Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bustami
"Skripsi ini mencakup empat bab pembahasan. Pembahasan pokok terdapat dalam Bab III yakni mengenai penga_ruh Tarekat Sammaniyah pada masyarakat Betawi, yang meliputi upacara pembacaan Hikayat Samman serta upacara pembacaan Ratih Samman; yaitu pengaruh mela1ui mubalig, pesantren serta kitab-kitab tertentu. Pribadi Syeikh Muhammad Samman sebagai pendiri Tarekat Sammaniyah dibahas dalam Bab II, yang meliputi rangkaian silsilahnya, zikir-zikirnya serta karya-karya tulisnya. Dalam bab I, dibahas mengenai arti tarekat, dasar hukumnya, tujuan mengamalkannya, serta hubungannya dengan tasawuf. Pembahasan dalam bab ini dimaksudkan sebagai langkah pengenalan terhadap tarekat. Pembahasan tentang prospek kegiatan upacara pembacaan hikayat Samman serta prospek kegiatan upacara pembacaan Ratib Samman terdapat dalam pembahasan Bab IV sebagai bab kesimpulan dan sekaligus sebagai penutup skripsi ini."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rojab Dian Puspitasari
"Memberikan gambaran mengenai funsi dan amanat pantun yang terdapat dalam siaran Bensradio"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11105
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nakamura Shohei
"The fall of Suharto’s authoritarian regime and the subsequent dissolution of vertical political patronage led to an upsurge of mass mobilization based on religion and/or ethnicity. In Jakarta, newly emerged vigilante groups that initially sought to represent small-scale neighborhood communities rapidly grew in size by receiving endorsements from local political authorities as well as by gaining extensive popular support. Despite their persistent association with violence and illicitness in popular discourse, some of those vigilante groups quickly increased their membership to hundreds of thousands. Highlighting the activities of the Forum Betawi Rempug (FBR), one of the biggest of these groups, this paper explains the causes, processes, and consequences of its expansion. The nature of the Betawi ethnic identity that has been constructed over decades, as well as an alternative mode of populist discourse that became prevalent in Jakarta during the last couple of decades, were the key background conditions through which such groups expanded in both size and geographic reach. These conditions also led to a loosely disciplined and highly autonomous organizational structure. An explanation of this process calls for a radical revision of the conventional model of ethnic mobilization that takes for granted disciplined organization and hierarchical control. In contemporary Jakarta, successful mass mobilization is not the sheer result of people’s response to populist calls. Attention must be paid to the logic of the mobilized in order to explain why vigilante organizations have been able to gain popular support despite their notorious reputation. This paper investigates the perspectives of the mobilized by focusing on neighborhood-level activities of the FBR. In so doing, it exemplifies how some residents perceive the FBR as a provider of potential socioeconomic resources for the enhancement of their life environment."
Japan: Southeast Asian Studies, Kyoto University, 2021
330 JJSAS 58:2 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhadjir
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fatchuri
"ABSTRAK
Modernisasi yang berlangsung di Jakarta memberikan dampak perubahan terhadap kehidupan masyarakat Betawi sebagai penduduk asli Jakarta. Arus urbanisasi yang kemudian berlangsung membuat populasi penduduk di Jakarta terus bertambah. Muncullah kemudian masalah-masalah sosial yang menimpa kota Jakarta seperti kepadatan penduduk, pemukiman, kesempatan kerja, dan masalah-masalah lain yang biasa terdapat di kota besar. Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi kondisi psikologis individu- individu dalam masyarakat Betawi. Berkembangnya Jakarta menjadi kota metropolitan mengubah kehidupan kota Jakarta menjadi kota yang masyarakatnya saling tak mengenal, acuh tak acuh terhadap orang lain, individualis, dan berorientasi kepada materi. Hal ini dapat berdampak kepada kehidupan masyarakat Betawi yang biasa hidup dalam lingkungan sosial yangbaik, saling menolong, dan memiliki ikatan sosial yang kuat.
