Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shelma Nursyahbani
"Kanker merupakan penyakit kronis yang banyak menyerang individu. Selama melaksanakan pengobatan, pasien kanker membutuhkan dampingan dan perawatan yang umumnya dilakukan oleh anggota keluarga. Melakukan perawatan terhadap pasien kanker sendiri merupakan aktivitas yang berat dimana anggota keluarga rentan mengalami tekanan terhadap aktivitas perawatan dan mengalami caregiver burden. Di sisi lain, resiliensi merupakan suatu karakteristik yang memungkinkan individu untuk beradaptasi dan terus berkembang ketika menghadapi tekanan. Oleh sebab itu, resiliensi diperlukan untuk membantu anggota keluarga dalam menjalankan peran sebagai caregiver. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi resiliensi terhadap caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Sebanyak 86 partisipan yang merupakan family caregiver pasien kanker di Indonesia terlibat dalam penelitian ini. Family caregiver yang berpartisipasi memiliki usia dengan rentang 18-65 tahun (M = 35,87). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian merupakan Zarit Burden Interview (ZBI) untuk mengukur caregiver burden dan Connor Davidson Resilience Scale 10 (CD-RISC 10) untuk mengukur resiliensi. Hasil analisis regresi menunjukkan 9,5% varians caregiver burden dapat dijelaskan oleh resiliensi. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa resiliensi berkontribusi terhadap caregiver burden pada family caregiver pasien kanker.

Cancer is a chronic disease that affects many individuals. During the treatment period, cancer patients needed assistance and care which is often carried out by their family members. Caring for cancer patients is a strenuous activity where family members are vulnerable to experience caregiver burden. On the other hand, resilience is a characteristic that allows individuals to adapt and thrive when faced with pressure. Therefore, resilience is needed to assist family members in carrying out their role as caregivers. This study aimed to see the contribution of resilience to caregiver burden on family caregiver of cancer patient. A total of 86 participants who are family caregivers of cancer patients in Indonesia were involved in this study. Participants who took part in this study had an age range of 18-65 years (M = 35,87). Instruments used in this study are Zarit Burden Interview (ZBI) that measures caregiver burden and Connor Davidson Resilience Scale 10 (CD-RISC 10) that measures resilience. The regression analysis results showed that 9,5% of the variance in caregiver burden can be explained by resilience. Therefore, it can be concluded that resilience contributed to caregiver burden on family caregivers of cancer patients."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Michaely Aurelia Goldiny Lengkey
"Kasus demensia di Indonesia diperkirakan ada sekitar 1,2 juta orang pada tahun 2016 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 2 juta pada 2030 dan 4 juta pada 2050 (Alzheimer’s Indonesia, 2016). Jumlah penderita demensia yang akan terus meningkat juga menggambarkan peningkatan akan kebutuhan caregiver untuk mendampingi kebutuhan harian pengidap demensia, baik fisik maupun mental. Pada sisi lain, seringkali anggota keluarga kurang berpengalaman dalam proses caregiving bagi orang dengan demensia (ODD) karena gejala demensia yang tidak disadari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara caregiver burden dengan perceived social support pada cucu berusia dewasa muda yang menjadi family caregiver bagi kakek atau nenek mereka yang mengalami demensia. Responden penelitian ini terdiri dari 33 cucu berusia 18-26 tahun yang menjadi pendamping atau caregiver bagi kakek atau nenek mereka yang mengidap demensia. Alat ukur yang digunakan adalah Zarit Burden Interview (Zarit, Reever & Bach-Peterson, 1980) dan Multi-dimensional Scale of Perceived Social Support (Zimet et al., 1988). Hasil analisis korelasi Pearson menunjukan bahwa caregiver burden tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan perceived social support, namun nilai koefisien korelasi di antara kedua variabel tersebut cukup tinggi dan memiliki arah positif sebesar 0,981 (𝑟 2 = 0,962361). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa cucu sebagai caregiver memerlukan bantuan orang lain yang dipersepsikan sebagai sebuah dukungan (perceived social support) untuk menghadapi tantangan sebagai caregiver ODD dan untuk meminimalisir burden yang dirasakan sebagai caregiver.

