Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Darwis [Tere Liye], 1979-
"Selena dan Nebula adalah buku ke-8 dan ke-9 yang menceritakan siapa orang tua Raib dalam serial petualangan dunia paralel. Dua buku ini sebaiknya dibaca berurutan. Kedua buku ini juga bercerita tentang Akademi Bayangan Pasukan Tingkat Tingi, sekolah terbaik di seluruh Klan Bulan. Tentang persahabatan tiga mahasiswa yang diam-diam memiliki rencana bertualang ke tempat-tempat jauh. Tapi petualangan itu berakhir buruk, saat persahabatan mereka diuji dengan rasa suka, egoisme, dan penghianatan.
"
Bekasi: PT Sabak Grip Nusantara, 2023
899.221 DAR n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adji W. Wardojo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat sampai sejauh mana penyimpangan yang terjadi dalam lakon A Soldier's play dari ciri khusus cerita detektif the whodunit, dan sampai sejauh mana penggunaan gaya cerita detektif dapat mengungkapkan makna isi pekan lakon mengenai hubungan inter-rasial dalam masyarakat Amerika. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tradisional, artinya suatu pendekatan kritik sastra yang tidak menutup kemungkinan masuknya disiplin ilmu lain, selain ilmu sastra itu sendiri. Ini juga berarti bahwa selain analisis tekstual, dimanfaatkan juga latar belakang sejarah dan sosial sebagai sarana untuk menciptakan interpretasi yang utuh mengenai lakon yang akan diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fuller masih mempertahankan ciri khusus imunitas dalam the whodunit. Ciri khusus tersebut telah sengaja dimanipulir dengan memberikan latar, tokoh-tokoh, dan latar belakang sosial yang memberikan kemungkinan adanya penyimpangan dalam masalah imunitas ini. Selain itu, penggunaan gaya cerita detektif secara menarik dan otentik telah berhasil mengungkapkan dampak dari rasialisme dan masalah pencarian identitas orang kulit hitam di Amerika Serikat."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stroud, Jonathan
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015
813 STR t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Annissa
"Serial televisi Hannibal NBC 2013 yang bergenre detektif-kriminal dan horor adalah franchise Hannibal terbaru. Serial televisi ini dianggap membongkar citra lama pendahulunya, salah satunya dengan menambahkan beberapa tokoh perempuan. Skripsi ini berfokus pada representasi tokoh perempuan dalam Hannibal 2013 yaitu membandingkan representasi mereka dengan stereotipe perempuan dalam genre detektif-kriminal dan horor. Penulis juga menggunakan konsep the final girl dan monstrous-feminine untuk menganalisis data. Penulis menemukan bahwa, di satu sisi, representasi tokoh perempuan dalam serial televisi ini memberdayakan dan medobrak beberapa stereotipe dalam kedua genre tersebut. Di sisi lain, representasi mereka memiliki ambivalensi. Maskulinitas dan monstrosity mereka membuat mereka tidak sepenuhnya mendobrak stereotipe perempuan dalam genre detektif-kriminal dan horor.

NBC's Hannibal 2013 is the latest adaptation of the Hannibal franchise. This television series is considered to have dismantled the image of its predecessor, one of which is by adding several female characters. This undergraduate thesis focuses on the representation of female characters in Hannibal 2013 by comparing their representation with female stereotypes in detective criminal and horror genre. This research utilizes the concepts of the final girl and monstrous feminine to analyse the data. It is found that the female character representation in this television series is empowering and dismantles some stereotypes in both genres. However, there is ambivalence in their representation. Their masculinity and monstrosity caused them to not completely dismantle the female stereotypes in the detective criminal and horror genre.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S67961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irsyaad Nur Gunandar
"Dalam cerita detektif, insiden kematian seorang tokoh merupakan titik awal penyuguhan kemisterian cerita kepada para pembaca. Penelitian ini membahas konspirasi kejahatan yang terjadi dalam novel Manekin (2011) karya Abdullah Harahap. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan struktural, yakni pada alur, tokoh, dan latar. Hasil analisis mengungkapkan bahwa konspirasi kejahatan diungkap oleh pihak kepolisian dengan menggunakan metode investigasi standar dan memanfaatkan kekuatan supernatural tokoh. Dalam novel ini, terdapat dua tokoh yang memiliki kekuatan supernatural. Pihak kepolisan memanfaatkan kekuatan supernatural dua tokoh tersebut untuk menangkap para pelaku kejahatan. Para tokoh yang menjalankan konspirasi kejahatan dipimpin oleh seorang tokoh yang memiliki jabatan tinggi di masyarakat. Motif konspirasi kejahatan diungkap dengan cara menelusuri relasi tokoh, alur, dan latar insiden. Demikian, bahwa kekuatan supernatural yang dimiliki dua tokoh tersebut sangat membantu pihak kepolisian dalam mengungkap konspirasi kejahatan dalam novel ini.

