Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Fedyani Saifuddin
Pusat Pengkajian Strategi Nasional, 2011
MK-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jajang Gunawijaya
Jakarta: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional , 2007
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthon Sjahril Sabaruddin
"Hubungan diplomatik Indonesia-Namibia terjalin dengan sangat baik dan harmonis dimana di berbagai kesempatan kedua negara menyampaikan solidaritasnya dan saling dukung di berbagai fora organisasi internasional, saling kunjung pejabat tingkat tinggi, namun dalam hubungan kerjasama di bidang ekonomi dinilai masih belum terjalin dengan optimal yang terilustrasikan dari data hubungan Trade, Tourism, dan Investment (TTI) kedua negara. Beberapa saran upaya untuk meningkatkan mendorong kerjasama ekonomi Indonesia dengan Namibia yaitu: mendorong terealisasinya Indonesia-SACU Preferential Trade
Agreement (PTA), mendorong promosi ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang lebih terfokus, penguatan potensi Indonesianis dan diaspora Indonesia di Namibia, mendirikan Indonesian Center di perguruan tinggi Namibia, meningkatkan people to people contact, dan meningkatkan kerjasama teknik."
Jakarta : Biro Humas Settama Lemhannas RI , 2020
321 JKLHN 40 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Damayanti
"Suku Dayak di Pegunungan Borneo atau disebut dengan Dayak Meratus sudah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Meratus, bukan satu-satunya daerah yang berangsur berubah. Bukan karena dirinya sendiri namun karena desakan eksplorasi alam dan berbagai alasan modernitas. Arus globalisasi dengan watak modernisme telah mengepung dan menggempur kehidupan mereka. Tanah dan sumber daya alam, juga hutan tropis, kini nyaris lenyap dicaplok perusahaan kayu, pekebunan sawit, atas nama kapitalisme modal. Gempuran kapitalis dan modernsasi ini menjadikan mereka tercerabut dari akar alam, akar budaya dan identitas jati diri, lekang oleh ketamakan kapitalisme.
Devi Damayanti melalui buku ini memberi potret persoalan yang sudah di alami Meratus. Sebuah studi lapangan yang jeli memotret pelbagai perubahan dan memudarnya identitas jati diri mereka, bahkan martabat mereka pun digerus oleh pelbagai kepentingan kapitalisme. Studi yang cukup komprehensif ini berhasil memberikan gambaran perihal kebudayaan tradisional Meratus mulai dari situasi ekonomi, agama, sistem kekerabatan, bahasa dan sastra lisan, serta masalah-masalah sosial yang berdampak pada kesulitan masyarakat Meratus menanggapi perubahan, dengan semakin pudarnya talitemali adat-istiadat, kegiatan budaya dan maknanya yang tak lagi menjadi role model di kalangan generasi muda. Meratus kini berada di ujung kepunahan. Sebuah entitas kekayaan budaya Indonesia yang kehilangan roh dan spirit kearifan. Pemerintah yang merupakan perpanjangantangan Negara, nyaris tak pernah menjamah dan melindungi mereka. Meratus bagai nyanyi sunyi yang hanya bergaung di belantara pegunungan Borneo, Kalimantan. Tak ada pilihan lain bagi Meratus, mereka harus menolong diri sendiri."
Yogyakarta: Lamalera, 2016
306.409 598 DEV m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Maurits Dakhtar Soaloon
Jakarta: UI-Press, 1983
PGB 0463
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Margarethe Maria Ratnawati Winarto
"Ringkasan
Tujuantesis ini adalah untuk menyajikan hasil penelitian dalam Etika Lingkungan Para Petapa Trappist Pertapaan Santa Maria Rawaseneng, Jawa Tengah. Dalam hal ini adalah mengetahui pengertian mereka mengenai lingkungan dan pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Penulis meneliti apakah perlakuan para Trappist terhadap lingkungan mempengaruhi atau tidak mempengaruhi perilaku karyawannya.
Pertapaan Santa Maria Rawaseneng terletak di Desa Ngemplak, 14 kilometer sebelah utara kota Temanggung, terdiri dari Sembilan dusun yaitu Rawaseneng, Rejosari, Kebonandong, Klodran, Dakaran, Ngedongan, Bendosari, Kalisanten dan Ngasinan. Luas wilayah Desa Ngemplak adalah 993.000 ha.