Dementia cases in Indonesia are estimated to be around 1.2 million people in 2016 and are expected to increase to 2 million in 2030 and 4 million in 2050 (Alzheimer's Indonesia, 2016). The number of people with dementia that will continue to increase also illustrates the increasing need for caregivers to accompany the daily needs of people with dementia, both physically and mentally. On the other hand, family members often lack experience in the caregiving process for people with dementia because of unconscious symptoms of dementia. This study aims to determine the relationship between caregiver burden and perceived social support for young adult grandchildren who become family caregivers for their grandparents with dementia. Respondents in this study consisted of 33 grandchildren aged 18-26 years who became caregivers for their grandparents with dementia. The measuring instruments used in this study are the Zarit Burden Interview (Zarit, Reever & Bach-Peterson, 1980) and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (Zimet et al., 1988). The results of the Pearson correlation analysis show that the caregiver burden does not have a significant correlation with perceived social support, but the correlation coefficient between the two variables is quite high and has a positive direction of 0.981 ( = 0,962361). The results showed that grandchildren as caregivers need the help of others who are perceived as a support (perceived social support) to face challenges as caregivers of people with dementia and to minimize the perceived burden of being a caregiver."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Putri Adyan
"Penelitian korelasional ini bertujuan untuk melihat hubungan antara beban pengasuhan dan resiliensi keluarga pada perempuan dari keluarga pengasuh lansia. Sebanyak 146 family caregiver perempuan yang sedang merawat lansia, baik yang tinggal bersama lansia maupun tidak, berpartisipasi dalam penelitian ini. Alat ukur Zarit Burden Interview (ZBI) digunakan untuk mengukur beban pengasuhan, sedangkan alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) digunakan untuk mengukur resiliensi keluarga. Berdasarkan uji korelasi menggunakan teknik analisis Pearson Correlation dengan metode bootstrap, terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara beban pengasuhan dan resiliensi keluarga pada family caregiver perempuan yang mengasuh lansia (r(146) = 0,36; p < 0,01). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin kuat resiliensi keluarga yang dimiliki oleh family caregiver, semakin rendah beban pengasuhan yang dipersepsikan. Begitu pula sebaliknya. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para praktisi dalam mengembangkan intervensi beban pengasuhan yang fokus pada pengembangan resiliensi keluarga bagi family caregiver perempuan.

This correlational research aims to examine the relationship between caregiver burden and family resilience on female family caregivers of elderly during the COVID-19 pandemic. A total of 146 female family caregivers participated in this research. Zarit Burden Interview (ZBI) is used to measure caregiver burden and Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) is used to measure family resilience. According to the correlation test using the Pearson Correlation technique with bootstrap method, it is found that there’s a significant, negative relationship between caregiver burden and family resilience amongst female family caregivers of elderly (r(146) = 0,36; p < 0,01). This result indicates that the higher family resilience, the lower caregiver burden will be perceived, and vice versa. Therefore, this research can be used as a reference for practitioners in developing caregiving interventions that focus on developing family resilience for female family caregivers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Lestari
"Stroke merupakan penyebab kecacatan, perubahan kognitif dan perilaku berdampak terhadap ketergantungan tinggi pada pelaku rawat utama. Perawatan jangka panjang memberikan konsekuensi negatif berupa emosional yang memunculkan beban perawatan. Kelompok swabantu sebagai sumber dukungan bagi pelaku rawat dengan kegiatan refleksi diri dan manajemen stres di dalamnya. Semakin tinggi refleksi diri, semakin menurunkan suasana hati negatif artinya refleksi diri berkontribusi terhadap pertahanan stres seseorang.
Studi ini bertujuan mengetahui penurunan beban pelaku rawat melalui intervensi refleksi diri dan manajemen stres dalam kelompok swabantu di Curug. Desain studi ini menggunakan evidence based practise, total sampling digunakan sebagai teknik pengumpulan datayang berjumlah 30 orang.
Intervensi Refleksi diri dan Manajemen stres dalam kelompok swabantu diberikan sebanyak 5 sesi selama 12 minggu. Intervensi ini menunjukkan terdapat penurunan bebandari ringan- sedang menjadi tanpa beban sampai ringan. Perawat perkesmas dapat menggunakan intervensi refleksi diri dan manajemen stres untuk menurunkan beban pelaku rawat utama merawat klien stroke.

