Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Junaedi Abdulah
"Pembangunan jalan tol sekarang sedang marak terjadi di Indonesia. Untuk mencapai pembangunan jalan tol, dibutuhkan analisis dari beberapa bidang ilmu. Salah satu analisis yang dilakukan yaitu analisis peralihan lahan pada area galian jalan tol. Analisis yang dibutuhkan adalah analisis jenis dan estimasi volume batuan pada area galian pembangunan jalan tol. Terdapat dua metode yang digunakan untuk melakukan analisis batuan dan estimasi volume batuan pada area galian yaitu menggunakan data bor dan data geolistrik tahanan jenis. Pada penelitian ini digunakan metode geolistrik tahanan jenis dengan konfigurasi wenner dikarenakan biaya yang dibutuhkan lebih efisien. Metode geolistrik tahanan jenis digunakan untuk mengidentifikasi jenis batuan daerah galian dan melakukan estimasi volume jenis batuan. Jumlah lintasan yang digunakan sebanyak 8 lintasan dengan masing masing lintasan memiliki panjang 500 meter dan 48 elektroda. Hasil data pengukuran metode geolistrik tahanan jenis diinversi menggunakan software res2dinv dan dilakukan least square inversion untuk memperoleh penampang 2-D tahanan jenis. Hasil dari pengolahan data menunjukkan variasi tahanan jenis berkisar 6-6.000 Ωm. Untuk memperoleh analisis jenis batuan dari data tahanan jenis, dilakukan korelasi antara penampang 2-D tahanan jenis dengan data bor pada lokasi penelitian. Hasil dari korelasi menunjukkan terdapat 2 jenis batuan yang ada pada area penelitian yaitu jenis batuan lapilli lapuk sedang-kuat dan lapilli segar-lapuk ringan. Batuan jenis lapilli lapuk sedang-kuat memiliki nilai tahanan jenis <300 Ωm sedangkan lapilli segar-lapuk ringan memiliki nilai tahanan jenis >300 Ωm. Dari penampang 2-D data tahanan jenis dilakukan pemodelan 3-D untuk mengetahui estimasi volume setiap jenis batuan pada area penelitian. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan software Rockwork. Hasil estimasi volume batuan pada area penelitian menunjukkan total volume batuan sebesar 9.599.076 m3 yang terdiri dari 3.149.704 m3 batu lapilli lapuk sedang-kuat dan 6.449.372 m3 batu lapilli segar-lapuk ringan.

The construction of toll roads is currently happening in Indonesia. To achieve the construction of toll roads, analysis from several fields of knowledge is needed. One of the analyzes carried out is the analysis of land transition in the excavated area of ​​the toll road. The analysis required is an analysis of the type and volume estimation of rock in the excavated area for toll road construction. There are two methods used to perform rock analysis and estimate the volume of rock in the excavation area, using drill data and geoelectrical resistivity data. In this study, the geoelectric resistivity method with Wenner configuration was used because the required cost is more efficient. The geoelectrical resistivity method is used to identify rock types in excavation areas and to estimate the volume of rock types. The number of tracks used is 8 tracks with each track having a length of 500 meters and 48 electrodes. The results of the measurement data using the geoelectric method of resistivity were inverted using res2dinv software and a least square inversion was performed to obtain a 2-D section of resistivity. The results of data processing show that the resistivity varies in the range of 6-6,000 Ωm. To obtain rock type analysis from the resistivity data, a correlation was performed between the 2-D resistivity sections and the drilled data at the study site. The results of the correlation showed that there were 2 rock types in the study area, medium-strong weathered lapilli and fresh-lightly weathered lapilli. Medium-strong weathered lapilli rocks have a resistivity value of <300 Ωm while fresh-lightly weathered lapilli rocks have a resistivity value of >300 Ωm. From the 2-D section of the resistivity data, 3-D modeling was carried out to determine the estimated volume of each type of rock in the study area. Modeling is done using Rockwork software. The results of rock volume estimation in the study area showed a total rock volume of 9,599,076 m3 consisting of 3,149,704 m3 of medium-strong weathered lapilli and 6,449,372 m3 of fresh-lightly weathered lapilli."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqullah Luthfi Rahmat Ramadhan
