Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Timo Kaartinen
"This article asks the question how Banda displaced from the Banda Islands due to colonization of Banda by the VOC in 1621, maintain their existence as a sustainable cultural group. Banda communities play an important role in maritime commerce in the eastern part of Indonesia at the beginning of the colonial period. They survive as one cultural group in two villages on the islands of Kei. The traditional songs of the two villages center on the sea voyage. The argument is that Banda people are mobilized by oral traditions that reveal the kinship ties of Banda people with their partners in commerce in distant lands."
2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Larissa Letitia Hervine
"ABSTRAK
Artikel ini fokus membahas mengenai perubahan sosial komunitas pesisir Jakarta akibat kerusakan ekologi di teluk Jakarta. Bentuk perubahan sosial tersebut adalah pergeseran mata pencaharian keluarga, pergeseran relasi dalam keluarga, strategi bandar kerang, dan pergeseran relasi antar keluarga akibat reklamasi. Berbagai studi sebelumnya menemukan bahwa pencemaran lingkungan laut bukan hanya disebabkan oleh perubahan lingkungan alami, namun juga disebabkan oleh manusia dan teknologi, sehingga menghasilkan perubahan sosial karena terganggunya penghidupan masyarakat pesisir khususnya pada nelayan tradisional. Namun studi-studi sebelumnya yang membahas dampak kerusakan ekologi laut lebih didominasi oleh perubahan sosial makro dan meso seperti perubahan kebijakan politik di bidang lingkungan dan perubahan ekonomi.. Argumen dari penelitian ini adalah kerusakan ekologi yang terjadi akibat masifnya pembangunan industri dan properti dalam kurun waktu 2010 ndash; 2017, menyebabkan perubahan sosial bukan hanya tingkat makro namun sampai di tingkat mikro yaitu pada kehidupan masyarakat pesisir khususnya untuk komunitas nelayan di teluk Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan wawancara mendalam kepada masyarakat pesisir wilayah Marunda dan Muara Angke Jakarta Utara seperti nelayan tradisional, keluarga nelayan, serta tokoh masyarakat lokal.

ABSTRACT
This article discuss about the social change of coastal communities in Jakarta as a result of ecological damaged in Jakarta bay. The forms of social change including the change of family 39 s livelihood, change of family relation, strategy of dealer shells, and the change of family relation as a result of reclamation. The previous studies explained that sea ecosystem 39 s pollution is caused not only by natural environment 39 s change, but also by human and technology. As a result, there is a social change because of the distruption of coastal communities especially the life of traditional fishermen. Unfortunately, the social change in macro and meso level still dominated the previous studies about the effect of sea ecosystem 39 s damaged including political policy change and economic change. However, this thesis argue that the ecological damage as a result of massive industrial and property development during 2010 2017 has caused social change not only in macro level but also micro level in the coastal communities especially in the life of fishermen 39 s communities in Jakarta bay. This research used qualitative method with in depth interview to coastal communities in Marunda and Muara Angke, North Jakarta such as traditional fishermen, fishermen 39 s family, and local actors in the communities."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ganendra Satria
"Brand communities and brand tribes have been observed in the marketing literature for decades. However, scholars still debate its basic attributes, making use of these attributes interchangeably without acknowledging the relationships that emanate from the brand community and its potential to develop into a brand tribe. This paper aims to suggest that the brand tribe and brand community have a positive relationship. Looking at the potential of the brand tribe mentioned in the previous study, companies could benefit from growing the brand community into a brand tribe. Thus, several attributes of brand community that can be developed into tribal brand attributes will be identified in this paper.

