Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 739 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muchlis Rantoni Luddin
"ABSTRAK
Pertumbuhan kota biasanya berhubungan dengan adanya gejala urbanisasi, yang lazim diartikan sebagai proses perubahan proporsi penduduk yang berdiam di daerah perkotaan. Dengan kata lain urbanisasi baru dapat terjadi apabila angka pertumbuhan penduduk perkotaan lebih besar daripada angka pertumbuhan penduduk pedesaan. Bila angka pertumbuhan penduduk di kedua daerah itu sama, urbanisasi dapat dikatakan tidak terjadi.
Para ahli melihat bahwa pertumbuhan kota berlangsung karena dua hal, yakni apa yang disebut sebagai pertumbuhan alami sebagai selisih kelahiran dan kematian, serta reklasifikasi dan migrasi. Faktor yang terakhir ini memberikan kontribusi pertumbuhan kota berupa pertambahan penduduk karena migrasi masuk ke kota dan penggabungan wilayah kota disebabkan perluasan wilayah dan reklasifikasi desa menjadi wilayah kota.
Reklasifikasi dan migrasi umumnya lebih banyak terjadi pada wilayah-wilayah yang berdekatan dengan pusat perkotaan, di mana hampir seluruh kegiatan masyarakat, baik itu yang berhubungan dengan kegiatan pemerintahan, perdagangan sosial budaya maupun kegiatan lainnya dipusatkan.
Dilihat dari sudut itu, urbanisasi yang terjadi bisa diartikan sebagai proses menjadi kotanya suatu daerah atau wilayah pedesaan akibat adanya pengaruh yang kuat dari kegiatan pusat perkotaan. Dengan demikian wilayah pedesaan akan mengalami proses menjadi kota bila kegiatan-kegiatan yang bersifat kekotaan terjadi di daerah pedesaan.
Kegiatan kekotaan pada dasarnya membawa pengaruh perubahan terhadap masyarakat pedesaan, terutama yang berkaitan dengan pola kegiatan masyarakat. Perubahan ini semakin tampak dengan jelas apabila kita melihat bentuk-bentuk kegiatan ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan perilaku orang desa. Secara sepintas lalu perubahan-perubahan itu terjadi akibat berkembangnya kebudayaan kota yang memasuki wilayah pedesaan, sehingga kehidupan pedesaan mengalami proses perkotaan.
Urbanisasi (proses menjadi kota) juga terlihat di desa Sepanjang Jaya Kota Administratif Bekasi. Secara fisik desa Sepanjang Jaya berkembang dengan makin tumbuhnya wilayah desa dengan berbagai pembangunan perumahan, pembangunan fasilitas perkotaan seperti prasana dan sarana jalan, fasilitas penerangan jalan berupa sekolah-sekolah dan lain sebagainya.
Perkembangan wilayah desa seperti di atas berakibat tumbuhnya kesadaran untuk berusaha mengadakan proses penyesuaian dengan situasi yang berkembang. Kegiatan-kegiatan seperti menyekolahkan anak, bekerja di sektor industri, berdagang sebagai usaha diversifikasi kegiatan ekonomi dilakukan masyarakat.
Adanya perubahan semacam ini muncul ketika desa Sepanjang Jaya ditetapkan sebagai salah satu desa di kota Administratif Bekasi. Secara formal desa Sepanjang Jaya dibentuk sejak tahun 1981 berdasarkan peraturan pemerintah RI nomor 48, bertepatan dengan pembentukan kota Administratif Bekasi. Penetapan ini sekaligus mensahkan bahwa desa Sepanjang Jaya berada di bawah pembinaan langsung Wali Kota Administratif Bekasi.
Perubahan seperti di atas memberi peluang yang besar kepada wilayah desa untuk membangun dirinya dalam pola pembangunan kawasan Jakarta-Bogor-Tangerang dan Bekasi (JABOTABEK), yang berfungsi sebagai daerah penyangga ibukota Jakarta.
"
1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Arifianto
"Kota-kota di dunia terus mengalami pertumbuhan, baik dari segi ukurannya maupun dari sisi demografinya. Kondisi ini akan membawa tantangan tersendiri bagi wilayah perkotaan. Dengan makin banyaknya penduduk yang tinggal di kota maka tuntutan akan pemenuhan kebutuhan dan pelayanan mendasar di wilayah perkotaan juga akan meningkat. Permintaan akan kebutuhan dan fasilitas perkotaan mendasar seperti fasilitas pendidikan, air bersih, sanitasi, persampahan, listrik, komunikasi dan lain sebagainya akan meningkat. Tesis ini mencoba untuk mengukur kinerja kota-kota di Pulau Jawa, baik metropolitan, besar maupun sedang dalam memenuhi kebutuhan dan pelayanan mendasar bagi penduduknya dengan menggunakan pendekatan City Development Index (CDI).
