Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anjas Biki Lesmana
" ABSTRAK
Penelitian ini membahas tingkat kerentanan wilayah terhadap bencana letusan Gunungapi Guntur dengan faktor penentu kerentanan berupa keadaan sosial ekonomi. Daerah penelitian merupakan kawasan rawan bencana letusan Gunungapi Guntur yang didapat dari pemetaan kawasan terdampak letusan terakhirnya pada tahun 1847 masehi, dengan satuan unit analisis berupa desa/kelurahan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Social Vulnerability Index (SoVI) yang merupakan metode penelitian kuantitatif dalam penelitian kerentanan sosial. Metode ini mengonversi data-data sosial ekonomi wilayah ke dalam angka-angka, yang selanjutnya diolah untuk mendapatkan tiga kelas pembobotan: tinggi, sedang, dan rendah. Hasil pengolahan data sosial ekonomi dianalisis secara spasial dengan pembanding berupa data penggunaan tanah. Berdasarkan analisis dari hasil pengolahan data sekunder dan hasil survei lapang, desa dengan tingkat kerentanan tinggi dan sedang terletak pada daerah dengan dominasi penggunaan tanah berupa pertanian yang memiliki tingkat kesejahteraan sosial rendah. Desa dengan tingkat kerentanan rendah terdapat pada daerah dengan dominasi penggunaan tanah berupa kawasan terbangun yang memiliki kesejahteraan sosial tinggi.

ABSTRACT
This study about area vulnerability level of Guntur Volcano eruption based on its social economy condition, a social vulnerability. The research area is the entire village that listed as disaster-prone area of Guntur Volcano based on its latest eruption in 1847 AD. Social Vulnerability Index (SoVI) is used as a quantitative method in area vulnerability studies to calculate the social vulnerability level in each village. SoVI convert eight type social economy data into numbers and classify it into three classes that represent the vulnerability level for each village, those classes are: high, moderate, and low. Furthermore, those classified data are analyzed spatially by land use in each village. The analysis result shows that areas with high and moderate vulnerability level are those villages that dominated by agriculture and commonly have a low social welfare. Areas with low vulnerability level are those constructed village and commonly have a high social welfare.
"
2014
S61763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carter, W. Nick
Manila: ADB, 1991
R 658.4770202 CAR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wilda Heryanti
"ABSTRAK
Pada 26 Oktober 2010 terjadi peristiwa bencana alam letusan Gunung Merapi. Korban Tewas Merapi Mencapai 347 Jiwa, korban luka bakar 196 orang, korban luka non bakar 151 orang, korban rawat inap 258 orang, dan jumlah pengungsi 58.389 orang di sejumlah 289 titik pengungsian. Dompet Dhuafa Republika sebagai Lembaga Pengelola (Amil) Zakat menjadi salah satu lembaga yang mengatasi dan membantu korban bencana alam letusan Gunung Merapi dengan menggunakan dana zakat. Sesungguhnya, pokok persoalan yang dihadapi selanjutnya bagaimanakah peran zakat dalam penanggulangan bencana alam dan bagaimana pendayagunaan zakat yang dilakukan Dompet Dhuafa Republika terhadap korban bencana alam letusan Gunung Merapi di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dana zakat memungkinkan sekali untuk disalurkan kepada korban bencana alam. Zakat mempunyai peranan dalam penanggulangan bencana alam, yaitu dalam hal pendayagunaan terhadap korban bencana. Secara eksplisit dinyatakan dalam penjelasan Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat: Mustahiq delapan ashnaf ialah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, shabilillah, dan ibnussabil yang di dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar dan korban bencana alam. Dana Zakat dapat didayagunakan untuk korban bencana alam letusan Gunung Merapi. Salah satu contohnya yaitu yang telah dilakukan Lembaga Pengelola (Amil) Zakat Dompet Dhuafa Republika dalam pendayagunaan zakat terhadap korban bencana alam letusan Gunung Merapi di Yogyakarta, adapun program-program yang dilakukan antara lain sekolah ceria, medis, mekanik ponsel dan motor, peduli ternak, lansia, rumbamilsu, gruduk kampung, rumah sakit lapangan. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlunya pengaturan yang komprehensif mengenai pendayagunaan zakat beserta penyalurannya kepada mustahik zakat yang dilakukan oleh Lembaga Pengelola (Amil) Zakat, melalui revisi Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

