Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niken Wulandari
"Ultrasonografi telah dikenal sebagai suatu modalitas penting dalam dunia kedokteran dan telah memasuki bidang dermatologi klinis. Karakteristiknya yang non-invasif membuatnya mudah digunakan dan sepenuhnya aman. Ultrasonografi menghasilkan informasi diagnostik yang penting pada evaluasi tumor kulit. Selain itu juga dapat menerangkan lesi-lesi subkutan dan hubungannya dengan jaringan sekitarnya. Teknik ultrasonografi lainnya dengan menggunakan Doppler berwarna berguna untuk menilai vaskularisasi pada lesi kulit. Dalam tulisan ini, kami ingin menggambarkan aplikasi ultrasonografi pada sejumlah kasus terpilih dari institusi kami. (Med J Indones 2007; 16:113-6).

Ultrasonography has been recognized as an important diagnostic modality in medicine and has entered the area of clinical dermatology. Its non-invasive characteristics have made it easily use and completely safe. It provides important diagnostic information in evaluating skin tumors. It also outlines the subcutaneous lesions and their relation to its adjacent tissue. Another ultrasound technique is color Doppler which is useful to assess vascularization of skin lesion. In this article, we would like to report ultrasound imaging in some selected cases from our institution. (Med J Indones 2007; 16:113-6)."
Medical Journal of Indonesia, 2007
MJIN-16-2-AprJun2007-113
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Tunggamoro
"Tujuan: Mengetahui sensitivitas dan spesifisitas Ultrasonografi Doppler Berwarna (USG DB) dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi dalam menilai metastasis kelenjar getah bening (KGB) aksila level I pada pasien karsinoma payudara (KPD).
Saban dan Metode: Pemeriksaan USG DB dilakukan pada 39 KGB aksila dari 17 pasien yang memenuhi kriteria penerimaan. USG DB menilai KGB dengan B-mode, Color mode clan Doppler mode untuk kemudian dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi, Pemeriksaan dilakukan menggunakan transduser linear frekuensi 10 MHz (GE, Logiq 3).
Hasil penelitian: Pada pemeriksaan USG Doppler mode didapatkan sensitivitas 73,3%, spesifisitas 87,5%, yang bennakna secara statistik. Pemeriksaan USG Co/or mode mempunyai nilai kappa dan spesifisitas yang rendah, meskipun bermakna secara statistik. Pemeriksaan USG lainnya (B-mode maupun kombinasi) tidak memberikan hasil yang bermakna.
Kesimpulan: Pemeriksaan USG Doppler mode mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang baik dan bermakna secara statistik. Hal ini diharapkan dapat membantu klinisi dalam menilai metastasis kelenjar getah bening aksila secara non-invasif.

Objective: To establish sensitivity and specificity of Color Doppler Ultrasound (CDU) in the assessment of level ! axillary lymph nodes metastases in breast cancer patients.
Material and methods:. CDU was performed in 39 aril/my lymph nodes from 17 patients, to evaluate B-mode, Color erode dan Doppler mode images in comparison with histopathologic finding of metastases. CDU examination was performed using linear transducers 1OMHz (GE, Log-4 3).
Results: The sensitivity and specificity of Doppler mode in CDU were 73,3% and 87,5%, and they were statistically significant. Although color mode evaluation was statistically significant, its specificity and kappa value are low. Other evaluations such as B-mode or combination mode gave unsignificant results,
Conclusion: Doppler mode in CDU examination has a good sensitivity and specificity in detecting axillary lymph nodes metastases. It is considered useful for the clinicians in evaluating lymph nodes status using non-invasive procedure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Bunga Pongtuluran
"ABSTRAK
Teknologi ekstraksi tanaman obat yang telah umum digunakan pada industri obat herbal memiliki kekurangan dari segi efisiensi waktu ekstraksi, beban pemeliharaan alat yang tinggi, konsumsi pelarut yang banyak dan tidak hemat energi. Metode ektraksi dengan ultrasonik menawarkan suatu proses yang berdasarkan hasil dari beberapa penelitian dianggap lebih sederhana dan efisien. Proses ultrasonik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: suhu, power dan frekuensi, intensitas, waktu, preparasi, jenis pelarut, dan jumlah pelarut yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan frekuensi 20 kHZ, amplitudo 32% dan intensitas sebesar 0,5. Desain percobaan pada penelitian ini menggunakan metode Taguchi yang mengaplikasikan model Orthogonal Array dan RSM dengan model Central Composite Design(CCD). Ada tiga variable independen dalam penelitian ini yaitu waktu, rasio pelarut terhadap sampel dan kadar etanol, dimana masing- masing memiliki 3 level dan respon dari penelitian ini diukur dari persentase yield yang dihasilkan, banyaknya kandungan total fenol dan total flavonoid yang terdapat dalam ekstrak.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar etanol, semakin besar kadar total fenol dan flavonoid yang dihasilkan namun yield semakin rendah. Namun, rasio solvet yang semakin besar menghasilkan kadar yield yang tinggi, namun variabel ini tidak berpengaruh pada respon yang lain. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor waktu tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap  ketiga respon. 