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum pemenuhan kebutuhan dan pelayanan dasar di kota metropolitan lebih baik daripada kota besar dan pemenuhan kebutuhan dan pelayanan dasar di kota besar lebih baik daripada kota sedang. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa kota yang memiliki kinerja di bawah rata-rata dalam hal penyediaan air bersih, sanitasi, limbah rumah tangga, sampah, kesehatan dan aktivitas perekonomian.

Cities in the world continues to experience growth, both in terms of size and demography. This situation will bring challenges for these cities. With the increasing number of people living in cities the demand for basic need and facilities will also increase. The demand of basic facilities and needs such as education facilities, clean water, sanitation, garbage, electricity, communications and others will increase. This thesis attempts to measure the performance of cities in Java, whether metropolitan, large or medium in meeting basic needs and services for its residents by using City Development Index (CDI) approach.
The results show that the overall fulfillment of basic needs and services in a metropolitan city is better than big cities and the fulfillment of basic needs and services in big cities is better than the medium city. In addition the research also shows that there are several cities that have a performance below average in terms of water supply, sanitation, household waste, garbage, health and economic activity."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T27560
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaviani Charra Analita Utami
"Dengan semakin banyaknya orang yang tinggal di daerah perkotaan, ada kebutuhan yang meningkat untuk memiliki kota yang berkelanjutan. Sharing economy muncul dalam satu dekade terakhir, membawa dampak di perkotaan dan dipromosikan sebagai cara untuk mencapai kota yang berkelanjutan. Dengan berbagi sumber daya yang tidak digunakan di kota, model ekonomi baru ini dianggap dapat menopang ekonomi, masyarakat, dan lingkungan kota. Studi sebelumnya secara normatif telah membahas hubungan antara keberlanjutan dan sharing economy secara keseluruhan. Namun, studi empiris tentang keberlanjutan yang berasal dari bentuk-bentuk tertentu dari sharing economy, khususnya space sharing, masih terbatas. Selain itu, meski studi kuantitatif yang menghubungkan beberapa bentuk ekonomi berbagi dengan keberlanjutan ada, seperti di bidang space sharing jarang ditemukan. Mengisi kekosongan dalam penelitian, penelitian ini ingin mempelajari dampak sharing economy pada keberlanjutan melalui studi kasus coliving yang memanfaatkan apartemen kosong di Jakarta. Studi ini akan mengidentifikasi secara nilai-nilai berkelanjutan yang timbul dari coliving melalui wawancara mendalam dengan penyewa dan operator. Studi ini juga akan mencoba memahami sejauh mana keberlanjutan dari coliving dianggap bernilai.

With a growing number of people living in urban areas, there's an increasing need to have sustainable cities. The sharing economy has emerged in the past decade, making impacts in cities while being promoted as a way to achieve sustainable cities. By sharing a city's idle resources, the new economic model is deemed to sustain a city's economy, community, and environment. Past studies have normatively discussed the linkage between sustainability and the sharing economy as a whole. However, empirical studies on sustainability coming from certain forms of the sharing economy, particularly space sharing, are still limited. Moreover, while quantitative studies linking some forms of sharing economy with sustainability exist, such in the field of space sharing is also scarce. Filling the gaps in research, this study would like to study the impact of sharing economy on sustainability through the case of coliving that utilizes vacant apartments in Jakarta. This study will identify the sustainable values arising from coliving through in-depth interviews with tenants and operators. This study will also try to understand the extent to which the sustainability of coliving is valued."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Khoiriana
"Kota Bandung sering disebut-sebut sebagai "Kota Kembang", "Kota Taman", "Kota Wisata Kuliner", "Kota Fashion" atau "Paris Van Java" dan lain sebagainya adalah bagian dari brand image Kota Bandung. Terdapat keterkaitan atau persepsi masyarakat pada suatu merek kota yang dilandasi pada banyaknya pengalaman dalam mengkomunikasikannya. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan pembentukan citra untuk mewujudkan city branding yang optimal, guna mendukung citra sebuah kota menjadi lebih baik dan berdayasaing. Dua aspek pembentukannya adalah aspek komunikasi secara langsung dan tidak langsung.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola spasial brand image Kota Bandung yang terbentuk berdasarkan klasifikasi area pusat, peralihan dan pinggir kota serta menganalisis faktor apa yang mempengaruhi brand image Kota Bandung.
Metode penelitian ini adalah metode analisis spasial dan komparatif deskriptif berdasarkan klasifikasi area sampling yaitu area pusat, peralihan dan pinggir kota dengan pengambilan sampel dilakukan secara teknik accidental sampling.
