Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febrianna Chadijah
"Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta merilis aplikasi Alpukat Betawi di awal tahun 2020 untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan permohonan pelayanan administrasi kependudukan secara daring, dimana pada saat itu terjadi pandemi Covid-19 dengan adanya pembatasan tatap muka secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana efektivitas e-service dalam administrasi kependudukan melalui aplikasi Alpukat Betawi selama masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan teori enam dimensi model kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan survei kuesioner melalui pengolahan data SPSS 26. Total sampling dilakukan pada masyarakat di Provinsi DKI Jakarta yang secara langsung menggunakan aplikasi Alpukat Betawi, yakni sebanyak 103 responden. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang cukup baik pada keseluruhan kategori penilaian efektivitas pelayanan elektronik Alpukat Betawi, dengan capaian nilai sebesar 2,97. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta perlu meningkatkan sumber daya manusia, perbaikan sistem untuk dapat lebih meningkatkan lagi efektivitas aplikasi Alpukat Betawi.

The DKI Jakarta Provincial Population and Civil Registration Service released the Betawi Avocado application in early 2020 to make it easier for the public to apply for population administration services online, at which time the Covid-19 pandemic occurred with face-to-face restrictions. This study aims to see the effectiveness of e-services in population administration through the Betawi Avocado application during the Covid-19 pandemic. This study uses the six-dimensional theory of DeLone and McLean's Information Systems success model. The research method used in this study is a quantitative method, with data collection techniques using a questionnaire survey through SPSS 26 data processing. Total sampling was carried out in communities in DKI Jakarta Province who directly used the Betawi Avocado application, namely 103 respondents. The results showed quite good results in the overall category of evaluating the effectiveness of the Betawi Avocado electronic service, with a score of 2.97. The DKI Jakarta Province Population and Civil Registration Office needs to improve human resources, improve the system to be able to further increase the effectiveness of the Betawi Avocado application."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurjanah
"Alpukat Betawi merupakan sebuah pelayanan publik elektronik yang memiliki tujuan untuk memudahkan pelayanan administrasi kependudukan di Provinsi DKI Jakarta. Walaupun demikian, tidak semua pelayanan elektronik memiliki kualitas pelayanan yang baik terlihat dari adanya sejumlah permasalahan, seperti sistem yang kurang berjalan dengan baik dan tidak dapat diakses tepat waktu, serta keamanan data yang tidak terbebas dari risiko berbahaya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas Alpukat Betawi menggunakan pendekatan e-service quality. Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik pengambilan data mix method, yaitu menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif melalui survei, wawancara mendalam, dan studi literatur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa e-service quality pada pelayanan kependudukan elektronik Alpukat Betawi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta termasuk ke dalam kategori baik dengan 92%. Hal ini terbukti dari empat dimensi e-service quality yang dikemukakan Papadomichelaki Mentzas (2012) tergolong ke dalam kategori baik yang ditunjukkan pada dimensi efisiensi, dimensi kepercayaan, dimensi keandalan, dan dimensi dukungan bagi masyarakat.

