Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanny Sri Lestari
"ABSTRAK
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi di bumi
ini, tetapi manusia bukanlah ciptaan Tuhan yang paling
sempurna dari seluruh ciptaannya. Oleh karena itu manusia
bukanlah mahluk yang sempurna. Manusia sebagai oiptaan Tuhan
merupakan oermin dari kekuasaan Tuhan terhadap segala vans
dioiptakannya. Di dalam diri manusia diperlihat unsur~unsur
kebesaran dari Tuhan. Di dalam diri _ manusia Tuhan
memperlihatkan bahwa manusia itu memiliki sifat-sifat yang
menyerupai gambaran alam semesta. Sebagai contoh kecil saja,
di dalam diri setiap manusia pasti terdapat unsur kekurangan
dan kelebihan yang jika diperhatikan dengan seksama bagaikan
unsur siang dan malam yang saling berganti atau mengisi dalam
kehidupan ini.
Sifat-sifat manusia ini Selain menunjukkan kebesaran Sang
Penciptanya juga merupakan tantangan tersendiri bagi manusia.
Manueia menganggap bahwa pemberian Tuhan yang eatu ini
merupakan suatu tantangan yang berujud kenikmatan. Tantangan
yang harua dipecahkan teka-tekinya. Tetapi kenikmatan karena
ujudnya dapat ditunjukan Salah satunya melalui bentuk puisi.
Pengejawantahan dalam bentuk puisi ini dapat dinikmati
keindahannya melalui pilihan kata yang dapat ditentukan oleh
manusia sandiri.
Manuaia berusaha memecahkan tantangan teka-teki pemberian
Tuhan itu. Manusia berusaha mencari Jalan. Salah satu jalan
yang ditempuh adalah dengan memahami makna keheningan. Hening
bagi manusia adalah suatu suasana sepi, atau euatu suaeana
kosong yang tidak hampa. Tetapi hening adalah auatu kosong
yang bermakna. Sebab suaeana yang kosong itu hanya ada dalam
satu pribadi yang sedang merenung atau pribadi yang sedang
mencari sesuatu. Sesuatu yang direnungkan atau dicari hanya
dapat dipahami oleh pribadi itu sendiri.
Pencarian atau perenungan terhadap sesuatu itu tidak lain
adalah suatu prosee beladar untuk memahami kebesaran sang
Pencipta. Proses belajar bukanlah hal yang mudah bagi manusia.
Manusia harus meniti dengan kesabaran yang tinggi, bagaikan memecahkan teka-teki kehidupan itu Sendiri. Keheningan yang
menuntun manusia agar tetap ingat pada Jalur-jalur kehidupan
yang telah digariskan oleh Tuhan, sebab hidup manusia ditangan
Tuhan tetapi kehidupan ada di tangan manusia itu sendiri.
Manusia berhak memilih Jalan kehidupannya aendiri. Sementara
Tuhan sebagai sang Pencipta yang menentukan ape yang dapat
dipilih manusia.
Dari keadaan ini dapat dilihat betapa beaar hubungan
manusia dengan Tuhan. Penghayatan hubungan manusia dengan
Tuhan inilah yang kemudian dicoba untuk dituangkan dalam
karya-karya sastra yang indah"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
"ABSTRAK
Dalam perjalanan kebudayaan bangsa Melayu dan Nusantara pada
umumnya dikenal apa yang disebut chirografik. Rada masa ini
masyarakat tradisional mulai mengenal aksara dan menggunakannya
da1am kehidupan mereka; akan tetapi di sisi lain tradisi lisan
masih bercokol pula dengan kuat. Maka muncullah tradisi resitasi
(recitation) sebagai usaha untuk menyolaraskan antara tradisi
lisan yang sudah mantap dan tradisi tulis yang baru datang.
Masyarakat Hinangkabau yang memiliki tradisi lisan yang kuat
tampaknya juga tidak luput dari pengaruh tradisi keberaksaraan
itu. Hal ini tentu disebabkan oleh persinggungan mereka dengan
kebudayaan-kebudayaan lain. Hal itu dapat dilihat dari tradisi
Basimalin yang diapresiasi oleh masyarakat Minangkabau di daerah
Payakumbuh, Sumatera Barat.
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan beberapa aspek menge-
nai teks dan konteks tradisi Basimalin. Sebagai tradisi pertun-
jukan yang berpedoman kepada naskah tertulis, maka naskah yang
digunakan itu sangat menarik diteliti. Akan tetapi di sisi lain
pertunjukannya sendiri, dengan segala aspek yang terlibat di
dalamnya juga menarik untuk diamati.