"Semakin pesatnya perkembangan suatu wilayah akan diimbangi dengan meningkatkanya kebutuhan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain kebutuhan air bersih, potensi terjadinya pencemaran terhadap air di permukaan atau di bawah permukaan juga semakin tinggi karena semakin banyak aktivitas manusia yang dilakukan. Daerah Jabodetabek, terutama Jakarta, masih sangat bergantung terhadap akuifer dangkal atau akuifer tidak tertekan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Kondisi airtanah pada akuifer dipengaruhi oleh faktor geologi (iklim, litologi, hidrologi, dsb) serta faktor manusia (aktivitas industri, limbah, urbanisasi, dsb). Perlu dilakukan kajian dan evaluasi mengenai kondisi atau tingkat kerentanan airtanah sehingga dapat diketahui tindakan yang tepat sesuai tingkatannya. Metode Simple Vertical Vulnerability (SVV) dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi kerentanan airtanah suatu wilayah berdasarkan batuan penyusun zona tak jenuh, kedalaman muka airtanah, dan besarnya imbuhan airtanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lapisan tak jenuh daerah penelitian tersusun atas dua (2) lapisan. Lapisan pertama tersusun atas tanah berbutir pasir dengan sedikit kerikil – kerakal, pasir dengan sedikit lempung, batupasir butir halus, dan batulempung. Lapisan kedua tersusun atas batupasir berbutir sedang dan batulempung lanauan. Terdapat empat (4) zona kerentanan airtanah pada daerah penelitian, yaitu zona kerentanan sangat tinggi (3,54%), zona kerentanan tinggi (66,83%), zona kerentanan sedang (28,66%), dan zona kerentanan rendah (0,97%). Litologi penyusun lapisan tak jenuh menjadi faktor utama dalam penentuan kelas kerentanan airtanah. Semakin halus ukuran butir litologi, maka proses infiltrasi semakin lama (mencapai 10 – 25 tahun) dan proses retardasi serta eliminasi menjadi semakin efektif. Hal tersebut mengakibatkan semakin rendahnya tingkat kerentanan airtanah pada daerah dengan litologi berbutir halus.

The rapid development of an area will be followed by an increasing demand for clean water to fulfill daily needs. In addition, the potential for contamination of water on the surface or in the subsurface is also getting higher due to the increasing number of human activities carried out. The Jabodetabek area, especially Jakarta, still relies heavily on shallow aquifers or unconfined aquifers to fulfill clean water needs. Groundwater conditions in aquifers are influenced by geological factors (climate, lithology, hydrology, etc.) and human factors (industrial activities, waste, urbanization, etc.). It is necessary to study and evaluate the condition or the level of groundwater vulnerability so that appropriate action can be taken according to its level. The Simple Vertical Vulnerability (SVV) method can be used to evaluate the groundwater vulnerability condition of an area based on the rocks that make up the unsaturated zone, the depth of the groundwater table, and the amount of groundwater recharge. The results showed that the unsaturated layer in the study area consisted of two (2) layers. The first layer is composed of sand with a little pebbles, sand with a little clay, fine-grained sandstone, and claystone. The second layer is composed of medium-grained sandstone and silt claystone. There are four (4) groundwater vulnerability zones in the research area, namely very high vulnerability zone (3,54%), high vulnerability zone (66,83%), medium vulnerability zone (28,66%), and low vulnerability zone (0,97%). The lithology of the unsaturated layer is the main factor in determining the class of groundwater vulnerability. The finer the grain size of the lithology, the longer the infiltration process (up to 10-25 years) and the more effective the retardation and elimination processes. This results in a lower level of groundwater vulnerability in areas with fine-grained lithology."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Salman Alfarizzi