In detective stories, the character’s death incident is the starting point for presenting the mystery story’s mystery to the readers. This study discusses the conspiracy of crimes that occurred in a novel titled Manekin (2011) by Abdullah Harahap. The method used in this research is a descriptive qualitative method with a structural approach, including the plot, character, and setting. The result from the analysis found that the crime conspiracy was revealed by the police, using standard investigative methods, and exploiting the character supernatural powers. In this novel, there are two characters who have supernatural powers. The police used the supernatural powers of the two figures to arrest the perpetrators. The characters who run the crime conspiracy are led by a figure who has a high position in society. The motive of the crime conspiracy is revealed by tracing the relationship of the characters, plot, and incident background. Thus, the supernatural powers possessed by these two figures greatly helped the police in uncovering the crime conspiracy in this novel."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Greenwald, Glenn
"Summary
"Investigative reporter for The Guardian and bestselling author Glenn Greenwald, provides an in-depth look into the NSA scandal that has triggered a national debate over national security and information privacy. With further revelations from documents entrusted to Glenn Greenwald by Edward Snowden himself, this book explores the extraordinary cooperation between private industry and the NSA, and the far-reaching consequences of the government's surveillance program, both domestically and abroad" -- $c from publisher's Web site."
Yogyakarta: Bentang, 2016
652.8 GRE n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Apsanti Djokosuyatno
"Dunia kesusastraan Indonesia hanya mempunyai beberapa penulis cerita detektif -- pria maupun wanita dalam perbandingan yang seimbang -- yang sebagian besar berasal dari Jawa Timur dan berdiam di Surabaya atau Malang. Mereka rata-rata berusia di atas empat puluh tahun. Beberapa mengkhususkan diri sebagai penulis cerita detektif profesional, seperti S. Hara Gd. yang telah menghasilkan 28 buku cerita detektif, berupa novel atau cerpen. Ada pula yang hanya menghasilkan satu dua novel detektif, namun menulis jenis novel lain. Pengarang-pengarang tersebut, semuanya dibesarkan di kota besar, dan umumnya mengenyam pendidikan tinggi meskipun tidak menamatkannya. Mereka adalah penggemar novel dan film detektif. Dan sampai sekarang mereka masih tetap menulis. Khusus para pengarang cerita detektif untuk remaja, tak lagi menulis karena pembacanya sangat berkurang setelah tivi swasta mulai mengudara.
Jenis cerita detektif yang paling banyak ditulis adalah jenis klasik atau tepatnya roman policier a enigme (cerita detektif berteka-teki) dengan sedikit variasi di sana sini. Namun jenis itu tidak terlalu murni, terutama dalam cerita detektif untuk remaja, karena selama dilakukan pelacakan, kejahatan tetap terjadi, dan sang detektif juga terancam bahaya.
Yang tidak terduga adalah adanya roman yang keras dan brutal dalam khasanah cerita detektif Indonesia, yang tidak memakai misteri, dan hanya menggunakan alur tunggal. Namun yang mengkhususkan diri dalam penulisan cerita tersebut hanya seorang pengarang, yaitu Aryono Grandy.
Jenis suspense yang penuh ketegangan juga ada. Dan penulisnya adalah Aryono Grandy pula dengan serial Naga Masnya. Namun beberapa cerita pendek S. Hara GD juga memperlihatkan bentuk ini.