Desa Ngemplak terletak pada ketinggian antara 500 sampai 825 meter di atas permukaan laut. Permukaan tanah tidak rata, tetapi bergelombang di kaki lereng Gunung Sumbing dan Sundoro.
Pertapaan Rawaseneng mengelola sebuah perkebunan kopi dan sebuah peternakan yang mempunyai dampak positif terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sebagian besar masyarakatnya adalah petani dan buruh tani. Para Trappist telah dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan memberikan kesempatan kerja kepada buruh tani.
Pada umumnya, kehidupan masyarakat pedesaan berada dalam situasi miskin, tetapi ada sebagian kecil yang hidup dalam tingkat ekonomi lebih baik. Para rahib membaktikan diri secara utuh kepada Tuhan dengan tanggung jawab sosialnya, Mereka hidup miskin dan harus menghindari segala kesenangan duniawi, sesuai Kitab Suci.
Para Trappist merasa terdorong oleh panggilan Yang Maha Kuasa, untuk mencintai Allah dan sesamanya. Mereka percaya bahwa Allah menciptakan alam untuk manusia, oleh karena itu manusia harus memelihara dan melestarikannya sekarang dan untuk generasi yang akan datang.
Dalam menjalankan penelitian sebagai eksplorasi tentang perilaku ekologis para Trappist itu metodologi yang digunakan adalah kualitatif dan deskriptif analitis yaitu mengamati mereka dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan mengangkat tafsiran tentang lingkungan hidup mereka. Jumlah informan yang diwawancara adalah 19 imam rahib dan 39 karyawan.
Sebagai konsekuensi logis dari keberadaan peternakan dan perkebunan, serta kegiatan-kegiatan lain yang terkait, dihasilkan limbah yakni berupa limbah perkebunan, peternakan, perbengkelan, dan berbagai masalah sosial.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Para Trappist telah melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup secara lestari, baik di lingkungan Pertapaan, maupun di luar Pertapaan.
Pertapaan mendampingi masyarakat setempat, khususnya dalam masalah sosial. Pekerjaan mereka yang bermanfaat dirasakan berpengaruh juga di Bandung, Jakarta, Semarang dan Surabaya.
Para rahib meminjamkan modal tanpa bunga untuk membangun sederhana atau memulai usaha, mereka memberikan beasiswa kepada anak yang berinteligensi tetapi miskin. Pekerjaan para Trappist membawa perubahan dalam dunia hidup masyarakat Rawaseneng dan dusun-dusun di sekitarnya; Mereka lebih memperhatikan lingkungan hidup dengan membuang sampah pads tempat yang ditentukan, mereka mengalami peningkatan hidup mereka.
Para Trappist telah menyatukan kesadaran lingkungan hidup dalam praktek dan mereka tidak hanya mengerti secara teoritis. Mereka menyatukan pertumbuhan lingkungan dimana mereka hidup sebagai petapa, sehingga mereka menjadi contoh dari kesadaran lingkungan hidup yang dilaksanakan dalam hidup mereka.
Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi pertapaan lain, biara-biara, perkebunan-perkebunan dan peternakan serta untuk banyak orang, sehingga mereka dapat meningkatkan kepedulian mereka terhadap lingkungan hidup mereka, bukan untuk mereka sendiri, tetapi juga untuk generasi yang akan datang.

ABSTRACT
The purpose of this thesis is to present the results of an research into the environmental ethics of the Trappist monks- in Rawaseneng, to know their understanding about the environment and how they practice it in their daily life. The writer enquires into how the attitude of the monks has or has not influenced the attitudes of their employees.
Saint Mary's Monastery Rawaseneng is located in the village Ngemplak, 14 kilometers North of Temanggung, which is surrounded by nine smaller villages Rawaseneng, Rejosari, Kebonandong, Kiodran, Dadakan, Ngedongan, Bendosan , Kalisanten, and Ngasinan. Its area is 700.979,5- hectares.
It ranges from 500-825 meters above sea-level, and has a typical tropical climate. The land is not flat but rolling at the foothills of Sumbing and Sundoro mountains.
Rawaseneng monastery runs a coffee-plantation and farm which has a positive affect on the people of this area. Most of the people are farmers or hired farm-workers. The monks have been able to lift the standard of living and have increased work-opportunities for the farm workers. In general, the people of this area live in very simple conditions, although there are some people whose economic situation is quite good. The group of the monks have given their lives to God and can dedicate themselves wholly. This frees them from the cares of the world so that they can live a simple life according to the Holy Scriptures say. This enables the monks to lighten the burdens of the poor.