"Bukit Intrusi Gunung Putri yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat terdiri dari batuan beku yang berumur Miosen memiliki daya tarik sebagai objek geowisata yang perlu dilestarikan, dengan melakukan konservasi untuk membuat objek geowisata perlu adanya informasi menarik seperti bagaimana proses keterbentukan batuan di daerah tersebut sehingga perlu diteliti lebih lanjut tentang petrogenesisnya. Penelitian petrogenesis dilakukan dengan cara mengetahui karakternya, komposisinya, proses pembekuannya hingga lama waktu pembekuannya. Sepuluh sampel diambil secara acak berdasarkan persebarannya dan dianalisis dengan metode petrografi dan distribusi ukuran kristal. Hasil dari analisis petrografi menunjukkan bahwa berdasarkan klasifikasi IUGS (1973) karakteristik batuan termasuk ke dalam Olivine-Pyroxene Basalt/Andesite yang berasal dari magma basaltic yang bersifat mafic. Berdasarkan karakteristik batuan dan hasil dari analisis distribusi ukuran kristal menunjukkan bahwa daerah penelitian merupakan tubuh intrusi dengan jenis shallow intrusion laccolith yang mengalami proses petrogenesis terutama pada pembentukan mineral plagioklas pada batuan perubahan cooling rate, proses accumulation, dan proses increasing undercooling dengan waktu singgah pada fenokris rata – rata 83.93 tahun dan segmen mikrofenokris rata-rata 18.08 tahun.

Intrusion Hill Gunung Putri, located in Bogor Regency, West Java, consists of Miocene-age igneous rocks and has attractions as a geotourism site that needs to be preserved. To establish it as a geotourism destination, it is important to provide interesting information about the rock formation processes in the area. Therefore, further research on its petrogenesis is needed. Petrogenesis research involves understanding its characteristics, composition, cooling processes, and the duration of the cooling period. Ten random samples were collected based on their distribution and analyzed using petrographic methods and crystal size distribution. The petrographic analysis results indicate that based on the IUGS (1973) classification, the rock characteristics fall into the category of Olivine-Pyroxene Basalt/Andesite, which originated from mafic basaltic magma. Based on the rock characteristics and the results of crystal size distribution analysis, the research area is identified as a shallow intrusion laccolith body that underwent petrogenesis processes, particularly in the formation of plagioclase minerals due to cooling rate changes, accumulation processes, and increasing undercooling. The average residence time of phenocrysts is approximately 83.93 years, while the average residence time of microphenocrysts is approximately 18.08 years."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amiril Muqsithin Pambayun
"Keuntuhan lereng batuan merupakan kasus kelongsoran yang memerlukan analisis khusus, sehingga menimbulkan antusias untuk melakukan analisis berdasarkan metode elemen hingga. Metode tersebut dianggap paling memiliki sensitivitas yang baik. Dalam melakukan analisis perlu direncanakan pemodelan yang dianggap tepat dalam memodelkan geometri antar batuan utuh dan model konstitutif yang merepresentasikan kondisi batuan aslinya. Digunakan model geometri yang merepresentasikan jenis kelongsoran guling khususnya dalam memodelkan diskontuniutas celah antar batuan utuh. Model geometri yang digunakan adalah model dengan elemen area kecil bersudut 60̊ berlawanan jarum jam. Model konstitutif yang digunakan untuk memodelkan lereng batuan adalah Mohr-Coulomb. Ada beberapa faktor yang diprediksi dapat mempengaruhi keruntuhan lereng, diantaranya pengaruh pemotongan lereng karena pekerjaan konstruksi dan kondisi muka air tanah. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan pemodelan yang optimal pada analisis kelongsoran lereng batuan menggunakan media perangkat Midas GTS NX.