Komunitas merek dan suku merek telah diamati dalam literatur pemasaran selama beberapa dekade. Namun, para sarjana masih memperdebatkan atribut dasarnya, memanfaatkan atribut ini secara bergantian tanpa mengakui hubungan yang berasal dari komunitas merek dan potensinya untuk berkembang menjadi suku merek. Makalah ini bertujuan untuk menyarankan agar suku merek dan komunitas merek memiliki hubungan yang positif. Melihat potensi suku merek yang disebutkan dalam studi sebelumnya, perusahaan dapat memperoleh manfaat dari menumbuhkan komunitas merek menjadi suku merek. Dengan demikian, beberapa atribut komunitas merek yang dapat dikembangkan menjadi atribut merek suku akan diidentifikasi dalam tulisan ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2003
305.8 TRI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sahadatun D.
"Tesis ini membahas mengenai pengaruh tekanan internasional terhadap kebijakan Indonesia dalam rangka penghormatan Hak Asasi Manusia yang terjadi selama periode Mei 1997-Desember 2000 di tiga wilayah konflik bersenjata, yaitu Timor-Timur, Aceh, dan Irian Jaya. Pada periode ini Indonesia mengalami tiga masa pemerintahan (Soeharto, BJ Habibie, dan Abdurrahman Wahid) yang memiliki kebijakan dan pendekatan yang berbeda terhadap masalah HAM. Kebijakan Indonesia di bidang HAM mengalami perubahan yang signifikan pada tiap pergantian pemerintahan. Perubahan tersebut terjadi akibat tekanan internasional yang begitu besar atas pelanggaran HAM yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, yaitu Timor-Timur, Aceh, dan Irian Jaya.
Dengan munculnya berbagai pelanggaran HAM di Indonesia tersebut, masyarakat internasional tidak tinggai diam. Didorong oleh kepentingan masing-masing, terlepas apakah kepentingan itu murni untuk kemanusiaan atau bersifat politis, berbagai negara dan organisasi internasional dan transnasional menekan Pemerintah RI dengan berbagai cara, baik yang bersifat persuasif maupun koersif, untuk meningkatkan penghormatan di bidang HAM serta menindak pelanggaran HAM yang terjadi.
Untuk menganalisa permasalahan ini penulis menggunakan model lingkungan (environmental model) yang dikemukakan antara lain oleh Papadakis, Starr, dan Sprouts. Model ini mengedepankan konsep negara sebagai suatu entitas dalam sebuah lingkungan. Lingkungan tersebut menentukan pilihan tindakan yang akan diambil oleh negara tersebut, serta bagaimana tindakan nyata yang diambil oleh negara tersebut untuk menanggapi lingkungannya, dengan memperhatikan berbagai faktor. Menurut Papadakis dan Starr, lingkungan terdiri dari beberapa tingkatan, salah satunya adalah International System. Pemikiran ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kegley dan Wittkopf, yang antara lain menyatakan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi kebijakan suatu negara, yang salah satunya adalah faktor the external (global) source category. Pengaruh faktor international system atau the external (global) source category inilah yang kemudian digunakan oleh penulis untuk menganalisa perubahan kebijakan Indonesia di bidang HAM. Sedangkan untuk menganalisa bentuk-bentuk tekanan internasional terhadap Indonesia, yang dalam hal ini diwakili oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Amerika Serikat, teori yang dikemukakan oleh Holsti dapat dijadikan sebagai acuan. Dalam hal ini, bentuk-bentuk tekanan yang menonjol yang dapat diidentifikasi adalah tindakan persuasi, ancaman hukuman, dan pelaksanaan hukuman tanpa kekerasan.
Hasil dari penulisan adalah bahwa kebijakan Indonesia dalam rangka penghormatan terhadap HAM di Timor-Timur, Aceh, dan Irian Jaya dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu tekanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Amerika Serikat."
2001
T7045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Quraisyin Adnan
"ABSTRAK
Perairan Teluk Jakarta sangat subur karena banyak sungai besar maupun kecil yang mengalir ke perairan ini dengan membawa nutrien atau zat-zat hara dari daratan kota Jakarta sehingga menjadi tempat yang sangat baik untuk para nelayan menangkap ikan. Dengan bertambahnya penduduk maka hasil buangan juga akan meningkat, sehingga akibatnya perairan akan cenderung mengalami kondisi eutrofik. Eutrofikasi merupakan suatu proses pengayaan perairan oleh zat-zat hara yang berlebihan dan berlangsung terus menerus dan ditandai oleh blooming satu jenis fitoplankton dan kekurangan zat oksigen di dekat dasar perairan. Akibat dari kondisi eutrofik ini maka sering kita jumpai kematian ikan atau biota dasar perairan secara masal.