Pola spasial brand image Kota Bandung berdasarkan klasifikasi area di pusat kota terbentuk lima brand image yaitu Kota Bandung sebagai "Kota Belanja", "Kota Taman", "Kota Wisata", "Kota Kuliner" dan "Kota Fashion".
Berbeda dengan area peralihan dan pinggiran Kota Bandung, dimana brand image Kota Bandung yang terbentuk diarea peralihan kota yaitu Kota Bandung sebagai "Kota Wisata" sedangkan diarea pinggir kota terbentuk dua brand image yaitu Kota Bandung sebagai "Kota Taman" dan "Kota Wisata". Faktor yang mempengaruhi brand image Kota Bandung adalah aspek komunikasi, yang keberadaanya bersifat tangible dan intensif diarea pusat kota. Sementara itu, diarea peralihan dan pinggir kota dipengaruhi oleh aspek komunikasi secara tidak langsung yang didasarkan pada banyaknya pengalaman masyarakat Kota Bandung dalam mengkomunikasikan brand image Kota Bandung.

Bandung City is often known as "Kota Kembang", "Kota Taman", "Kota Wisata Kuliner", "Kota Fashion" or "Paris Van Java" and so forth is part of the brand image Bandung City. There is a correlation or perception of society in a city brand based on many experiences in communicating it. Therefore, we need an image formation plan to realize the optimal city branding, in order to support the image of a city to be better and competitive. Two aspects of its formation are the aspects of communication intentional and unintentional.
The purpose of this research is to know the spatial pattern of brand image Bandung City that is formed based on the classification of downtown area, transition and periphery and to analyze what factors affect the brand image Bandung City.
This research method is spatial analysis and comparative descriptive based on classification of sampling area consist of downtown area, transition and periphery with sampling is done by accidental sampling technique.
Spatial pattern of Bandung City s brand image based on downtown area classification formed five brand image of Bandung as Kota Belanja Kota Taman Kota Wisata Kota Kuliner dan Kota Fashion.
In contrast to the transition area and peripheryof Bandung, where the brand image of Bandung City is formed in the transition area of Bandung City as Kota Wisata while the periphery are formed two brand image of Bandung as Kota Taman and Kota Wisata. Factors affecting the brand image of Bandung is the aspect of communication, which existence is tangible and intensive in downtown area. Meanwhile, the transition area and periphery is influenced by unintentional communication aspects based on Bandung society experiences in communicating the brand image of Bandung City.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofi Isnaeni Haqi
"Adanya persaingan bisnis global masa kini salah satunya mendorong masing-masing daerah untuk berinovasi dengan lebih memanfaatkan potensi daerahnya masing-masing, khususnya di sektor pariwisata, agar dapat meningkatkan sektor ekonomi. Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan melalui peningkatan kunjungan adalah dengan menciptakan destinasi wisata/kota yang dikenal oleh wisatawan maupun wisatawan potensial. Oleh karena itu, terdapat upaya masing-masing daerah, khususnya Kota Sukabumi, dalam menciptakan atau membangun karakter daerahnya agar mudah dikenali oleh target pasar wisatawa.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi persepsi wisatawan domestik dan wisatawan domestik potensial mengenai pemetaan potensi wisata Kota Sukabumi untuk dijadikan sebagai dasar pembangunan city brand atau citra Kota Sukabumi sekaligus dasar perumusan strategi pemasaran citra Kota Sukabumi.
Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, data diperoleh melalui penyebaran kuesioner dengan teknik simple random sampling yang disebarkan pada 97 responden. Kriteria dari responden salah satunya adalah pernah mengunjungi Kota Sukabumi dan/atau pernah terpapar atau mencari informasi mengenai Kota Sukabumi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi wisatawan domestik dan wisatawan domestik potensial mengenai pemetaan potensi wisata Kota Sukabumi.

The fact that there are global business competition to the present time, it rsquo s encourage many local government to innovate and using more their potential, especially in tourism, in order to enhance their economic sector. One of the ways to raise the income through the increasing visitation number, it caused by the city or the tourist destinations are well known by domestic tourist and domestic tourist potential. Hence, there are efforts of each region, especially Sukabumi City, in creating or building the character of the region so as to be easily identified by market target, or tourist.
This research was conducted for the purpose to identify perception of domestic tourists and domestic tourists potential or travelers on mapping tourism potential of Sukabumi city. The result will used as a base for development of city brand of Sukabumi city as well as its marketing strategy.
Using the quantitative approach, data is collected by distribution of questionnare to 97 responden with simple random sampling technique. One of the criteria of respondents is ever visite Sukabumi city and or ever been exposed or looking information about Sukabumi city.