Alpukat Betawi is an electronic public service that has the aim of facilitating population administration services in the DKI Jakarta Province. However, not all electronic services have good service quality, which can be seen from a number of problems, such as systems that do not work well and cannot be accessed on time, and data security that is not free from dangerous risks. Therefore, this study aims to analyze the quality of Alpukat Betawi using an e-service quality approach. The research approach used in this study is quantitative with a mixed-method data collection technique, which combines quantitative and qualitative methods through surveys, in-depth interviews, and literature studies. The results of this study indicate that the e-service quality of the Betawi Avocado electronic population service in the DKI Jakarta Provincial Government is in the good category with 92%. This is evident from the four dimensions of e-service quality proposed by Papadomichelaki Mentzas (2012) which belong to the good category as indicated by the dimensions of efficiency, the dimensions of trust, the dimensions of reliability, and the dimensions of support for the community."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Syamtasiyah Ahyat
Tangerang Selatan: SAM (Serat Alam Media), 2014
305.4 ITA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Waliati Sudradjat
"Penelitian, revitalisasi dan konservasi terhadap bangunan tradisional Betawi telah dilaksanakan Pemerintah DKI Jakarta dalam rangka melestarikan budaya Betawi dan meningkatkan peran pariwisata di Jakarta sebagai salah satu sumber devisa. Desa Marunda Pulo dan Karang Tengah di Rorotan merupakan kawasan Jakarta yang terjauh letaknya dari pusat kota. Desa Marunda Pulo penduduknya merupakan komunitas Betawi Pesisir yang pemukimannya terletak di tepi pantai dan dikelilingi sungai Blencong dan sungai Tiram sedangkan desa Karang Tengah di Rorotan pemukimannya terletak di tengah pesawahan yang sangat luas.
Kedua kawasan ini telah mengalami perubahan sosial budayanya sebagai akibat berkembangnya kawasan industri di sekitar pemukimannya. Walaupun modernisasi sedang dialami kedua masyarakat ini, tetapi pembangunan fisik di kawasan ini belum dirasakan hasilnya, tampak pada rumah tinggal dan kehidupan masyarakatnya.
Beberapa penduduk di kawasan ini masih memiliki rumah tradisional Betawi yang lingkungan dan rumah tradisional Betawi di sini memiliki keunikan yang belum disadari keberadaannya oleh Pemda DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan memberi masukan kepada Pemda DKI Jakarta, dengan mengidentifikasi perubahan fungsi ruang pada rumah tradisional Betawi yang sangat berpengaruh kepada bentuknya, sehingga masalahnya dapat diatasi saat restorasi dan konservasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswantari
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang birokrasi pemerintahan yang paling bawah dalam struktur pemerintahan daerah yaitu jabatan bek khususnya bek betawi dan melihat adanya kesinambungan antarajabatan bek pada masa kolanial dengan lurah pada masa republik dengan harapan bagaimana perkembangan kedudukan dan peran bek dalam birokrasi pemerintahan dan masyarakat.
Penelitian mengenai masyarakat betawi sudah cukup banyak ahli yang membahas tentang masyarakat ini. Namun selama ini masih sedikit tulisan yang khusus membahas tentang jabatan bek. Begitu pula telah banyak ahli sejarah yang menulis tentang birokrasi, namun selama ini belum banyak yang membahas secara mendalam tentang jabatan wijkmeester.
Wijkmeester dibentuk oleh VOC pada tahun 1655 yang bertugas mengepalai wijk yang terdiri dari beberapa buah kampung. Kedudukan wijkrneester dalam birokrasi pemerintahan menduduki posisi paling bawah yang langsung berhubungan dengan masyarakat Meskipun menempati posisi paling bawah jabatan wijkmeester mempunyai peran penting yaitu sebagai perantara yang menjembatani antara pemerintah dengan masyarakat. Seluruh kebijakan pemerintah harus diterjemahkan oleh pejabat ini agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di wilayahnya.
Dalam hal wewenang wijkmeester bisa dikatakan tidak berhak memutuskan suatu kebijakan dari persoalan yang ada di masyarakatnya, seluruh persoalan harus dilaporkan pada pejabat yang berada diatasnya yaitu ajudan dan komandan. Mereka itulah yang berhak memutuskan segala sesuatunya, dan keputusan itu harus dijalankan oleh wijkmeesternya.
Tugas dan kewajiban wijkmeesrer yang harus dijatankan adalah (1) memungut pajak (2) memelihara keamanan dan ketertiban kampung seperti ronda malam, memberantas perjudian, pengaturan tempat berdagang. (3) Menjaga kenyamanan dan kebersihan kampung seperti menjaga penerangan, menjaga kebersihan got dan lain-lain. (4) pembuatan Surat keterangan seperti surat jalan, surat izin menikah, surat kematian, dan lain-lain. (5) pencatatan penduduk.