ABSTRACT
The conventional medicinal plant extraction technologies that have been applied widely in herbal medicine industries neglect some matters i.e the time efficiencies, low cost maintenance, less  solvent and low energy consumption. An ultrasound- assisted extraction process which offered the modest and more effective outcome based on  several research influenced by some variables  such as temperature, power and frequency, intensity, extraction time, preparation process, type and quantity of solvent. This research used an ultrasound equipment which was set at frequency 20 kHz, amplitude 32% and the 0,5 of intensity. Moringa leaves have many chemical contents such as protein, vitamins A, B and C, beta carotene, phenolic acid, lignin, carbohydrates, fibre, and flavonoids whose pharmacological activities are as wound healing, anti-anemia, anti-inflammatory, antipyretic, analgesic, and antimicrobial. The experimental design of this research employed Taguchi method with 9 runs based on Orthogonal Array (OA) model and 40 runs of RSM experiments constructed by Central Composite Design (CCD) with 2 replications. There were 3 independent variables introduced namely extraction time, solvent-to-solid ratio, and ethanol concentration for each has 3 levels and the experiment responses are yield percentage, total phenolic content, and total flavonoid content of the extract.  The output showed that the more ethanol concentration used the more phenolic and flavonoid content generated, however the yield production decreases. On the other hand the higher the ratio creates the high yield yet this variables showing no impact towards two other responses. The result of this study also revealed that extraction time has no effect on all the responses."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asih Anggraeni
"ABSTRAK
Inkontinensia urin sering ditemukan pada 50% wanita yang berusia dibawah 60. Yang terbanyak adalah inkontinensia urin jenis tekanan (IUT) sebesar 49%. Diketahui bahwa kelemahan otot dasar panggul merupakan salah satu penyebab inkontinensia urin jenis tekanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kekuatan otot dan ketebalan otot levator ani dengan keluhan IU-T pada perempuan. Penelitian ini menggunakan desain Comparative Cross Sectional dengan melibatkan wanita yang berkunjung di poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dengan kelompok studi adalah subyek dengan tes batuk positif sedangkan kelompok kontrol adalah subyek dengan tes batuk negative. Data yang diperoleh berupa hasil anamnesis, Questionnaire for Urinary Incontinence Diagnosis (QUID), pemeriksaan fisik (POPQ), tes batuk. perineometer, dan USG. Sampel berjumlah 82 orang. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada perbedaan bermakna antara ketebalan otot levator ani terhadap kejadian IUT dengan median ketebalan otot levator ani 0,63 cm (range 0,31-1,02 dan p=0,897). Sedangkan kekuatan otot levator ani terhadap IUT memiliki median 19,5 (range 4,6-88,6 dan p=0,001). Pada analisis multivariat didapatkan bukti bahwa secara murni IUT, prolap dan usia tidak mempunyai pengaruh bermakna terhadap kekuatan otot levator ani dengan nilai p masing-masing 0,243; 0,844; 0,903.