Untuk mengantisipasi masalah ini kepada masyarakat perlu digalakkan kesadaran lingkungan seperti tidak membuang sampah langsung ke badan-badan air. Perlu pula dimasyarakatkan budidaya ikan dan biota seperti kerang-kerangan.
Lokasi penelitian: yaitu perairan-perairan estuarin Teluk Jakarta. Pengamatan dilakukan pada 6 titik wilayah dari barat ke timur yaitu Cengkareng, Muara Angke, Marina, Sampur, Blencong, dan Muara Gembong. Dilakukan pengambilan sampel fitoplankton dan pemeriksaan beberapa parameter hidrologi seperti suhu, salinitas, oksigen, pH, fosfat, dan nitrat. Analisis semua data dilakukan di Laboratorium Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Hipotesis yang diajukan adalah:
1. Keragaman kelimpahan fitoplankton secara spasial dan temporal adalah sangat besar.
2. Keragaman kelimpahan fitoplankton dipengaruhi oleh faktor -faktor suhu, salinitas, pH, oksigen, nitrat, dan fosfat, atau oleh kombinasi dari faktor-faktor lingkungan tersebut, dan nutrien merupakan faktor paling dominan dalam mempengaruhinya.
3. Keragaman fitoplankton sangat ditentukan oleh dominasi dari marga-marga yang dominan.
Ringkasan hasil penelitian adalah sbb.:
Reragaman kelimpahan fitoplankton sangat bervariasi.
Pada keragaman secara temporal, kelimpahan pada bulan Juli, September, dan Februari tinggi, sedangkan pada bulan Mei dan Mopember relatif rendah.
Pada keragaman secara spasial, kelimpahan tinggi terjadi pada wilayah Muara Angke, Marina, dan Sampur, sedangkan kelimpahan rendah terjadi pada wilayah Cengkareng, Blencong, dan Muara Gembong.
Pada setiap pengamatan terjadi blooming fitoplankton yang didominasi oleh beberapa marga yang bergantian.
Pada bulan Mei 1993 kelimpahan mencapai 6,34 juta sel/m3 yang didominasi oleh Skeletonema (39 %) dan Thalassiosira (36%). Pada bulan Juli kelimpahan mencapai 22,4 juta sel/m3dimana saat itu sedang terjadi blooming Skeletonema (51%) dan blooming Thalassiosira (49%). Pada bulan September kelimpahan mencapai angka tertinggi selama penelitian yaitu 62,6 juta sel/m3. Pada saat itu terjadi blooming oleh Chaetaceros (99 %). Pada bulan Nopember kelimpahan paling rendah selama penelitian yaitu 1,5 juta sel/m3. Pada saat itu sebenarnya sedang terjadi ledakan populasi Noctiluca. Walaupun jumlahnya kecil tetapi karena ukuran setiap sel nya adalah besar yaitu dapat mencapai 2 mm maka kondisi demikian sesungguhnya sedang terjadi blooming oleh Noctiluca (58%) dan Chaetviceros sebesar 42%. Pada bulan Februari 1994 kelimpahan mencapai 14 juta sel/m3. Pada saat itu sedang terjadi blooming oleh Skeletonema {99,8 %) dan Noctiluca sebesar 0,2 %.
Pola kelimpahan tampak berlawanan dengan pole curah hujan maupun pola kelimpahan di perairan P. Pari dan Teluk Jakarta secara umum. Pola kelimpahan mempunyai 2 puncak yaitu puncak ke 1 terjadi pada periode Mei-September dimana titik puncak terlihat pada bulan September (tertinggi), dan puncak ke 2 terjadi pada bulan Februari.
Hubungan kelimpahan fitoplankton terhadap parameter-parameter hidrologi menunjukkan hubungan yang sangat erat (p<0,01) pada pengamatan-pengamatan bulan-bulan Mei, Nopember, dan Februari; dan hubungan erat (p<0,05) pada bulan-bulan Juli dan September. Interaksi fosfat dengan nitrat berpengaruh kuat terhadap kelimpahan fitoplankton pada bulan Mei, Nopember, dan Februari. Interaksi suhu dengan oksigen mempunyai korelasi terhadap kelimpahan fitoplankton pada bulan Juli. Interaksi suhu dengan salinitas berkorelasi kuat terhadap kelimpahan pada bulan September.