Penelitian ini dilakukan. dengan field .research di daerah
Tarantang dan sekitarnya, Kecamatan Harau, Kabupaten 50 Kota,
Propinsi Sumatera Barat. Masyarakat daerah ini mengapresiasi
tradisi Basimalin.
Penelitian terhadap naskah Basimalin menunjukkau bahwa teks
ini cukup tua, walaupun secara kodikologi diperkirakan umurnya
masih muda. ini mengindikasikan kekonstitenan penyalinnya ketika
mengerjakan atau menyalin teks ini.
Dari segi kebahasaan tampak bahwa pengaruh Dialek Payakumbuh
(dilaek O) sangat kentara dalam teks ini. ini menunjukkan bahwa
teks ini disalin oleh orang yang berasal dari daerah ini.
walaupun penelitian ini baru bersifat awal, tapi yang hendak
dituju di sini adalah usaha pendomumentasian tradisi ini.
Diharapkan kekhasan yang terdapat dalam pertunjukan Basimalin
ini; lengkap dengan kekhasan (bahasa) naskahnya, akan dapat
diteliti lebih lanjut oleh para peneliti lain.
Pertunjukan Basimalin dilakukan dengan cara resitasi. Cara
seperti ini sebenarnya kurang begitu dikenal dalam tradisi kesu-
sastraan Minangkabau. Dalam tradisi kesusastraan Minangkabau
jarang sekali digunakan pakem meskipun setelah dikenalnya aksara
Arab~Melayu dan Latin banyak hasil sastra Minangkabau dituliskan
dengan kedua aksara tersebut. Akan tetapi dalam kenyataannya
sampai sekarang versi tulisan itu tetap saja tidak popular; yang
populer tetap saja versi lisannya. "
Pada akhir tulisan ini dilampirkan pula hasil transliterasi
naskah tersebut (tidak lengkap). Dengan demikian pembaca dapat
mengidentifikasi kekhasan bahasa naskah ini."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Rochkyatmo
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Lury, Celia
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998
339.47 LUR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Jurusan Sastra Daerah/Program Studi Jawa FIB UI, 2003
306.089 TAL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: PPK UGM , 2001
613.04 MEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yusuf
"ABSTRAK
Di kalangan masyarakat Minangkabau, Hikayat Tuanku nan Muda Pagaruyung atau Sedjarah Tuanku Rang Mudo hampir-hampir tidak dikenal. Padahal, kedua nama itu merupakan nama lain untuk sebuah cerita rakyat (lisan) yang hingga saat ini masih dikenal dengan baik oleh mereka. Cerita itu ialah Kaba Cindur Hata, yang di dalam bahasa Minangkabau diucapkan dengan Kaba Cindua Hato. Cerita ini kadangkala, seperti pernah digunakan oleh Mansoe'r (1970:71), dikenal dengan Mitos Bunda Kandung dan Cindur Mata. Nama yang terakhir ini oleh masyarakat Minangkabau dikenal dengan curito Bundo Kaaduang jo Cindua Mato.
Di dalam kedudukannya sebagai cerita rakyat, Kaba Cindua Mato, selanjutnya akan disingkat KCM, dikenal secara baik oleh masyarakat. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Van der Toorn (1891A), cerita ini menduduki tempat yang sangat penting di dalam khasanah kesusastraan tradisional Minangkabau. Pendapat itu dikemukakannya di dalam kata pengantar edisi dan terjemahan KCM (ke dalam bahasa Belanda), disertai keterangan mengenai ungkapan-ungkapan Minangkabau yang terdapat di dalam teks KCM. Edisi ini dikatakannya sebagai edisi setengah bagian pertama (150 halaman) dari 500 halaman (jumlah yang disebutnya kalau edisi itu selesai) dan akan segera diikuti oleh "setengah bagian kedua". Pada kesempatan itu Van der Toorn menyebut KCM legenda Melayu-Minangkabau.
Perlu dikemukakan di sini bahwa sejauh yang dapat ditelusuri hingga saat ini penerbitan "separoh kedua" seperti yang dimaksudkan oleh Van der Toorn belum (tidak) selesai. Studi yang khusus terhadap persoalan yang ada di balik tertundanya penerbitan tersebut pun belum pernah dilakukan.