ABSTRACT
Urinary incontinence is often found in 50% of women under the age of 60. The most common is pressure type urinary incontinence (IUT) of 49%. It is known that pelvic floor muscle weakness is one of the causes of pressure type urinary incontinence. This study aims to examine the relationship between muscle strength and levator ani muscle thickness with IU-T complaints in women. This study uses a Comparative Cross Sectional design by involving women visiting the Obstetrics and Gynecology clinic of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo with the study group were subjects with positive cough tests while the control group were subjects with negative cough tests. The data obtained in the form of history taking, Questionnaire for Urinary Incontinence Diagnosis (QUID), physical examination (POPQ), cough test. perineometer, and ultrasound. A sample of 82 people. The results of this study found no significant difference between the levator ani muscle thickness to the incidence of IUT with the median levator ani muscle thickness 0.63 cm (range 0.31-1.02 and p = 0.897). While levator ani muscle strength against IUT has a median of 19.5 (range 4.6-88.6 and p = 0.001). In multivariate analysis it was found that purely IUT, prolapse and age had no significant effect on the strength of levator ani muscles with a p value of 0.243 each; 0.844; .903."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meby Petraca
"Injektor kontras digunakan untuk memasukkan zat kontras ke dalam tubuh pasien, meningkatkan kontrast gambar medis untuk membantu diagnosis kondisi medis. Salah satu contohnya adalah pada pemeriksaan Pulmonary Embolism (PE), di mana Computed Tomography Pulmonary Angiography (CTPA) dengan menggunakan injektor kontras menjadi gold standard. Pentingnya keamanan pasien diakui sebagai kewajiban fasilitas pelayanan kesehatan. Metode gravimetri merupakan metode kalibrasi umum yang melibatkan pengukuran berat komponen dalam keadaan murni. Namun, metode ini memerlukan waktu yang cukup lama dan stabilisasi lingkungan. Pada penelitian sebelumnya telah membahas berbagai aspek teknis dan ketidakpastian yang terkait dengan metode Doppler ultrasound, memberikan dasar bagi penelitian lebih lanjut. Metode gravimetri (reference) digunakan sebagai standar atau acuan dalam pengukuran laju alir. Metode Doppler ultrasound digunakan sebagai metode alternatif untuk mengukur laju alir. Data diambil pada berbagai tingkat laju alir (3 mL/s, 5 mL/s, dan 10 mL/s). Pengolahan data pada metode gravimetri melibatkan penimbangan massa air, koreksi suhu, dan koreksi kalibrasi timbangan analitik. Pengukuran dengan Doppler ultrasound dilakukan dengan menggunakan mode Doppler pada alat ultrasonography. Pengukuran dengan memanfaatkan Doppler ultrasound pada alat ultrasonography tidak dapat dilakukan pada laju alir di bawah 3 mL/s. Pada titik 3 mL/s, akurasi pengukuran metode gravimetri (reference) sebesar 96%, sedangkan metode Doppler ultrasound mencapai 101%. Pada titik 5 mL/s, akurasi metode gravimetri (reference) sebesar 97%, sedangkan metode Doppler ultrasound mencapai 87%. Pada titik 10 mL/s, akurasi metode gravimetri (reference) sebesar 97%, sedangkan metode Doppler ultrasound mencapai 99%. Metode gravimetri (reference) memerlukan waktu yang cukup lama (± 1 Jam) dengan proses pengambilan data pada dua lokasi berbeda. Metode Doppler ultrasound membutuhkan waktu yang lebih singkat (± 100 detik) dan dapat dilakukan pada lokasi alat injektor kontras berada (insitu). Meskipun perbedaan antara kedua metode tidak selalu signifikan secara statistik, metode Doppler ultrasound menunjukkan keunggulan dalam hal waktu pengukuran yang lebih singkat