Dengan tingginya limbah domestik yang masuk ke perairan Teluk Jakarta dan terbukti perairan ini selalu mengalami blooming dan bahkan kematian ikan sering terjadi menuniukkan bahwaperairan ini telah cenderung mengaiami kondisi eutrofik. Hal ini berarti di perairan sedang terjadi penurunan kualitas air karena sedang menghadapi tekanan-tekanan yang datang dari daratan.

ABSTRACT
Spatial and Temporal Variations of The Structures of Phytoplankton Communities at The Estuary of The Jakarta BayJakarta Bay is very rich of nutrient due to many rivers which bring the nutrients to the waters from the land of Jakarta. Therefore this area become a good place for fisheries. The increasing of the domestic wastes because of the population growth, will result the tendency of the eutrophication condition. Due to this condition, sometime we face the mass mortality of fish due to the oxygen depletion condition at the bottom of the water.
In anticipation of this problem, the public should be made aware of the environmental condition: not throwing away the wastes directly to the water, and fish and benhic fauna cultures i. e. mussels, etc. should be also introduced to them.
The location of the research: are at 6 locations along the coast from the west to the east of the Jakarta Bay, namely Cengkareng, Muara Angke, Marina, Sampur, Blencong, and Muara Gembong. The samples were studies for phytoplankton and temperature, salinity, oxygen, pH, phosphate, and nitrate. All samples were analyzed at the Laboratory of Puslitbang Oceanology - LIPI, Jakarta.
The Hypothesis are
Spatial and temporal variations of phytoplankton densities were high.
The variations were influenced by temperature, salinity, pH, oxygen, nitrate, and phosphate, and the inter-action of the factors. The nutrient is the main factor for phytoplankton growth.
The variations were also strongly influenced by the dominant genera.
The summary :
The variations of phytoplankton densities were high.
For the temporal variatons, the phytoplankton densities in July, September, and February were high, while in May and November were relatively low.
For the spatial variations, the densities at Muara Angke, Marina, and Sampur were high, while at the other areas: Cengkareng, Slencong, and Muara Gembong were low.
There were always blooming which were dominated by some genera. In May, the average phytoplankton density was 6,34 million cells/.m3 where the community was dominated by Skeletonema {39%) and Thalassiasira (36%). In July, the density reached 22,4 million cells/m3 where the phytoplankton communities were dominated by Skeletonema (51%) and Thalassiosira (49%). In September, the density reached the highest value i. e. 62,6 million cell/m3. At that time Chaetoceras outbreak was occurred (99%). In November, the phytoplankton density reached the lowest value, i. e. 1,5 million cells/m3. At that time Noctiluca outbreak was occurred. Although the density was low, the size of Nactiluca is quite big (2mm in diameter).
Therefore Noctiluca outbreak (58%) occurred and was reached 14 million cells/m0. At that time the blooming of Skeletonema occurred (99,8 %) and Noctiuca was only reached 0,2 %.
The pattern of the densities of phytoplankton were in opposite to the pattern of the densities in this bay in general and the pattern of the rain fall.
The relationship of densities and environmental condition were very significant (p<0,01) in May, November, and February; and were significant (p<0,05) in July and September. Nitrate was much influenced the phytoplankton densities, while phosphate was not so. The inter-action of nitrate-phosphate was significantly influenced and positive to the growth of phytoplankton in May and February, while in November was significant and negative. The interaction temperature-oxygen was significant and negative to the phytoplankton growth in July. In September, the inter-action temperature-salinity was significant and positive to the phytoplankton growth.
As the result of high influx of domestic wastes to the water of the Jakarta Bay, the fact that the water was always in bloom condition and fish and benthic animals mortalities frequently occurred. This condition reflects the tendency of the eutrophic process. This means that the
As the result of high influx of domestic wastes to the water of the Jakarta Bay, and the fact that the water was always in bloom condition, and fish and benthic animals mortalities frequently occurred, reflects the tendency of the eutrophic process. This means that the quality of the water is worsening due to the pressure coming from the land.