Wijkmeester tidak mendapatkan gaji namun mendapatkan 8 % dari uang pajak yang ditarik dari penduduk. Meskipun tidak mendapatkan gaji, jabatan ini cukup diminati oleh masyarakat terbukti dari banyaknya surat lamaran yang diajukan kepada pemerintah, serta persaingan yang terjadi dari penduduk untuk mendapatkan jabatan itu."
2000
T7707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Yunita
"ABSTRAK
Jakarta sebagai Ibu kota Indonesia memiliki banyak seni pertunjukan tradisional. Salah satunya adalah Tari Zafin Betawi. Keunikan tarian ini adalah percampuran kebudayaan Arab Hadhrami dengan kebudayaan Betawi. Dalam bahasa Arab, Zafin berarti menari atau gerakan kaki. Tari Zafin pertama kali dibawa oleh para pedagang Arab yang berasal dari Hadrahmaut atau yang biasa disebut dengan kaum hadhrami, kemudian baru pada perkembangan selanjutnya melibatkan pula orang-orang Betawi terutama yang tertarik pada tarian ini. Secara umum, tari Zafin Betawi tergolong ke dalam Zafin _Arab_ bukan Zafin Melayu. Sebutan Zafin Betawi muncul dikarenakan tarian ini berkembang di Jakarta dan di kalangan orang Betawi. Saat ini tari Zafin Betawi sudah semakin banyak mengalami perkembangan di berbagai unsur pendukungnya. Perkembangan yang terjadi ternyata juga menyebabkan terjadinya pergeseran fungsi dari tarian ini, dari tari sosial/pergaulan menjadi tari pertunjukan.

Abstract
Jakarta as the capital of Indonesia has many traditional performing arts. One of them is Zafin Betawi Dance. The uniqueness from this dance it_s an acculturation between Arab hadhrami_s culture and Betawi_s culture. In Arabic, Zafin means dance or leg movement. Zafin was introduced originally by Arab merchants who came from Hadhramaut or called with hadhrami groups then also involves the Betawi people especially those interested in this dance. Generally, Zafin Betawi dance belong to the _Arabic Zafin_ and isn_t Zafin Malays dance. It_s called Zafin Betawi dance because this dance develops in Jakarta and other Betawi groups. Currently, Zafin Betawi dance was getting great progress in various supporting the elements. The development was also causing a shift function of this dance, from the social dance to the performing dance."
2010
S13115
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Gifani Mantika
"Salah satu budaya masyarakat yang dapat dikaji adalah mengenai siklus kehidupannya. Pada kesempatan ini penulis memilih untuk mengkaji siklus hidup masyarakat Betawi melalui novel Anak Betawi Diburu Intel Yahudi (ABDIY). Permasalahan yang diangkat melalui novel ini ialah mengenai siklus hidup masyarakat Betawi beserta pemikiran dan sikap mereka. Penulis juga akan memberikan penilaian terhadap karya novel ini melalui pendekatan mimetik karya sastra. Pendekatan mimetik itu tidak terlepas dari unsur intrinsik karya, yakni pelataran dan penokohan. Metode yang digunakan dalam membahas novel ini adalah pendekatan kualitatif. Setelah melalui penelitian dan pengkajian diperoleh hasil bahwa peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam novel ABDIY merupakan mimetik kehidupan nyata masyarakat Betawi.