Untuk mengetahui Iebih jauh tentang bagaimana kondisi psikologis masyarakat Betawi saat ini, dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan konsep psychological well-being (PWB) yang dikemukakan Carol D. Ryff (1989). PWB mengukur bagairnana penilaian subjektif individu terhadap pencapaian- pencapaian potensi-potensi dirinya. Konsep ini mempunyai kelebihan dibandingkan teori-teori tentang well-being sebelumnya karena memperhatikan
faktor-faktor kesehatan mental positif yang digunakan dalam teori-teori humanistik seperti pertumbuhan dan perkembangan pribadi. PWB seseorang menurut Ryff (1989) dapat dilihat dari 6 dimensi yaitu dimensi penerimaan diri, otonomi, penguasaan lingkungan, hubungan positif dengan orang Iain, tujuan hidup, dan partumbuhan pribadi. Dalam konteks masyarakat Betawi, dapat diketahui dimensi mana yang dianggap penting oleh mereka saat ini.
Mengingat bahwa masyarakat Betawi merupakan masyarakat yang religius, maka penilaian subjektifnya terhadap pancapaian potensi-potensi dirinya dapat dipengaruhi oleh pandangan-pandangan mereka yang dibentuk oleh agama, dalam hal ini Islam. Maka, penelitian ini ingin melihat Iebih jauh hubungan antara PWB dengan keberagamaan. Penelitian-penelitian selama ini telah membuktikan adanya hubungan antara keberagamaan dengan well-being.
Dari beberapa konsep keberagamaan yang sering digunakan untuk mengukur religiusitas, peneliti menggunakan teori komitmen beragama yang dikemukakan oleh Charles Glock (1962). Dipilihnya teorl ini untuk mengetahui keberagamaan masyarakat Betawi adalah karena konsep ini dapat melihat keberagamaan dari berbagai dimensi sehingga dapat menghasilkan gambaran keberagamaan secara Iebih luas. Aspek-aspek keberagamaan yang penting dalam Islam seperti aqidah, pemahaman agama, ibadah dan penghayatannya, serta muammalah (kehidupan sosial) dapat lebih tergali dengan manggunakan konsep ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan. Dalam memproses data yang telah masuk, dilakukan analisa statistik dengan perhitungan mean, korelasi model Pearson product moment, dan analisa varians.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi pertumbuhan pribadi dan tujuan hidup merupakan 2 dimensi yang dianggap penting oleh masyarakat Betawi; sementara dimensi otonomi manempati urutan terakhir dalam pandangan mereka. Pentingnya dimensi pertumbuhan pribadi dalam pandangan masyarakat Betawi menggambarkan bahwa nilai-nilai budaya barat yang mengutamakan pertumbuhan pribadi warganya sudah terserap dalam kehidupan masyarakat Betawi. Meskipun demlkian, dalam hal tujuan hidup, masyarakat Betawi masih dapat mempertahankannya dibandingkan masyarakat Hindu di Denpasar Bali seperti yang ditemukan Mardhianto (1997). Rendahnya dimensi otonomi juga menunjukkan bahwa ikatan sosial di kalangan masyarakat Betawi masih kuat.
Dalam hal komitmen beragama, dimensi ideologis memiliki nilai tertinggi dan dimensi ritual berada pada urutan terakhir. Hal ini berarti bahwa masyarakat Betawi memiliki keyakinan yang kuat terhadap kebenaran ajaran-ajaran agama islam tetapi di sisi Iain keyakinan tersebut tidak selalu terefleksi dalam pelaksanaan ibadah sehari-hari. Hasil ini juga memperlihatkan adanya pergeseran dalam kehidupan beragama mengingat dalam budaya keagamaan masyarakat Betawi dahulu, langgar dan masjid tak bisa dilepaskan dalam kehidupan mereka. lndividu yang jarang ke langgar dan masjid untuk beribadah dapat dikucilkan oleh masyarakat (Junaidi dalam Melalatoa, 1997).
Perhitungan korelasi antara dimensi-dimensi PWB dengan dimensi-dimensi komitmen beragama menunjukkan bahwa di antara dimensi-dimensi kedua variabel terdapat korelasi yang signifikan. Dimensi penerimaan diri berhubungan dengan komitmen beragama pada dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Hubungan positif dengan orang Iain berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Otonomi berhubungan dengan dimensi konsekuensial dan ideologis. Penguasaan Iingkungan berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Tujuan hidup berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, konsekuensial, dan ideologis. Dimensi pertumbuhan pribadi berhubungan dengan dimensi ritual, konsekuensial, ideologis dan intelektual.