The results show that there are differences of perception of domestic tourists and domestic tourists potential or travelers on mapping tourism potential of Sukabumi city.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Widya Pratama
"ABSTRAK
Kota Lama Semarang adalah kawasan historis yang penuh dengan nilai sejarah, arsitektur, budaya dengan bangunan-banagunan era kolonial yang masih berdiri seja era kolonial. Dalam perkembangannya, kawasan ini telah mengalami perubahan citra dari kota yang terkesan hidup menjadi kota yang terksesan mati pada era setelah kemerdekaan. Lalu kawasan ini mulai terasa mulai hidup lagi sejak sekitar tahun 2010. Perubahan citra disebabkan terjadinya kekosongan serta kurangnya kesadaran masyarakat dan pemerintah untuk mengonservasikannya. Namun pada tahun 2010 kawasan ini mulai diperhatikan dengan dipugarnya beberapa bangunan seperti Gereja Blenduk. Langkah selanjutnya yang dibutuhkan yaitu adalah untuk melestarikan kawasan ini dari aspek nonfisiknya. Salah satu pendekatannya yaitu melalui studi simbolisme ruang urban. Beberapa cara untuk menganalisis simbolisme ruang urban yaitu dengan menganalisis perkembangan kota lama semarang melalui aspek sejarah, lalu menganalisis karakteristik aspek-aspek fisik ruang urbannya, dan menganalisis kedua poin tersebut dengan cara menganalisis tingkatan pemaknaan yang terjadi di sana. Diharapkan, pada akhirnya masyarakat dan pemerintah semarang dapat mengetahui bahwa dengan mengetahui urban simbolisme kota lama semarang dapat menjadikan kota lama semarang sebagai kawasan dengan yang dapat disadari dan mudah diterima oleh manusianya sehingga tidak terkesan mati lagi dan dapat bersaing dengan kawasan lainnya.

ABSTRACT<>br>
The Old City of Semarang is a historical area full of historical, architectural, cultural values with colonial era buildings still standing there until nowadays. In its development, the district has undergone a change of image from a city that impressed live into a deadly city in the post independence era. Then the district began to feel started to live again since around the year 2010. Image changes due to the vacancy of the buildings and lack of public awareness and the government to conserve it. But in 2010 this area began to be noticed by conserving some buildings such as Blenduk Church. The next step required is to preserve this area from its nonphysical aspect. One approach is through the study of urban space symbolism. Some ways to analyze the symbolism of urban space is to analyze the development of the old city through the aspect of history, then analyze the characteristics of the physical aspects of urban space and analyze those two points by analyzing the level of meaning that occurred there. Hopefully, by understanding the urban symbolism, Old City Semarang will be conserved better and can be a district which can be perceived, remembered and accepted by people so that does not seem dead again and can compete with anther region. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nur Muslimah Koswara
"Penelitian ini membahas konsep city branding dan personal branding. Tipologi city branding yang diteliti adalah smart city. Sementara personal branding yang diuji adalah pemimpin kota. Penelitian ini menguji pengaruh kedua konsep tersebut melalui pendekatan penelitian kuantitatif dengan desain eksplanatif. Responden adalah 400 masyarakat di Kecamatan Coblong, Cicendo, Bandung Wetan, dan Sumur Bandung, dengan teknik sampling kuota. Teknik analisis data dengan analisis data deskriptif dan regresi linier untuk membuktikan hipotesis penelitian. Sementara, untuk mencari faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan personal branding digunakan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh faktor-faktor city banding Bandung smart city terhadap personal branding Ridwan Kamil positif dan signifikan. Penelitian ini menunjukkan 2 dua faktor dalam membentuk city branding Bandung smart city, yaitu place brand assets dan place brand values.

This study discusses the concept of city branding and personal branding. City branding typology which has been analysed is smart city. While the personal branding which has been investigated is the leader of city. This research analyses the influence both of two concepts through quantitative research approach with explanative design. Respondents were 400 citizen in Coblong, Cicendo, Bandung Wetan, and Sumur Bandung District, which selected by quota sampling techniques. Techniques of data analysis, such as descriptive data analysis and linier regression to verify research hypotheses. While factors analysis is used to find the factors which influencing conformation Ridwan Kamil`s personal branding as the Mayor of Bandung city. The results showed a positive and significant influence of The City Branding`s Factors of Bandung Smart City towards Ridwan Kamil`s Personal Branding. On the other hands, this research show 2 two factors in city branding Bandung smart city conformation, such as place brand assets and values."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50080
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachma Fitriati
Jakarta: Sekretariat Jenderal DPD RI, 2017
307.1 RAC s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
White, Rodney R.
New York: John Wiley & Sons, 1994
307.1 WHI u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Simonds, John Ormsbee
New York : McGraw-Hill , 1994
307.12 SIM g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>