One of the cultural communities that could be studied is about the life cycle. On this occasion, the writer chose to study the life cycle society through the novel Anak Betawi Diburu Intel Yahudi (ABDIY). Issues raised through this novel is about the life cycle of the Betawi people and their thinking and their attitude. The writer also would provide an assessment of the novel through mimetic approach. Mimetic approach can not be separated from the intrinsic element of the novel, namely the setting and characterizations. The method used in discussing this novel is qualitative approach. The research and study results showed that the events in the novel is a mimetic real life Betawi society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11064
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Januar Adhitama
"Rumah tradisional Betawi memiliki beberapa tipe yaitu tipe Gudang, Kebaya, Joglo, dan Panggung yang dipengaruhi oleh kedua aspek geografis dan budaya. Secara geografis, wilayah Jakarta dan sekitarnya memiliki iklim tropis lembap, perbedaan ketinggian daratan dan intensitas vegetasi. Secara budaya, terdapat persebaran kelompok Betawi Pesisir, Betawi Tengah/Kota, Betawi Pinggir, dan Betawi Ora/Udik di lokasi berbeda dengan variasi budaya. Masyarakat Betawi dipengaruh oleh budaya asing seperti Melayu, Cina, Arab, dan Eropa serta budaya lokal seperti etnis Sunda, Jawa, dan lainnya. Variasi geografis dan budaya tersebut menyebabkan rumah tradisional Betawi memiliki beberapa variasi bentuk atap, denah, kaki, dan bukaan yang berkaitan dengan pencahayaan alami.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan karakteristik bukaan, beserta pengaruh fisik dan non fisik pencahayaan alami terhadap kualitas ruang penghuni dari empat tipe rumah tradisional Betawi. Karakteristik bukaan tersebut meliputi aspek bentuk, luas, letak, warna, dan material. Pengaruh fisik pencahayaan alami meliputi aspek iluminasi, kontras, suhu, dan kelembaban. Sedangkan, pengaruh non fisik meliputi dari aspek privasi dan budaya. Studi kasus skripsi adalah rumah tradisional Betawi tipe Joglo di Setu Babakan, tipe Panggung di Marunda, tipe Kebaya di Condet, dan tipe Gudang di Matraman. Hasil dari skripsi ini adalah perbandingan karakteristik bukaan serta pengaruh pencahayaan alami pada keempat tipe rumah tradisional Betawi.

Betawi traditional house has several types such as Gudang, Kebaya, Joglo, and Panggung that influenced by both geographical and cultural aspects. Geographically, Jakarta and its surroundings has tropical humid climate, different heights of land and intensities of vegetation. Culturally, there are Betawi Pesisir, Betawi Tengah/Kota, Betawi Pinggir, and Betawi Ora/Udik groups spread in different locations with various cultures. Betawi people are influenced by foreign cultures such as Malay, Chinese, Arabian, and European, along with the local cultures such as Sundanese, Javanese, and others. Those geographical and cultural variences caused Betawi traditional house have some varieties in roof forms, floor plans, foot, and openings that are related to day lighting.
This undergraduate thesis aims to find out the similarities and differences of the openings characteristics, along with the physical and non physical influences of day lighting on dweller spatial quality of four types of Betawi traditional house. These opening characteristics are shape, wide, location, color, and material. The physical influences of day lighting consist of illumination, contrast, temperature, and humidity aspects. The non-physical influences consist of privacy and cultural aspects. The case studies of this undergraduate thesis are Betawi traditional house of Joglo type in Setu Babakan, Panggung type in Marunda, Kebaya type in Condet, and Gudang type in Matraman. The results of this undergraduate thesis are the comparison of the opening characteristics along with the influences of day lighting on four types of Betawi traditional house.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djatmika
"Buku mengenai pameran di Betawi pada tahun 1865 ini diawali dengan denah/peta/gambar dari gedung pameran, yaitu di lapangan Gambir, yang ketika itu diberi nama Konengseplen (Koningseplein). Bangunan pameran tersebut berada di dekat gereja (Gereja Emanuel?). di dalam gedung tersebut dipamerkan barang-barang yang berasal dari daerah-daerah di Pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya di Nusantara."
