaction Earthquake-induced settlement Bearing capacity analyses for earthquakes Slope stability analyses for earthquakes Retaining wall analyses for earthquakes Other geotechnical earthquake engineering analyses Grading and other soil improvement methods Foundation alternatives to mitigate earthquake effects Earthquake provisions in building codes "-- Provided by publisher.
"This one-stop resource--filled with in-depth earthquake engineering analysis, testing procedures, seismic and construction codes--features new coverage of the 2012 International Building Code."
New York: McGraw-Hill, 2012
624.151 DAY d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Boen
Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984
693.852 TED d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Boen
"Buku yang berjudul "Manual: bangunan tahan gempa (rumah tinggal) ini ditulis oleh Teddy Boen. Buku ini merupakan sebuah buku panduan mengenai pembangunan rumah tinggal yang tahan gempa. Selain itu buku ini juga dilengkapi dengan gambar-gambar tahap pembangunan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
R 693.852 BOE m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Chen, Yong
"The book gives a detailed account of the damage, seismology and tectonics of the event and discusses earthquake prediction, seismic hazard and risk management, the creation and implementation of building codes, and new practices used in rescue, relief and reconstruction. It also offers a valuable new and uniquely Chinese perspective with many insights for future mitigation of earthquake risk. "
Heidelberg : Springer, 2011
e20405719
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Sadita
"Pesatnya perkembangan ilmu kegempaan, penelitian baru mengenai identifikasi sumber-sumber gempa, dan diterbitkannya "Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 sebagai Acuan Dasar Perencanaan dan Perancangan Infrastruktur Tahan Gempa" oleh Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2010, mendorong dilakukannya penelitian lebih lanjut terkait zonasi peta kegempaan untuk aplikasi pada bangunan air. Hal ini perlu dilakukan karena pentingnya pengaruh beban dinamik akibatgempa terhadap desain bangunan air. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan contoh aplikasi analisa dinamik dengan metoda time history pada bendungan beton agar dapat digunakan oleh para stakeholders. Lokasi penelitian dilakukan di Bendungan Semper, [awa Tengah. Parameter yang digunakan untuk analisis terdiri dari penentuan kriteria beban gempa untuk menggunakan MDE (Maximum Design Earthquake), dan penentuan metode analisis yang menggunakan analisis time-history linier. Analisis dilakukan setelah dibuatnya model struktur dan penentuan properti material pada bendungan tersebut. Berdasarkan hasil analisis Time-History untuk bendungan beton, tegangan prinsipal maksimum dan minimum yang terjadi masih dibawah kapasitas material, dan tegangan geser yang terjadi pada dasar pondasi pun memenuhi kapasitas gesernya. Evaluasi menunjukkan masih terpenuhinya persyaratan keamanan pada Bendungan Sempor akibat beban gempa 10.000 tahun."
Bandung: Kementrian Pekerjaan Umum, 2014
627 JTHID 5:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   3 4 5 6 7 8 9 10 11 12   >>