Stroke caused disability, cognitive change and behavior that affects high dependence on primary caregiver. Long term care provides negative consequences of emotional problems that lead to caregiver burden. Self help groups as a support for stroke caregivers have activities self reflection and stress management in it. The higher the self reflection the less negative mood, means self reflection contribute to the defense of one 39 s stress.
This study aims to determine the reduction of caregiver burden through self reflection and stress management interventions in Curug. The design of this study used evidence based practise, data collection was performed by total sampling with a sample size of 30 respondents.
Intervention self reflection and stress management in self help groups were given 5 sessions over 12 weeks. This intervention showed decreasing on caregiver burden from mild to moderate to no burden until light. Nurses especially perkesmas nurse can use self reflection intervention and stress management in self help groups in reducing the burden of caregiver treating stroke clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Purkon Patoni
"Merawat anak leukemia merupakan pengalaman kehilangan pada ibu . Kesenjangan antara harapan dan kenyataan ditambah kondisi relapse menyebabkan ibu mengalami dukacita kronis (Chronic sorrow) dan mempengaruhi perawatan kepada a naknya. Penelitian kualitatif fenomenologi deskriptif ini bertujuan menggali pengalaman ibu merawat anak penderita LLA yang mengalami relapse. Wawancara mendalam pada 10 partisipan dan analisis data dengan Metode Colaizzi, menghasilkan tujuh tema salah satunya adalah perjuangan yang sia sia-sia. Ibu berjuang keras dan mengorbankan segalanya untuk menyembuhkan anaknya. Namun, saat anak mengalami relaps, perjuangan mereka menjadi sia sia-sia dan mereka harus berjuang kembali. Rasa takut kehilangan anak semakin men ingkat, terutama setelah melihat kegagalan pengobatan orang lain. Meski begitu, ibu akhirnya menerima keadaan dan memilih untuk melanjutkan pengobatan anak mereka. Mereka mengumpulkan kekuatan dan harapan untuk menghadapi penderitaan ini, menyadari bahwa melanjutkan pengobatan adalah yang terbaik untuk anak mereka. Perawat diharapkan dapat berkolaborasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkesinambungan pada anak dan orang tua tua.

Caring for a leukemic child is an experience of loss for the mother. The gap between expectations and reality plus the relapse condition causes mothers to experience chronic sorrow and affects the care of their children. This descriptive phenomenological qualitative research aims to explore the experience of mothers caring for children with relapsed leukemia. In-depth interviews with 10 participants and data analysis using the Colaizzi Method, resulted in seven themes, one of which was a futile struggle. Mothers struggle hard and sacrifice everything to cure their children. However, when the child relapses, their struggle becomes futile and they have to fight again. The fear of losing their child increases, especially after seeing other people's treatment failures. Even so, mothers eventually accept the situation and choose to continue their child's treatment. They gather strength and hope to face this suffering, realizing that continuing treatment is best for their child. Nurses are expected to collaborate in providing comprehensive and continuous nursing care to children and parents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Yasmin Maharani
"Stroke merupakan penyebab disabilitas tertinggi yang disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah ke otak. Oleh karena itu, pasien stroke membutuhkan adanya bantuan dari family caregiver untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Banyaknya bantuan dan tuntutan yang harus dipenuhi oleh family caregiver rentan membuat family caregiver merasa terbebani. Melihat permasalahan tersebut, salah satu faktor protektif yang ditemukan mampu membantu family caregiver memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk bangkit dari situasi sulit dan mengurangi beban yang dirasakan adalah resiliensi keluarga. Penelitian ini dilakukan untuk menguji besar peranan resiliensi keluarga pada beban caregiver pada family caregiver pasien stroke. Penelitian dilakukan terhadap 58 family caregiver pasien stroke dengan rentang usia 18–62 tahun. Pengukuran variabel dilakukan menggunakan alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) dan Zarit Burden Interview (ZBI-22). Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa terdapat peranan negatif dan signifikan dari resiliensi keluarga terhadap beban caregiver pada family caregiver pasien stroke (F=10,646, p<0,05, R2=0,16). Hasil tersebut menyimpulkan tingginya resiliensi keluarga dapat berperan terhadap rendahnya beban caregiver. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya untuk menggali lebih dalam mengenai peran resiliensi keluarga dalam menanggulangi beban caregiver.