Batavia: Ter Lands-Drukkerij, 1867
BKL.1119-LL 146
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Leli Nurohmah
"Penelitian ini mengungkapkan pengalaman perempuan dalam menjalani perkawinan poligami. Hal ini digali melalui pemaknaan mereka pada perkawinan poligami dan strategi bertahan dalam perkawinan poligami. Untuk mengetahui makna perkawinan dalam persepsi perempuan dan strategi yang mereka terapkan, penelitian ini menggunakan konsep perkawinan, perkawinan poligami, dan perkawinan menurut perspektif feminis. Selain itu, digunakan teori kuasa Foucault dan teori strategi bertahan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berperspektif perempuan dan mengumpulkan data melalui wawancara mendalam. Subjek penelitian berjumlah sepuluh orang perempuan Betawi Cinere yang menjalani perkawinan poligami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan memberi makna yang beragam pada perkawinan mereka, di antaranya perkawinan sebagai wadah untuk menyatukan rasa cinta, Fase hidup yang harus dilalui sebagai perempuan, pengabdian pada orang tua dengan menerima perjodohan, dan melepaskan status janda. Perkawinan poligami sebagian besar dimaknai sebagai taqdir yang harus mereka lalui. Dalam perjalanannya, perkawinan poligami lebih banyak menimbulkan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak, karena perlakuan tidak adil dari suami. Bentuk kekerasan yang dialami oleh perempuan dan anak-anak terjadi karena tidak dipenuhinya hak dasar manusia meliputi pemenuhan sandang, pangan, papan dan kasih sayang. Selain itu menimbulkan kekerasan baik kekerasan fisik, ekonomi, psikis, dan seksual. lni menunjukkan bahwa pencapaian keluarga sakinah mawaddah dan rahmah dalam keluarga sangat mungkin tidak tercapai dalam perkawinan poligami.
Dalam menjalani kehidupan tersebut ada strategi yang dilakukan oleh para subjek : pertama, strategi resistensi berupa "perlawanan sehari-hari" walaupun tidak bertahan lama karena sering menjadi stimulus tindak kekerasan suami. Kedua, strategi adaptasi melalui kepasrahan perempuan pada kondisi yang mereka hadapi, sikap menerima, dan mengabdikan diri sepenuhnya pada tugasnya sebagai perempuan ; serta berbaik hati dengan keadaan menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh para subjek agar mereka tetap bertahan dalam menjalani perkawinan poligami.

This research exposes women experience in passing through and living on polygamy marriage. It is explored through their understanding on polygamy marriage and endurance strategies in polygamy marriage. To find out the meaning of marriage in women's understanding and their survival strategies, this research uses the concept of wedding, polygamy marriage, and marriage as indicated by feminist perspective. The authority theory of Foucault and theory of endurance strategy are used, too. This research applies a qualitative approach of women perspective and compiles data through in-depth interview. The research subject is the ten Betawi women in Cinere, which live in polygamy marriage.
The research result said that women have various understanding on marriage, e.g. marriage is such space to share love and affection with her spouse, marriage is part of the living stage that must be passed through as women, and dedication for the parents by accepting the future husband from their parents, or just releasing a widowhood status. Most of women interpret polygamy marriage as destiny that should be passed through. In its implementation, polygamy marriages develop more violence against women and children because they receive injustice treatment from their husband: Violence against women and children is occurred since there is no fulfillment for basic human rights such as clothes, food, home and affection.
It also extends in any physical, economical, psychological and sexual violence. This could be said that to establish a "sakinah mawaddah and rahmah" (peaceful and blessing) family in such polygamy marriage.
In passing through such life, the subjects conduct strategies i.e.: first, strategy of everyday form of resistance. However, it sometimes does not work since this become stimulus for any violence of their husbands. Second, adaptation strategies such as surrender and accept with those conditions, and dedicate totally their nature as women; and be warm-hearted and have forgiving heart with the condition become an effort of the subject to live on polygamy marriage.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12 13   >>