The failure of rock slopes is a landslide case that requires special analysis, so that it creates enthusiasm to carry out an analysis based on the finite element method. This method is considered to have the best sensitivity. In conducting the analysis, it is necessary to plan a model that is considered appropriate in modeling the geometry between intact rocks and a constitutive model that represents the original rock condition. A geometric model is used that represents the type of toppling failure, especially in modeling the jointed rock. The geometry model used is a model with a small area element at an angle of 60̊ counterclockwise. The constitutive model used to model rock slopes is Mohr-Coulomb. There are several factors that are predicted to affect slope failure, including the effect of cutting slopes due to construction work and ground water level conditions. The purpose of this study was to obtain optimal modeling of rock slope slide analysis using sotfware Midas GTS NX."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ngurah Arya Suryawan Putra
"Tulisan ini mengeksplorasi metode perancangan arsitektur kontradiktif berdasarkan identifikasi unsur-unsur lukisan Batuan sebagai lukisan lokal Bali. Eksplorasi seni lukis menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan metode desain seperti yang dieksplorasi oleh beberapa arsitek, seperti Zaha Hadid, Van Doesburg, dan Gerrit Thomas Rietveld. Pendekatan tersebut menawarkan wawasan yang berbeda dalam memperkaya proses desain dengan menciptakan pemrograman arsitektur yang memiliki hubungan tertentu dengan konteks. Studi ini mengeksplorasi lukisan lokal Batuan yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali sebagai upaya untuk menghubungkan arsitektur dengan lokalitas dan identitas budaya sebagai bagian dari proses desain. Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi unsur-unsur, komposisi, dan aspek penting yang selalu hadir dalam lukisan Batuan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa ada tiga unsur seni lukis Batuan yang esensial dalam metode perancangan, yaitu heterogenitas, hierarki, dan teknik lukis lokal (ngabur). Unsur-unsur tersebut dikembangkan secara khusus oleh para pelukis dari Desa Batuan untuk merepresentasikan keseharian masyarakat setempat terhadap filosofi lokal Rwa Bhineda. Filosofi tersebut bermakna kontradiksi terkait klasifikasi spasial kegiatan lokal dan hubungan yang melekat antara manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Berdasarkan unsur-unsur tersebut, tesis ini mengembangkan program arsitektur kontradiktif dengan pengaturan tatanan formal dan spasial serta kualitas spasial yang bermakna secara budaya dan konteks.

This paper explores contradictive architectural design methods based on an investigation of the elements of Batuan painting, a local Balinese painting. The explorations of painting has become an alternative in developing design methods as explored by some architects, such as Zaha Hadid, Van Doesburg, and Gerrit Thomas Rietveld. Arguably, such approaches offer different insights into programming architecture and further enrich the design process by creating particular relations with the context, instead of producing a generic and contextless architecture. In this study, the local Batuan painting that is related closely to the daily life of the Balinese community and local philosophy is explored as an attempt to construct a form of architecture with appreciation of locality and cultural identity as part of its design process. This study reveals that there are three elements from Batuan painting that are essential for the development of design, namely heterogeneity, hierarchy, and the particular local painting techniques of ngabur. Such elements were particularly developed by the painters from Batuan Village to represent the everydayness of the local society, particularly with regards to Rwa Bhineda philosophy. Rwa Bhineda is defined as contradiction within the spatial classifications of local activities and the embedded relationship between humans, humans with nature, and humans with God. Based on these elements, the thesis further develop contradictive architectural program with the formal and spatial arrangements as well as spatial qualities that are more culturally meaningful and contextually situated."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Naufal Irvyant