Cerita detektif untuk remaja, memperlihatkan kekhasan dan kode etik tertentu dalam hal kejahatan yang diketengahkan. Tak ada kejahatan berat dan pertumpahan darah. Detektifnya para remaja, bukan profesional, dan berkelompok, minimal tiga orang remaja kelas enam SD. Hereka juga selalu mempunyai pelindung dewasa yang berpengalaman. Pelindung itu biasanya seorang pria atau wanita setengah baya atau pensiunan polisi, yang mencintai anak-anak, cerdas, ramah, dan gemar pula melacak suatu kejahatan. Dalam cerita detektif untuk remaja kejahatan yang dilacak adalah kejahatan ringan, seperti mencuri, menabrak, bukan kejahatan serius, meskipun pelaku kejahatan adalah orang dewasa. Itu mudah dimaklumi, karena semua cerita anak-anak bersifat didaktis.
Bagaimanapun hasil penelitian ini ternyata tidak jauh dari model tipologi Barat yang dibuat oleh Todorov. Hal itu sesuai dengan kenyataan bahwa memang genre cerita detektif Indonesia merupakan hasil pengaruh kebudayaan barat, atau tepatnya sastra barat, yang jelas terlihat dalam latar belakang para pengarangnya. Namun harus diakui bahwa para pengarang Indonesia mempunyai jeni untuk mengadaptasi suatu genre sastra dari suatu masyarakat yang sangat berbeda budayanya, yaitu masyarakat Barat yang rasional dan pragmatis, dan percaya bahwa hukum dan polisi melindungi mereka. Adaptasi itu antara lain terlihat dari hubungan baik yang selalu terjalin antara detektif dengan polisi dalam cerita detektif Indonesia jenis manapun."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Kresna Sucondro Soegio
"
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang mengangkat cerita detektif sebagai sumber data penelitian, telah banyak dilakukan. Sebagian besar menekankan pada masalah pelacakan (Pelacakan Maigret dalam Un Crime En Hollande oleh Anak Agung Ariyani Kartika Dewi), misteri kejahatan (Masalah Percobaan Pembunuhan dalam Therese Desqueyroux karya Francois Mauriac Ditinjau Dari Hubungan Antartokoh oleh Sri Murtinah), ataupun genre cerita detektif itu sendiri (Masalah jenis Cerita Detektif dalam Les Dames du Creusot karya Charles Exbrayat oleh Herning Wijayanti) yang beraneka ragam dan selalu berkembang hingga saat ini. Namun fokus terhadap tokoh detektif yang melakukan pelacakan, belum pernah dilakukan.
Skripsi ini mengangkat masalah kekhasan sikap dan tindakan Maigret sebagai detektif dalam roman La Tete d'un Homme karya Georges Simenon. Penelitian ini memakai pendekatan struktural dengan menggunakan teori Roland Barthes mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik, serta teori Schmitt dan Viala mengenai Sekuen.
Langkah awal penelitian adalah dengan menguraikan cerita menjadi satuan-satuan isi cerita atau sekuen-sekuen sesuai urutan kemunculannya dalam teks. Sekuen-sekuen ini kemudian difokuskan pada hubungan tokoh detektif (Maigret) dengan tokoh-tokoh lainnya dalam cerita. Selanjutnya, disusun fungsi-fungsi utama yang dilengkapi dengan bagan, untuk melihat hubungan sebab akibat cerita dan menunjukkan perkembangan cerita. Dari analisis ini, tampak bahwa kemunculan Maigret mendominasi cerita dan bahwa tindakan serta inisiatifnyalah menyebabkan cerita berkembang. Tanpa hal tersebut, maka tokoh tertuduh (Heurtin) akan dihukum dan pembunuh yang sebenarnya tidak akan pernah terungkap dan cerita akan berhenti pada saat Heurtin dihukum mati.