ABSTRACT
On 26 October 2010 disaster eruption of Merapi. Merapi killed 347 people Reaching 196 people, burns victims, injured 151 people, does not burn victims involved 258 inpatients and the number of displaced 58389 people in some evacuation 289 points. Dompet Dhuafa Republika Management Institutions of Zakat was one of the institutions that deal with natural disasters and assist victims of the eruption of the Merapi using charitable funds. Indeed, the main problem in the future, as the role of Zakat in coping with natural disasters and how to use Zakat of Dompet Dhuafa Republika for disaster victims in the Merapi volcano Yogyakarta. This study used normative research. Based on studies that allows occasions Zakat funds for distribution to disaster victims. Zakat plays a role in disaster management, namely in terms of victims of natural disasters. Clearly indicated in the explanation of article 16, paragraph (2) of law No. 39 of 1999 on Managing Zakat: "Eight ashnaf of Mustahiq are fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, shabilillah, and ibnussabil that the application can include people who are most economically powerless, such as orphans, the elderly, the disabled, people attended boarding school, neglected child, people who were in debt, displaced refugees and victims of natural disasters". Zakat Fund can be used for victims of natural disasters, the eruption of Mount Merapi. One example of the Institute of management (Amil) Zakat Dompet Dhuafa Republika to use zakat to the victims of natural disasters in the eruption of Mount Merapi, Yogyakarta and for programs that include happy school, medical, mobile phones and auto mechanics, breeding care, the elderly, nursery home, gruduk village, field hospitals. The results show that the need for a comprehensive agreement on the use of mustahik Zakat distribution by management (Amil) Zakat, through revision of Act No. 38 of 1999, on Managing Zakat. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S301
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Oktaviani
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran resiliensi pada remaja penyintas gempa bumi dan tsunami. Pengertian resiliensi yang dipakai merujuk pada lima karakteristik resiliensi dari Wagnild (2010), yaitu meaningfulness, perseverance, equanimity, self-reliance, dan existential aloneness. Gambaran resiliensi diperoleh dengan menggunakan alat ukur CD-RISC 10 (Connor & Davidson, 2003) serta wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan di Banda Aceh yang merupakan kota yang mengalami kerusakan paling parah akibat tsunami 2004. Partisipan penelitian terdiri dari 25 orang yang berusia 21-24 tahun dan yang diwawancara mendalam adalah 3 orang yang berasal dari kelompok usia yang sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan berusia 21-45 tahun sebagian besar memiliki skor resiliensi sedang, bahkan ada yang memiliki skor tinggi. Adapun budaya Aceh yang terkait dengan kemampuan resiliensi penyintas tsunami adalah iman, akhlaq, sikap berjuang dan pantang menyerah meski keadaan sulit, ibadah, dukungan komunitas masyarakat dan komunitas keagamaan, serta lunturnya nilai-nilai tradisional Aceh. Sejumlah saran untuk menindaklanjuti penelitian ini, termasuk mengatasi keterbatasannya, disertakan.

This study was conducted to gain picture of resilience among Aceh earthquake and tsunami survivors. The concept of resiliency refers to the five characeristic of resiliency from Wagnild (2010), which are meaningfulness, perseverance, equanimity, self-reliance, and existential aloneness. Picture of resilience was obtained using the CD-RISC 10 (Connor & Davidson, 2003) and through interviews. Data were collected at Banda Aceh, which suffered most damage from tsunami. Altogether 25 participants of 21-24 years old took the questionnaire and four people of the same age were interviewed.
The results indicate that most participants get middle score of resilience. The Acehnese cultural aspects associated with resiliency ability among eruption survivors are iman, akhlaq, to struggle and overcome difficulties, religious activity, community support, and fading of Aceh traditional values. Recommendations for further research are included.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Najam Habib Arroisy
"Tulisan ini bertujuan untuk memahami perkembangan pemikiran akademis mengenai pembahasan isu lingkungan dalam kajian keamanan. Pembahasan literatur-literatur dalam tulisan ini akan menggunakan pembabakan kronologis menjadi tiga periode, yakni 1970-2001, 2002-2011, dan 2012-2017. Problematika lingkungan dalam keamanan dibahas lewat wacana keamanan lingkungan. Sejak digunakan pada 1972 pada Konferensi Stockholm, frasa keamanan lingkungan digunakan untuk coba membahas isu lingkungan melalui perspektif keamanan. Gerakan ini bisa muncul karena ancaman yang nyata, luas, serta tak bisa terpungkiri lagi dari isu lingkungan. Tulisan ini akan menunjukkan perkembangan tema-tema yang dibahas dalam wacana keamanan lingkungan sejak 1970 hingga beberapa tahun belakang. Tema-tema tersebut antara lain kerusakan lingkungan, kajian keamanan, konflik dan perdamaian, pembangunan dan tata kelola, demografi, diplomasi, gender, dan bencana. Dengan memperlihatkan temuan-temuan tersebut tulisan ini dapat membantu pembahasan masalah lingkungan baik secara akademis maupun dari segi praktis.