Stroke is the leading cause of disability and it occurs when blood vessels in the brain are blocked or burst. Due to the resulting disabilities, stroke patients require assistance from family caregivers to perform daily activities. The high demand and support needed from family caregivers make them vulnerable to feeling burdened. Considering this issue, one protective factor that has been found to help family caregivers maximize their potential and reduce the perceived burden is family resilience. This study aimed to examine the significant role of family resilience on caregiver burden among family caregivers of stroke patients. The research involved 58 family caregivers of stroke patients aged between 18 and 62 years. The variables were measured using the Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) and Zarit Burden Interview (ZBI-22). The results of a simple linear regression analysis indicate a significant negative role of family resilience on caregiver burden among family caregivers of stroke patients (F=10,646, p<0,05, R2=0,16). These findings concluded that high family resilience can contribute to a reduced caregiver burden.  It is hoped that the findings of this research will serve as a reference for further studies to explore the role of family resilience in alleviating caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haifa Salma Safiya
"

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh regulasi emosi terhadap beban caregiver pada family caregiver pasien stroke. Strategi regulasi emosi cognitive reappraisal dan expressive suppression diukur menggunakan The Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Radde et al. (2021). Sedangkan beban caregiver diukur menggunakan The Zarit Burden Interview (ZBI-22) yang diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Andina (2018). Sebanyak 57 family caregiver pasien stroke berusia 18 – 62 tahun yang tinggal bersama maupun tidak bersama dengan pasien menjadi responden dalam penelitian. Hasil penelitian dengan metode regresi berganda menunjukkan bahwa regulasi emosi, khususnya strategi cognitive reappraisal memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap beban caregiver pada family caregiver pasien stroke (F = 8,249, p<0,05, R2 = 0,13). Dengan demikian, hasil penelitian dapat dijadikan sumber referensi untuk menentukan strategi regulasi emosi yang efektif dalam meringankan beban caregiver serta acuan para praktisi untuk mengembangkan intervensi penggunaan strategi regulasi emosi reappraisal bagi family caregiver.


This study aimed to examine the effect of emotional regulation on caregiver burden among family caregiver of stroke patients. Two emotion regulation strategies, cognitive reappraisal and expressive suppression were measured using The Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) adapted to Indonesian by Radde et al. (2021). Meanwhile, caregiver burden was measured using the Zarit Burden Interview (ZBI-22), adapted to Indonesian by Andina (2018). A total of 57 family caregivers of stroke patients aged 18 – 62 years who lived together with or without the patient participated in this study. The study's results using the multiple regression method show that emotion regulation, specifically cognitive reappraisal has a negative and significant effect on caregiver burden among family caregivers of stroke patients (F = 8.249, p<0.05, R2 = 0,13). Thus, this study's results can be used as a reference to determine effective emotion regulation strategies to relieve the caregiver's burden. In addition, the research results can also be used as a reference for practitioners in developing interventions using reappraisal for family caregivers.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsania Alicia Rafli
"Merawat anggota keluarga yang memiliki penyakit kanker dapat menjadi sebuah tantangan bagi seorang family caregiver. Tidak jarang family caregiver merasakan caregiver burden atau beban perawatan selama proses perawatan berlangsung. Caregiver self-efficacy atau kepercayaan diri caregiver terhadap kemampuannya dalam melakukan tugas perawatan dengan baik dipercaya dapat menjadi salah satu faktor protektif bagi family caregiver dari caregiver burden. Dengan begitu, penelitian korelasional ini bertujuan untuk menguji hubungan antara caregiver self-efficacy dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Penelitian ini melibatkan 86 family caregiver pasien kanker di Indonesia yang diperoleh dari convenience sampling dengan menyebarkan tautan kuesioner kepada teman, keluarga terdekat, dan beberapa komunitas kanker di Indonesia melalui media sosial. Hasil penelitian dengan menggunakan alat ukur Caregiver Inventory dan Zarit Burden Interview menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver self-efficacy dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Dengan arti, apabila family caregiver pasien kanker memiliki tingkat caregiver self-efficacy yang tinggi maka tingkat caregiver burden akan menurun dan sebaliknya. Peneliti menduga partisipan memiliki tingkat caregiver self-efficacy yang tinggi diakibatkan oleh beberapa faktor dan karakteristik partisipan, salah satunya adalah memiliki perasaan mampu untuk dapat menyelesaikan tugas perawatan dengan baik sehingga memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang sulit dan mengalami caregiver burden yang lebih rendah. Temuan ini dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya mengenai pentingnya caregiver self-efficacy pada family caregiver pasien kanker untuk mencegah dan menghadapi caregiver burden.