"Pulau Ambon termasuk dari salah satu pulau yang berada di Kepulauan Maluku dan secara fisiografis merupakan bagian dari Busur Banda yang memiliki kompleksitas tektonik akibat pertemuan tiga lempeng aktif. Akibatnya Pulau Ambon juga memiliki kondisi geologi regional yang menunjukkan banyaknya jenis batuan beku. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik geokimia batuan serta kandungan unsur logam tanah jarang yang terdapat pada batuan tersebut. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis petrografi dan analisis XRF (X-Ray Fluoresence). Berdasarkan data petrografi dan geokimia dari 10 sampel batuan, digunakan batuan beku yang tersebar di Pulau Ambon pada tiga jenis yang dominan, yaitu batuan peridotit, batuan ambonit, dan batuan granitoid. Batuan peridotit Ambon terdiri atas lherzolit yang didominasi oleh mineral olivin dan piroksen serta terdapat ubahan mineral menjadi serpentin. Batuan peridotit termasuk seri magma basal tholeiitik dengan lingkungan tektonik island arc. Batuan ambonit terdiri atas dasit yang didominasi oleh mineral plagioklas, kuarsa, dan hornblenda, serta dicirikan terdapat kordierit. Batuan ambonit termasuk seri magma calc-alkaline dengan lingkungan tektonik continental arc. Batuan granitoid terdiri atas syenogranit yang didominasi oleh mineral kuarsa, plagioklas, dan alkali feldspar serta terdapat mineral pembawa LTJ berupa apatit, monasit, dan zirkon. Batuan granitoid Ambon termasuk seri magma calc-alkaline dengan lingkungan tektonik continental arc. Hasil data XRF menunjukkan bahwa terdapat kandungan unsur logam tanah jarang pada sampel batuan beku Pulau Ambon berupa yttrium (Y), europium (Eu), praseodymium (Pr), dan ytterbium (Yb). Unsur LTJ ini dapat dikaitkan dengan karakteristik geokimia batuan untuk menentukan lingkungan tektoniknya.

Ambon Island is one of the islands located in the Maluku Islands and physiographically, it is part of the Banda Arc, which has a complex tectonic setting due to the convergence of three active plates. Consequently, Ambon Island also has a regional geological condition that exhibits a variety of igneous rocks. This study was conducted to determine the geochemical characteristics of the rocks and the content of rare earth elements in these rocks. The methods used for this research include petrographic analysis and XRF (X-Ray Fluorescence) analysis. Based on petrographic and geochemical data from 10 rock samples, igneous rocks distributed on Ambon Island are classified into three types: peridotite, ambonite, and granitoid. Ambon peridotite consists of lherzolite, which is dominated by olivine and pyroxene minerals, with some alteration to serpentine. Ambon peridotite rocks are part of the tholeiitic basalt magma series with an island arc tectonic setting. Ambonite rocks consist of dacite, dominated by plagioclase, quartz, and hornblende minerals, and are characterized by the presence of cordierite. Ambonite is part of the calc-alkaline magma series with a continental arc tectonic setting. Granitoid rocks consist of syenogranite dominated by quartz, plagioclase, and alkali feldspar, and contain rare earth element-bearing minerals such as apatite, monazite, and zircon. Granitoid rocks in Ambon belong to the calc-alkaline magma series with a continental arc tectonic setting. XRF data indicate that the igneous rock samples from Ambon Island contain rare earth elements such as yttrium (Y), europium (Eu), praseodymium (Pr), and ytterbium (Yb). These rare earth elements can be associated with the geochemical characteristics of the rocks to determine their tectonic environment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramandha Cipta Putra Fikri