These men are motivated by the feeling of being called by the Almighty to love God and their neighbors. They believe. that God created nature for people and so people have to care for it and cultivate it now and for those who will come after them. People should not misuse the environment but ought to preserve it for their children and children's children.
The plantation, farm and other activities produce a variety of waste, for example breeding waste, unusable plantation materials, these is spillage from the workshop and there a variety of social of problems.
This research concludes that the management by the monks of their environment, inside and outside the monastery, is seen from an environmental point of view, quite effective.
The monastery assists the people of their area especially in their social problems. Their beneficial work has an impact that is felt even in the cities like Semarang, Bandung, Jakarta, and Surabaya. The monks lend money to their neighbors to buy small houses to start mini-businesses. They give scholarships to children who are intelligent but poor.
The work of the monks has induced change in the life-world of the other villages around. They now pay attention to their environment by putting the waste in more certain designated places, they live a better life.
Hopefully, the results obtained from this study may be useful for other monasteries, convents, plantations, farms and for many people, so they are able to increase and to care for their environment not only for themselves but also for future generations.
The monks implement environmental consciencousnes in practice and do not just theorize about it. They integrate cultivation of the environment with their monastic life, so they become model of a practical ecological awareness.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masinambow, Eduard Karel Markus
"Lebih dari seratus tahun yang lalu, pada masa menjelang peralihan abad, yaitu dari Abad ke-19 ke Abad ke-20 di Amerika maupun di Eropa telah terjadi perubahan pemikiran dalam usaha memperoleh pemahaman tentang manusia dan kebudayaan. Bagi sejumlah pakar dalam bidang studi kebudayaan dan kemasyarakatan perubahan tersebut dianggap mereka sebagai revolusi dalam ilmu-ilmu sosial, atau revolusi kultural, karena perubahan tersebut telah berpengaruh dalam menentukan wajah bidang studi tersebut di dalam abad ke-20 ini. Sebagai suatu revolusi ilmiah yang terjadi adalah bahwa apa yang dianut sekarang merupakan kebalikan dari apa yang dianut dahulu. Kalau perubahan pemikiran tersebut dikaitkan dengan para pelaku atau para praktisi, dengan orientasi teoritis yang dianut mereka dan yang mengarahkan mereka dalam melakukan penelitian, maka mengikuti pendapat Thomas Kuhn telah terjadi perubahan atau pergeseran paradigma. Dalam hal ini para praktisi tersebut telah menolak orientasi teori terdahulu dengan menerima secara menyeluruh orientasi yang baru, berupa teori alternatif atau teori saingan."
Jakarta: UI-Press, 1994
PGB 0524
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Johni Najwan
"Perkawinan sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, baik sebagai perseorangan maupun kelompok. Dengan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan menjadi lebih terhormat sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia diantara makhluk Allah. Selain itu, melalui perkawinan kehidupan rumah tangga juga dapat dibina dalam suasana yang lebih harmonis. Selanjutnya, keturunan dari perkawinan yang sah itupun, Juga akan menghiasi kehidupan keluarga dan sekaligus merupakan kelangsungan hidup manusia secara mulia pula. Oleh karena itu, pada tempatnyalah apabila Undang-undang Perkawinan Nomor I Tahun 1974, mengatur masalah perkawinan ini dengan sangat teliti dan terperinci, untuk membawa umat manusia menuiu kehidupan yang lebih baik.
Undang-undang ini menganut prinsip, bahwa calon suami isteri harus telah masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik, dan tanpa berakhir dengan perceraian, serta mendapat keturunan yang baik dan sehat pula.
Di samping itu, perkawinan juga mempunyai hubungan dengan masalah kependudukan. Karena pada kenyataannya, batas umur yang lebih rendah bagi seseorang untuk melangsungkan perkawinan, mengakibatkan laju kelahiran lebih tinggi, Jika dibandingkan dengan batas umur yang lebih tinggi bagi seseorang untuk dapat melangsungkan perkawinan. Berhubung dengan itu, Undang-undang ini menentukan batas umur untuk kawin bagi seseorang, yakni 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita. Penentuan batas umur minimal untuk melangsungkan perkawinan tersebut adalah sangat penting. Karena suatu perkawinan di samping menghendaki kematangan biologis juga psikologls.