Contrast injectors are used to insert a contrast substance into the patient's body, enhancing the contrast of medical images to help diagnose medical conditions. One example is the examination of pulmonary embolism (PE), where computed tomography pulmonary angiography (CTPA) using a contrast injector became the gold standard. The importance of patient safety is recognized as a duty of healthcare facilities. Gravimetric method is a general calibration method that involves measuring the weight of components in pure condition. However, this method takes quite a while and stabilizes the environment. The previous research has addressed various technical aspects and uncertainties associated with the Doppler ultrasound method, providing the basis for further research. The gravimetric reference method is used as a standard or reference in the measurement of the flow rate. The data was taken at different flow rates (3 mL/s, 5 mL/s, and 10 mL/s). Data processing using gravimetric methods involves water mass weighing, temperature correction, and calibration correction of analytical scales. Doppler ultrasound measurements are performed using Doppler mode in ultrasonography. At 3 mL/s, the measurement accuracy of the gravimetric method is 96%, while the Doppler ultrasound method is 101%. At point 5 mL/s, the precision of the Gravimetric method is 97%, whereas the Doppler ultrasount method is 87%. At the point of 10 mL, the gravimetric reference method is 97% compared to 99%. The gravimetric method takes quite a long time (± 1 hour) with the data collection process at two different locations. The Doppler ultrasound technique takes a shorter time (± 100 seconds) and can be performed at the location where the contrast injector device is located. Although the differences between the two methods are not statistically significant, the Doppler ultrasound method shows an advantage in terms of shorter measurement times."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Widjaja
"Tesis ini merupakan penelitian pertama di Indonesia yang membahas pemanfaatan ultrasonografi tiroid dalam deteksi dini kelainan tiroid  pada kehamilan. Abnormalitas penanda tiroid pada kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan janin. Rekomendasi dari American Thyroid Association tahun 2017 menganjurkan deteksi kelainan tiroid pada kehamilan berisiko. Biaya pemeriksaan penanda tiroid relatif mahal. Tujuan penelitian ini untuk melakukan analisis apakah pemanfaatan ultrasonografi dapat digunakan sebagai alternatif dalam rancangan alur prosedur deteksi dini kelainan tiroid pada kehamilan. Metoda penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Uji yang dilakukan adalah uji validitas dengan analisis sensitivitas dan spesifisitas, kesesuaian dengan pendapat pakar, dan analisis biaya. Hasil dari penelitian ini didapatkan 20 responden ibu hamil berusia 30-39 tahun, 12 orang trimester dua dan 8 orang trimester tiga, dengan faktor risiko terbanyak riwayat keluarga kelainan tiroid, didapatkan hasil USG abnormal 12 (60%) dan penanda tiroid abnormal 11 (55%). Analisis validitas menunjukkan sensitivitas sebesar 100 % dan spesifisitas sebesar 88,89 %, dengan prediktif negatif 100%. Pada analisis biaya ditemukan selisih pembiayaan sebesar Rp. 150.500,00 dibanding alur deteksi yang lama. Hal-hal yang dapat menimbulkan bias dalam penelitian ini adalah jumlah sampel yang kurang, terdapat sejumlah sampel (3 reponden; 15%) yang diambil pada waktu yang tidak seragam, ada sebagian sampel (5 sampel; 25 %) yang dikerjakan oleh laboratorium lain, dan faktor intrinsik peneliti sendiri pada saat pengerjaan ultrasonografi. Sensitivitas yang baik dan nilai prediktif negatif dari penelitian ini menyimpulkan bahwa pemanfaatan ultrasonografi tiroid mungkin dapat menjadi pilihan bagi rancangan alur prosedur alternatif deteksi dini kelainan tiroid pada kehamilan. Direkomendasikan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan jumlah sampel lebih besar, keseragaman pengerjaan sampel, dan melakukan pengujian keragaman interpretasi ultrasonografi oleh dua pakar sebelum penelitian untuk menyingkirkan bias, untuk selanjutnya dapat diajukan kepada pemangku kebijakan sehingga pemanfaatan ultrasonografi tiroid dapat menjadi alur prosedur alternatif deteksi dini kelainan tiroid pada kehamilan dalam panduan praktek klinis di rumah sakit.