"Pertambangan mineral dan batuan merupakan salah satu sektor strategis dalam perekonomian dunia. Nilai guna yang tinggi serta diharuskannya suatu perusahaan tambang untuk menetap dalan jangka waktu yang lama di dalam wilayah suatu negara menjadikan sektor ini menjadi sangat strategis baik secara ekonomi maupun politik. Sektor pertambangan mineral dan batuan seperti layaknya pertambangan migas, umumnya masih dikuasai oleh MNCs dan perusahaan pertambangan dari negara maju, sementara sumber daya mineral dan batuan mayoritas berada pada negara berkembang yang miskin teknologi. Hal ini menciptakan suatu kondisi dimana negara berkembang sering merasa dirugikan dengan kondisi dimana mereka hanya dapat memproduksi barang tambang mentah dan diharuskan membeli kembali hasil olahan dari barang tambang mentah yang berasal dari negara mereka. Hal ini pula yang membuat banyak negara berkembang mengeluarkan kebijakan yang bercorak resource nationalism guna mengejar kepentingan ekonomi maupun kepentingan politik.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil komoditas tambang mineral dan batuan yang cukup besar. Sedikitnya dua puluh komoditas tambang mineral dan batuan diproduksi oleh Indonesia. Namun sebagaimana negara berkembang lain, sektor pertambangan mineral dan Batuan Indonesia masih didominasi oleh MNCs dan perusahaan pertambangan Asing. Hal yang mengejutkan kemudian dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dimana pada periode tahun 2009 hingga tahun 2014, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang bercorak resource nationalism. Pergeseran kebijakan ini menjadi suatu hal yang menarik dimana sebelumnya kebijakan di sektor tersebut cenderung bercorak liberalis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dilakukannya pergeseran kebijakan di sektor pertambangan mineral dan batuan Indonesia menuju penerapan prinsip-prinsip resource nationalism pada periode tersebut.

Mineral and ores mining is one of the most strategic sectors in world economy. High value of usage and the obligation of the mining companies to stay in other country's sovereign territory for a long period of time makes this sector very strategic economically and politically. Mineral and ores mining just like oil and gas mining, is usually dominated by MNCs and mining companies from the developed countries, while the mineral and ores resources is often located in developing countries that are lacking in technology to exploit it. This creates condition where the developing countries often feels at disadvantages, because they can only produce the raw materials, and in return they have to purchase the processed products which originally made from the raw materials from their own countries. This also causes many developing countries create policies that are associated with resource nationalism to pursue economic ends and also political ends.
Indonesia is one of the biggest mineral and ores commodities producing countries. At least twenty kind of mineral and ores commodities are produced by Indonesia. However, just like many other developing countries, mineral and ores mining sector in Indonesia is still dominated by MNCs and foreign mining companies. In the period between 2009 and 2014, Indonesian government created some shocking policies in their mineral and ores mining sector that associated with resource nationalism. This political shift towards more resource nationalist policies is interesting to observe because previously mineral and ores mining policies in Indonesia is considered to be more liberal. This research aims to analyze what causes the shift on indonesian mineral and ores mining sector towards resource nationalism on that period.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43491
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hisyam
"Sebuah lereng di Lawe Sikap, Kutacane, Nangroe Aceh Darussalam mengalami kegagalan lereng pada dua titik, yaitu pada STA 0+000 dan STA 0+600. Kegagalan tersebut terjadi pada tahun 2019, dimana jenis keruntuhan yang terjadi ialah keruntuhan guling (toppling). Hasil pengujian lapangan menggunakan piezometer mengatakan bahwa terdapat muka air tanah pada lereng batuan, sehingga penelitian ini berfokus dalam pemodelan muka air yang dapat menggambarkan kondisi asli di lapangan menggunakan aplikasi Midas GTS NX 2019 2D. Pemodelan Muka Air Tanah (MAT) dilakukan dengan beberapa alternatif, yaitu air hanya pada celah antar batuan, air pada celah antar batuan dan batuan utuh yang diinput nilai permeabilitas, air pada celah antar batuan memiliki ketinggian berbeda dengan air pada batuan utuh, dan pemodelan air menggunakan konsep drained-undrained. Terdapat variasi ketinggian Muka Air Tanah (MAT) untuk alternatif terpilih, sehingga akan dilakukan analisis hasil faktor keamanan, analisis tegangan, dan juga analisis pola keruntuhan.