References : 64 books and papers (1925-1994).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sediono M.P. Tjondronegoro
"ABSTRACT
Administrative and territorial units Indonesian villages and hamlets have, for the last decade or so increasingly come within the sphere of interest of both national and regional planners for the simple reason that a balanced and effective development strategy has to account for the rural hinterland where the majority of approximately 130 million people live. There seems to be a growing consciousness among both planners and other less professional policy makers that sustained economic development of the country would only be possible if villages and hamlets are successful in skillfully exploiting their resources and potencies, and thus becoming growth centers themselves. Therefore, in order that hamlets and villages be enabled to deploy and accelerate the pace of development appropriate measures will continue to be taken by the government. Its interference, having been a long accepted principle, is not the problem. However, where the shoe pinges is in the relative ignorance and lack of data about a good many aspects of rural life, in national and regional level planning boards, encompassing specific patterns of interacting social categories, e.g. institutions and more formal groupings as associations or corporate organizations. There is, moreover a lack of knowledge"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1977
D401
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmad Purwanto Widiyastomo
"Pembangunan wilayah pedesaan masih menjadi kajian menarik dewasa ini, terutama masalah kemiskinan dan peran serta masyarakat yang erat kaitannya dengan pemerataan pembangunan. Salah satu program yang bertujuan menanggulangi kemiskinan dengan mengembangkan swadaya adalah Program PKT. Untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan kebijakan tersebut, dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian (research question), sebagai berikut: (1) bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan Program PKT?; (2) bagaimanakah peranan organisasi desa dalam Program PKT?.
Untuk mendapatkan jawaban pertanyaan penelitian, dilakukan penelitian lapangan (field research) tentang pelaksanaan PICT di Kabupaten Semarang. Sebagai unit analisis dipilih enam desa di Kecamatan Getasan yaitu: desa Somogawe, Jetak, Manggihan, Kopeng, Getasan, dan desa Wates. Dari enam desa tersebut dibagi dua kelompok sample, yaitu: desa yang berhasil dan kurang berhasil melaksanakan proyekproyek PKT.
Tipe penelitian adalah deskriptif-komparatif bertujuan memberikan gambaran terperinci mengenai partisipasi dalam Proyek-Proyek PKT pada tahap perencanaan proyek, tahap pelaksanaan, tahap pemanfaatan hasil dan tahap evaluasi proyek. Tiga proyek yang diteliti adalah (1) proyek prasarana desa; (2) proyek usaha pertanian dan (3) peternakan. Sedangkan nara sumber (informan) sebanyak 45 orang ditentukan dari kelompok sasaran (petani, buruh tarsi, peternak); aparat pemerintah desa dan aparat pemerintah daerah sebagai pengelola proyek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam PRT diartikan sebagai segenap aktivitas yang dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mendukung keberhasilan suatu program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Partisipasi terlaksana secara terorganisasi dalam kelompok-kelompok di tingkat dusun atau desa dengan pengarahan dan pembinaan dari aparat pemerintah.
Proses perencanaan proyek diprakarsai oleh aparat pemerintah. Peran serta masyarakat sasaran terbatas pada perumusan usulan jenis-jenis bantuan proyek yang akan diberikan melalui proyek-proyek PKT. Peran serta masyarakat tergolong bank terutama pada tahap pelaksanaan proyek dan pemanfaatan hasil. Dukungan kelompok sasaran sebagai pengembangan usaha (resources input) berupa dana, tenaga dan materi pada pelaksanaan proyek telah melebihi jumlah bantuan modal dari PKT. Terutama pada proyek-proyek yang dilaksanakan secara swakelola, yaitu: (1) proyek bak PAH; (2) proyek usaha pertanian dan (3) peternakan di desa Somogawe, Manggihan dan Getasan. Manfaat dari proyek pasar desa dan bak PAH telah dirasakan langsung oleh masyarakat di desa Somogawe dan Jetak. Sedangkan usaha pertanian dan peternakan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, terutama di desa Manggihan, Getasan dan desa Wates.