Waleupun Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, sudah hampir 20 tahun diberlakukan secara efektif, namun pelanggaran terhadap undang-undang ini, bukan berarti tidak ada. Malahan cukup banyak dan bervariasi, baik secara nyata maupun tidak nyata, di antaranya ialh perkawinan di bawah umur.
Sehubungan dengan itu, karena perkawinan merupakan salah satu aspek syari'at agama, yang telah berurat dan berakar, Serta telah melembaga pula dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia, maka masalah pelanggaran terhadap Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 ini, perlu mendapat perhatian khusus, baik oleh instansi yang terkait langsung, maupun oleh masyarakat pada umumnya."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarso
"Pendahuluan
Dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan dan kedaulatan Negara Republik Indonesia dari penindasan penjajah selama kurang lebih 350 tahun, telah dirumuskan suatu cita-cita nasional yang sangat luhur seperti yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut :
membentuk suatu Pamerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indanesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraaan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial?1)
Sebagai bangsa yang telah merdeka dan berdaulat, bangsa Indonesia berkewajiban dan telah bertekad untuk mewujudkan cita-cita tersebut melalui Pembangunan Nasional di segala bidang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta menggunakan cara pandang Wawasan Nusantara. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan Nasional adalah terwujudnya Masyarakat Indonesia yang adil, makmur, maju dan sejahtera di seluruh tanah air. Pembangunan Nasional dilaksanakan secara terencana, terkoordinasi, bertahap, dan berkesinambungan yang dijabarkan kedalam Pembangunan Jangka Pendek, Jangka Sedang, dan Jangka Panjang. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam setiap tahap pembangunan adalah makin meningkatnya kesejahteraan, keamanan dan kecerdasan seluruh masyarakat serta makin meningkatnya kemampuan bangsa Indonesia untuk melaksanakan pembangunan tahap berikutnya. Pembangunan adalah suatu proses perubahan yang dilakukan secara terencana guna meningkatkan kondisi kehidupan yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Oleh karena itu pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dan berlanjut terus menuju terwujudnya cita-cita nasional. Saat ini bangsa Indonesia telah mampu menyelesaikan Pembangunan jangka Panjang 25 tahun Pertama (PJPT I) yang akan berakhir pada bulan Maret 1994, dan selanjutnya akan memasuki Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun Tahap Kedua (PJPT II) atau memasuki Tahap Tinggal Landas.
Hasil-hasil pernbanguan selama PJPT I secara nyata telah dapat meningkatkan,taraf hidup, kesejahteraan, dan keamanan masyarakat. Namun dilihat secara keseluruhan hasil-hasil yang telah dicapai belum optimal. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap belum optimalnya hasil-hasil pembangunan adalah kualitas dari penduduk atau sumber daya manusia yang masih rendah. Sumber daya manusia sebagai subyek atau pelaku pembangunan merupakan faktor yang sangat panting dan menentukan dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional.
Di dalam GBHN dinyatakan bahwa : Jumlah penduduk yang sangat besar apabila dapat dibina dan diarahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan disegala bidang.
Indonesia merupakan salah satu negara berpenduduk terbesar dunia dengan jumlah penduduk sesuai sensus tahun 1990 sebanyak 179.321.641 orang. Angka pertumbuhan penduduk Indonesia juga masih cukup tinggi, meskipun sudah ada penurunan dari 2,3 person pada kurun waktu 1971-1980 menjadi 1,97 person dalam kurun waktu 1980-1990. Dengan angka pertumbuhan yang masih tinggi diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan mencapai 216 juta orang. Dengan jumlah penduduk yang demikian besar, dan angka pertumbuhan yang tinggi maka kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, sarana dan prasarana serta kebutuhan yang lain akan terus menerus meningkat. Untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat tersebut, pembangunan bidang ekonomi dituntut harus mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan dapat menciptakan lapangan kerja yang luas. Agar hasil-hasil pemba ngunan dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat serta dapat meningkatkan kemampuan pembangunan pada tahap berikutnya, maka laju angka pertumbuhan penduduk harus dapat ditekan dan dikurangi. Hingga saat ini jumlah penduduk yang demikian besar belum dapat dijadikan tenaga kerja yang efektif karena kualitasnya yang masih rendah. Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas yang rendah justru merupakan beban bagi pembangunan.
Keberhasilan pembangunan karena didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi telah dapat dibuktikan oleh beberapa negara Asia yang kemajuannya demikian pesat seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan?
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>