This thesis the first in Indonesia, discusses the utilization of thyroid ultrasound in early detection of thyroid disorders in pregnancy. Abnormalities of thyroid function in pregnancy can affect fetal development. Recommendations from the American Thyroid Association in 2017 recommend periodic thyroid screenings for pregnant woman whom at risk of thyroid disorders. The cost of thyroid examinations is relatively expensive. The purpose of this study was to analyze whether the utilization of ultrasound can be used as an alternative pathway in the design of early detection procedures for thyroid disorders in pregnancy. The method of this research is qualitative descriptive.The analysis is using validity tests with sensitivity and specificity analysis, conformity with expert opinion, and cost analysis. The results of this study were obtained by 20 respondents of pregnant women aged 30-39 years, 12 people in the 2nd trimester and 8 people in the 3rd trimester, with the most risk factors for a family history of thyroid disorders, with abnormal ultrasound results of 12 (60%) and abnormal thyroid markers 11 (55%). Validity analysis showed sensitivity and specificity 100% and 88.89% respectively, with 100% negative predictive value. There is a financing difference of Rp. 150,500.00 compared to the current pathway. The bias in this study could be because of the lack of the number of samples, there are 3 blood sampling (15%) taken at the different schedule time, there are 5 samples (25 %) sent to other laboratories, and intrinsic factors during capturing ultrasound figures. The good sensitivity and negative predictive value of the study concluded that the utilization of thyroid ultrasound may be an option for the design of alternative procedures for early detection of thyroid disorders in pregnancy. It is recommended in further researchers to conduct studies with a larger number of samples, to design the samples as homogeneous as possible, and conduct diversity testing of ultrasound interpretation by two experts before the study begin, to keep out the biases, and further be submitted to stakeholders so that the utilization of thyroid ultrasound could be a pathway of alternative procedures for clinical practice guidelines of early detection of thyroid disorders in pregnancy in hospitals."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas ndonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resita Sehati
"Latar Belakang: Gangguan pernapasan memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada neonatus. Saat ini rontgen toraks merupakan modalitas yang dianggap sebagai standar emas untuk mendiagnosis penyakit paru pada gangguan pernapasan. Namun pemeriksaan ini mengandung radiasi yang dapat meningkatkan kejadian kanker pada neonatus di kemudian hari. Lung ultrasound (LUS) merupakan modalitas non-invasif yang terus berkembang dalam mengevaluasi kelainan paru, khusunya pada neonatus. Pemeriksaan ini tidak mengandung radiasi, mudah dioperasikan, dan hasil yang real-time. Meskipun LUS menunjukkan banyak manfaat, penggunaannya masih belum dikenal secara luas, terutama di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui gambaran LUS pada neonatus dengan gangguan pernapasan berdasarkan hasil rontgen toraks.
Metode: Penelitian potong lintang deskriptif yang dilakukan di Unit Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sebanyak 69 neonatus dengan gangguan pernapasan yang didiagnosis berdasarkan klinis dan rontgen toraks dimasukkan dalam penelitian ini. Pemeriksaan LUS dilakukan secara bedside menggunakan transduser linear frekuensi tinggi (5-18 MHz). Toraks dibagi menjadi 6 regio yang terdiri dari anterior atas, anterior bawah, dan lateral kanan dan kiri.
Hasil: Terdapat 69 subjek yang ikut serta pada penelitian ini, terdiri dari 53 neonatus prematur dan 16 neonatus cukup bulan dengan rentang usia 2 jam hingga 38 hari. Hasil pemeriksaan rontgen toraks terdiri dari 26 subjek dengan respiratory distress syndrome (RDS), 20 subjek dengan infiltrat, 11 subjek dengan pneumonia, 6 subjek dengan transient tachypnea of the newborn (TTN), 3 subjek dengan efusi pleura, dan 2 subjek masing-masing dengan meconium aspiration syndrome (MAS), atelektasis, dan pneumotoraks. Terdapat 2 subjek dengan hasil rontgen toraks normal, namun pada LUS memperlihatkan gambaran abnormal yaitu ditemukan pleura abnormal, B-lines, double lung point, dan konsolidasi. Abnormalitas pleura dan konsolidasi ditemukan pada RDS, pneumonia, infiltrat, dan MAS. B-lines ditemukan pada RDS, TTN, pneumonia, infiltrat, dan MAS. Double lung point hanya ditemukan pada TTN. Quad sign sebagai penanda efusi pleura ditemukan pada TTN dan pneumonia. Konsolidasi yang berbatas jelas disertai air bronchogram statis dan lung pulse hanya ditemukan pada atelektasis. Absent lung sliding, lung point dan stratosphere sign hanya ditemukan pada pneumotoraks. Kesimpulan: LUS merupakan modalitas pencitraan non-invasif yang dapat digunakan dalam membantu menegakkan diagnosis gangguan pernapasan pada neonatus.
.....Background: Respiratory distress has high morbidity and mortality rates in neonates. Chest X-ray is a modality considered the gold standard for diagnosing lung diseases in respiratory distress. However, this examination uses ionizing radiation that can increase the incidence of cancer in the future. Lung ultrasound (LUS) is a non-invasive modality that has rapidly developed in recent years in evaluating lung abnormalities, especially in neonates. This examination contains no radiation, easy to operate, and results are real- time. Although LUS shows many benefits, its use is still not widely known, especially in Indonesia.
Objective: To determine the LUS sign in neonates with respiratory distress based on chest X-ray.