Analisis paradigmatik dibatasi hanya pada analisis tokoh-tokoh penegak hukum, tertuduh, dan penjahat. Hal ini dilakukan untuk melihat perbandingan antara Maigret dan para penegak hukum lain yang turut dalam pelacakan. Dari analisis ini tampak bahwa Maigret memiliki kualitas yang lebih, seperti kegigihannya yang luar biasa, ketajaman persepsinya yang akurat, rasa tanggung jawabnya yang tinggi, dibandingkan penegak hukum lain yang lebih banyak bersikap pasif dan menjalankan tugas, meskipun cukup disiplin.Hal itulah yang menjadikan Maigret sebagai seorang detektif yang khas dalam cerita ini.
"
1997
S14482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Prameswari
"Representasi perilaku pencarian informasi dalam film detektif dapat menggambarkan pola perilaku tokoh detektif dalam melakukan pencarian informasi di suatu konteks. Penelitian ini bertujuan untuk memahami makna dari representasi perilaku pencarian informasi dalam film The Accidental Detective 2: In Action. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semiotik Roland Barthes berdasarkan hubungan sintagmatik dan paradigmatik serta model perilaku pencarian informasi dari Leckie et al. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis sintagmatik, ditemukan 36 sekuen utama dengan bagan fungsi utama yang bercabang karena informasi saling berkaitan dan berperan penting dalam penyelidikan berikutnya. Pada analisis paradigmatik, perilaku tokoh utama maupun tokoh pendukung memengaruhi proses pencarian informasi menjadi kompleks. Kemudian untuk latar tempat, berbagai TKP berperan penting sebagai pusat pengumpulan informasi. Sedangkan latar waktu menunjukkan bahwa di tahun 2017, bantuan teknologi dibutuhkan para detektif dalam proses penyelidikan. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu representasi perilaku pencarian informasi dalam film ini digambarkan kompleks. Hal ini terlihat dari perilaku tersangka, kesadaran informasi, dan sumber informasi yang berperan penting dalam proses pencarian informasi. Tersangka yang pandai berbohong akan membuat pencarian informasi menjadi rumit, sehingga terdapat informasi yang terlewatkan. Hal ini memicu kesadaran informasi bagi detektif yang berpikir kritis, sehingga mereka perlu melakukan penyelidikan ulang dengan menggunakan sumber informasi yang telah dikumpulkan hingga pelaku yang sebenarnya berhasil ditemukan.

Representation of information seeking behavior in detective films can describe the behavior patterns of detective characters in searching for information in a context. This research aims to understand the meaning of the representation of information seeking behavior in the film The Accidental Detective 2: In Action. This research uses qualitative methods with Roland Barthes' semiotic approach based on syntagmatic and paradigmatic relationships as well as the information seeking behavior model from Leckie et al. The research results showed that in the syntagmatic analysis, 36 main sequences were found with branching main function charts because the information was interrelated and played an important role in subsequent investigations. In paradigmatic analysis, the behavior of the main character and supporting characters influences the information search process to become complex. Then for the place setting, various crime scenes play an important role as information gathering centers. Meanwhile, the time setting shows that in 2017, technological assistance was needed by detectives in the investigation process. The conclusion of this research is that the representation of information seeking behavior in this film is depicted as complex. This can be seen from the suspect's behavior, information awareness, and information sources which play an important role in the information search process. Suspects who are good at lying will make the search for information complicated, resulting in information being missed. This triggers awareness of information for detectives who think critically, so they need to re-investigate using the sources of information that have been collected until the real culprit is found."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
"Disertasi ini merupakan penelitian di bidang stilistik naratif yang memperlihatkan bahwa kajian naratologi dapat dilakukan melalui ancangan linguistik. Dengan menggunakan teori tentang konsep temporal dalam bahasa dan teori naratologi, penelitian ini menjawab masalah: ?Makna apa yang dihasilkan oleh penggunaan pemarkah temporal di dalam dua novel detektif klasik berbahasa Inggris, yaitu The Hound of the Baskervilles dan Nemesis dan fungsi apa yang diungkapkan oleh pemarkah temporal dalam dua novel tersebut?.