This paper aims to understand the development of academic thinking about environmental security discourse in the security debate. All the literatures that discussed in this work will be analized chronologically into three groupings: 1970-2001, 2002-2011, and 2012-2017. Environmental problems which are discussed by security perspective has been using the phrase' environmental security' since the term coined in the Stockholm Conference in 1972. This debate gained momentum because of the imminent, extreme, and the huge coverage of threats produced by environmental problems. This paper will then shows the development of themes in the discourse of environmental security since 1970 until the recent year. Themes found and explored by this article includes environmental degradation, security studies, peace and conflict, demography, gender, diplomacy, and catasthrophy. I hope that this paper could give contribution academically and practically to the discourse as a whole."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Qorina Islamia
"Di ranah psikologi sosial, salah satu konsep yang telah banyak diteliti oleh ahli-ahli di bidang ini adalah tingkah laku prososial. Ada beberapa faktor yang dari lama telah dipelajari untuk memahami lebih lanjut tentang apa yang mempengaruhi adanya tingkah laku prososial, baik apa yang mempengaruhi timbulnya tingkah laku prososial ataupun faktor yang tidak menimbulkan tingkah laku prososial tersebut. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada korelasi antara empati dan conscientiousness dengan tingkah laku prososial saat ada bencana alam. Di penelitian ini, sampel dicari melalui survei daring, kemudian hasil analisis data menunjukkan bahwa empati dan conscientiousness menunjukkan efek positif dan signifikan terhadap salah satu tingkah laku prososial, yaitu memberikan bantuan dalam keadaan bencana alam. Semakin tinggi tingkat empati dan conscientiousness seseorang maka semakin memungkinan pula seseorang itu menjukkan tingkah laku membantu ketika bencana alam terjadi. Hasil penelitian ini juga mendukung lebih lanjut penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa empati dan conscientiousness dapat memprediksi kemungkinan tingkah laku prososial.

In social psychology, prosocial behaviour is one of the concepts that is highly researched by those working in the field. Over the years, there have been several factors studied to understand further on what affect prosocial behaviour in whether the behaviour arises, or they do not. Therefore, focus of this study is to find if there is a correlation between empathy and conscientiousness with helping behaviour during natural disaster occurrence respectively. The sample is obtained through online survey and the results supports how empathy and conscientiousness positively affect a specific form of prosocial behaviour, natural disaster helping and that indeed both have significant effect on helping behaviour during natural disaster. The more empathy and conscientiousness a person possess, then the more likely they will give help when natural disaster occurs. These findings further support previous research that found empathy and conscientiousness have a role on increasing prosocial behaviour."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azaria Zaneta
"Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah empati dan rasa kebersamaan memiliki hubungan dengan perilaku membantu seseorang ketika terjadi bencana alam terkait dengan kejadian banjir yang baru menerjang Brisbane. Ada total 327 peserta untuk penelitian ini yang terdiri dari 222 perempuan, 91 laki-laki, 10 non-biner, dan 4 identitas lainnya. Studi korelasional diselesaikan dengan menggunakan survei online. Dalam lima belas hingga tiga puluh menit, peserta diminta mengisi survei tentang kecenderungan mereka untuk membantu saat terjadi bencana alam. Ditemukan bahwa peserta lebih cenderung terlibat dalam perilaku prososial selama bencana ketika tingkat empati dan rasa kebersamaan tinggi. Pemerintah harus memberikan gambaran yang realistis tentang daerah yang terkena bencana, dan menyampaikan pesan bahwa bencana dapat mengubah hampir segalanya, tetapi masyarakat harus tangguh dan saling mengandalkan untuk bangkit kembali sebagai komunitas yang lebih kuat dan memiliki rasa memiliki bersama. Selain itu, pemerintah harus membangun platform untuk relawan.

This research aimed to determine if empathy and sense of community are linked to disasterrelated helping behaviour in response to the current Brisbane flood. There were a total of 327 participants for this study consisting of 222 female, 91 male, 10 non-binary, and 4 other-identifying. The correlational study was completed using an online survey. In fifteen to thirty minutes, participants were asked to fill the survey regarding their tendency to help during natural disasters. It was found that participants are more likely to engage in prosocial behaviour during disasters when the level of empathy and sense of community are high. The government should provide a realistic depiction of the affected area, and convey the message that disasters can change almost everything, but people must be resilient and rely on each other to bounce back stronger as a community and have a shared sense of belonging. Additionally, the government should establish platforms for volunteers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan pusat statistik,
360 IPB
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Edhie Wurjantoro
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>