Karakteristik subjek juga mempunyai hubungan dengan beberapa dimensi PWB maupun komitmen beragama. Pria terbukti lebih otonom dibandingkan wanita. Tapi dalam komitmen beragama, wanita lebih baik pada dimensi ritual, eksperiensial. dan intelektual. Subjek yang sudah menikah lebih baik dalam dimensi ritual, eksperiensial, dan ideologis tetapi Iebih rendah pada dimensi tujuan hidup dan hubungan positif dengan orang Iain dibandingkan mereka yang belum menikah. Tingkat pendidikan subjek berhubungan dengan dimensi ideologis dan konsekuensial. Jenis pekerjaan juga berhubungan dengan penerimaan diri, otonomi, dan tujuan hidup. Penerimaan diri yang paling baik adalah kelompok wiraswasta; kelompok ini juga memiliki tujuan hidup yang paling jelas. Dimensi otonomi tertinggi ada pada kelompok pegawai negeri. Kelompok subjek yang masih menganggur memiliki nilai paling rendah pada hampir semua dimensi PWB dan juga pada hampir semua dimensi komitmen beragama.

"
2000
S2959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rabi Ah Al Adawiyah
"Tesis ini mengangkat tentang retorika dalam dakwah yang dilakukan oleh ulama betawi. Retorika merupakan salah satu metode dalam melakukan persuasi. Retorika yang dikonseptualisasikan dalam tesis ini setidaknya memuat tiga unsur utama yang dimiliki oleh komunikator yaitu ethos (etika dan kredibilitas), pathos (keterikatan emosi), dan logos (logis). Melalui desain kualitatif dengan penjabaran deskriptif, tesis ini menemukan bahwa komunikator memiliki tiga unsur tersebut sehingga mempermudah terjadinya proses persuasi dakwahnya. Karena itu, kentalnya nilai-nilai keislaman pada masyarakat betawi menunjukkan peran penting retorika dalam kegiatan dakwah ulamanya. Dengan demikian, dapat dikatakan jika dakwah ulama betawi lebih banyak menitikberatkan kepada aktivitas keilmuan dan intelektualitas.

This thesis discuss the rhetoric in in Islamic religious teaching (or Da’wah) practiced by the Betawis Islamic religious teachers (or Ulama). Rhetoris is one of the methods of persuasion. The rhetoric concepted inside this thesis concist, at least, three main elements of communicator, they are ethos (ethic and credibility), phatos (emotional attachment), and logos (logic). By qualitative design with descriptive explanation, this thesis find that the communicator (Betawis’ Ulama) posses all those elements which ease the Da’wah persuasion process. Accordingly, the well embedded Islamic values among the Betawi people show the importance of rhetoric in their Ulamas’ Da’wah. Therefore, it can be concluded that the Betawis’ Ulama’s Da’wah prioritized in scientific and intelectual activities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wika Rahmi
"Tesis ini membahas upaya pelestarian batik Betawi serta faktor pendukung dan penghambatnya; cara para pelaku pelestarian mempertahankan eksistensi; dan tinjauan upaya pelestarian dari perspektif ketahanan budaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif dan studi kasus pada sanggar batik Betawi di Jakarta Selatan. Upaya pelestarian batik Betawi dilakukan melalui dua bentuk: (1) revitalisasi, dengan cara menghidupkan pengrajin batik asli Betawi; memberikan modal peralatan dan bahan baku; memberdayakan masyarakat setempat; membentuk paguyuban pengrajin dan tempat belajar, berbagi, dan berdiskusi; membantu pemasaran; dan mendirikan koperasi; (2) rekacipta, dengan cara: recreated tradition, yaitu mempertahankan motif batik lama yang dimodifikasi dan diberi fungsi baru; dan invented tradition, yaitu menciptakan motif batik kreasi baru dan fungsi baru dengan menggali dan mengkaji khazanah suku Betawi untuk mengembangkan dan memperkaya motif. Faktor pendukung: motivasi kuat; pembinaan berkelanjutan; keterlibatan orang-orang non-Betawi; peran media massa; dukungan moril masyarakat dan pemerintah setempat; dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 209 Tahun 2012 tentang Pakaian Dinas. Faktor penghambat: keterbatasan dalam modal, SDM, lahan, dan pemasaran. Para pelaku pelestarian dapat mempertahankan eksistensi mereka karena mampu menerapkan fungsi adaptation/adaptasi, goal attainment/pencapaian tujuan, integration/integrasi, dan latent pattern maintenance/pemeliharaan pola. Ditinjau dari ketahanan budaya, upaya pelestarian batik Betawi mampu memenuhi aspek pelestarian yang dinamis dan kreatif; perwujudan identitas dan eksistensi pemilik kebudayaan; serta edukasi, sosial, dan ekonomi, yang dapat mendukung ketahanan budaya.