A slope in Lawe Sikap, Kutacane, Nangroe Aceh Darussalam experienced slope failure at two points, namely at STA 0+000 and STA 0+600. The failure occurred in 2019, where the type of collapse that occurred was toppling collapse. The results of field testing using a piezometer said that there was a groundwater table on the rock slope, so this research focuses on modeling the water table that can describe the original conditions in the field using the Midas GTS NX 2019 2D application. Groundwater Level (MAT) modeling was carried out with several alternatives, namely water only in the gap between rocks, water in the gap between rocks and intact rocks with permeability values inputted, water in the gap between rocks has a different height from water in intact rocks, and water modeling using the concept of drained-undrained. There are variations in the height of the Groundwater Table (MAT) for the selected alternative, so that the results of the factor of safety analysis, stress analysis, and collapse pattern analysis will be carried out"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Akbar
"Sebagaimana diketahui daerah Jakarta dan Bogor, terutama DAS Ciliwung, banyak menghasilkan temuan beliung persegi dari berbagai macam batuan. Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sejauh ini belum menjawab mengenai nama batuan dan lokasi sumber bahan bakunya. Hasil analisis bahan beliung persegi dari DAS Ciliwung menunjukkan bahwa terdapat tujuh macam batuan yang dijadikan bahan beliung persegi. Bahan beliung persegi yaitu batuan chert, dacite, hornfels, jasper, metalimestone, silisifiedwood, dan siltstone. Metalimestone merupakan batuan yang paling banyak dijadikan bahan beliung persegi, sedangkan silisifiedwood dan siltstone merupakan batuan yang paling sedikit. Berdasarkan peta geologi lembar Jakarta dan Bogor, chert, silisifiedwood, dan siltstone terdapat di DAS Ciliwung, yaitu di sekitar daerah Sugutamu, Depok. Sedangkan batuan lainnya tidak terdapat di DAS Ciliwung. Bila mengacu pada peta geologi, maka dacite, hornfels, jasper, dan metalimestone, yang terdekat terdapat di DAS Bekasi dan DAS Cisadane. Di DAS Bekasi ke empat batuan tersebut di atas, terdapat di sekitar daerah Cileungsi, Bogor. Chert, silisifiedwood, dan siltstone juga terdapat di daerah ini. Di DAS Cisadane ke empat batuan tersebut di atas terdapat di sekitar daerah Gunung Dago, Bogor. Sedangkan chert, silisifiedwood, dan siltstone terdapat pula di daerah ini, terutama di sepanjang aliran sungai Cisadane. Hasil ekskavasi di Kelapa Dua memberikan dugaan yang kuat bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu perbengkelan yang menghasilkan beliung persegi, sedikitnya Kelapa Dua merupakan situs perbengkelan tahap penyelesaian akhir, yaitu pada kegiatan penghalusan dan pengupaman. Beliung persegi yang ditemukan di Kelapa Dua terdiri dari seluruh macam batuan yang ada. Berdasarkan hal tersebut di atas tidak tertutup kemungkinan beliung persegi yang terdapat di Kelapa Dua didatangkan dari luar, mengingat tidak terdapatnya batuan dacite, hornfels, jasper, dan metalimestone. Terdapat kemungkinan bahwa beliung persegi Kelapa Dua berasal dari daerah Cileungsi atau dari daerah Gunung Dago, atau mungkin keduanya. Di kedua daerah tersebut juga dapat dijurnpai batuan chert, silisifiedwood, dan siltstone. sehingga terdapat kemungkinan ketujuh macam batuan yang dijadikan bahan beliung persegi didatangkan dari luar Kelapa Dua. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, tidak dijurnpai bukti-bukti perbengkelan di sekitar daerah Cileungsi dan Gunung Dago, Bogor. Hal ini membuka kemungkinan bahwa semua macam batuan yang dijadikan bahan beliung persegi didatangkan dari luar Kelapa Dua, baik berbentuk bongkahan maupun bentuk setengah jadi. Di Kelapa Dua dilakukan penyelesaian akhir sehingga menghasilkan beliung persegi yang telah berpermukaan halus dan siap dipakai. Dari Kelapa Dua kemungkinan besar didistribusikan ke lokasi-lokasi lain di DAS Ciliwung. Mengingat Kelapa Dua mempunyai sumber bahan chart, silisifiedwood, dan siltstone, yang dekat dengan lokasi, tampaknya ketiga bahan tersebut berasal dari daerah yang relatif sangat dekat, yaitu daerah Sugutamu, Depok. Hasil analisis menunjukkan bahwa batuan yang paling banyak digunakan sebagai bahan pembuatan beliung persegi adalah metalimestone. Beliung persegi dan bahan tersebut tersebar di 7 dari 10 lokasi temuan di DAS Ciliwung. Pada uraian sehelumnya telah disampaikan bahwa secara geologis, di DAS Ciliwung tidak terdapat metalimestone. Dapatlah kiranya diperkirakan bahwa pada masa bercocok tanam telah terjadi kegiatan pertukaran, sehingga beliung persegi yang bahannya tidak terdapat di DAS Ciliwung, ditemukan di wilayah tersebut. Kegiatan pertukaran juga terjadi antar lokasi di DAS Ciliwung, sehingga lokasi yang tidak mempunyai sumber bahan, tetap dapat ditemukan beliung persegi."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tanah longsor (landslide) menurut Sharpe adalah tipe gerakan batuan yang dapat diamati dan melibatkan massa kering bahan rombakan bumi. Tanah longsor terjadi karena adanya gangguan keseimbangan gaya yang bekerja pada lereng yaitu gaya penahan dan gaya peluncur. Gaya penahan massa tanah pada lereng dipengaruhi oleh kandungan air, berat massa tanah itu sendiri dan berat beban bangunan. Ketidakseimbangan gaya yang bekerja pada lereng menyebabkan lereng menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan tersebut menyebabkan massa tanah atau batuan bergerak turun. Tanah longsor terjadi karena adanya karakteristik fisik suatu wilayah yang memungkinkan terjadinya tanah longsor atau disebut juga wilayah potensi tanah longsor. Karakteristik tersebut adalah geologi (litologi), kelas lereng, tekstur tanah, kedalaman efektif tanah, penggunaan tanah, dan ditambah dengan curah hujan. Karakteristik fisik tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling behubungan antara satu dengan yang lainnya. Dalam pengolahan karakteristik fisik tersebut dilakukan dengan cara skoring sehingga akan menghasilkan suatu kelas wilayah potensi tanah longsor. Dalam penelitian ini klasifikasi potensi tanah longsor terdiri dari wilayah potensi tanah longsor rendah, wilayah potensi tanah longsor sedang, dan wilayah potensi tanah longsor tinggi. Berdasarkan pengolahan data, wilayah potensi tanah longsor tinggi terjadi karena memiliki nilai skoring yang tinggi dan variabel yang pada umumnya tinggi juga, potensi tanah longsor sedang memiliki variabel dengan kelas antara rendah dan sedang, dan potensi tanah longsor rendah memiliki variabel dengan kelas rendah. Pada wilayah potensi tanah longsor tinggi terdapat 25 kejadian tanah longsor, pada wilayah potensi tanah longsor sedang terdapat 52 kejadian tanah longsor, dan pada wilayah potensi tanah longsor rendah terdapat 3 kejadian tanah longsor. Kata kunci: curah hujan, jenis batuan, kedalaman efektif tanah, kelas lereng, penggunaan tanah, potensi, skoring, tekstur tanah. X + 58 Halaman; 18 tabel; 7 grafik; 6 foto; 9 peta; 21 pustaka (1963 ? 2004)"
Universitas Indonesia, 2007
S33928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>