Method: Descriptive cross-sectional research conducted at the Perinatology Unit of the Department of Pediatrics, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. A total of 69 neonates with respiratory distress diagnosed on a clinical and chest X-ray were included in the study. LUS were performed at bedside using a high-frequency linear transducer (5-18 MHz). The thorax is divided into 6 regions consisting of the upper anterior, lower anterior, and right and left lateral. Results: There were 69 subjects who participated in this study, consisting of 53 premature neonates and 16 full-term neonates with an age range of 2 hours to 38 days. The results of the chest X-ray consisted of 26 subjects with respiratory distress syndrome (RDS), 20 subjects with infiltrates, 11 subjects with pneumonia, 6 subjects with transient tachypnea of the newborn (TTN), 3 subjects with pleural effusion, and 2 subjects with meconium aspiration syndrome (MAS), atelectasis, and pneumothorax. There were 2 subjects with normal chest X-ray, but showed abnormal LUS sign, consisting of abnormal pleura line, B-lines, double lung point, and consolidation. Abnormal pleura line and consolidation are found in RDS, pneumonia, infiltrates, and MAS. B-lines are found in RDS, TTN, pneumonia, infiltrates, and MAS. Double lung point is only found in TTN. Quad sign as a marker of pleural effusion is found in TTN and pneumonia. Clearly bounded consolidation accompanied by static air bronchogram and lung pulse is found only in atelectasis. Absent lung sliding, lung point and stratosphere sign are found only in pneumothorax.
Conclusion: LUS is a non-invasive imaging modality that can be used to help diagnose respiratory disorders in neonates."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Aisyah Razaanah
"

Penelitian tentang pemanfaatan mikroalga sebagai sumber alami karotenoid sangat meningkat saat ini, berkat beragam aplikasi karotenoid dalam industri farmasi, kesehatan, dan makanan. Chlorella vulgaris digunakan sebagai sumber senyawa karotenoid karena memiliki kandungan total terbesar dibandingkan dengan mikroalga Chlorophyta lainnya. Agar berhasil dalam ekstraksi karotenoid, metode ekstraksi perlu dipertimbangkan, karena sifat karotenoid yang mudah rusak dan terdegradasi oleh paparan cahaya, panas, dan oksigen. Ultrasound assisted extraction dipilih sebagai metode ekstraksi karena metode non-termal dengan konsumsi energi dan kebutuhan pelarut yang rendah. Parameter yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari: jenis pelarut, rasio volume pelarut terhadap berat biomassa, dan waktu ekstraksi. Senyawa karotenoid diidentifikasi dengan menggunakan spektroskopi UV-Vis. Produktivitas biomassa C. vulgaris yang diperoleh adalah sebesar 0,095 ± 0,014 g/L/hari. Karotenoid yang diidentifikasi dari C. vulgaris adalah lutein. Hasil karotenoid tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 1,341 ± 0,119 mg/g dengan menggunakan etanol, rasio solid terhadap pelarut 1: 100 (g/mL), dan waktu ekstraksi 5 jam. Produktivitas volumetrik lutein dicapai pada 0,127 ± 0,011 mg/L/hari. Kondisi ekstraksi untuk peningkatan yield karotenoid secara signifikan adalah sebagai berikut: etanol sebagai pelarut ekstraksi, frekuensi ultrasonik 35 kHz, intensitas ultrasonik 0,4 W / cm2, waktu ekstraksi 2 jam, dan rasio biomassa terhadap pelarut 100 ml/g.