Caring for a family member who has cancer can be a challenge for a family caregiver. It is not uncommon for the family caregiver to feel caregiver burden or burden of care during the treatment process. Caregiver self-efficacy or caregiver’s confidence in their ability to perform caring tasks well can be one of the protective factors for family caregiver from caregiver burden. Thus, this correlational study aimed to examine the relationship between caregiver self-efficacy and caregiver burden among family caregiver of cancer patient. This study involved 86 family caregivers of cancer patients in Indonesia obtained from convenience sampling by distributing questionnaires to friends, closest family, and several cancer communities in Indonesia through social media. The results of the study used the Caregiver Inventory and Zarit Burden Interview measuring instruments showed that there was a significant negative relationship between caregiver self-efficacy and caregiver burden among family caregiver of cancer patient. In other words, if the family caregiver of cancer patient has a high level of caregiver self-efficacy, the caregiver's burden will decrease and vice versa. Researchers suspected that participants have a high level of caregiver self-efficacy due to several factors and participant characteristics, one of which is having a feeling of being able to complete care tasks well so that they have the ability to be able to deal with difficult situations and experience a lower caregiver burden. This finding can be the basis for further research regarding the importance of caregiver self-efficacy for family caregiver of cancer patient to prevent and deal with caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mamay Kusumawaty
"Insiden tumor otak tertinggi dilaporkan di Asia sebanyak 156,217 kasus atau 52.6%. Tumor otak adalah jenis kanker yang langka namun mematikan dengan tingkat kelangsungan hidup yang rendah. Pasien dengan tumor otak dengan keluhan gangguan penglihatan, kesulitan berbicara serta gangguan neurologis akan mengalami masalah disfungsi kognitif, neuropsikiatri dan fungsional. Hal ini tidak hanya berdampak kepada pasien, namun juga pada keluarga. Kejadian kanker pada
anggota keluarga meningkatkan beban caregiver yang merawat.
Perawat memiliki peran penting dalam pemberian asuhan kepaerawatan tidak hanya pada pasien, namun juga pada keluarga sebagai caregiver. Dalam melaksanakan perannya sebagai caregiver akan banyak mengalami masalah fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Salah satu pendekatan teori keperawatan yang sesuai untuk diterapkan pada kondisi ini adalah teori Chronic Sorrow yang membahas fenomena spesifik tentang masalah-masalah yang timbul dari penyakit kronis mencakup proses berduka, kehilangan, faktor pencetus dan metode manajemennya. Residen mengaplikasikan Evidence-Based Practice Nursing (EBPN) psikoedukasi yang bertujuan menurunkan burden caregiver pasien dengan tumor otak. Psikoedukasi dalam pengelolaan lima kasus kelolaan berpengaruh signifikan dalam menurunkan burden caregiver yang dinilai dengan menggunakan instrumen Zarit Burden
Interview (ZBI).