Mekanisme kerja PKT, diawali dalam kegiatan organisasi dalam birokrasi pemerintah daerah. Bentuk kerja sama multi sektoral dilaksanakan dengan kerja sama antar instansi pemerintah, bukan dalam pendekatan terpadu memecahkan permasalahan kemiskinan di pedesaan. Sehingga tahap pelaksanaan, proyek prasarana desa tidak berbeda dengan proyek sektoral dari masing-masing dinas daerah.
Peranan aktif organisasi desa dalam pelaksanaan proyek adalah (1)atpel PKT dan (2) LKMD sebagai pelaksana teknis administratif pengelolaan bantuan proyek, terutama di desa Somogawe, Manggihan dan Getasan. Usaha pengembangan proyek PKT secara berkelanjutan telah mendorong berkembangnya aktivitas 1embaga-lembaga masyarakat, seperti: kelompok tani dan kelompok peternak di desa Somogawe, Manggihan, Getasan dan desa Wates. Pengembangan proyek secara swadaya dengan sistem bergulir (revolving fund) dalam proyek usaha pertanian dan peternakan, telah dapat mengembangkan tingkat sosial-ekonominya secara swadaya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"A study on the diversity of mollusc communities inhabiting the seagrass bed of Pulau Gazumbo,Penang,wich is known as a manmade island covered with seagrass communities in Malaysia,was conducted...."
MAREIND
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Punta Yoga Astoni
"

Pengelolaan Taman Nasional mempunyai fungsi ekologis dan fungsi pemanfaatan yang mempunyai nilai ekonomi. Hal tersebut menimbulkan potensi konflik yang berkepanjangan antara negara dan masyarakat lokal. Adanya kompleksitas permasalahan tersebut maka pada tesis ini berfokus pada pokok penelitian kedudukan hukum dan pelaksanaan kearifan lokal dalam sistem pengelolaan taman nasional di Indonesia dalam kegiatan wisata alam berbasis ekowisata. Dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian normatif empiris. Metode yang digunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Hasil dari penelitian ini terkait kedudukan hukum pada kegiatan ekowisata pada taman nasional dasarnya memiliki hubungan kolaboratif dengan masyarakat lokal. Adanya interaksi antara wisatawan, masyarakat setempat, pemerintah, dan pengusaha merupakan mata rantai yang tak terpisahkan. Maka model pengelolaan taman nasional harus memperhatikan dinamika ekosistem di wilayah sekitarnya. Pengelolaan taman nasional ini guna penguatan/pemberdayaan masyarakat sekitar. Popularitas wisata di kawasan Gunung Bromo dan sekitarnya serta keunikan Gunung Semeru sebagai gunung tertinggi di jawa menjadikan taman nasional ini sebagai tujuan wisata baik domestik maupun internasional. Upaya yang dilakukan oleh Taman Nasional melakukan zonasi yang adaptif, pemenuhan sarana dan prasarana ekowisata serta upaya pembinaan masyarakat lokal (Adat Tengger) agar mereka mendapatkan keadilan ekonomi dan menjalankan partisipasi publik pada pembentukan kebijakan pemanfaatan kegiatan ekowisata secara kolaboratif.


Management system’s function of national park is ecological and beneficial with economical value. This matter raise prolonged conflict possibilities between the nation and local people. With said problem’s complexity, this Thesis would focus on core research of law’s standing and implementation of local wisdom within Indonesian national parks’ management system on ecotourism based natural tourism activities. This research uses empirical normative. Applied methods are field and literature researches. Research’s analytical results correlated with how basically law’s standing on ecotourism activities in national park and local community has collaborative relationship. Interaction between tourists, local community, government, and business owners is the link unseparable link from tourism activities. Hence, management model of national parks needs to pay attention to surrounding areas’ecosystem dynamics. Management of national parks are done for surrounding community’s empowerment. Tourism popularity in Bromo Mountain, its surrounding area and the unique tallest mountain in Java, Semeru, makes this national park a good international or domestic destination. Efforts are done by the national park by implementing adaptive zones, fulfilment of facilities, infrastructures and coach the development of local communities (Adat Tengger) to obtain economical justice and have public participation within establishing collaborative ecotourism utilization activities policy.

"
2018
T52403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>