This thesis discusses an efforts to preserve batik Betawi along supporting and inhibiting factors; method of preservation actors maintain their existence; and review preservation of efforts from the perspective of cultural resilience. This research uses qualitative method with descriptive analysis approach and cases on the batik Betawi studios in South Jakarta. The efforts to preserve batik Betawi are through two forms: (1) revitalization, are the way turning the native craftsmen of batik Betawi; providing a capital equipment and a raw materials; empowering a local communities; establish a community and a learning center for sharing and discussing; help to find market; and establish a cooperatives; (2) recreative by recreated tradition, which maintain the old motif have been modified and having a new function; and invented tradition, which is creating new creation of batik and new function by explore and assess the Betawinesse literatures to develop and to enrich the motive. Supporting factors: strong motivation; sustainable development; the involvement of the non-Betawi people; the role of the mass media; supporting moral between communities and local government; and Governor of Jakarta Regulation No. 209 of 2012 about uniform. Inhibiting factors: capital constraint; human resources; land; and marketing. Preservation actors can maintain their existence because they apply the function of adaptation, goal attainment, integration, dan latent pattern maintenance. Reviewed from cultural resilience, the efforts to preserve batik Betawi able to fulfill the aspects of preservation which are dynamic and creative; embodiment of the identity and the existence of culture owners; and educational, social, and economic, which can support cultural resilience."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Cininta Tiana Karima
"Skripsi ini membahas rumah tradisional Betawi di Condet pada awal sampai pertengahan abad ke 20 dengan meninjau dari segi gaya arsitekturnya Tujuan penulisan adalah untuk mencari latar budaya yang berpengaruh pada rumah tradisional Betawi di Condet Untuk mengungkapkannya dilakukan dengan menelusuri pembentukan etnik Betawi yang terjadi karena adanya proses asimilasi dari berbagai etnik Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu membandingkan arsitektur tradisional Betawi dengan arsitektur tradisional lain yang terdapat di Nusantara ataupun dari pengaruh asing Hasil penelitian yang ditemukan menunjukkan bahwa rumah tradisional Betawi di Condet dipengaruhi oleh budaya dari etnik Jawa Sunda Melayu Eropa Arab dan Cina

This thesis discusses about the Betawi traditional house in Condet from the beginning until the mid of 20th century by reviewing of its architecture style The aim this thesis is to find the cultural background that came into the Betawi traditional house in Condet We need to explore how Betawi ethnic formed as an assimilation among certain ethnics in order to reveal the secret The method used in research that compares the Betawi traditional architecture with other traditional architecture in Indonesia or from foreign influence Results of the research were found indicate that the Betawi traditional house in Condet is influenced by the culture of Java Sunda Malay Europe Arab and China etnics."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S60303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syadiidah
"Artikel jurnal ini berisi tentang pergeseran fungsi dan proses pewarisan pada kesenian tanjidor. Kesenian ini merupakan kesenian Betawi berupa pertunjukan musik tanpa vokal. Dahulu di Batavia, tanjidor selalu menjadi primadona dalam memeriahkan acara tahun baru, acara hajatan orang Betawi, juga perayaan hari besar Cina, seperti Cap Go Meh dan lainnya. Namun saat ini, pertunjukan tanjidor menjadi hal yang langka. Bahkan, dalam acara pernikahan orang Betawi, tanjidor merupakan pertunjukan yang jarang ada dan saat ini pertunjukan tersebut lebih sering ditanggap untuk acara yang bertemakan ikon Jakarta.