Manan(1967:81) berpendapat bahwa KCM merupakan sebuah cerita rakyat yang tidak saja dikenal oleh segala lapisan masyarakat di Minangkabau, lebih dari itu cerita ini tidak dapat lagi dipisahkan dari kehidupan mereka. Hal ini menurut Manan disebabkan KCM berintikan ajaran adat dan agama sebagai pandangan dan sikap hidup masyarakat, Minangkabau pada zaman dahulu.
Keberatan dapat diajukan terhadap pendapat di atas, yaitu atas anggapan bahwa KCM berintikan ajaran agama sebagai pandangan dan sikap hidup masyarakat Minangkabau pada zaman dahulu, sebab meskipun secara umum kaba dianggap sebagai harta kekayaan bersama, ini tidak berarti bahwa isi atau pesan yang ada di dalamnya sekaligus merupakan pandangan kolektif.
Mansoer (1970:38) dan Dt. Radjo Panghoeloe (1982:83-86) berpendapat bahwa tiap-tiap penyusun tambo (silsilah) dan tukang kaba yang "berkhabar" di hadapan umum, atau yang menyalin maupun membukukannya, bebas menyisipkan pendapat atau pandangan pribadinya atau pendapat umum yang sedang berpengaruh pada suatu ketika. Tiap-tiap penyusun atau tukang kaba, kata Mansoer, pada hakikatnya adalah seorang medeauteur. Dengan demikian, agaknya lebih tepat dikatakan bahwa sebagian unsur-unsur agama yang ada di dalam KCM merupakan pandangan pengarangnya. Dalam hal ini Abdullah (1970:12) menduga bahwa unsur-unsur yang disebutnya dengan unsur mistik tersebut dikarang atau dirumuskan oleh guru-guru mistik pada masa terjadinya pusat-pusat Islam di Minangkabau pada abad ke-17."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T10429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seoul: The Korean Foundation, 1994
R 951.9 KOR II
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Vera V. Syamsi
"Ketika The Beatles mulai dikenal Iuas dan menjadi idola banyak kaum muda di Inggris, kaum mapan di sana mengecamnya dan melarang pemutaran lagu dari kelompok tersebut. Larangan itu terjadi karena kaum mapan merasa adanya ancaman atas otoritas dan wibawa mereka, sementara -sebaliknya- bagi kaum marjinal (dalam hal ini kaum muda dan kelas pekerja) The Beatles merupakan tempat menaruh harapan untuk mendapat kebebasan dan kesempatan yang pada akhirnya adalah perhaikan taraf hidup. Tetapi ternyata sikap `permusuhan' clari kaum mapan itu tidak berlangsung lama dan bahkan pada akhirnya The Beatles di kooptasi dan dipergunakan oleh mereka (dalam hal ini pemerintah) sebagai identitas budaya bangsa tersebut. Selain itu, kelompok musik rock 'n roll itu menimbulkan banyak perubahan dan mengilhami banyak hal Baru tidak saja di Inggris tetapi juga di banyak negara lain di dunia. Karena itu menjadi sangat menarik untuk dianalisa dan diteliti lebih lanjut ideologi apa saja yang berkontestasi dibalik perubahan yang terjadi. Untuk itu penelitian ini dilakukan melalui perspektif kajian budaya dengan pusat perhatian pada momen representasi dan produksi budaya / budaya produksi serta konsumsi. Sedangkan perangkat yang dipergunakan adalah Semiotik yang termuat dalam konsep Mitos yang dikemukakan oleh Roland Barthes.

At the time of its emergence, The Beatles was received with two different reactions; a very enthusiastic and warm welcome by the youth and a very strong objection by parents, teachers and government. The Beatles brought to the surface many things that people didn't realize before and caused many changes. To the youth, it symbolizes freedom, an outlet of expression, a time to be the center of the attention; to the working class people The Beatles was a hope for the eradication of the invisible restriction wrapping them (known as class division) and a medium to go to the higher plane in the society; and to the Establishment The Beatles was an alarm of threat to the power and authority they possessed. With so many interests and ideologies took part behind the sky rocketing popularity of the band, it is very interesting to observe further the phenomenon which later involved many people in the United Kingdom and also the world. More interestingly, the attitudes first showed by the elite group of people called the Establishment has eventually changed. Not only did they accept the group but also now they co-opt the group as nation's cultural identity. Clearly there has been a big change in the society, and this thesis would like to investigate the contesting ideologies behind the change and the circumstance in Britain's present society through cultural studies approach with the focus on moments of Representation and Production / Consumption using Semiotics theory in the concept of Mythology set forward by Roland Barthes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10891
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>