 


The research around algae utilization as natural source of carotenoids has been intense in the 21st century given the wide applications of carotenoids in pharmaceutical, health, and food industry. Chlorella vulgaris is used as a source of carotenoid compounds because it has the largest total content compared to the other Chlorophyta microalgae. In order to be successful in extraction of carotenoids, extraction method needs to be considered, due to carotenoids properties that are easily damaged and degraded due to exposure to light, heat, and oxygen. Ultrasound assisted extraction was chosen because its a non-thermal method with low energy consumption and solvent requirement. The parameters tested in this study consists: extraction solvent, solid to solvent ratio, extraction duration. The extracted carotenoids were identified by using UV-Vis spectroscopy. Biomass productivity of C. vulgaris obtained was 0.095 ± 0,014 g/L/day. The identified carotenoids from C. vulgaris was lutein. The highest carotenoid yield was achieved at 1.341 ± 0.119 mg/g by using ethanol as extraction solvent, solid to solvent ratio at 1:100 (g/mL) and 5 hours extraction time. The volumetric lutein productivity was achieved at 0.127 ± 0.011 mg/L/day. The optimum extraction conditions to increase carotenoids yield was the following: ethanol as extraction solvent, ultrasound frequency 35 kHz, ultrasound intensity 0.4 W/cm2, extraction time 2 h, and solid to solvent ratio 100 ml/g.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafita Anggraini
"ABSTRAK
Mikroalga biasanya hanya dimanfaatkan sebagai pakan ikan. Kandungan minyak mikroalga mengandung EPA dan DHA. Selain minyak, mikroalga juga mengandung protein dan karbohidrat yang dapat dijadikan sumber pangan dengan gizi yang baik. Saat ini, sedang marak dilakukan penelitian guna mencari cara memperoleh minyak secara optimum. Untuk memperoleh minyak dari mikroalga ada beberapa metode salah satunya adalah dengan menggunakan metode ultrasonik. Kadar minyak yang dihasilkan berbeda-beda sesuai dengan pelarut yang digunakan. Waktu memanen biomassa mikroalga juga perlu diperhitungkan agar dapat diperoleh biomassa yang maksimal. Scenedesmus sp. dapat dipanen pada hari ke 13 dan Coelastrum sp. dapat dipanen pada hari ke 10.

ABSTRACT
Microalgae are usually used as fish feed. The content of microalga oil containing EPA and DHA. Microalgae also contains protein and carbohydrate that can be used as a source of food with good nutrition. Currently, many research is being done to find way to get optimum oil. There are several methods to obtain oil, one of that is ultrasonic method. The oil produced varies according to the solvent. Harvesting time of microalgae biomass also considered in order to obtain the maximum biomass. Scenedesmus sp. can be harvested on 13th day and Coelastrum sp. on 10th day."
2016
S63436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina
"ABSTRACT
Proses ekstraksi hijau adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan berbagai ekstrak tumbuhan dengan dampak minimal terhadap lingkungan. Ekstraksi hijau akan mengurangi konsumsi energi, memungkinkan penggunaan pelarut alternatif dan produk alami yang dapat diperbaharui, serta memastikan bahwa ekstrak yang dihasilkan aman dan berkualitas. Ultrasound-assisted enzymatic extraction UAEE adalah salah satu metode ekstraksi hijau. UAEE adalah metode ekstraksi yang mudah, efisien dan ramah lingkungan dan telah banyak digunakan untuk mengekstraksi berbagai jenis senyawa. Penggunaan enzim dalam metode ekstraksi ini akan mengkatalisis hidrolisis sitoderm dan glikoprotein, sehingga meningkatkan pelepasan zat bioaktif dengan mengganggu sel-sel tumbuhan. Kondisi operasi optimum yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu konsentrasi enzim 70 mg/g, waktu hidrolisis enzimatik 2 jam dan konsentrasi etanol 50, akan menghasilkan yield ekstraksi maksimum sebesar 48,627. Crude extract daun keji beling diuji dengan menggunakan Gas Chromatography dan Mass Spectrometry GC-MS dan teridentifikasi senyawa yang memiliki aktivitas anti-hiperkolesterolemia, yaitu asam heksadekanoat, asam oktadekanoat dan skualen.

ABSTRACT
Green extraction process is a method which is used to obtain various plant extracts with minimum impact on the environment. Green extraction will reduce energy consumption, allow use of alternative solvents and renewable natural products, and ensure a safe and high quality extract. Ultrasound assisted enzymatic extraction UAEE is one of green extraction method. UAEE is a mild, efficient and environmental friendly extraction method and it has been adopted for extracting various kinds of compounds. The use of enzyme will catalyze hydrolysis of the cytoderm and glycoproteins, therefore enhancing the release of bioactive substances by disrupting plant cells. The optimum extraction conditions with a maximum yield extract of 48.627 are as follows the concentration of ethanol is 50 and the amount of added enzyme is 70 mg g. Crude extract from keji beling leaves is tested using Gas Chromatography and Mass Spectrometry GC MS to identify components that have anti hypercholesterolemic activity, which are hexadecanoic acid, octadecanoic acid and demethyl squalene."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>