Berdasarkan penelitian, turunnya intensitas pertunjukan tanjidor disebabkan oleh bergesernya fungsi utamanya sebagai hiburan. Tidak adanya persepsi keislaman yang dekat dengan kehidupan masyarakat Betawi menjadi pemicu berkurangnya pertunjukan tanjidor di kalangan komunitasnya. Selain itu, pergeseran juga terjadi dalam proses pewarisannya. Proses pewarisan yang dilakukan oleh seniman Betawi mendapat hambatan karena sulitnya mereka untuk mentransfer keahliannya. Berbeda dengan seniman tanjidor non-Betawi yang memiliki cara khusus untuk memindahkan keahliannya kepada murid-muridnya. Hal ini akan berakibat adanya penyeberangan pewarisan tanjidor dari Betawi ke non-Betawi karena tanjidor terasa lebih hidup di tangan non-Betawi.
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan sebab dan dampak tergesernya fungsi tanjidor dalam masyarakat Betawi sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran dalam proses pewarisan. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode lapangan kualitatif dengan mengacu pada data di lapangan kemudian dianalisis dengan bantuan studi pustaka.

This journal article contains about the shift of functions and processes inheritance on tanjidor art. This art is art Betawi in the form of musical performances without vocals. Formerly in Batavia, tanjidor has always been a prima donna in enlivening the new year event, Betawi celebration events, as well as Chinese celebrations of the day, such as Cap Go Meh and more. But nowadays, tanjidor show becomes thing which is rare. In fact, in the marriage of the Betawi people, tanjidor is a show that rarely exists and is currently a show it is more often considered for an icon themed event Jakarta.
Based on research, the decrease in the intensity of the show tanjidor is caused by shifting its main function as entertainment. The absence of a perception of Islam that is close to the life of the community Betawi became the trigger for the reduction of tanjidor performances in the circle community. In addition, shifts also occur in the process inheritance. Inheritance process done by Betawi artist get inhibited because of their difficulty to transfer his expertise. In contrast to non Betawi tanjidor artists who have a special way to transfer his skills to his students. This result in a crossing of tanjidor inheritance from Betawi to non Betawi because the tanjidor feels more alive in the hands of non Betawi.
This article aims to explain the cause and the impact of displacement tanjidor function in Betawi society causing a shift in the inheritance process. The research method done is a qualitative field method with reference to the data in the field then analyzed with the help of literature study."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T49299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marchelia Lunggaer
"Suku Betawi adalah suku asli Jakarta yang memiliki banyak kegiatan kebudayaan. Suku Betawi merupakan hasil dari percampuran banyak suku bangsa yang membuat suatu kebudayaan baru. Suku Betawi sampai saat ini bertempat tinggal di kampung. Kampung juga merupakan tempat dimana kebudayaan dan identitas berkembang. Contoh kampung yang didiami oleh mayoritas suku Betawi adalah kampung Setu Babakan yang mempertahankan kebudayaannya dengan mewariskannya dari generasi ke generasi melalui tradisi dan upacara adat pada setiap tahapan daur hidup manusia. Apakah ruang arsitektur yang merupakan sarana kebudayaan dalam siklus daur hidup suku Betawi memengaruhi masyarakat dalam menjalani kehidupannya dan perubahan apa saja yang sudah terjadi? Melalui topik ini, saya akan menjelaskan keterhubungan antar ruang kampung yang menjadi rumah disetiap kegiatan upacara daur hidup, siklus dan kebudayaan dalam kampung ini serta perubahan yang terjadi.

Betawi is the ethnic who claimed as the origin of Jakarta with many cultural activity. Betawi is the result of a mixture of many ethnic groups that produce their own culture. Until today, Betawis mostly live in the kampung which is also a place of cultural development and identity. The example of existing kampung Betawi is Setu Babakan. They inherit culture to the next generation which is by way of traditional ceremonies at every level of life cycle. Whether the architectural space that is the means of culture affect the citizens in living their lives and what changes have occurred It is important to understand space of life cycle ceremonies. Life cycle is connected with cultural ceremonies, so in this topic I will explain the connectivity between kampung as a development space of Betawis living and life cycle as a culture, to understand how they treat their own space in kampung as their house and connectivity with each other and the modification during time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library