The highest incidence of brain cancer was reported in Asia with 156,217 cases or 52.6%. Brain cancer is a rare but deadly type of cancer with a low survival rate. This not only impacts the patient, but also the family. The incidence of cancer in family members increases the burden on caregivers. Nurses have an important role in providing nursing care not only to patients, but also to families. One of the emergence theory approaches that is suitable to be applied to this condition is the theory of chronic grief which discusses the specific phenomenon of problems arising from chronic illness including the process of depression, loss, precipitating factors and methods of management. Residents apply Psychoeducation intervention as Evidence-Based Practice Nursing (EBPN) which aims to reduce the caregiver burden of patients with brain tumors. The result of five managed cases is provides that psychoeducation has significant effect on reducing the burden of caregivers assessed using the Zarit Burden Interview (ZBI) instrument."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prianto Djatmiko
"Latar belakang: Penilaian terhadap masalah beban perawatan (burden of care) yang dialami anggota keluarga yang berperan sebagai care-giver penderita skizofrenia merupakan faktor penting dalam penatalaksanaan skizofrenia yang berkesinambungan dan berbasis pada lingkungan keluarga dan masyarakat (community-based psychiatric care). The Burden Assessment Schedule (BAS) dari the Schizophrenia Research Foundation (SCARF) di India merupakan instrumen yang baik dalam menilai beban perawatan karena meliputi penilaian terhadap komponen beban objektif maupun subjektif yang merefleksikan persepsi care-giver selama merawat penderita skizofrenia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh alat ukur penilaian beban perawatan pada anggota keluarga penderita skizofrenia yang berperan sebagai care-giver dalam Bahasa Indonesia yang valid dan reliabel.
Metoda: Penelitian ini merupakan suatu uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen the Burden Assessment Schedule (BAS) versi Bahasa Indonesia yang meliputi validitas diskriminan, validitas konstruksi, reliabilitas test-retest, reliabilitas inter-observer serta reliabilitas konsistensi internal. Responden penelitian adalah 94 care-giver penderita artritis reumatoid dan 97 care-giver penderita skizofrenia yang datang di RSCM Jakarta dari bulan Oktober 2004 hingga Jull 2005. Analisis statistik dilakukan dengan perangkat lunak program SPSS 13.0 for Windows.
Hasil: Hasil analisis diskriminan menunjukkan kemampuan diskriminasi yang baik dari seluruh items instrumen BAS dengan sensitivitas 85,1%; spesifisitas 89,4% dan akurasi sebesar 87,9%. Nilai titik potong (cult-off score) instrumen BAS pada skor 22. Analisis faktor menunjukkan 5 underlying construct dari ke-20 items instrumen yang sesuai dengan konstruk teori instrumen BAS asli. Reliabilitas eksternal instrumen BAS menunjukkan tidak ada perbedaan nilai antara uji pertama dengan uji ulangnya. Nilai cronbach's alpha instrumen BAS dengan 20 items adalah: 0,886.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa instrumen BAS versi Bahasa Indonesia memiliki validitas dan reliabilitas yang baik dan dapat digunakan untuk menilai beban perawatan pada care-giver penderita skizofrenia.

Background: The assessment of burden of care experienced by family member role as care-giver of schizophrenia patients has became an important factor in continuing management of schizophrenia in term of community-based psychiatric care. the Burden Assessment Schedule (BAS) from the Schizophrenia Research Foundation (SCARP) India, is considered a good instrument because it assess both objective and subjective burden components of burden of care reflected by the care-giver's perception in caring schizophrenia patients.
Objective: The main goal of this study is to obtain the valid and reliable instrument to assess the burden of care experienced by the family of schizophrenia patients in Bahasa Indonesia.
Method: This is the validity and reliability study of the Burden Assessment Schedule in Bahasa Indonesia version consist of discriminant validity, construct validity, test-retest reliability, Inter-observer reliability and internal consistency reliability. The total numbers of respondents are 94 care-givers of Rheumatoid Arthritis patient and 97 care-givers of Schizophrenia patients. All participants were recruited from Cipto Mangunkusumo General Hospital Jakarta in period October 2004 to July 2005. The statistical analysis was conducted using SPSS 13.0 for Windows software program.
Result: All items of the BAS instrument in Bahasa Indonesia version have a good validity. The sensitivity score is 85.1% while the specificity is 89,4% and the accurate- are 87,9%. The cut-off score of the instrument is 22. The factor analysis shows that the BAS instrument in Bahasa Indonesia version has 5 underlying construct of their 20 items in line with of the theoretical construct of the original version of the BAS instrument. The assessment of the external reliability of the BAS instrument shows that there are no differences in score between the first trial and the retest result. The Cronbach's alpha score of the BAS instrument with 20-items are 0,886.
Conclusion: This study shows that the BAS instrument in Bahasa Indonesia version has a good validity and reliability and can be used to assess the burden of care in care-giver of the schizophrenia patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 >>