Berdasarkan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi makna dan fungsi pemarkah temporal dalam novel detektif klasik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan kala dalam teks naratif memiliki dua pola, yaitu kala sebagai pengungkap modus komunikasi faktual dan modus komunikasi fiktif. Pola pertama menggunakan waktu tokoh bertutur sebagai pusat waktu (tnol), sedangkan pola kedua menggunakan waktu narator bertutur sebagai pusat waktu (tnol). Untuk mengungkapkan makna kekinian, pola pertama menggunakan kala simple present, sedangkan pola kedua menggunakan kala simple past. Penggunaan kala dalam pola kedua tersebut mengakibatkan pola interaksional antara kala, aspek, tipe klausa, dan keterangan temporal lebih beragam, seperti hadirnya kala simple past dan keterangan temporal now dalam satu klausa.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa penggunaan pemarkah temporal dalam dua novel yang diteliti mengasilkan makna pragmatik dalam bentuk eksplikatur dasar dan eksplikatur interaksional. Eksplikatur dasar terdiri atas pengungkapan aksionalitas, aspektualitas, dan kewaktuan, sedangkan eksplikatur interaksional terdiri atas penggambaran pergeseran tipe situasi, habitual, keberbatasan, inkoatif, iteratif, dan harmoni kala. Di dalam konteks tertentu, penggunaan pemarkah temporal tersebut juga menghasilkan makna pragmatik yang berupa implikatur, yang antara lain berupa penggambaran (i) perubahan peri keadaan, (ii) urutan peristiwa, (iii) hubungan antara durasi peristiwa dan penceritaannya, (iv) hubungan antara kekerapan peristiwa dan penceritaannya, dan (v) penonjolan peristiwa tertentu.
Berdasarkan kemampuannya dalam mengungkapkan eksplikatur dan implikatur tersebut, pemarkah temporal dalam dua novel tersebut dapat berfungsi sebagai pengungkap struktur naratif yang berupa (i) perbedaan antara peristiwa dan nonperistiwa, (ii) hubungan antara waktu cerita dan waktu penceritaan, (iii) penonjolan bagian cerita atau pelataran, (iv) bentuk penceritaan, (v) hubungan antarcerita, dan (vi) posisi narator terhadap cerita. Karena memiliki fungsi-fungsi tersebut, pemarkah temporal dalam novel detektif klasik dapat digunakan untuk mengungkapkan pola penceritaan novel detektif klasik yang terdiri atas penceritaan (i) alur penyelidikan yang ikonis dan lamban, (ii) alur kejahatan yang terpisah-pisah dan anakronis, (iii) pola tindakan yang memadukan sifat rasionalitas dan mistifikasi, serta mengungkapkan (iv) penokohan dan latar yang mengandungi petunjuk yang membingungkan (mystifying).

The following dissertation was developed based on a narrative stylistic research aimed to show how narrative can be analyzed using linguistics approach. Apparently, the English temporal markers can convey meanings and functions in the context of narrative texts, especially in classical detective stories. Exploration of meanings and functions of English temporal markers was conducted by data analysis using theories of temporaility in language and narratology.
The analysis concluded that there are two patterns of tense usage in narratives. One is the use of tense in an ordinary mood and the second is in a fictional mood. In the first pattern, tense expresses the relation between time of a situation and time when an actor utters the situation. In that context, the present time is expressed by the simple present tense. In the second pattern, tense shows the relation between time of a situation and time when a narrator enunciates the situation. There is a norm in the context that the present time is expressed by the simple past tense. Based on the norm, the simultaneous occurrence of simple past tense and temporal adjunct such as now in a clause is acceptable.
Another conclusion is that the English temporal markers used in the two novels convey explicatures that are either basic or interactional. The basic explicatures that the temporal markers conveyed are actional, aspectual, and temporal meanings plus contextual information. The interactional explicatures consist of expressing a shift in the type of situations, habitual menaing, boundedness, inchoative, iterative, and backshifted preterite. On the other hand, the use of the temporal markers in certain contexts convey implicatures such as a change of state of affair, temporal sequence of events, comparing duration of events and duration of discourse, and saliency of events.
Based on the conveyed meanings, it can be inferred that the English temporal markers function to express a narrative structure consisting of the difference between events and existences, time relation, grounding, moods of narration, and the position of a narrator in the discourse. More often than not, in classical detective novels, the temporal markers can express patterns of the classical detective story, such as the different plots of investigation and crime, the pattern of action, characterization, and setting."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
D929
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 >>